Anda di halaman 1dari 8

Analisis Rasio (Solvabilitas, Profitabilitas & Pasar)

RASIO SOLVABILITAS/RASIO LEVERAGE KEUANGAN


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak
solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar
dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka
panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada
sisi kanan neraca.

Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset (Debt To Assets


Ratio)

Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset = Total Hutang / Total


Aset

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh


kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan
leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi. Penggunaan
financial leverage yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas
Modal Saham (Return On Equity/ROE) dengan cepat, tetapi
sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham
(ROE) akan menurun cepat pula. Risiko perusahaan dengan
financial leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula.

Rasio Times Interest Earned (TIE)/Interest Coverage

TIE = Laba Sebelum Bunga&Pajak (EBIT) / Bunga

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar


hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau menghitung
seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia
untuk menutup beban tetap bunga. Rasio yang tinggi
menunjukkan situasi yang aman, meskipun barangkali juga
menunjukkan terlalu rendahnya nya penggunaan hutang
(penggunaan financial leverage) perusahaan. Sebaliknya, rasio
yang rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen.
Rasio Fixed Charge Coverage

Fixed Charge Coverage = (EBIT + Biaya Sewa) / (Bunga+


Biaya Sewa)

Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan membayar beban


tetap total, termasuk biaya sewa. Memperhitungkan sewa, karena
meskipun bukan hutang, tetapi sewa merupakan beban tetap dan
mengurangi kemampuan hutang (debt capacity) perusahaan.
Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban
bunga.

RASIO PROFITABILITAS
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan
modal saham tertentu.

Profit Margin

Profit Margin = Laba Bersih (EAT) / Penjualan

Profit margin menhitung sejauh mana kemampuan


perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan
penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau
biaya yang terlalu tinggi untuk ingkat penjualan tertentu, atau
kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang
rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen.

ROA (Return On Assets)/ROI (Return On Investment)

ROA (ROI) = Laba Bersih (EAT) / Total Aset

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba


bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. ROA sering disebut juga
sebagai ROI (Return On Investment). Rasio yang tinggi
menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi
manajemen.

Kegunaan dari analisis ROI dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya


yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan
praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan
menggunakan teknik analisis ROI dapat mengukur efisiensi
penggunaan modal yang bekerja, efsiensi produksi dan
efisiensi bagian penjualan. Apabila suatu perusahaan pada
suatu periode telah mencapai operating asset turnover
sesuai dengan standar atau target yang telah ditetapkan,
tetapi ternyata ROI-nya masih dibawah standar target, maka
perhatian managemen dapat dicurahkan pada usaha
peningkatan efisiensi disektor produksi dan penjualan.
Sebaliknya apabila profit margin telah mencapai target atau
standar yang telah ditetapkan, sedangkan operating asset
turnover masih dibawah target maka perhatian managemen
dapat dicurahka nuntuk perbaikan kebijaksanaan investasi
baik dalam modal kerja maupun dalam aset tetap.
Rendahnya operating asset turnover ini bisa disebabkan
karena kesalahan dalam kebijakan pembelian bahan mentah
yang dibeli terlalu besar menumpuk di gudang.

2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri


sehingga dapat diperoleh ratio industri, maka dengan
analisis ROI ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan
modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang
sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya
berada dibawah, sama, atau diatas rata-ratanya. Dengan
demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan
apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

3. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi


aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu
dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam
bagian yang bersangkutan. Arti penting mengukur rate of
return pada tingkat bagian adalah untuk dapat
membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang
lain didalam perusahaan yang bersangkutan.

Kelemahan analisis ROI yaitu:

1. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aset antara


perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain,
perbandingan tersebut akan dapat memberi gambaran yang
salah. Ada berbagai metode penilaian inventory (FIFO, LIFO,
The Lower Cost Or Market Valuation) yang digunakan akan
berpengaruh terhadap besarnya nilai inventory, dan yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap jumlah aset.
Demikian pula adanya berbagai metode depresiasi akan
berpengaruh terhadap jumlah asetnya.

2. Kelemahan lain dari teknik analisis ini adalah terletak pada


adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin
atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan
inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak
ada inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam menghitung
investment turnover dan profit margin.

Return On Equity (ROE)

ROE = Laba Bersih (EAT) / Modal Saham

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba


berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun,
rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham,
rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain
untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur
return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh
ROA dan leverage keuangan perusahaan. Selain itu ROE bisa
dihitung dengan cara:

ROE = Laba Bersih (EAT) - Dividen Saham Preferen / Rata-


Rata Modal Saham
Bagian atas persamaan tersebut (numenator) mencerminkan
bagian laba yang bisa dialokasikan ke pemegang saham untuk
periode tertentu, setelah semua hak-hak kreditur dan saham
preferen telah dilunasi, biaya bunga telah dikurangkan dari laba
bersih. Sementara dividen untuk saham preferen belum
dikurangkan. Karena itu dividen untuk saham preferen mesti
dikurangkan dari laba bersih perusahaan untuk memperoleh hak
bersih pemegang saham biasa. Pembagi (denominator)
persamaan diatas mengukur rata-rata jumlah saham yang
digunakan selama periode tersebut. Saham biasa sama dengan
total saham dikurangi nilai dari nominal saham preferen.

Contoh Analisis Rasio Profitabilitas:


PT. MAUNYA LABA
Laporan Laba-Rugi
Per 31 Desember 2010
Penjualan Bersih Rp 112.760.000
Harga Pokok Penjualan (HPP) (85.300.000)
Laba Kotor 27.460.000
Biaya Pemasaran Rp (6.540.000)
Biaya Admin & Umum (9.400.000)
Biaya Operasional (15.940.000)
Laba sebelum bunga & Pajak (EBIT) 11.520.000
Bunga Hutang (jika ada) (3.160.000)
Laba Sebelum Pajak (EBT) 8.360.000
Pajak Pendapatan (48%) atas EBT (4.013.000)
Laba setelah pajak (EAT) 4.347.000
Catatan: Total aset PT. MAUNYA LABA = Rp 81.890.000,-
Adapun Rasio Profitabilitas yang akan dipakai adalah:

Profit margin

Return On Investment (ROI)


Profit Margin
Profit Margin = Laba Bersih (EAT) / Penjualan
= 4.347.000 / 112.760.000 = 0.0386 = 3,86%

Apabila Profit Marginnya mengalami penurunan, berarti biaya


meningkat relatif besar dibanding dengan peningkatan penjualan.
Return On Investment (ROI) atau Return On Assets (ROA)
ROI = Laba Bersih (EAT) / Total Aset
= 4.347.000 / 81.890.000 = 0,0531 = 5,31%

ROI = 5,31% artinya menunjukkan kemampuan perusahaan


menghasilkan laba dari aset yang dipergunakan, berarti dengan
Rp 1.000,- aset akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp
53,10 atau dengan Rp1,- menghasilkan laba bersih (EAT) Rp
0,0531,-

RASIO PASAR
Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif
terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak
berdasar pada sudut investor atau calon investor, meskipun pihak
manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini.

Earning Per Share (EPS)

EPS = Laba Bersih (EAT) / Jumlah Saham


Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai
keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya.
Keuntungan per lembar saham biasanya merupakan indikator
laba yang diperhatikan oleh para investor yang merupakan angka
dasar yang diperlukan dalam menentukan harga saham. Earning
per share atau laba per lembar saham merupakan ukuran
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per
lembar saham pemilik.

PER (Price Earning Ratio)

PER = Harga Pasar Per Lembar / Earning Per Lembar


PER melihat harga saham relatif terhadap earning-nya.
Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai
prospek baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya
perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah
akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang
terlalu tiggi barangkali tidak menarik karena harga saham
barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan
memperoleh capital gain akan lebih kecil.

Dividend Yield

Dividend Yield = Dividen Per Lembar / Harga Pasar Saham Per


Lembar

Dari segi investor, rasio ini cukup berarti karena dividend yield
merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh
investor. Bagian return yang lain adalah capital gain, yang
diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli.
Apabila selisih negatif yang terjadi, maka terjadi capital loss.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan
yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena
dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali, dan juga
karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang
mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. Sebaliknya,
perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang rendah
akan memberikan dividen yang tinggi dan dengan demikian
mempunyai dividend yield yang tinggi pula.

Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Pay-Out Ratio)

Rasio Pembayaran Dividen = Dividen Per Lembar / Earning Per


Lembar

Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan


sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan
akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai
rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan
yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio
yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari
kebijakan dividen perusahaan.

Referensi:
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan
Keuangan. Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

https://adifirman.wordpress.com/2011/03/28/definisi-analisa-
rasio/#more-230

Anda mungkin juga menyukai