Anda di halaman 1dari 10

KISI KISI PAK GEMA UAS 2020

NERACA DAN LABA RUGI

-Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau efektivitas perusahaan dalam
pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva) yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas
merupakan salah satu macam macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan
investasi pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan dengan baik

Cara Menghitung Rasio Aktivitas Laporan Keuangan Perusahaan +


Interpretasi & Analisisnya

1. Rasio Perputaran Persediaan (ITO –  Inventory Turnover Ratio )

RUMUS ITO = HPP atau COGS / Persediaan Rata-rata

2. Rasio Perputaran Piutang (RTO –  Receivable Turnover Ratio)

RTO = Pendapatan Bersih / Piutang Usaha

3. Rasio Rata-rata Waktu Digunakan Menagih Piutang (ACP –  Average Receivable


Collection Period Ratio / DSO)

ACP = 365 / RTO

4. Rasio Perputaran Aset atas Penjualan Neto (TATO –  Total Asset Turnover Ratio)

TATO = Penjualan Bersih / Total Aset Rata-rata

5. Rasio Perputaran Modal Kerja (WCTO – Working Capital Turnover


Ratio)Untuk menghitung rasio perputaran modal kerja, maka kita harus tau dulu
berapa modal kerja dari emiten tersebut. Dan kebetulan modal kerja juga ada
rumusnya tersendiri, yaitu: Modal Kerja = Total Aset Lancar – Liabilitas Jangka
Pendek

Baru setelah itu kita menghitung rasio WCTO dengan formula berikut:

WCTO = Penjualan Bersih / Rata-rata Modal Kerja


6. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (FATO – Fixed Assets Turnover Ratio)

FATO = Penjualan Bersih / Rata-rata Aset Tetap

7. Rasio Perputaran Utang Usaha kepada Supplier (PTO – Payables Turnover


Ratio)

PTO = HPP / Utang Usaha

8. Rasio Jumlah Hari yang Dibutuhkan untuk Melunasi Hutang Usaha (PPP –
Payables Payment Period Ratio / DPO)

DPO = 365 / Hasil perhitungan Payables Turnover Rati o

2. HITUNG RASIO PROFITABILITAS

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas terbagi menjadi tujuh jenis yaitu gross
margin (GPM), profit margin ratio (PMR), net profit
margin (NPM), operating ratio (OR), earning power of total
investment (EPTI), return of investment (ROI), rentabilitas
modal sendiri (RMS). Beberapa jenis rasio profitabilitas yang
sering dipakai untuk meninjau kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis
akuntansi keuangan antara lain:
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk
menilai persentase laba kotor terhadap pendapatan yang
dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh
laporan arus kas memaparkan besaran laba yang didapatkan
oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang terpakai
untuk memproduksi produk atau jasa.
Margin Laba Kotor ini sering disebut juga dengan Gross
Margin Ratio (Rasio Margin Kotor). Gross profit
margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau
biaya produksi. Semakin besar gross profit margin semakin
baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang
menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada
penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika
sebaliknya, maka perusahaan kurang baik dalam melakukan
kegiatan operasional. Rumus perhitungan laba kotor sebagai
berikut.
Gross Profit Margin = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%

Contoh :
Laba kotor perusahaan PT Megah Sejahtera: Rp48.000.000
Total pendapatan perusahaan: Rp55.000.000
Maka Gross Profit Margin perusahaan PT Megah Sejahtera=
(Laba Kotor : Total Pendapatan) x 100%
= (48.000.000 : 55.000.000) x 100%
= 87%
b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang
didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan. Margin laba bersih ini disebut
juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih
setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit
margin dihitung dengan rumus berikut ini.
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan

Contoh:
Pendapatan Penjualan Bersih (Net Sales) =
Rp27.063.310.000.000.
Laba Bersih setelah Pajak (Net Profit after Tax) =
Rp2.064.650.000.000.
Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) : ??
Jawaban:
Margin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak : Pendapatan
Penjualan bersih
Margin Laba Bersih = Rp2.064.650.000.000 :
Rp27.063.310.000.000
Margin Laba Bersih = 7,63%
c. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)
Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas
untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh
perusahaan terkait sumber daya atau total aset sehingga
efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa
terlihat dari persentase rasio ini. Rumus Rasio Pengembalian
Aset sebagai berikut.
ROA = Laba Bersih : Total Aset

Contoh perhitungan ROA dengan memakai data laporan


keuangan sebuah perusahaan. Diketahui: laba bersih
perusahaan sebesar Rp180.000.000 dan total aset
Rp20.000.000, maka hitunglah ROA perusahaan.
ROA = Laba Bersih : Total Aset
ROA = 180.000.000 : 20.0000.000 = 9%
d. Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity
Ratio)
Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut
yang dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari
penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang
diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang
saham biasa dan pemegang saham preferen). Return on
equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan
mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat
keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau
pemegang saham perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal
sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha. Rumus Return
On Equity sebagai berikut.
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang saham

Contoh:
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal
31 Desember 2017, PT Megah Sejahtera yang bergerak di
sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar
Rp500 juta, total ekuitas para pemegang saham adalah
sebanyak Rp800 juta. Berapakah rasio pengembalian ekuitas
atau Return of Equity (ROE) PT Megah Sejahtera?
ROE = Laba bersih setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
ROE = Rp500.000.000 : Rp800.000.000
ROE = 62,5%
e. Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales
Ratio)
Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang
menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah
pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah
pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi pajak
dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang
diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga
disebut margin operasional (operating margin) atau Margin
pendapatan operasional (operating income margin). Berikut
ini rumus untuk menghitung return on sales (ROS).
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) x 100%
Contoh:
PT Megah Sejahtera menghasilkan Laba sebelum Pajak dan
Bunga sebesar Rp100 juta sedangkan Penjualan adalah
sebesar Rp1,5 miliar. Berapakah Return on Sales atau tingkat
pengembalian Penjualan PT Megah Sejahtera?
Jawaban:
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) x 100%
ROS = (Rp. 100.000.000 : Rp. 1.500.000.000) x 100%
ROS =  6,7%

3. PRODUKSI 55.000 PSG SEPATU


HARGA JUAL PER PSG @250.000
FIXED COST @100.000.000
VARIABEL COST @500.000.000

RUMUS BEP UNIT = BIAYA TETAP (HARGA/UNIT – BIAYA


VARIABEL/UNIT)

RUMUS BEP RUPIAH = BIAYA TETAP (KONTRIBUSI MARGIN/UNIT


HARGA/UNIT)

VARIABEL COST = 500.000.000/55.000 PSG = RP.9.091

BEP UNIT = 100.000.000 (250.000-9.091)


BEP UNIT = 100.000.000/240.909
BEP UNIT = 415.094

BEP RUPIAH = 100.000.000(240.909 – 250.000)


BEP RUPIAH = 100.000.000/0.9636
BEP RUPIAH = 103.777.501

4. Mengenal Sumber Dana Perusahaan


Pendaanan dari suatu perusahaan merupaan salah satu fungsi dalam manajemen
keuangan. Dalam meanajemen keuangan, akan diperhtungkan secara mendetail
mengenai sumber dana perusahaan yang dapat mencukupi kebutuhan operasional
perusahaan. Peran manajer keuangan juga sangat penting dalam hal ini.
Pembagian dana perusahaan untuk keseluruhan operasional yang terjadi harus dapat
dilakukan dengan tepat dan akurat. Dana yang dikumpulkan harus sebanding dengan
kebutuhan perusahaan. Hal itu akan menjadikan perusahaan dapat terus beroperasi
untuk memberikan manfaat kepada setiap pihak yang terkait.

A. Sumber Dana Jangka pendek


Sumber dana perusahaan jangka pendek biasanya akan digunakan oleh perusahaan
untuk modal kerja. Dana yang tergolong dalam kelompok jangka pendek harus
dikembalikan dalam jangka waktu satu tahun atau satu periode akuntansi

B. Sumber Dana Jangka menengah


Sumber dana selanjutnya adalah jangka menengah. Sumber dana jangka menengah
biasanya diperoleh dari leasing, term loan, dan equipment loan.

C. Sumber Dana Jangka panjang


Sumber Dana Perusahaan dari Berbagai Pihak

 Laba ditahan sebagai sumber pendanaan dari internal perusahaan


 Supplier untuk pembiayaan jangka pendek
 Bank untuk pembiayaan jangka pendek, menengah, dan panjang
 Pasar modal untuk pembiayaan jangka panjang

Modal kerja adalah Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari.

Sumber-Sumber Modal Kerja


1. Hasil operasi perusahaan

2.    Penjualan aktiva tidak lancar


3.      Penjualan saham atau obligasi

5. Prinsip Pemberian Kredit 5C

Prinsip pertama yang dijadikan acuan dalam pemberian kredit kepada nasabah adalah
prinsip 5C. Prinsip ini terdiri dari lima kriteria yang harus dipenuhi oleh pengaju kredit, yaitu:

1. Character
Kriteria yang pertama adalah character, yaitu melihat bagaimana karakter dan latar
belakang calon peminjam atau nasabah yang mengajukan kredit. Kriteria character ini akan
dilihat dari wawancara yang dilakukan oleh pihak bank, biasanya bagian customer
service. Dari karakter ini akan dapat dilihat juga bagaimana reputasi calon peminjam
tersebut, apakah pernah memiliki catatan tindak kriminal atau kebiasan buruk dalam
keuangan seperti tidak melunasi pinjaman.

2. Capacity

Kriteria kedua adalah capacity atau kerap disebut juga dengan capability, yaitu bagaimana


kemampuan calon peminjam dalam membayar kreditnya. Kriteria ini dilihat dari bagaimana
nasabah tersebut menjalankan usahanya atau seberapa besar penghasilan yang diterima
tiap bulannya. Jika pihak bank menilai bahwa nasabah tersebut tidak memiliki kemampuan
cukup untuk membayar kredit, maka besar kemungkinan ajuan kreditnya akan ditolak.

3. Capital

Kriteria selanjutnya adalah capital atau modal yang dimiliki calon peminjam, yang


khususnya diberlakukan pada nasabah yang meminjam untuk usaha atau bisnisnya.
Dengan mengetahui modal atau aset yang dimiliki usaha nasabah tersebut, pihak bank
dapat sumber pembiayaan yang dimiliki. Selain itu, pihak bank juga dapat melihat
bagaimana laporan keuangan dari usaha yang dijalankan nasabah untuk kemudian
dijadikan acuan apakah memang layak diberikan kredit atau tidak.

4. Collateral

Kriteria keempat adalah collateral atau jaminan yang diberikan pada calon peminjam saat
mengajukan kredit kepada bank. Sesuai dengan namanya, jaminan ini akan menjadi
penjamin atau pelindung bagi pihak bank jika nantinya nasabah tidak dapat membayar
pinjaman yang diambil. Oleh karena itu, idealnya besaran jaminan yang bersifat fisik
ataupun nonfisik lebih besar jumlahnya lebih besar dari kredit yang diberikan.

5. Condition

Kriteria dari prinsip 5C yang terakhir adalah condition, yaitu kondisi perekonomian baik
yang bersifat general atau khusus pada bidang usaha yang dijalankan nasabah. Jika
memang kondisi perekonomian sedang tidak baik atau sektor usaha nasabah tidak
menjanjikan, biasanya bank akan mempertimbangkan kembali dalam memberikan kredit.
Hal ini terkait kembali dengan bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar
pinjamannya nanti yang tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi.

Prinsip Pemberian Kredit 7P


Selain prinsip 5C, prinsip lainnya yang digunakan oleh lembaga keuangan dalam
memberikan kredit adalah prinsip 7P. Dalam prinsip ini terdapat tujuh kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu:

1. Personality

Kriteria pertama adalah personality, yaitu kepribadian dari calon peminjam yang


mengajukan kreditnya. Kriteria ini hampir sama dengan kriteria character dari prinsip 5C
yang telah dijelaskan diatas, dimana melihat bagaimana keseluruhan kepribadian nasabah
mencakup sikap dan perilakunya sehari-hari.

2. Party

Yang kedua dalam prinsip 7P adalah party, dimana calon peminjam dimasukkan ke dalam
beberapa golongan yang terkait dengan kondisi keuangannya. Biasanya pihak bank
mengklasifikasikan nasabah berdasarkan modal yang dimiliki, kepribadian, loyalitas, dan
lain sebagainya. Dengan adanya perbedaan klasifikasi dan golongan ini, akan ada
perbedaan pula dalam pemberian fasilitas kredit nantinya.

3. Purpose

Kriteria yang ketiga adalah purpose, yaitu apa tujuan dari calon peminjam dalam
mengajukan kreditnya pada lembaga keuangan. Pihak bank perlu mengetahui untuk apa
dana tersebut akan digunakan, misalnya untuk modal usaha, investasi, biaya pendidikan,
atau justru kegiatan konsumtif. Hal ini juga akan menyesuaikan dengan fokus dari bank
atau lembaga keuangan tersebut, misalnya jika bank tersebut berfokus pada pengelolaan
modal maka akan tepat bagi nasabah yang mengajukan kredit untuk usaha.

4. Prospect

Kriteria keempat dari prinsip 7P adalah prospect, yaitu bagaimana prospek dari usaha yang
dijalankan oleh calon peminjam. Tentu saja prinsip ini berlaku khusus bagi nasabah yang
mengajukan pinjaman untuk modal usaha atau bisnis yang dikelolanya. Dengan
mengetahui apakah usaha dan bisnis tersebut memiliki prospek ke depan yang bagus atau
tidak, maka bank pun dapat memprediksi bagaimana perkiraan kemampuan bayar dari
nasabah.

5. Payment

Masih berkaitan dengan kriteria sebelumnya, kriteria yang kelima ini juga bertujuan
mengukur bagaimana kemampuan bayar dari calon peminjam. Prinsip payment dilihat dari
sumber pendapatan nasabah, kelancaran usaha yang dijalankan, hingga prospek dari
usaha tersebut. Dengan begitu, pihak bank atau lembaga keuangan dapat menilai apakah
nasabah tersebut memang dapat membayar kreditnya atau tidak.
6. Profitability

Kriteria keenam adalah profitability, dimana pihak bank melihat bagaimana kemampuan


calon peminjam dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Sama seperti beberapa kriteria
sebelumnya, kriteria ini lebih dikhususkan pada nasabah yang meminjam untuk keperluan
usahanya. Semakin tinggi tingkat profitability dari calon peminjam, maka akan semakin
tinggi pula kemungkinan kredit yang diajukan dapat disetujui bank.

7. Protection

Tidak jauh berbeda dengan kriteria collateral pada prinsip 5C, kriteria protection ini juga


mengacu pada jaminan yang dapat diberikan oleh calon peminjam. Selain jaminan berupa
barang seperti aset rumah atau perusahaan, protection ini juga dapat berupa jaminan
asuransi yang dimiliki oleh nasabah.

Anda mungkin juga menyukai