PENDAHULUAN
Penempatan dana perbankan dapat dilakukan pada aktiva jangka pendek misalnya pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, kredit jangka pendek atau pada aktiva
finansial jangka panjang. Penempatan dana pada aktiva jangka pendek umumnya
mempunyai tujuan yang sangat sederhana, yaitu untuk memperoleh pendapatan dan
untuk memelihara likuiditas bank. Sedangkan penernpatan untuk jangka panjang tidak
sekedar untuk memperoleh pendapatan, tapi bisa jadi untuk menyisihkan atau membentuk dana
khusus; untuk mengendalikan perusahaan lain yang sahamnya dibeli; untuk mengurangi
persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang sejenis; untuk menguasai pangsa pasar
produk atau jasa perbankan tertentu; atau mempunyai tujuan untuk menyelamatkan dana
perbankan yang telah tertanam dalam bentuk kredit di perusahaan lain.
b. Penurunan nilai penyertaan yang disebabkan oleh perusahaan mengalami kerugian yang
sangat material.
Contoh:
Misalkan pada tanggal 1 Januari 2003 Bank Bintang Buana melakukan pembelian Saham
Biasa PT.”PSP” Multi Finance sebanyak 450.000 lembar @ Rp10.000,-. Harga kurs 103%.
Kepemilikan ini menempatkan Bank Bintang Buana sebagai pemegang saham dengan
pangsa 15% dari seluruh saham PT.PSP Multi Finance yang beredar. Biaya biaya pembelian
saham ini adalah sebesar Rp5.000.000. Pembelian saham dilakukan secara tunai.
Tanggal 31 Desernber 2003, PT.PSP Multi Finance melaporkan telah memperoleh laba
sebesar Rp 8.600.000.000. Selajutnya pada tanggal 31 Januari 2004 PT.PSP Multi Finance
mengumumkan akan membagikan dividen dari laba yang diperoleh, sebanyak 70% nya -
secara tunai.
Tanggal 1 Februari 2004 PT. PSP membagikan dividen secara tunai kepada para
pemegang saham.
Pencatatan transaksi dengan menggunakan cost method di Bank Bintang Buana adalah
sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debet(Rp) Kredit (Rp)
Keterangan:
Nilai Penyertaan = 450.000 Ib x 10.000 X 103% = Rp 4.640.000.000,-
Bagian dividen Bank Bintang Buana = 8.600.000.000 x 70% x 15% = Rp 903.000.000,-
Dividen juga dapat diterima dalam bentuk saham. Misalnya dari contoh ini pada tanggal 31
Januari 2003 PT. PSP Multi Finance membagikan dividen saham (Stock Divident) sebanyak
1 lembar untuk setiap kepemilikan 5 lembar saham biasa. Dalam hal penerimaan dividen
berupa saham,maka tidak akan menambah harga perolehan dan tidak diakui sebagai
pendapatan, akan tetapi pengaruhnya akan menurunkan harga perolehan per lembar saham.
Berdasarkan kasus ini, maka Bank Bintang Buana akan menerima dividen sebanyak 450.000
x (1/5) = 90.000 lembar yang hanya dicatat secara administratif saja. Dengan penerimaan
stock divident ini berarti Bank Bintang Buana memiliki saham PT PSP Multi Finance
sebanyak 540.000. Harga perolehan per lembar saham menjadi Rp4.640.000.000 : 540.000 =
Rp8.593. Turunnya harga perolehan per lembar saham ini akan berpengaruh positif terhadap
laba penjualan saham tersebut bila saham itu dijual.
Contoh:
Dengan merujuk contoh pada metode harga perolehan diatas, dan diasumsikan kepemilikan
saham PT Bank Bintang Buana sebanyak 450.000 lembar merupakan pangsa kepemilikan
40% saham PT PSP Multi Finance, maka pencatatan dengan metode ekuitas di PT Bank
Bintang Buana sebagai berikut:
Bila nilai penyertaan Rp4.640.000.000 menempati posisi 40% dari Saham Biasa
PT. PSP, maka saham PT. PSP yang beredar senilai (4.640.000.000/40) x 100 =
Rp11.600.000.000. Ketika PT PSP melaporkan memperoleh laba sebesar
Rp8.600.000.000 pada tanggal 31 /12-2003, maka yang diperhitungkan oleh bank sebesar
Rp8.600.000.000 x 40% = Rp3.440.000.000. Untuk tanggal 31 Januari 2004, piutang
dividen yang diperhitungkan adalah sebesar Rp8.600.000.000 x 70% x 40% =
Rp2.408.000.000. Sebagai tambahan informasi, untuk penerimaan dividen berupa saham,
pengaruhnya akan memperkecil nilai saham per lembar. Penerimaan dividen saham
ini tidak akan dijurnal tetapi hanya dicatat secara administrative.
Pada kasus tertentu perusahaan anak atau PT. PSP Multi Finance mengalami
kerugian yang material. Jika hal ini misalkan saja terjadi, maka bank sebagai peserta
harus ikut menanggung risiko yang dibebankan kepada rekening penyertaan. Misalnya
pada akhir tahun 2003 PT. PSP Multi Finance mengalami kerugian sebesar
Rp100.000.000, maka bank akan menjurnalnya sebagai berikut:
Kredit macet yang terjadi oleh pihak debitur harus diselamatkan oleh bank selaku kreditur.
Penyelamatan kredit dapat dilakukan dengan cara merestrukturisasi kredit atau dengan cara
pengalihan kredit menjadi penyertaan. Penyelamatan kredit dengan mengalihkan ke
penyertaan merupakan perubahan hubungan dari hubungan hutang-piutang menjadi hubungan
kepemilikan. Oleh karena itu bank harus menyesuaikan jurnal perkreditan ke jurnal
penyertaan. Untuk mencatat pengalihan kredit menjadi penyertaan, bank dapat mencatatnya
dengan equity method sebesar nilai wajar dari saham yang diterima. Nilai wajar saham adalah
nilai yang disepakati oleh kedua belah pihak. Selisih antara nilai saham dengan nilai kredit yang
dialihkan harus dicatat pada rekening laba atau rugi pada. periode pengalihan kredit tersebut.
Contoh:
Misalkan, pada tanggal 1 Mei 2003 diketahui bahwa nasabah debitur PT.ASF Multi Finance
telah mengalami penurunan kinerja, sehingga tidak sanggup lagi untuk melunasi kredit yang
diberikan oleh PT. Bank Bintang Buana. Kredit yang diberikan telah menjadi kredit
bermasalah. Dengan kesepakatan antara PT.ASF dan PT. Bank Bintang Buana, nilai kredit
tersebut dialihkan menjadi penyertaan dengan nilai wajar yang disepakati untuk saham
BAB Akuntansi Penyertaan Saham Hal. 4
sebesar Rp10.200,- per lembar. Sedangkan jumlah sahamnya sebanyak 500.000 lembar.
Jumlah pokok kredit yang bermasalah adalah sebesar Rp5.000.000.000,- dan tunggakan
bunga kreditnya berjumlah Rp300.000.000,- Total Rp 5.300.000,000,-
Pencatatan Di PT. Bank Bintang Buana, adalah sebagai berikut: