1. Pendahuluan
Penempatan dana pada kredit harus dipelihara. Untuk memelihara kredit yang
berkualitas perlu berpegang pada prinsip kehati-hatian bank dan melaksanakan analisis
kredit yang tepat. Prinsip kehati-hatian yang harus ditaati adalah tidak melanggar Loan to
deposit ratio, tidak melanggar batas maksimum pemberian kredit (BMPK) atau Legal
Lending Limit (LLL) dan mematuhi ketentuan 20% portofolio kredit harus disalurkan ke
UKM dan Koperasi.
Kredit berkualitas atau tidak berkualitas dimulai saat analisis kredit. Keputusan kredit
yang salah merupakan potensi terjadinya kualitas kredit yang rendah atau potensi
terjadinya kredit bermasalah. Penurunan kualitas kredit bisa disebabkan nasabah itu
sendiri, kondisi perekonomian yang memburuk. Kualitas kredit yang semakin menurun
(peningkatan kredit bermasalah) membawa pengaruh negatif terhadap bank sebagai
kreditur. Penilaian kualitas kredit merupakan salah aktivitas pengawasan kredit
perbankan yang dilakukan oleh bagian pengawasan kredit. Tujuan penilaian kredit
adalah untuk mengetahui kolektibilitas kredit, dengan demikian bank dapat melakukan
evaluasi dan strategi untuk mengamankan kreditnya.
Kredit bermasalah sebenarnya bersifat kasuasitas yang artinya masalah yang ada pada
debitur akan berbeda dengan debitur lainnya. Kredit macet atau bermasalah yang terjadi
secara tiba-tiba tanpa dimulai tanda-tanda atau sinyal adalah sangat langka. Bank dapat
mendeteksi dari variabel-variabel dalam penetapan kolektibilitas yang didasarkan pada
kriteria tunggakan hutang pokok dan bunga dan cerukan (overdraft).
Suatu kredit dikatakan bermasalah bila memenuhi kriteria kolektibilitas 2 sampai dengan
4. Indikasi lain terjdinya kredit bermasalah (selain disebutkan dalam kolektibilitas kredit)
dapat dilihat dari beberapa hal yaitu :
1. Perputaran piutang dan persediaan menurun, penurunan current ratio, peningkatan
aktiva tetap lebih dari pada aktiva lancarnya, ekaspansi yang berlebihan, ada
penundaan pembayaran hutang.
2. Penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan tujuan yang disepakati
3. Mutasi giro debitur sering terjadi saldo negatif atau gironya pasif
4. Rekening simpanan debitur ditarik dalam jumlah besar atau ditarik sekaligus
5. Terdapat tunggakan bunga dan pokok dalam jumlah yang material
6. Nasabah sering menghindar bila dihubungi bank
7. Nasabah sering pindah kantor
8. Sering terjadi pergantian pengurus atau karyawan kunci
9. Timbulnya kelemahan pada manajemen debitur misalnya terjadi perselisihan di
antara pengurus
10. Pengurus tersangkut perkara pidana atau terdapat informasi gugatan hukum atau
perkara lain dari pihak lain
11. Ketidakmampuan membayar
12. Terjadi likuidasi anak perusahaan debitur oleh bank lain.
ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH
a. Pelunasan
Untuk pelunasan kredit, debitur dapat mengajukan permohonan pelunasan kredit
dengan skema :
Pembayaran oleh pihak lain
Pengambilalihan oleh perusahaan lain
Penyelesaian sendiri oleh yang bersangkutan
Rescheduling adalah perubahan syarat kredit yang hanya terbatas pada perubahan
jadwal pembayaran atau jangka waktu, termasuk masa tenggang baik meliputi perubahan
besar besarnya angsuran maupun tidak. Jadi keringanan yang diberikan adalah :
2. Penukaran jaminan
Seluruh atau sebagian jaminan pokok/tambahan dapat ditukar dengan jaminan
lain dengan syarat : nilai barang jaminan pengganti minimal sebesar nilai jaminan
tambahan yang diganti, bukti pemilikan kekuatannya untuk diikat secara yuridis
tidak lebih lemah, kemungkinan untuk dilikwidasi tidak lebih sulit.
Penilaian harga taksasi jaminan tambahan pengganti maupun yang diganti harus
dilakukan sesuai harga pasar pada saat penggantian.
Penukaran jaminan tambahan dimaksud tidak menyebbkan perubahan limit
kredit.
d. Penataan Kembali (Restructuring)
Restructuring adalah perubahan syarat – syarat kredit yang menyangkut :
1. Penambahan dana bank
2. Konverersi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan atau
konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan.
Penyelamatan dengan cara ini dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau
persyaratan kembali apabila :
a. Penambahan limit kredit
Bilamana usaha debitur diperhitungkan hanya akan dapat berjalan dan mampu
mendukung kelancaran fasilitas kredit yang diberikan bila mencapai omzet tertentu
dan untuk mencapainya memerlukan modal tertentu, dapat dipertimbangkan
pertambahan limit kredit.
b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru.
Konversi dapat dilaksanakan setelah dilakukan penilaian bahwa setelah konversi
debitur akan mampu membayar bunga dan seluruh kewajibannya sesuai waktu yang
ditentukan berdasarkan kelayakan proyeksi cash flow yang bersangkutan.
c. Penjualan sebagian jaminan untuk menurunkan limit kredit.
Hasil penjualan barang jaminan didahulukan untuk melunasi biaya tertunggak yaitu
biaya premi asuransi, biaya pengikatan jaminan, tunggakan bunga dan sisanya untuk
menurunkan hutang pokok.
Penyisihan penghapusan Aset Produktif (PPAP) istilah dalam bahasa Inggris Provision
for Loan Loses , adalah cadangan yang harus dibentuk bank sebesar persentase tertentu
dari baki debet (saldo kredit) berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif
(KAP), PBI No 13/26/PBI/2011. Untuk menghitung PPAP menggunakan rasio yang
disebut Rasio PPAP terhadap aktiva produktif, adalah perbandingan antara PPAP
yang telah dibentuk dengan total aktiva produktif. Rasio PPAP dihitung dengan
formula:
Rasio pemenuhan PPAP, adalah perbandingan antara PPAP yang telah dibentuk
dengan PPAP yang wajib dibentuk. Rasio ini dihitung dengan formula:
x 100%
Setelah revisi PSAK 55 tahun 2006, PPAP diganti dengan Cadangan Kerugian
Penilaian Nilai (CKPN). Dana yang dibentuk/disisihkan dinilai dari hasil evaluasi
kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Apabila menurut bank terdapat bukti objektif
bahwa kredit yang disalurkan mengalami impairment (penurunan), maka bank
membentuk dana (cadangan) atas kredit tersebut.
Peraturan Bank Indonesia No 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Asset
Bank Umum. Sejak berlakunya Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur mengenai
pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam rangka
pencadangan kerugian aset, bank umum diwajibkan membentuk CKPN sebagai
pengganti Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) dalam laporan keuangan bank, namun
demikian dalam rangka memenuhi prinsip kehati-hatian perbankan, Bank Indonesia
tetap mewajibkan bank umum untuk menghitung PPA walaupun hasil perhitungan PPA
tersebut tidak dicatat dalam laporan keuangan bank. PPA tersebut akan mempengaruhi
perhitungan modal dalam perhitungan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM/CAR) dengan cara sebagai berikut:
1. PPA atas Aset Produktif
a. Dalam hasil perhitungan PPA wajib atas Aset Produktif lebih besar dari CKPN
yang dibentuk, bank memperhitungkan selisih perhitungan PPA dengan CKPN
menjadi pengurang modal dalam perhitungan rasio KPMM.
b. Dalam hasil perhitungan PPA wajib atas Aset Produktif sama dengan atau lebih
kecil dari CKPN yang dibentuk, bank tidak dapat memperhitungkan selisih
perhitungan PPA dengan CKPN dalam perhitungan rasio KPMM.
Untuk kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan jumlah tertentu, penerapan
kualitas kredit hanya dapat didasarkan pada ketepatan pembayaran, maka ditetapkan
sebagai berikut:
▪ Lancar/Pass (Kolektibilitas 1), yaitu apabila tidak ada tunggakan pembayaran pokok
dan/atau bunga.
▪ Dalam Perhatian Khusus/Special Mention (Kolektibilitas 2), apabila terdapat
tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari.
▪ Kurang Lancar/Substandard (Kolektibilitas 3), apabila terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 120 hari.