-Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau efektivitas perusahaan dalam
pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva) yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas
merupakan salah satu macam macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan
investasi pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan dengan baik
4. Rasio Perputaran Aset atas Penjualan Neto (TATO – Total Asset Turnover Ratio)
Baru setelah itu kita menghitung rasio WCTO dengan formula berikut:
8. Rasio Jumlah Hari yang Dibutuhkan untuk Melunasi Hutang Usaha (PPP –
Payables Payment Period Ratio / DPO)
Contoh :
Laba kotor perusahaan PT Megah Sejahtera: Rp48.000.000
Total pendapatan perusahaan: Rp55.000.000
Maka Gross Profit Margin perusahaan PT Megah Sejahtera=
(Laba Kotor : Total Pendapatan) x 100%
= (48.000.000 : 55.000.000) x 100%
= 87%
b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang
didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan. Margin laba bersih ini disebut
juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih
setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit
margin dihitung dengan rumus berikut ini.
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan
Contoh:
Pendapatan Penjualan Bersih (Net Sales) =
Rp27.063.310.000.000.
Laba Bersih setelah Pajak (Net Profit after Tax) =
Rp2.064.650.000.000.
Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) : ??
Jawaban:
Margin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak : Pendapatan
Penjualan bersih
Margin Laba Bersih = Rp2.064.650.000.000 :
Rp27.063.310.000.000
Margin Laba Bersih = 7,63%
c. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)
Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas
untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh
perusahaan terkait sumber daya atau total aset sehingga
efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa
terlihat dari persentase rasio ini. Rumus Rasio Pengembalian
Aset sebagai berikut.
ROA = Laba Bersih : Total Aset
Contoh:
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal
31 Desember 2017, PT Megah Sejahtera yang bergerak di
sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar
Rp500 juta, total ekuitas para pemegang saham adalah
sebanyak Rp800 juta. Berapakah rasio pengembalian ekuitas
atau Return of Equity (ROE) PT Megah Sejahtera?
ROE = Laba bersih setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
ROE = Rp500.000.000 : Rp800.000.000
ROE = 62,5%
e. Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales
Ratio)
Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang
menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah
pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah
pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi pajak
dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang
diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga
disebut margin operasional (operating margin) atau Margin
pendapatan operasional (operating income margin). Berikut
ini rumus untuk menghitung return on sales (ROS).
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) x 100%
Contoh:
PT Megah Sejahtera menghasilkan Laba sebelum Pajak dan
Bunga sebesar Rp100 juta sedangkan Penjualan adalah
sebesar Rp1,5 miliar. Berapakah Return on Sales atau tingkat
pengembalian Penjualan PT Megah Sejahtera?
Jawaban:
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) x 100%
ROS = (Rp. 100.000.000 : Rp. 1.500.000.000) x 100%
ROS = 6,7%
Modal kerja adalah Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari.
Prinsip pertama yang dijadikan acuan dalam pemberian kredit kepada nasabah adalah
prinsip 5C. Prinsip ini terdiri dari lima kriteria yang harus dipenuhi oleh pengaju kredit, yaitu:
1. Character
Kriteria yang pertama adalah character, yaitu melihat bagaimana karakter dan latar
belakang calon peminjam atau nasabah yang mengajukan kredit. Kriteria character ini akan
dilihat dari wawancara yang dilakukan oleh pihak bank, biasanya bagian customer
service. Dari karakter ini akan dapat dilihat juga bagaimana reputasi calon peminjam
tersebut, apakah pernah memiliki catatan tindak kriminal atau kebiasan buruk dalam
keuangan seperti tidak melunasi pinjaman.
2. Capacity
3. Capital
4. Collateral
Kriteria keempat adalah collateral atau jaminan yang diberikan pada calon peminjam saat
mengajukan kredit kepada bank. Sesuai dengan namanya, jaminan ini akan menjadi
penjamin atau pelindung bagi pihak bank jika nantinya nasabah tidak dapat membayar
pinjaman yang diambil. Oleh karena itu, idealnya besaran jaminan yang bersifat fisik
ataupun nonfisik lebih besar jumlahnya lebih besar dari kredit yang diberikan.
5. Condition
Kriteria dari prinsip 5C yang terakhir adalah condition, yaitu kondisi perekonomian baik
yang bersifat general atau khusus pada bidang usaha yang dijalankan nasabah. Jika
memang kondisi perekonomian sedang tidak baik atau sektor usaha nasabah tidak
menjanjikan, biasanya bank akan mempertimbangkan kembali dalam memberikan kredit.
Hal ini terkait kembali dengan bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar
pinjamannya nanti yang tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi.
1. Personality
2. Party
Yang kedua dalam prinsip 7P adalah party, dimana calon peminjam dimasukkan ke dalam
beberapa golongan yang terkait dengan kondisi keuangannya. Biasanya pihak bank
mengklasifikasikan nasabah berdasarkan modal yang dimiliki, kepribadian, loyalitas, dan
lain sebagainya. Dengan adanya perbedaan klasifikasi dan golongan ini, akan ada
perbedaan pula dalam pemberian fasilitas kredit nantinya.
3. Purpose
Kriteria yang ketiga adalah purpose, yaitu apa tujuan dari calon peminjam dalam
mengajukan kreditnya pada lembaga keuangan. Pihak bank perlu mengetahui untuk apa
dana tersebut akan digunakan, misalnya untuk modal usaha, investasi, biaya pendidikan,
atau justru kegiatan konsumtif. Hal ini juga akan menyesuaikan dengan fokus dari bank
atau lembaga keuangan tersebut, misalnya jika bank tersebut berfokus pada pengelolaan
modal maka akan tepat bagi nasabah yang mengajukan kredit untuk usaha.
4. Prospect
Kriteria keempat dari prinsip 7P adalah prospect, yaitu bagaimana prospek dari usaha yang
dijalankan oleh calon peminjam. Tentu saja prinsip ini berlaku khusus bagi nasabah yang
mengajukan pinjaman untuk modal usaha atau bisnis yang dikelolanya. Dengan
mengetahui apakah usaha dan bisnis tersebut memiliki prospek ke depan yang bagus atau
tidak, maka bank pun dapat memprediksi bagaimana perkiraan kemampuan bayar dari
nasabah.
5. Payment
Masih berkaitan dengan kriteria sebelumnya, kriteria yang kelima ini juga bertujuan
mengukur bagaimana kemampuan bayar dari calon peminjam. Prinsip payment dilihat dari
sumber pendapatan nasabah, kelancaran usaha yang dijalankan, hingga prospek dari
usaha tersebut. Dengan begitu, pihak bank atau lembaga keuangan dapat menilai apakah
nasabah tersebut memang dapat membayar kreditnya atau tidak.
6. Profitability
7. Protection