Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB I
Pendahuluan.................................................................................. . 1

BAB II Pembahasan................................................................................ 3

A. AKUNTANSI RESTRUKTURISASI HUTANG BERMASALAH.......... 3

B. Contoh Kasus.......................................................................... 5

BAB III Penutup....................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

Hutang Bermasalah adalah hutang yang timbul sebagai akibat


pinjaman kas atau pembelian secara kredit atau investasi efek hutang-
piutang yang sebelumnya telah diterbitkan dimana debitur tidak dapat
membayar atau melunasi hutangnya sesuai perjanjian kepada pihak
kreditur yang telah dibuat sebelumnya, hutang bermasalah ini biasanya
muncul apabila pihak debitur mengalami kesulitan keuangan.

Apabila debitur tidak dapat membayar hutangnya pada saat tanggal


jatuh tempo maka debitur akan membuat restrukturisasi hutang yaitu
proses penyamaan persepsi antara perusahaan, investor, dan kreditor
mengenai kondisi keuangan perusahaan khususnya kemampuan
membayar di masa sekarang dan masa yang akan datang. Menurut
(Darmadji 2001:22) Ada 3 macam kategori hutang bermasalah yaitu:

o Kredit kurang lancar, yang dimaksud dengan kredit kurang lancar


adalah pinjaman yang masih dikembalikan tetapi pengembalian
tersebut sifatnya tidaklah rutin atau tepat pada saat jatuh tempo
pembayaran, kriteria dari kredit kurang lancar yaitu; Terdapat
tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 (sembilan puluh) hari, Terdapat likuidasi masalah
keuangan yang dihadapi debitur, Dokumentasi pinjaman lemah.
o Pinjaman yang diragukan, yang dimaksud pinjaman yang
diragukan adalah hutang yang tidak lagi sekedar tidak lancar,
tetapi kemampuan untuk melakukan pembayaran diragukan oleh
kreditur.
o Pinjaman yang benar-benar macet, adalah pinjaman dimana
yang sudah benar-benar tidak dapat lagi dikembalikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI RESTRUKTURISASI HUTANG BERMASALAH

Restrukturisasi hutang perlu dilakukan untuk mengatasi kredit yang


bermasalah yang sedang dialami oleh perusahaan, baik perusahaan
manufaktur, perusahaan jasa, maupun perusahaan dagang.

Restrukturisasi utang merupakan salah satu proses yang dilakukan


oleh perusahaan yang mengalami kesulitan pemenuhan kewajiban
utangnya. Proses tersebut dilakukan untuk menghindari tuntutan likuidasi
oleh kreditor. Kesulitan keuangan yang dialami perusahaan umumnya
terjadi sebagai akibat dari kegagalan investasi, akan tetapi kesulitan
keuangan khususnya kesulitan untuk memenuhi perjanjian kredit dapat
juga terjadi secara tiba-tiba yang lebih disebabkan oleh kondisi ekonomi
secara nasional. Restrukturisasi utang merupakan proses yang tidak
terpisahkan dari keseluruhan proses restrukturisasi perusahaan.
Restrukturisasi dilakukan untuk mengembalikan kondisi perusahaan yang
sehat sehingga mampu untuk memenuhi segala komitmen yang telah
dibuat oleh perusahaan sebelumnya, yaitu komitmen untuk tumbuh dan
meninggikan nilai perusahaan. Restrukturisasi utang dilakukan selain
untuk mengembalikan kondisi pinjaman menjadi lancar, yaitu mampu
untuk dibayar pada saat jatuh tempo, tetapi juga untuk mengembalikan
Likuiditas perusahaan. Restrukturisasi utang karenanya merupakan proses
penyamaan persepsi antara perusahaan, investor, dan kreditor mengenai
kondisi keuangan perusahaan khususnya kemampuan membayar di masa
sekarang dan masa yang akan datang. Persepsi dimaksud selanjutnya
diwujudkan dalam bentuk kesepakatan Model Restrukturisasi Utang.
Pemilihan Model Restrukturisasi utang sangat erat terkait dengan
Karakteristik Keuangan Internal yang dimiliki Perusahaan dan didukung
oleh Kondisi Industri dimana perusahaan berada. Karakteristik Keuangan
Internal merepresentasikan kebijakan perusahaan dalam hal Manajemen
Modal Kerja, Manajemen Produktivitas Aset, Manajemen Struktur Modal
atau Pendanaan, dan Manajemen Operasional Perusahaan.

Restrukturisasi hutang adalah pembayaran hutang dengan syarat


yang lebih lunak atau lebih ringan dibandingkan dengan syarat
pembayaran hutang sebelum dilakukannya proses restrukturisasi hutang,
karena adanya konsesi khusus yang diberikan kreditur kepada debitur.
Konsesi semacam ini tidaklah diberikan kepada debitur apabila debitur
tersebut tidak dalam keadaan kesulitan keuangan. Konsesi semacam ini
dapat berasal dari perjanjian antara kreditur dengan debitur, atau dari
keputusan pengadilan, serta dari peraturan hukum. Dari pengertian ini
dapat disimpulkan bahwa yang berkepentingan terhadap restrukturisasi
hutang adalah pihak debitur yang bermasalah. Biasanya ada 2 (dua)
syarat yang dilihat oleh kreditur untuk merestrukturisasi hutang Debitur.
Yang pertama Debitur tersebut adalah Debitur Bonafide artinya Debitur
tersebut adalah orang yang dikenal dalam dunia usaha dan kredibilitasnya
dapat dipercaya. Syarat yang kedua adalah adanya penilaian dari kreditur
bahwa Usaha Debitur termasuk usaha yang "Going Concern" atau usaha
tersebut masih dianggap berprospek dan menguntungkan untuk tetap
dilanjutkan.

Dalam rangka proses restrukturisasi hutang, biasanya Kreditur akan


memberikan keringanan atau konsesi-konsesi kepada Debitur yang
diberikan secara bertahap. Adapun bentuk-bentuk konsesi tersebut antara
lain :

1. Perubahan isi perjanjian kredit asal. Biasanya perubahan ini


dalam bentuk perubahan jenis mata uang yang digunakan. Jika
digunakan klausula single curency loan maka biasanya diubah
menjadi multi curency loans (berbagai macam mata uang) .
Fasilitas ini diberikan untuk memberikan keringanan jumlah yang
harus dibayar oleh Debitur kepada Kreditur dalam bentuk mata
uang asing lainya yang mempunyai kurs lebih menguntungkan
jika di bandingkan dengan nilai mara uang rupiah.

2. Penurunan tingkat suku bunga dalam hal Interest basis atau


Bunga pokok. Misalnya dari 10% diturunkan menjadi 7,5%

3. Penurunan tingkat suku bunga dalam hal Cost basis, yaitu suku
bunga yang ada dalam SIBOR atau LIBOR. Contoh : Bunga
LIBOR/SIBOR + Margin 2%, Dalam hal ini margin sebesar 2% di
hapus.

4. Klausula Default Interest besarnya dikurangi sebagian

5. Klausula Default Interest besarnya dikurangi seluruhnya

6. Bunga yang telah jatuh tempo di hapus sebagian

7. Bunga yang telah jatuh tempo di hapus seluruhnya

8. Bunga yang belum jatuh tempo di hapus sebagian

9. Bunga yang belum jatuh tempo di hapus seluruhnya

10. Hutang pokok dihapus sebagian (hair cut)

11. Resechedulling atas grace periode, yaitu Debitur tidak wajib


membayar hutang pokok terlebih dahulu

12. Resechedulling Installment yaitu penjadwalan kembali


pembayaran hutang pokok dan Refinancing atau pengalihan
hutang, dari satu bank ke bank yang lainya.

Restrukturisasi hutang bermasalah dapat terjadi sebelum atau


sesudah tanggal jatuh tempo hutang yang tercantum dalam perjanjian,
dan akan terdapat rentang waktu diantara saat perjanjian, keputusan
pengadilan, dan sebagainya. Dengan tanggal efektif persyaratan baru
atau terjadinya peristiwa lain yang merupakan pelaksanaan
restrukturisasi, yang dimaksud dengan ini yaitu tanggal efektif
pelaksanaan merupakan saat restrukturisasi.
Dalam hal setelah dilakukan restrukturisasi hutang, debitur tetap
tidak mampu membayar hutangnya, dan ketidak mampuan tersebut
bukan karena Itikad yang buruk, maka biasanya hutang tersebut akan
dikonversikan menjadi asset tertentu seperti saham ataupun asset berupa
barang lainnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut dikenal empat pola
penukaran asset yaitu :

1. Debt to Asset Swap (hutang ditukar dengan asset), pola ini


berupa pembayaran hutang dengan cara debitur menyerahkan aset-aset
yang dimilikinya, diluar aset jaminan kepada kreditur. Dimana nantinya
aset-aset tersebut biasanya akan di lelang oleh Kreditur untuk mendapat
pelunasan. Sehubungan pelunasan hutang melalui pengalihan aset erupa
tanah dan bangunan, aset lain, dan piutang kepada kreditur untuk
menyelesaikan seluruh kewajibannya, debitur dapat mengakui
keuntungan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban
tersebut. Keuntungan dihitung dari selisih lebih antara (a) nilai tercatat
hutang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah
dengan bunga yang terhutang dan premi, diskonto, beban keuangan, atau
biaya penerbitan yang belum diamortisasi), dengan (b) nilai wajar aset
yang dialihkan ke kreditur. Nilai wajar aset yang dialihkan adalah jumlah
yang diharapkan dapat diterima oleh debitur dari penjualan terkini kepada
pembeli yang berminat, dalam kondisi normal (bukan dari transaksi
penjualan terpaksa atau likuidasi). Nilai wajar aset harus diukur dengan
nilai pasar, jika terdapat harga pasar untuk aset tersebut. Jika tidak
terdapat harga pasar untuk aset tersebut, namun terdapat harga pasar
untuk aset serupa, maka harga pasar aset serupa tersebut dapat
digunakan sebagai acuan untuk mengestimasi nilai pasar aset yang
dialihkan. Jika tidak terdapat harga pasar aset serupa, maka penentuan
nilai wajar aset yang dialihkan dilakukan dengan metode penilaian yang
handal, seperti dengan menilai-tunaikan arus kas yang diharapkan pada
tingkat diskonto sesuai dengan risiko yang terkait dengan arus kas masa
depan.
2. Debt to Equity Swap (hutang ditukar dengan saham milik
perusahaan yang berhutang). Pola ini berupa konversi hutang menjadi
saham Debitur, sehingga setelah konversi kreditur akan menjadi
pemegang saham debitur.

3. Debt to Quasy Equity Swap (hutang ditukar dengan saham


perusahaan lain yang dipunyai oleh Debitur). Pola ini berupa konversi
hutang menjadi saham-saham di anak perusahaan atau perusahaan
terafiliasi Debitur, sehingga setelah konversi kreditur akan menjadi
pemegang saham di anak perusahaan atau perusahaan afiliasi debitur.

4. Hair Cut, Hair Cut merupakan potongan atau pengurangan


atas pembayaran bunga dan hutang yang dilakukan oleh pihak debitur,
(Gunadi 2001:61) Pihak kreditur menyetujui restrukturisasi hutang debitur
dengan metode hair cut karena untuk mengantisipasi kerugian yang lebih
besar jika pihak debitur tidak dapat membayar hutangnya yang terlampau
besar tersebut, misalnya hutang debitur tersebut tidak dapat lagi terbayar
semuanya, jika hal ini sampai terjadi maka pihak kreditur akan mengalami
kerugian yang cukup membawa pengaruh dalam dunia usahanya.
Sedangkan jika dilihat dari pihak debitur, debitur sangat senang karena
kewajibannya dapat berkurang sehingga beban yang harus dikeluarkan
perusahaan pun dapat ditekan.

Pengungkapan oleh debitur, Debitur harus mengungkapkan, di


dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan,
informasi tentang restrukturisasi hutang bermasalah yang terjadi dalam
periode yang dicakup oleh laporan keuangan:

a) Untuk setiap restrukturisasi mengenai penjelasan tentang pokok-


pokok perubahan persyaratan hutang-piutang dan penyelesaian
hutang.

b) Jumlah keuntungan atas restrukturisasi hutang dan dampak pajak


penghasilan yang terkait.
c) Jumlah keuntungan atau kerugian bersih atas pengalihan aset
yang diakui selama periode tersebut.

Pengungkapan oleh kreditur, Kreditur harus mengungkapkan dalam


laporan keuangan pokok atau dalam catatan atas laporan keuangan,
informasi yang berkaitan dengan restrukturisasi piutang bermasalah pada
tanggal neraca sebagai berikut:

a) Saldo piutang yang persyaratannya telah dimodifikasi dalam


restrukturisasi piutang bermasalah, menurut kelompok utama
sebagai berikut: saldo piutang dan saldo penyisihan piutang tak
tertagih yang bersangkutan dengan saldo piutang tersebut, yang
dibentuk berdasarkan penyataan ini dan saldo piutang tanpa saldo
penyisihan piutang tak tertagih yang dibentuk berdasarkan
penyataan ini.

b) Kebijakan akuntansi untuk pengakuan perndapatan bunga atas


piutang bermasalah, termasuk cara pencatatan penerimaan tunai.

c) Untuk setiap periode penyajian laporan keuangan komparatif:


rata-rata saldo piutang bermasalah, pendapatan bunga yang diakui
pada timbulnya piutang bermasalah kecuali tidak praktis, jumlah
pendapatan bunga yang diakui dengan basis kas selama periode
timbulnya piutang bermasalah.

d) Jumlah komitmen, jika ada, untuk meminjamkan dana tambahan


kepada debitur yang persyaratan piutangnya telah dimodifikasi
dalam restrukturisasi piutang bermasalah.

B. CONTOH KASUS

PT Bakrieland Development Tbk (dahulu PT Elang Realty Tbk) (ELTY)


didirikan dengan nama PT Purilestari Indah Pratama pada tanggal 12 Juni
1990 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor
pusat ELTY berlokasi di Gedung Wisma Bakrie 1 Lantai 6 dan 7, Jalan H.R.
Rasuna Said Kav. B1, Jakarta Selatan.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
ELTY adalah bergerak dalam bidang pembangunan, perdagangan dan
jasa, termasuk usaha jasa manajemen dan penyertaan pada Entitas yang
berhubungan dengan usaha real estat dan properti, serta dalam bidang
infrastruktur. PT Bakrieland Development Tbk adalah sebuah perusahaan
pengembang kawasan terpadu yang bergerak dalam pembangunan
properti dan proyek-proyek terkait properti di Indonesia, dengan
kapitalisasi pasar mencapai Rp. 1,43 Triliun di Bursa Efek Indonesia Per 31
Desember 2008. Saat ini, ELTY dan anak usaha memiliki properti yang
terletak di Jakarta, Bogor, Malang, Sukabumi, Bekasi, Lampung, Batam,
Balikpapan, Tangerang dan Bali.

Pada tanggal 2 september 2013 PT Bakrieland Development Tbk


tengah menghadapi tuntutan hukum dari The Bank of New York Mellon
(BNYM) cabang London. BNYM mengajukan gugatannya ke Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat. BNYM mengajukan gugatan atas PKPU (Permohonan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) sebagai upaya
merestrukturisasi utang yang dipikul perusahaan tersebut. Jika PKPU ini
disepakati bersama antara kreditur dan debitur, restrukturisasi akan
terlaksana. Namun sebaliknya, jika kesepakatan gagal dan kreditur tidak
bisa menerima alasan perlunya restrukturisasi utang, debitur akan
dinyatakan pailit. Permohonan PKPU itu sendiri sudah diajukan sejak
tanggal 2 September 2013 yang lalu. PKPU ini dilakukan terkait dengan
utang obligasi senilai US$155 juta yang dimiliki Bakrieland. Utang
tersebut terbit tanggal 23 Maret 2010 dengan BNYM sebagai trustee para
pemegang obligasi.

Untuk menangani masalah ini, manajemen Bakrieland sudah


menyusun coordinating committee untuk menangani rencana
restrukturisasi, berupa rencana perpanjangan utang selama 3 tahun yang
terhitung saat kreditur mengajukan put option (pembayaran lebih awal).
Jika pembicaraan gagal, Bakrieland akan memulai dari awal dan mencicil
utangnya. Namun, pembicaraan kedua pihak hingga akhir Agustus lalu
mengalami deadlock. Sebenarnya obligasi ini akan jatuh tempo 23 Maret
2015 nanti, tetapi Bakrieland memiliki pilihan untuk melunasi obligasi
lebih cepat. Bank of New York cabang London sendiri adalah trustee
bagi pemegang obligasi yang diterbitkan anak usaha Bakrieland.
Apabila PT Bakrieland Development Tbk melunasi utangnya kepada
Bank Of New York.

PT Bakrieland Development Tbk akhirnya menjaminkan tanah seluas 6000


Ha kepada bondholders. Hal ini dilakukan setelah pihak Bank Of New York
meminta pelunasan utang senilai US$ 115 juta jika dirupiahkan mencapai
sekitar Rp. 1,311T yang sebelumnya jatuh tempo di 2015 medatang
dilaksanakan lebih cepat yaitu pada tahun 2013, pada saat itu PT
Bakrieland Development Tbk tidak mampu melunasi utangnya akhirnya
Pihak Bakrieland mengajukan keberatan, dan kemudian dilaksanakan
proses negosiasi dalam rangka restrukturisasi utang dalam jangka waktu
2 bulan kedepan.

Selama proses ini, Bakrieland menyetujui untuk menjaminkan tanah


dengan luas 6000Ha di sentul sebagai jaminan atas proses restrukturisasi
utang ini. perseroan juga akan melakukan upaya maksimal untuk menjaga
nilai aset ini hingga proses restrukturisasi utang ini diselesaikan.

Namun pada akhir tahun 2013 PT Bakrieland Development Tbk


akhirnya melepas asetnya yaitu tanah seluas 6000Ha kepada bondholders
untuk melunasi hutang kepada pihak Bank Of New York. Nilai pasar wajar
tanah tersebut pada saat pengambil alihan adalah Rp. 80 Milyar, PT
Bakrieland Development Tbk mencatat nilai pemerolehan tanah tersebut
sebesar Rp. 56 Milyar maka jurnalnya adalah;

a) Keuntungan atau kerugian PT Bakrieland Development Tbk atas


pelepasan tanah
Nilai pasar wajar tanah Rp.
900.000.000.000
Nilai pemerolehan tanah (Rp.
576.000.000.000)
Keuntungan atas pelepasan tanah Rp.
324.000.000.000
b) Keuntungan atau kerugian PT Bakrieland Development Tbk atas
penyelesaian utang Bank
Nilai utang Bank Rp.
1.311.000.000.000
Nilai pasar wajar tanah yang diserahkan
(Rp. 900.000.000.000)
Keuntungan atas penyelesaian utang Rp.
411.000.000.000
c) Ayat jurnal di pihak PT Bakrieland Development Tbk untuk
mencatat penyelesaian utang Bank
Utang Bank 1.311.000.000.000
Tanah 576.000.000.000
Keuntungan atas pelepasan tanah
324.000.000.000
Keuntungan atas penyelesaian utang
411.000.000.000

maka yang akan dilaporkan pada Laporan Keuangan yaitu;

PT BAKRIELAND DEVELOPMENT Tbk

LAPORAN LABA/RUGI

Per 31 Desember 2013

Laba sebelum pos luar biasa

Pos luar biasa RP. xxx

Keuntungan Atas Restrukturisasi Rp. xxx

Laba Bersih xxx

PT BAKRIELAND DEVELOPMENT Tbk

NERACA

Per 31 Desember 2013

AKTIVA PASSIVA
Hutang:

Hutang jangka pendek:


Hutang usaha
Rp. xxx
Hutang bank jangka pendek
xxx
Hutang jangka panjang:
Hutang bank
Rp. xxx
Total Hutang
xxx

Anda mungkin juga menyukai