BAB 10
RASIO ANTAR LAPORAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah berakhirnya perkuliahan dengan bahasan “Rasio Antar Laporan” ini,
mahasiswa mampu menentukan kinerja keuangan perusahaan, karateristik
industri serta potensi kebangkrutan berdasarkan rasio-rasio profitabilitas, rasio
aktifitas serta rasio leverage, baik bagi perusahaan jasa, manufaktur,
perdagangan, ekstratif terutama bagi perusahaan terbuka yang listing di pasar
modal
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah berakhirnya perkuliahan dengan bahasan “Rasio Antar Laporan” ini,
mahasiswa mampu :
1. Menghitung tujuh jenis rasio yang berada dalam klasifikasi Rasio Profitabilitas.
2. Menghitung enam jenis rasio yang berada dalam klasifikasi Rasio Aktivitas
3. Menghitung lima jenis rasio yang berada dalam klasifikasi Rasio Leverage
4. Menghitung empat jenis rasio yang berada dalam klasifikasi Rasio Likuiditas
5. Mengukur karateristik industri berdasarkan kemampuan menghasilkan laba
6. Menilai potensi kebangkrutan suatu usaha berdasarkan rasio-rasio keuangan
Ringkasan Materi :
1. Rasio Profitabilitas.
2. Rasio Aktivitas
3. Rasio Leverage
4. Rasio Likuiditas
5. Metoda Du Pont
6. Analisis Deskriminan
RASIO KEUANGAN.
Pengukuran yang paling populer dalam menilai kinerja keuangan perusahaan
adalah dengan mengevaluasi data akuntansi berupa laporan keuangan, hal ini
terutama disebabkan karena laporan keuangan disusun berdasarkan standar
penyusunan laporan keuangan dan diterapkan secara meluas oleh perusahaan-
perusahaan. Untuk mengevaluasi data akuntansi, dapat digunakan rasio-rasio
keuangan atau rasio finansial.
Rasio keuangan menjelaskan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain dalam suatu laporan keuangan. Tujuan analisis rasio
keuangan dimaksudkan agar perbandingan-perbandingan yang dilakukan
terhadap pos-pos dalam laporan keuangan merupakan suatu perbandingan yang
logis, dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang memang telah diakui
mempunyai manfaat tertentu pula, sehingga hasil analisisnya layak dipakai
sebagai pedoman pengambilan keputusan. Rasio keuangan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu: rasio profitabilitas, rasio
aktivitas, rasio leverage, dan rasio likuiditas. Berikut akan dibahas secara lebih
terperinci beserta formua untuk menghitung masing-masing rasio tersebut .
RASIO RENTABILITAS.
Rasio Rentabilitas atau disebut juga Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang
dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan jumlah penjualan, aktiva,
laba maupun modal sendiri, rasio Rentabilitas dikenal pula dengan rasio
Profitabilitas. Terdapat 5 jenis rasio rentabilitas, yaitu: Gross Profit Margin, Net
Profit Margin,Return On Invesment, Return on Equity, Operating Profit Margin,
serta Basic Earning Power, berikut akan dibahas secara ringkas masing-masing
rasio tersebut serta formulasi untuk menghitungnya.
destian @rshad_2018 75
APDK – 2 BAB 10 Rasio Laporan Keuangan
1. Gross Profit Margin.
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian
harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin besar gross profit
margin maka akan semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini
menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin
semakin kurang baik operasi perusahaan. Untuk menghitung GPM dapat
menggunakan formula berikut :
Laba Kotor
Gross Profit Margin ... ...
Penjualan
Gambar 10.1
2. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin
tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Laba Setelah Pajak
Net Profit Margin .... .
Penjualan
Gambar 10.2
3. Return On Invesment.
Return on investment (ROI) merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. ROI merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di perusahaan,
semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Laba Setelah Pajak
Return On Invesment . .....
Total Aktiva
Gambar 10.3
Selain dengan formula diatas, ROI dapat pula dihitung dengan :
Total Ekuitas
Gambar 10.5
5. Basic Earning Power
Basic Earning Power (BEP) atau dikenal pula dengan sebutan Rentabilitas
Ekonomi atau merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total
asset. Jadi rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa besar kemampuan
asset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau
pendapatan atau dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi menunjukkan
kemampuan total aset dalam menghasilkan laba.
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Basic Earning Power ......
Total Aktiva
Gambar 10.6
6. Operating Profit Margin
Operating Profit Margin (OPM) merupakan perbandingan antara laba usaha
dan penjualan. OPM merupakan rasio yang menggambarkan apa yang
biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan
destian @rshad_2018 76
APDK – 2 BAB 10 Rasio Laporan Keuangan
yang dilakukan,
semakin tinggi OPM maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.
Laba Operasi
Operating Profit Margin .. ....
Penjualan
Gambar 10.7
7. Earning Per Share
Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan
menghasilkan laba untuk setiap lembar saham, EPS menggambarkan
keberhasilan pencapaian tujuan utama perusahaan oleh karena itu sangat
diminati oleh pemeilik perusahaan (pemegang saham), mamnajemen maupun
(calon) investor Earning per share dihitung dengan formula
Laba Bersih Setelah Pajak - Deviden Saham Preferen
Earning Per Share . . .. . .
Gambar 10.8
RASIO AKTIFITAS.
Pada dasarnya Rasio Aktifitas mengukur tingkat produktivitas kualitas aktiva,
dimana dengan aktifitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu, maka
akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan (idle money) yang
tertanam pada aktiva-aktiva tersebut, dana kelebihan tersebut akan lebih baik
bila ditamakan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Terdapat enam jenis rasio aktifitas yang biasa digunakan oleh berbagai kalangan
sebagai salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu
Rasio Perputaran Modal kerja (Working Capital Turn Over) Periode Pengumpulan
Hutang (rata-rata umur piutang), Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan
(Inventory Turn Over) , Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over) dan
Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over), berikut akan dibahas secara
lebih mendetail amsing-masing rasuo aktivitas tersebut.
1. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih, dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar.
Perputaran modal kerja merupakan rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur aktifitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban
lancar serta menuinjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat
diperoleh perusaaan untuk tiap rupiah modal kerja. Working Capital Turn Over
atau Rasio Perputaran Modal Kerja ini dapat dihitung dengan formula:
Penjualan
Rasio Perputaran Modal Kerja .. . . ..
Penjualan Kredit
Gambar 10.12
3. Perputaran Piutang.
destian @rshad_2018 77
APDK – 2 BAB 10 Rasio Laporan Keuangan
Rasio Perputaran Piutang dapat digunakan untuk mengukur kualitas piutang
serta efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan
kreditnya. Dengan rasio ini dapat dianalisis efisiensi modal kerja dalam
kaitannya dengan seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas,
dimana semakin lama jangka waktu pelunasan piutang tersebut, maka akan
semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang (piutang
ragu-ragu dan piutang dihapuskan) Dengan Rasio Perputaran Piutang dapat
diukur efektifitas pengelolaan piutang, dimana semakin tinggi tingkat
perputarannya maka akan semakin efektif pula pengelolaan piutangnya.
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang .. ...
Aktiva Tetap
Gambar 10.12
Total Aktiva
Gambar 10.13
RASIO LEVERAGE.
Rasio Leverage atau disebut juga dengan istilah Rasio Solvabilitas merupakan
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup
untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable,
sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu
ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid.
Terdapat beberapa jenis rasio Leverage, antara lain rasio hutang (debt ratio) ,
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio)
1. Rasio Hutang (Debt Ratio).
Rasio Hutang (Debt Ratio) atau dikenal pula dengan Rasio Hutang Terhadap
Aktiva (Debt To Asset Ratio /DAR) ini mengukur prosentase besarnya dana
destian @rshad_2018 78
APDK – 2 BAB 10 Rasio Laporan Keuangan
yang berasal dari hutang, baik jangka pendek maupun yang jangka panjang,
semakin tinggi tingkat DAR, maka semakin lemah (insolvable) dalam
menyelesaikan segala kewajibannya dengan aset yang dimiliki, demikian
pula sebaliknya, semakin rendah tingkat DAR maka akan semakin tinggi
untuk menyelasaikan segala kewajibannya (solvable).
Total Hutang
Debt Ratio ......
Total Aktiva
Gambar 10.14
Gambar 10.17
Gambar 10.18
RASIO LIKUIDITAS.
destian @rshad_2018 79
APDK – 2 BAB 10 Rasio Laporan Keuangan
Rasio likuiditas dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh
kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban yang harus dipenuhi
berupa hutang jangka pendek. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila
mampu membayar atau melunasi semua kewajiban hutang jangak pendeknya,
sementara suatu perusahaan dikatakaj ilikuid apabila tidak mampu
menyelesaikan segala kewajiban jangka pendeknya.
Untuk mengukur kemampuan likuiditas perusahaan dapat digunakan beberapa
rasio, antara lain Current Ratio, Cash Ratio, Quick Ratio dan Net Working Capital,
berikut akan dibahas secara lebih mendetail masing-masing rasio tersebut.
1. Current Ratio
Current Ratio dihitung dengan jalan membandingkan aktiva lancar dengan
hutang lancar. Current Ratio memberikan informasi tentang kemampuan
aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva lancar meliputi kas,
piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang
lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan
hutang lainnya yang segera harus dibayar. Tingkat rasio yang berada diatas 1
(> 100%) menunjukkan kemampuan aktiva lancar diatas kebutuhan untuk
memenuhi kewajiban kangka pendeknya (likuid), sedangkan apabila kurang
dari 1 (<100%), menunjukan ketidakcukupan (ilikuid) aktiva lancar untuk
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Untuk menghitung tingkat current
ratio, dapat digunakan formulasi:
Kas Efek
Current Ratio .. .. ..
Hutang Lancar
Gambar 10.20
Hutang Lancar
Gambar 10.21
destian @rshad_2018 80
APDK – 2 BAB 10 Rasio Laporan Keuangan
diketahui seberapa besar kemampuan membayar hutang dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Aktiva Lancar
Net Working Capital . ...
Hutang Lancar
Gambar 10.23
destian @rshad_2018 81
APDK – 2 BAB 10 Rasio Laporan Keuangan
Instruksi :
Lakukan analisis kinerja keuangan badan usaha berdasarkan laporan keuangan
perusahaan
destian @rshad_2018 82