Anda di halaman 1dari 10

KUALITAS KREDIT DAN PENYELAMATAN

1. Pendahuluan
Penempatan dana pada kredit harus dipelihara. Untuk memelihara kredit yang
berkualitas perlu berpegang pada prinsip kehati-hatian bank dan melaksanakan analisis
kredit yang tepat. Prinsip kehati-hatian yang harus ditaati adalah tidak melanggar Loan to
deposit ratio, tidak melanggar batas maksimum pemberian kredit (BMPK) atau Legal
Lending Limit (LLL) dan mematuhi ketentuan 20% portofolio kredit harus disalurkan ke
UKM dan Koperasi.
Kredit berkualitas atau tidak berkualitas dimulai saat analisis kredit. Keputusan kredit
yang salah merupakan potensi terjadinya kualitas kredit yang rendah atau potensi
terjadinya kredit bermasalah. Penurunan kualitas kredit bisa disebabkan nasabah itu
sendiri, kondisi perekonomian yang memburuk. Kualitas kredit yang semakin menurun
(peningkatan kredit bermasalah) membawa pengaruh negatif terhadap bank sebagai
kreditur. Penilaian kualitas kredit merupakan salah aktivitas pengawasan kredit
perbankan yang dilakukan oleh bagian pengawasan kredit. Tujuan penilaian kredit
adalah untuk mengetahui kolektibilitas kredit, dengan demikian bank dapat melakukan
evaluasi dan strategi untuk mengamankan kreditnya.

2. Kualitas Kredit Bank Umum


Kualitas kredit Bank Umum didasarkan pada kolektibilitas atau ketepatan
pembayaran kembali angsuran pokok dan bunga serta kemampuan peminjam dari
keadaan usahanya. Dengan dasar tersebut maka kualitas kredit dapat ditetapkan
berdasarkan klasifikasi/kolektibilitas. Kolektibilitas atau kualitas kredit menurut SK DIR.
BI No.30/267/Kep/DIR/1998 adalah :
1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria :
 Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu dan
 Memiliki mutasi rekening yang aktif atau
 Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
 Tidak terdapat cerukan (overdraft)
2. Mutasi rekening masih relatif aktif atau Dalam Perhatian Khusus (special mention),
apabila memenuhi kriteria :
 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90
hari atau
 Kadang-kadang terdapat cerukan atau

 Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan atau
 Didukung oleh pinjaman baru
3. Kurang Lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria :
 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90
hari atau
 Sering terjadi cerukan atau
 Frekuensi mutasi rekening relatif rendah atau
 Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari atau
 Terdapat indikasi masalah keuangan yan dihadapi debitur atau
 Dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Diragukan (daubtful), apabila memenuhi kriteria :


 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180
hari atau
 Terjadi cerukan yang bersifat permanen atau
 Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari atau
 Terjadi kapitalisasi bunga atau
 Dokumentasi hukum yang lebih baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan
jaminan.

5. Macet (loss), apabila memenuhi kriteria :


 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270
hari atau
 Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru atau
 Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan dengan
nilai yang wajar.
Kriteria-kriteria di atas akan berubah apabila menurut penilaian keadaan usaha
peminjam diperkirakan tidak mampu untuk mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya.
3. Indikasi Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah sebenarnya bersifat kasuasitas yang artinya masalah yang ada pada
debitur akan berbeda dengan debitur lainnya. Kredit macet atau bermasalah yang terjadi
secara tiba-tiba tanpa dimulai tanda-tanda atau sinyal adalah sangat langka. Bank dapat
mendeteksi dari variabel-variabel dalam penetapan kolektibilitas yang didasarkan pada
kriteria tunggakan hutang pokok dan bunga dan cerukan (overdraft).
Suatu kredit dikatakan bermasalah bila memenuhi kriteria kolektibilitas 2 sampai dengan
4. Indikasi lain terjdinya kredit bermasalah (selain disebutkan dalam kolektibilitas kredit)
dapat dilihat dari beberapa hal yaitu :
1. Perputaran piutang dan persediaan menurun, penurunan current ratio, peningkatan
aktiva tetap lebih dari pada aktiva lancarnya, ekaspansi yang berlebihan, ada
penundaan pembayaran hutang.
2. Penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan tujuan yang disepakati
3. Mutasi giro debitur sering terjadi saldo negatif atau gironya pasif
4. Rekening simpanan debitur ditarik dalam jumlah besar atau ditarik sekaligus
5. Terdapat tunggakan bunga dan pokok dalam jumlah yang material
6. Nasabah sering menghindar bila dihubungi bank
7. Nasabah sering pindah kantor
8. Sering terjadi pergantian pengurus atau karyawan kunci
9. Timbulnya kelemahan pada manajemen debitur misalnya terjadi perselisihan di
antara pengurus
10. Pengurus tersangkut perkara pidana atau terdapat informasi gugatan hukum atau
perkara lain dari pihak lain
11. Ketidakmampuan membayar
12. Terjadi likuidasi anak perusahaan debitur oleh bank lain.
ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

a. Pelunasan
Untuk pelunasan kredit, debitur dapat mengajukan permohonan pelunasan kredit
dengan skema :
 Pembayaran oleh pihak lain
 Pengambilalihan oleh perusahaan lain
 Penyelesaian sendiri oleh yang bersangkutan

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


 Dalam rangka pelunasan kredit apabila debitur meminta keringanan pembayaran,
maka yang dapat dipertimbangkan adalah keringanan pembayaran tunggakan
bunga melalui melalui penetapan suku bunga yang lebih rendah dari yang umum
berlaku. Tingkat suku bunga harus ditetapkan dalam batas kemampuan optimal
debitur, tetapi paling rendah sebesar cost of fund bank kecuali ada kebijakan
hutang pokok harus dilunasi dan tunggakan bunga dapat dihilangkan.
 Dalam hal penjualan barang jaminan, harus dinilai kewajaran harga penjualannya
berdasarkan harga pasar yang berlaku pada saat penjualan melalui informasi dari
berbagai pihak yang kompoten. Pada dasarnya harga penjualan tidak boleh
rendah dari harga pasar mutahir dan harga taksasi pada waktu kredit direalisasi,
kecuali bila berdasarkan penelitian mutahir ternyata harga taksasi semula yang
dimaksud tidak realistis lagi.

b. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)

Rescheduling adalah perubahan syarat kredit yang hanya terbatas pada perubahan
jadwal pembayaran atau jangka waktu, termasuk masa tenggang baik meliputi perubahan
besar besarnya angsuran maupun tidak. Jadi keringanan yang diberikan adalah :

1. Memperpanjang jangka waktu kredit


2. Memperpanjang jarak waktu angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan setiap 3
bulan, kemudian menjadi 6 bulan.
3. Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka
waktu kredit.

c. Persyaratan Kembali (Reconditioning)


Reconditioning adalah adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit
yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau
persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.
Perubahan syarat tersebut antara lain :
1. Penetapan suku bunga yang lebih rendah
Bila berdasarkan perhitungan usaha debitur tidak dapat mendukung pembayaran
bunga sebesar yang telah dipersyaratkan semula, dapat dipertimbangkan penetapan
suku bunga yang lebih rendah seasuai kemampuan optimal debitur dengan syarat
sebagai berikut :
 Penetapan suku bunga yang lebih rendah dapat diberikan setelah dilakukan
pertimbangan yang matang atas usaha debitur dan diperkirakan bahwa dengan
pemberian keringanan bunga tersebut dapat menyelamatkan usaha debitur serta
menyelamatkan kredit yang deberikan.
 Penurunan tingkat suku bunga dapat disertai perubahan jangka waktu maupun
jadwal pembayaran serta besarnya angsuran sejauh tidak menyangkut perubahan
limit kredit.

2. Penukaran jaminan
 Seluruh atau sebagian jaminan pokok/tambahan dapat ditukar dengan jaminan
lain dengan syarat : nilai barang jaminan pengganti minimal sebesar nilai jaminan
tambahan yang diganti, bukti pemilikan kekuatannya untuk diikat secara yuridis
tidak lebih lemah, kemungkinan untuk dilikwidasi tidak lebih sulit.
 Penilaian harga taksasi jaminan tambahan pengganti maupun yang diganti harus
dilakukan sesuai harga pasar pada saat penggantian.
 Penukaran jaminan tambahan dimaksud tidak menyebbkan perubahan limit
kredit.
d. Penataan Kembali (Restructuring)
Restructuring adalah perubahan syarat – syarat kredit yang menyangkut :
1. Penambahan dana bank
2. Konverersi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan atau
konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan.
Penyelamatan dengan cara ini dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau
persyaratan kembali apabila :
a. Penambahan limit kredit
Bilamana usaha debitur diperhitungkan hanya akan dapat berjalan dan mampu
mendukung kelancaran fasilitas kredit yang diberikan bila mencapai omzet tertentu
dan untuk mencapainya memerlukan modal tertentu, dapat dipertimbangkan
pertambahan limit kredit.
b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru.
Konversi dapat dilaksanakan setelah dilakukan penilaian bahwa setelah konversi
debitur akan mampu membayar bunga dan seluruh kewajibannya sesuai waktu yang
ditentukan berdasarkan kelayakan proyeksi cash flow yang bersangkutan.
c. Penjualan sebagian jaminan untuk menurunkan limit kredit.
Hasil penjualan barang jaminan didahulukan untuk melunasi biaya tertunggak yaitu
biaya premi asuransi, biaya pengikatan jaminan, tunggakan bunga dan sisanya untuk
menurunkan hutang pokok.

e. Penyerahan Kredit macet ke BUPN/BUPLN


Kredit macet sebelum diserahkan ke BUPN/BUPN oleh bank harus dihapus bukukan
terlebih dahulu dari rekening pinjaman di file data base (komputer) kantor cabang.
Untuk itu kantor cabang dapat mengusulkan ke kantor pusat pada Divisi Perkreditan
dan selanjutnya Divisi Kredit akan meneruskan usulan kantor cabang ke direksi.
Apabila usulan kantor cabang dapat disetujui direksi, maka akan disampaikan oleh
Divisi Perkreditan ke kantor cabang dan proses selanjutnya adalah penghapusan
fasilitas kredit di file data base perkreditan kantor cabang selanjutnya penghapusan
fasilitas kredit di file data base perkreditan kantor cabang sehingga fasilitas kredit
bersaldo RP 1.
Penyerahan penagihan kredit macet ke BUPN/BUPLN dapat dilakukan setelah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Telah diupayakan penagihan kredit seoptimal mungkin tetapi tidak berhasil
2. Tidak memenuhi kriteria untuk dilakukan penyelamatan kredit baik berupa
rescheduling, reconditioning maupun restructuring.
3. Semua berkas perkreditan diteliti kembali keabsahannya, pengikatan jaminan telah
dilaksanakan secara optimal.
4. Telah memenuhi tata cara dan prosedur penyerahan kepada BUPN/PUPN
PPAP (Penyisihan Penghapusan Aset Produktif)

Penyisihan penghapusan Aset Produktif (PPAP) istilah dalam bahasa Inggris Provision
for Loan Loses , adalah cadangan yang harus dibentuk bank sebesar persentase tertentu
dari baki debet (saldo kredit) berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif
(KAP), PBI No 13/26/PBI/2011. Untuk menghitung PPAP menggunakan rasio yang
disebut Rasio PPAP terhadap aktiva produktif, adalah perbandingan antara PPAP
yang telah dibentuk dengan total aktiva produktif. Rasio PPAP dihitung dengan
formula:

Rasio pemenuhan PPAP, adalah perbandingan antara PPAP yang telah dibentuk
dengan PPAP yang wajib dibentuk. Rasio ini dihitung dengan formula:

x 100%

Setelah revisi PSAK 55 tahun 2006, PPAP diganti dengan Cadangan Kerugian
Penilaian Nilai (CKPN). Dana yang dibentuk/disisihkan dinilai dari hasil evaluasi
kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Apabila menurut bank terdapat bukti objektif
bahwa kredit yang disalurkan mengalami impairment (penurunan), maka bank
membentuk dana (cadangan) atas kredit tersebut.
Peraturan Bank Indonesia No 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Asset
Bank Umum. Sejak berlakunya Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur mengenai
pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam rangka
pencadangan kerugian aset, bank umum diwajibkan membentuk CKPN sebagai
pengganti Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) dalam laporan keuangan bank, namun
demikian dalam rangka memenuhi prinsip kehati-hatian perbankan, Bank Indonesia
tetap mewajibkan bank umum untuk menghitung PPA walaupun hasil perhitungan PPA
tersebut tidak dicatat dalam laporan keuangan bank. PPA tersebut akan mempengaruhi
perhitungan modal dalam perhitungan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM/CAR) dengan cara sebagai berikut:
1. PPA atas Aset Produktif
a. Dalam hasil perhitungan PPA wajib atas Aset Produktif lebih besar dari CKPN
yang dibentuk, bank memperhitungkan selisih perhitungan PPA dengan CKPN
menjadi pengurang modal dalam perhitungan rasio KPMM.
b. Dalam hasil perhitungan PPA wajib atas Aset Produktif sama dengan atau lebih
kecil dari CKPN yang dibentuk, bank tidak dapat memperhitungkan selisih
perhitungan PPA dengan CKPN dalam perhitungan rasio KPMM.

Contoh PPA atas Aset Produktif


Modal Bank X sebesar Rp 100.000.000.000.(seratus milyar rupiah) dan hasil
perhitungan PPA wajib atas kredit sebesar Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar
rupiah), maka pengaruh perhitungan PPA terhadap modal adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pengaruh perhitungan PPA atas Aset Produktif terhadap modal


Skenario Hasil CKPN Selisih Pengaruh Modal
Perhitungan Yang Terhadap Setelah
PPA dibentuk Perhitungan Dipengaruhi
Rasio KPMM perhitungan
PPA
1 10.000.000.000 8.000.000.000 (2.000.000.000) (2.000.000.000) 98.000.000.000
2 10.000.000.000 10.000.000.000 0 0 100.000.000.000

3 10.000.000.000 11.000.000.000 1.000.000.000 0 100.000.000.000

2. PPA atas Aset Non Produktif


Untuk Aset Non Produktif, bank memperhitungkan seluruh hasil perhitungan PPA
sebagai pengurang dalam perhitungan rasio KPMM.
Contoh PPA atas Aset Non Produktif
Modal Bank X sebesar Rp 100.000.000.000 (seratus milyar rupiah) dan bank
memiliki AYDA (Agunan Yang Diambil Alih) selama 4 tahun, sehingga kualitas
AYDA tersebut diragukan. Oleh karena itu PPA yang dihitung atas AYDA tersebut
50% (lima puluh persen) dari nilai AYDA setelah dikurangi penurunan nilai.
Dengan demikian pengaruh perhitungan PPA terhadap perhitungan rasio KPMM
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Pengaruh perhitungan PPA atas Aset Non Produktif terhadap modal
Skenario Nilai Penurunan Nilai PPA Non Pengaruh Modal setelah
AYDA nilai atas AYDA Produktif terhadap dipengaruhi
AYDA setelah Yang perhitungan Perhitungan
penurunan wajib Rasio PPA Non
nilai dihitung KPMM Produktif

1 1.000.000.000 0 1.000.000.000 50% × 500.000.000 99.500.000.000


1.000.000.000
=
500.000.000
2 1.000.000.000 200.000.000 800.000.000 50% × 400.000.000 99.600.000.000
800.000.000
=
400.000.000

Untuk kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan jumlah tertentu, penerapan
kualitas kredit hanya dapat didasarkan pada ketepatan pembayaran, maka ditetapkan
sebagai berikut:
▪ Lancar/Pass (Kolektibilitas 1), yaitu apabila tidak ada tunggakan pembayaran pokok
dan/atau bunga.
▪ Dalam Perhatian Khusus/Special Mention (Kolektibilitas 2), apabila terdapat
tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari.
▪ Kurang Lancar/Substandard (Kolektibilitas 3), apabila terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 120 hari.

Anda mungkin juga menyukai