Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui Rincian Tugas dan Tanggung jawab Dewan
Komisaris
b. Untuk mengetahui bagaimana Peran dewan komisaris dan direksi dalam
menegak kan standar etika
c. Untuk mengetahui dan menganalisis Proses nominasi anggota dewan
komisaris dan direksi
d. Untuk mengetahui Ukuran, komposisi, dan kompetensi dewan
komisaris
e. Untuk mengetahui Asurans terhadap independensi komisaris
independen
f. Untuk mengetahui dan menagnalisis Proses pelaksanaan tugas dewan
komisaris dan direksi
g. Untuk mengetahui bagaimana Akuntabilitas dewan komisaris dan
direksi: penilaian kinerja terhadap dewan dan anggotanya
h. Untuk mengetahui Sistem remunerasi anggota dewan komisaris dan
direksi
i. Untuk mengetahui Peran dan tanggung jawab sekretaris perusahaan
j. Untuk mengetahui Fungsi pengawasan
k. Untuk mengetahui bagaimana peran akuntan profesional dalam
memfasilitasi tanggung jawab dewan
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Rincian Tugas dan Tanggung jawab Dewan Komisaris yang perlu


dilaksanakan
Dewan Komisaris merupakan salah satu Organ Perusahaan yang berfungsi
untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai Anggaran
Dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
kepengurusan Perusahaan. Dewan Komisaris juga memiliki tugas untuk
melakukan pemantauan terhadap efektivitas praktek GCG yang diterapkan
Perusahaan. Dan apabila dinilai perlu, dapat dilakukan penyesuaian sesuai
dengan kebutuhan Perusahaan
Prinsip GCG dari OECD yang berkaitan dengan tanggung jawab dewan
komisaris dan direksi perusahaan menyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola
perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang
efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap
perusahaan dan pemegang saham.
Berkaitan dengan adanya dua macam struktur pengawasan dan
pengelolaan perusahaan di antara anggota OECD, yaitu two tier boards dan
unitary board, prinsip ini secara umum dapat diterapkan baik pada perusahaan
yang memisahkan fungsi dewan komisaris sebagai pengawas (non-executive
director) dan dewan direksi sebagai pengurus perusahaan (executive director),
maupun pada perusahaan yang menyatukan antara pengawas dan pengurus
perusahaan dalam satu dewan.
Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang utama adalah memonitor
kinerja manajerial dan mencapai tingkat imbal balik (return) yang memadai
3

bagi pemegang saham. Di lain pihak, dewan juga harus mencegah timbulnya
benturan kepentingan dan menyeimbangkan berbagai kepentingan di
perusahaan. Agar dewan dapat menjalankan tanggung jawab tersebut secara
efektif, maka dewan perlu dapat melakukan penilaian yang obyektif dan
independen. Selain itu, tanggung jawab lain yang tidak kalah penting yaitu
memastikan bahwa perusahaan selalu mematuhi ketentuan peraturan hukum
yang berlaku, terutama di bidang perpajakan, persaingan usaha, perburuhan,
dan lingkungan hidup. Dewan perlu memiliki akuntabilitas terhadap
perusahaan dan pemegang saham serta bertindak yang terbaik untuk
kepentingan mereka. Dewan juga diharapkan bertindak secara adil kepada
pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya, seperti kepada karyawan,
kreditur, pelanggan, pemasok dan masyarakat sekitar perusahaan.
Secara lebih rinci, prinsip tanggung jawab dewan ini dapat diuraikan
menjadi enam sub prinsip, sebagai berikut:
1. Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan
itikad yang baik, berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi
kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Sub prinsip ini menyatakan
dua elemen penting dari tanggung jawab pengelolaan (fiduciary duty)
dewan, yaitu kewajiban kehati-hatian (duty of care) dan kewajiban kesetiaan
(duty of loyalty). Dalam kewajiban kehati-hatian, dewan diharapkan
bertindak berdasarkan informasi yang cukup, dengan itikad baik dengan
seksama (due diligent) dan hati-hati. Di banyak Negara, telah terdapat suatu
standar yang menjadi referensi mengenai perilaku dewan yang bagaimana
yang dapat dianggap merupalan tindakan yang prudent dalam suatu keadaan
tertentu. Kewajiban kesetiaan merupakan hal yang paling penting karena
sangat berpengaruh terhadap efektifitas penerapan prinsip-prinsip GCG
yang lain. Sebagai contoh: pelayanan yang sama kepada semua pemegang
saham, pengawasan terhadap transaksi kepada pihak terafiliasi, dan
penyusunan kebijakan remunerasi bagi dewan dan manajemen perusahaan.
4

2. Apabila keputusan dewan dapat mempengaruhi suatu kelompok pemegang


saham secara berbeda dengan kelompok pemegang saham lain, maka dewan
harus memperlakukan seluruh pemegang saham secara adil.
Dewan tidak dapat dipandang sebagai suatu organ yang bertindak
sendiri-sendiri mewakili kunstituen mereka masing-masing. Meskipun
terdapat anggota dewan yang dinominasikan oleh pemegang saham tertentu,
akan tetapi dalam melaksanakan tugasnya, anggota dewan harus
memperlakukan setiap pemegang saham dengan seimbang.
3. Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi dan memperhatikan
kepentingan para pemangku kepentingan. Standar etika yang tinggi
merupakan kepentingan jangka panjang perusahaan agar memperoleh
kredibilitas dan kepercayaan tidak hanya dalam kegiatan sehari-hari tapi
juga terhadap komitmen-komitnmen jangka panjang yang dibuat
perusahaan. Banyak perusahaan menyusun suatu kode etik (code of
conducts) berdasarkan suatu standar profesional agar tujuan ini dapat
dilaksanakan dengan jelas dan operasional.
4. Fungsi-fungsi utama yang harus dimiliki oleh suatu dewan adalah sebagai
berikut:
a. Meninjau dan mengarahkan strategi perusahaan, rencana utama,
kebijakan mengenai resiko, anggaran tahunan, dan rencana usaha,
menetapkan sasaran kinerja, memonitor penerapan dan kinerja
perusahaan serta memantau belanja modal yang besar, akuisisi dan
divestasi.
b. Memantau efektifitas praktik tata kelola perusahaan serta membuat
perubahan-perubahan yang diperlukan.
c. Menyeleksi, memberikan kompensasi, memonitor serta bila perlu
mengganti pejabat eksekutif serta mengawasi perencanaan penggantian
pejabat.
d. Menyesuaikan remunerasi eksekutif kunci dan dewan dengan
kepentingan jangka panjang dari perusahaan dan pemegang saham.
5

e. Memastikan proses nominasi dan pemilihan dewan secara transparan


dan formal.
f. Memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan dari
manajemen, anggota Dewan serta pemegang saham, termasuk
penyalahgunaan aset perusahaan dan penyelewengan dalam transaksi
dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
g. Memastikan integritas sistem pelaporan akuntasi dan keuangan
perusahaan, termasuk audit independen, serta memastikan bahwa
sistem pengendalian yang tepat telah diterapkan, khususnya mengenai
sistem manajemen resiko, pengendalian keuangan dan operasional,
serta kesesuaian dengan peraturan perundangan serta standard-standard
yang berlaku.
h. Mengawasi proses keterbukaan dan komunikasi.

5. Dewan harus dapat melaksanakan penilaian yang obyektif dan independen


dalam melakukan pengurusan perusahaan.
Prinsip ini diperlukan agar dewan dapat melaksanakan tugasnya
dalam memonitor kinerja manajerial, mencegah benturan kepentingan dan
menyeimbangkan kepentingan-kepentingan dalam perusahaan. Dalam
mewujudkan prinsip tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Dewan komisaris harus mempertimbangkan untuk menugaskan
anggota dewan komisaris dalam jumlah yang cukup yang mampu
melakukan penilaian yang independen untuk tugas-tugas dimana
terdapat potensi benturan kepentingan. Contoh dari tanggungjawab
utama tersebut adalah memastikan integritas laporan keuangan dan non
keuangan, penelaahan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa, nominasi anggota dewan dan eksekutif kunci, serta
dewan remunerasi.
b. Apabila komite-komite di bawah dewan komisaris telah terbentuk,
mandat, komposisi dan prosedur kerja mereka harus ditentukan dengan
baik dan diungkapkan oleh Dewan.
6

c. Anggota dewan harus dapat mengikatkan diri mereka secara efektif


kepada tanggung jawab mereka.
6. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris
harus memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat
waktu.
Informasi yang diperoleh secara akurat, relevan dan tepat waktu
dibutuhkan dalam mendukung tugas pembuatan keputusan-keputusan bagi
perusahaan. Anggota dewan komisaris pada umumnya tidak memiliki akses
yang sama sebagaimana yang dimiliki manajemen perusahaan terhadap
informasi mengenai kondisi perusahaan. Untuk itu, peran dewan pengawas
ini dapat ditingkatkan dengan menyediakan akses kepada manajer kunci
tertentu seperti sekretaris perusahaan dan internal auditor ataupun
mempekerjakan penasehat independen dari luar perusahaan.

B. Peran Dewan Komisaris dan direksi dalam menegakkan standar etika


Peran dewan komisaris dan direksi dalam menegakan standar Etika
menurut ASEAN CG Socercard Part E, adalah sebagai berikut:
OECD Prinsip VI (C) Dewan harus menerapkan standar etika yang
tinggi. Hal ini harus mempertimbangkan kepentingan stakeholder. Dewan
memiliki peran penting dalam pengaturan nada etis dari perusahaan, tidak
hanya dengan tindakan sendiri, tetapi juga dalam penunjukan dan mengawasi
eksekutif kunci dan akibatnya manajemen pada umumnya. Standar etika yang
tinggi dalam kepentingan jangka panjang perusahaan sebagai sarana untuk
membuatnya kredibel dan dapat dipercaya, tidak hanya dalam operasi sehari-
hari, tetapi juga berkaitan dengan komitmen jangka panjang. Untuk membuat
tujuan dewan yang jelas dan operasional, banyak perusahaan telah menemukan
itu berguna untuk mengembangkan kode perusahaan berdasarkan, antara lain:
standar profesi dan kode terkadang lebih luas dari perilaku perilaku. Yang
terakhir ini mungkin termasuk komitmen sukarela oleh perusahaan (termasuk
anak perusahaan) untuk mematuhi Pedoman OECD untuk Perusahaan
Multinasional yang mencerminkan semua empat prinsip yang terkandung
7

dalam Deklarasi ILO tentang Hak Buruh Fundamental. Kode seluruh


perusahaan berfungsi sebagai standar perilaku baik oleh dewan dan eksekutif
kunci, menetapkan kerangka kerja untuk pelaksanaan penilaian dalam
berurusan dengan berbagai dan sering bertentangan konstituen. Minimal, kode
etik harus menetapkan batas yang jelas pada mengejar kepentingan pribadi,
termasuk transaksi pada saham perusahaan. Suatu kerangka menyeluruh untuk
perilaku etis melampaui kepatuhan hukum, yang harus selalu menjadi
kebutuhan mendasar.

C. Proses Nominasi anggota dewan komisaris dan direksi


Proses nominasi dewan Komisaris dan Direksi, Menurut KNKG :
1. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui
proses yang transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa
efek, badan usaha milik negara dan atau daerah, perusahaan yang
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau
jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai
dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, proses penilaian calon
anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui
Komite Nominasi dan Remunerasi. Pemilihan Komisaris Independen harus
memperhatikan pendapat pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan
melalui Komite Nominasi dan Remunerasi.
2. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS
berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada anggota Dewan
Komisaris diberi kesempatan untuk membela diri.

Rezaee, Zabihollah (2009) dalam Corporate Governance and Ethics,


Proses nominasi dewan komisaris dan direksi adalah sebagai berikut:
Proses pemilihan atau nominasi direksi juga dapat mempengaruhi
efektivitas dewan dalam arti bahwa proses pemilihan memungkinkan pemegang
saham untuk mengganti direksi yang tidak memuaskan. Secara tradisional,
perusahaan publik telah menggunakan sistem suara pluralitas untuk memilih
8

direktur perusahaan. Di bawah sistem pluralitas suara, direksi dapat dipilih oleh
suara saham tunggal. Telah dikemukakan bahwa sistem pluralitas suara
memberikan terlalu banyak kekuasaan kepada direktur eksekutif dan
manajemen untuk mempengaruhi pemilihan direksi luar. sebaliknya, sistem
suara terbanyak memberdayakan para pemegang saham untuk memilih direksi
luar yang paling berkualitas. Meskipun masalah ini bukan fenomena baru,
kesalahan perusahaan baru-baru ini dan skandal keuangan yang terkait telah
memberi kontribusi penting dan momentum yang muncul.
Baru-baru ini, dewan California Public Employees Retirement System
(CalPERS) mengadopsi rencana tiga cabang untuk mengadvokasi persyaratan
suara mayoritas. Menurut CalPERS dewan presiden, Rob Feckner. "Mayoritas
suara akan memberikan pemegang saham kekuatan untuk menahan direktur atas
tindakan pertanggung jawaban dan kinerja mereka, dan memilih orang terbaik
untuk pekerjaan itu." CalPERS rencana suara mayoritas merekomendasikan (l)
menerapkan kebijakan suara mayoritas dan prosedur di perusahaan-perusahaan
publik melalui perusahaan peraturan dan piagam amandemen, (2) membuat
perubahan undang-undang negara dalam menerapkan suara terbanyak jika
memungkinkan, (3) menerapkan kebijakan suara mayoritas di SEC dan bursa
saham nasional, dan (4) CalPERS mengubah Prinsip Dasar tata kelola korporat
dan Pedoman untuk mempromosikan suara terbanyak untuk direktur.

D. Ukuran, Komposisi dan Kompetensi dewan komisaris


Ukuaran Dewan Komisaris menurut Rezaee, Zabihollah (2009) dalam
Corporate Governance and Ethics :
Hasil penelitian akademis mengenai ukuran dan efektivitas dewan tidak
dapat disimpulkan, dan arah yang tidak jelas. Di satu sisi. ukuran dewan kecil
dianggap efisien karena proses musyawarah menjadi tidak memakan waktu
disbanding dengan ukuran dewan yang lebih besar. Di sisi lain. dewan besar
bisa lebih efektif dalam memantau tindakan manajerial terutama karena dengan
meningkatkan jumlah direksi yang terlibat dengan pemantauan, kesempatan
untuk kesalahan menurun dan kolusi menjadi lebih sulit. Ukuran dewan 9-15
9

direksi dianggap memadai disesuaikan dengan jumlah komite dewan berdiri


(audit, kompensasi, nominasi, pemerintahan), ukuran perusahaan, dan tingkat
operasinya.
Komposisi Anggota Dewan Komisaris menurut KNKG:
1. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas
perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan
keputusan.
2. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari
pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan
Komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak
yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang
saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta
dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi dan Dewan
Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu
tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi.
3. Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme
pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Salah satu dari Komisaris Independen harus
mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.

Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris menurut KNKG:


1. Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan dan
integritas sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat
untuk kepentingan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan perusahaan untuk
kepentingan pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain.
3. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi anggaran dasar
dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya.
4. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan melaksanakan Pedoman
GCG
E. Asurans terhadap independensi komisaris independen
10

Asurans terhadap independensi dewan menurut Rezaee, Zabihollah


(2009) dalam Corporate Governance and Ethics, adalah sebagai berikut :
Independensi dewan dalam perusahaan sangat penting untuk
berfungsinya dan tujuan dewan. Beberapa definisi dewan independen diberikan
dalam literatur dan dengan sumber otoritatif. Pengertian paling komprehensif
diberikan oleh CII sebagai berikut :
Sebuah dewan independen adalah seseorang yang tidak hanya
profesional, bukan anggota keluarga, atau tidak memiliki koneksi keuangan
untuk korporasi, ketua, CEO atau pejabat executieve lain nya.
Definisi dewan independen hanya menyatakan bahwa untuk menjadi
independen, dewan tidak boleh memiliki hubungan lain dengan perusahaan
selainnya direktur. Jika hal itu terjadi maka dapat membahayakan objektivitas
dewan dan loyalitas kepada para pemegang saham perusahaan. Kualitas dan
kuantitas dewan independen di dalam perusahaan dapat memainkan peran
penting dalam memastikan efektivitas dewan dalam mewakili dan melindungi
pemegang saham.

F. Proses Pelaskanaan Tugas Dewan Komisaris dan Direksi


Menurut OECD proses pelaksanaan tugas dewan komisaris dan dewan
direksi adalah:
1. Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga
kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:
a. Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;
b. Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang saham;
c. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;
d. Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi kesinambungan
manajemen di semua lini organisasi.
2. Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris dan
Direksi perlu bersama-sama menyepakati hal-hal tersebut di bawah ini:
a. Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan
anggaran tahunan;
11

b. Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-


undangan dan anggaran dasar perusahaan serta dalam menghindari
segala bentuk benturan kepentingan;
c. Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam perusahaan dan
personalianya;
d. Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi yang dapat
mendukung tercapainya visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.

Menurut Rezaee, Zabihollah (2009) dalam Corporate Governance


and Ethics, proses pelaksanaan tugas dewan komisaris dan direksi adalah
sebagai berikut:
Kewajiban fidusia berarti bahwa, sebagai wali pemegang saham,
direksi harus dapat dipercaya, bertindak dalam kepentingan terbaik
pemegang saham, dan investor pada gilirannya memiliki keyakinan dalam
tindakan direksi. Direksi harus menyadari tugas utama mereka adalah untuk
menjadi penjaga gerbang perusahaan dengan melindungi investor dan
bekerja menuju pencapaian nilai pemegang saham penciptaan dan
perlindungan kepentingan para pemangku kepentingan.
Literatur tata kelola perusahaan menyajikan tugas fidusia dewan
direksi sebagai berikut:
a. Tugas perawatan
Tugas perawatan karena menentukan cara di mana direksi harus
melaksanakan tanggung jawab mereka. Berkaitan dengan kedua direksi
pengambilan keputusan otoritas baik keputusan bisnis rutin atau
keputusan strategis dan tanggung jawab pengawasan mereka memantau
fungsi manajerial, pengawasan internal, pelaporan keuangan, dan
kegiatan audit.
Untuk secara efektif memenuhi tugas perawatan karena , direktur
harus:
1) bertindak demi kepentingan terbaik dari perusahaan dan pemegang
saham.
12

2) bertindak dengan itikad baik dengan cara yang dipercaya dan


dianggap dalam kepentingan terbaik pemegang saham perusahaan.
3) latihan bahwa perawatan yang diharapkan dari "orang yang masuk
akal" di bawah keadaan yang sama.
4) diberitahu tentang urusan bisnis perusahaan.
5) latihan fungsi pengawasan waspada.
6) menjamin informasi yang dapat dipercaya proses pelaporan.
7) memantau pemenuhan dengan hukum yang berlaku, peraturan, dan
regulasi .

Kegagalan untuk menegakan ketentuan tersebut dapat merupakan


pelanggaran kewajiban fidusia perawatan diharapkan direksi.
b. Tugas loyalitas
Tugas loyalitas membutuhkan untuk pengendalian diri dalam
mengejar kepentingan mereka sendiri atas kepentingan perusahaan.
Tugas loyalitas melarang direksi melakukan transaksi diri berurusan
tidak adil yang dapat menyebabkan konflik kepentingan, bersaing
dengan perusahaan, atau menggunakan aset perusahaan atau informasi
rahasia untuk keuntungan pribadi. Memang, pelanggaran loyalitas
dapat terjadi bahkan tanpa adanya konflik kepentingan jika direksi
sadar mengabaikan tugas mereka kepada perusahaan dan pemilik
saham tersebut
c. Tugas itikad baik
Tugas itikad baik merupakan elemen penting dari kewajiban fidusia
direktur, dan setiap yang tidak bertanggung jawab, sembrono, tidak
rasional, dan jujur perilaku atau tindakan oleh direksi melanggar
kewajiban fidusia ini. Tugas ini tidak didefinisikan dengan baik dalam
hukum dan sastra karena patung negara alamat hanya dua tugas
perawatan dan loyalitas. Selain itu, mengabaikan disengaja (kelalaian)
dan kurangnya penerapan due diligence untuk tugas perawatan dan
13

kesetiaan dan sadar melanggar hukum yang berlaku , peraturan , dan


ketentuan tersebut menunjukkan itikad buruk.
d. Tugas untuk mempromosikan sukses
Direksi harus bertindak dengan itikad baik dan mempromosikan
keberhasilan perusahaan untuk kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya. Tanggung jawab direktur termasuk
menyetujui pembentukan tujuan strategis, tujuan, dan kebijakan yang
mempromosikan abadi nilai pemegang saham dan peningkatan serta
perlindungan nilai stakeholder lainnya. Penciptaan nilai pemegang
saham dapat dicapai ketika perusahaan terlibat dalam keputusan
strategis, kegiatan, dan kinerja yang berkelanjutan yang menghasilkan
pendapatan dan memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
e. Kewajiban untuk melakukan uji, penilaian independen, dan
keterampilan
Tanggung jawab pengambilan keputusan akhir berada di tangan
dewan perusahaan dari direksi. Jadi direksi harus melakukan due
diligence, keterampilan, dan penilaian independen dalam membuat
keputusan strategis. Direksi harus memiliki pengetahuan tentang bisnis
perusahaan dan urusan, terus memperbarui pemahaman mereka tentang
kegiatan perusahaan dan kinerja, dan menggunakan ketekunan yang
wajar dan penilaian independen dalam membuat keputusan.
f. Tugas untuk menghindari konflik kepentingan
Direksi harus menghindari situasi yang dapat menyebabkan potensi
konflik kepentingan yang akan membahayakan kepercayaan investor
dalam fungsi pengawasan mereka atau mpair kemandirian mereka
dalam membuat keputusan strategis. Potensi konflik kepentingan dapat
terjadi ketika seorang direktur:
1) Menerima hadiah materi manfaat dari pihak ketiga yang
melakukan bisnis dengan perusahaan
2) Secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam transaksi atau
pengaturan dengan perusahaan
14

3) Memperoleh pinjaman besar dari perusahaan


4) Terlibat dalam opsi saham dihitung sejak

g. Tugas fidusia dan aturan keputusan bisnis


Direksi secara efektif memenuhi kewajiban fidusia, beroperasi di
bawah doktrin hukum yang disebut "bisnis penghakiman aturan". Di
bawah hukum negara, direksi bertanggung jawab atas tugas fidusia, dan
standart penghakiman aturan bisnis biasa dilakukan dalam bisnis,
direksi yang membuat keputusan dengan itikad baik. Berdasarkan
penalaran rasional dan cara yang tepat, dapat dilindungi dari kewajiban
kepada pemegang saham perusahaan dengan alasan bahwa mereka
telah tepat memenuhi kewajiban fidusia mereka. Untuk lebih efektif
melaksanakan tugas fidusia mereka, dewan direksi harus:
1) Mengkaji dan menyetujui strategi bisnis perusahaan secara
keseluruhan
2) Menunjuk kompensasi dan bila perlu , mengabaikan eksekutif senior
perusahaan
3) Menunjuk, kompensasi dan mengawasi pekerjaan auditor
independen perusahaan dan memecat mereka ketika dianggap
dibenarkan.
4) Mengawasi laporan keuangan perusahaan.
5) Mengawasi kinerja perusahaan yang berkelanjutan dan abadi dalam
menciptakan dan meningkatkan nilai pemegang saham sekaligus
melindungi kepentingan stakeholders.
6) Mengevaluasi kinerja dewan direktur perusahaan , komite dewan ,
dan anggota individu komite.

G. Akuntabilitas dewan komisaris dan direksi :Penilaian kinerja terhadap


dewan dan anggotanya
Menurut Rezaee, Zabihollah (2009) dalam Corporate Governance and
Ethics, Akuntabilitas dewan komisaris dan direksi dalam penilaian kinerja
terhadap dewan dan anggotanya adalah sebagai berikut:
15

Akuntabilitas dewan komisaris dan direksi dapat diklasifikasikan ke


dalam akuntabilitas kepada pemegang saham, akuntabilitas untuk efektivitas
operasi, dan akuntabilitas untuk keterlibatannya dalam pengambilan keputusan
strategis perusahaan untuk memastikan kinerja yang berkelanjutan.
1. Akuntabilitas kepada Pemegang Saham. Dewan direktur perusahaan
bertanggung jawab kepada pemegang saham untuk melindungi hak-hak
dan kepentingan mereka. Untuk secara efektif melaksanakan akuntabilitas
kepada pemegang saham, dewan harus (a) mempertimbangkan untuk
mengadopsi usulan pemegang saham yang menerima mayoritas suara
untuk atau melawan; (b) mengambil tindakan pada rekomendasi yang
disetujui oleh mayoritas pemegang saham; (c) berinteraksi dengan
pemegang saham besar, menanggapi komunikasi dari pemegang saham,
dan mempertimbangkan pandangan mereka, masukan, dan wawasan
tentang tata kelola dan pengawasan yang penting; dan (d) menghadiri
pertemuan pemegang saham tahunan dan bersedia untuk menjawab
pertanyaan pemegang saham.
2. Akuntabilitas Operasi Dewan. Dewan direktur perusahaan harus
bertanggung jawab untuk operasi : (a) memastikan direksi bekerja menuju
pencapaian misi perusahaan dan tujuan strategis (b) melakukan evaluasi
secara berkala dewan direksi dan individu, termasuk penilaian
keterampilan teknis dewan, keahlian keuangan, pengalaman, dan
kualifikasi lainnya; (c) memerlukan pengembangan profesional dan
pendidikan bagi direksi; dan (d) menetapkan standar yang tinggi untuk
menghadiri pertemuan komite dewan akhir.
3. Akuntabilitas Keputusan Strategis dan Kinerja. Dewan direksi
perusahaan harus mengawasi kesesuaian dan kesehatan rencana strategis
manajerial, keputusan, tindakan, dan kinerja untuk memastikan kinerja
yang berkelanjutan dalam kegiatan MBL ekonomi, pemerintahan, etika,
sosial, dan langkah-langkah lingkungan. Dewan harus memperoleh
informasi yang diperlukan tentang operasi perusahaan dan proses
16

pelaporan keuangan, dan menjaga keakraban dengan urusan bisnis


perusahaan dan persyaratan pelaporan.

H. Sistem remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi


Menurut Rezaee, Zabihollah (2009) dalam Corporate Governance and
Ethics, system remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi adalah
sebagai berikut:
Remunerasi direksi baru-baru ini mendapat perhatian besar sebagai
perusahaan dilengkapi remunerasi tunai untuk direksi mereka sebagai direktur
luar juga telah mendapatkan manfaat dari opsi saham dihitung sejak. Tidak ada
cara ajaib untuk menentukan bagaimana untuk membayar direksi dan berapa
banyak untuk membayar mereka. Namun, persepsi umum dan praktik terbaik
menunjukkan bahwa setiap peningkatan kepemilikan saham mengurangi
pembayaran tunai, dan perubahan kompensasi harus selaras dengan
kepentingan jangka panjang pemegang saham ditentukan oleh dewan, disetujui
oleh pemegang saham, dan sepenuhnya diungkapkan dalam pelaporan publik.
Secara tradisional, remunerasi direktur terdiri dari pengikut untuk keanggotaan
dewan dan biaya untuk menjadi anggota komite dan menghadiri rapat direksi
dan komite. Dalam meningkatnya jumlah waktu, komitmen, dan tanggung
jawab yang diperlukan direksi untuk memenuhi tugas fidusia mereka dalam
beberapa tahun terakhir telah memberikan pengaruh positif pada kompensasi
mereka. Pedoman ini menyarankan (1) Remunerasi Direktur terdiri dari
kombinasi dari kedua tunai dan saham, (2) Semua direksi harus memiliki
saham di perusahaan, (3) Direktur seharusnya membayar sesuai harga pasar.
(4) Semua remunerasi yang tidak biasa harus ditinjau dan disetujui oleh direksi
independen dan diungkapkan dalam laporan proxy, (5) pensiun dan tunjangan
pasca kerja tidak boleh diberikan kepada direksi luar, dan (6) pemegang saham
harus menyetujui kompensasi direktur.
Eksekutif dan direksi harus diberi kesempatan atau bahkan diminta
untuk memiliki saham yang wajar dari saham biasa perusahaan. Komite
Kompensasi harus menentukan jumlah dan persentase kepemilikan saham
17

eksekutif yang akan memotivasi mereka untuk menyelaraskan kepentingan


mereka dengan para pemegang saham. Penelitian akademik, menemukan
hubungan antara tingkat direksi, kepemilikan eksekutif, dan kinerja perusahaan
karena itu menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditingkatkan dengan
kepemilikan asalkan disimpan di bawah 50 persen. Rencana kepemilikan
sasaran menjadi sarana untuk memberikan insentif untuk kinerja yang unggul
dengan mendorong direksi dan pejabat untuk menahan tingkat minimum
tertentu ekuitas (misalnya, 10 persen) dibandingkan dengan gaji pokok mereka
(misalnya, empat kali gaji pokok). Penelitian akademik juga menunjukkan
bahwa (1) kinerja perusahaan yang buruk dikaitkan dengan rendahnya tingkat
kepemilikan manajerial, dan (2) peningkatan yang signifikan dalam hasil
kepemilikan eksekutif peningkatan kinerja operasi dan pasar saham masa
depan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus mempertimbangkan
mengadopsi rencana kepemilikan sasaran sesuai dengan atribut tata kelola
perusahaan dan struktur modal. Hal ini dirasakan bahwa opsi saham dapat
menyebabkan direksi untuk anehnya menggunakan insentif jangka pendek
untuk artifisial meningkatkan harga saham perusahaan

I. Peran dan tanggung jawab sekretaris perusahaan


Menurut Rezaee, Zabihollah (2009) dalam Corporate Governance and
Ethics, peran dan tanggung jawab sekertaris perusahaan adalah:
Sekretaris Perusahaan dapat mengambil penundaan dari pertemuan
dewan dan dengan saran dari penasehat hukum perusahaan. Utnuk menyiapkan
laporan dan memasukkannya dalam catatan perusahaan untuk tanggung jawab
kepada direktur. Jika perusahaan dengan undang-undang memerlukan
persetujuan jeda/waktu sebelum mereka resmi. Penundaan harus disetujui pada
pertemuan dewan berikutnya.

J. Fungsi pengawasan
Fungsi Pengawasan dewan menurut KNKG adalah sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai
18

hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran dasar atau peraturan


perundangundangan, pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam
fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional tetap
menjadi tanggung jawab Direksi. Kewenangan yang ada pada Dewan
Komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan
penasihat.
2. Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris
dapat mengenakan sanksi kepada anggota Direksi dalam bentuk
pemberhentian sementara, dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti
dengan penyelenggaraan RUPS.
3. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar, untuk sementara Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi
Direksi.
4. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik
secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan
memperoleh informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.
5. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter)
sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat
digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja mereka.
6. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh
Direksi, dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung
jawab (acquit et decharge) dari RUPS.
7. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk
komite. Usulan dari komite disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk
memperoleh keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa
efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun
dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya
digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak
luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus
19

membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain dibentuk sesuai dengan


kebutuhan.

K. Peran Akuntan professional dalam memfasilitasi tanggung jawab dewan


Menurut Rezaee, Zabihollah (2009) dalam Corporate Governance and
Ethics Peran akuntan profesional dalam memfasilitasi tanggung jawab dewan:
Akuntan profesional dalam Komite Audit bertujuan untuk
melaksanakan dan mendukung fungsi pengawasan dewan, khususnya di bidang
yang terkait dengan pengendalian internal, manajemen risiko, laporan
keuangan, dan kegiatan audit .
Peran akuntan profesional dalam memfasilitasi tanggung jawab dewan
menurut KNKG adalah sebagai berikut :
Peran akuntan profesional dalam Komite Audit bertugas membantu
Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: (i) laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur
pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan
audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang
berlaku, dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh
manajemen;

BAB III
KAJIAN KASUS
20

(Penialian Praktik OECD CG Prinsip 3 di PT Aneka Tambang Tbk)

A. Hasil dari Penilaian GCG PT. ANTAM berdasarkan laporan tata kelola
PT. Antam Tbk. :
Penilaian dilakukan melalui atas dokumen dan wawancara di kantor pusat
antam. Tidak melakukan validasi terhadap informasi yang diberikan oleh
manajemen pada saat pelaksanaan penilaian.Manajemen antam bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada kami adalah
benar, akurat, dan mutakhir. Penilaian ini memberikan dasar yang memadai
untuk menyatakan kesimpulan.Penilaian ini tidak memberikan penentuan legal
atas kepatuhan antam terhadap persyaratan tertentu.
1. Meletakkan Pondasi yang Kuat Bagi Pengawasan dan Pengelolaan
Perusahaan
Antam telah menyusun dengan jelas, serta melakukan
pengungkapan dengan jelas dan memadai mengenai tugas dan tanggung
jawab masing-masing dewan Komisaris dan direksi, termasuk
keseimbangan wewenang untuk mencegah kewenangan berlebih yang
dimiliki individu serta memungkinan adanya kerangka yang memadai
untuk dapat memahami akuntabilitas dan kontribusi dari dewan Komisaris
dan direksi serta setiap direktur. Peningkatan dapat dilakukan terkait
dengan implementasi mekanisme penilaian kinerja manajemen senior,
termasuk pengungkapannya.
2. Membuat Struktur Dewan Komisaris dan Direksi yang Memberi
Nilai Tambah
Antam telah memiliki dewan Komisaris dandireksi yang secara
kolektif, mampu untuk memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yangberlaku, serta memberikan nilai
tambah bagi Perusahaan.Peningkatan dapat dilakukan terkait dengan
ketepatan waktu perumusan KPI dan evaluasi
21 pencapaiannya.
3. Mendorong Pengambilan Keputusan yang Etis dan Bertanggung
Jawab
21

Antam telah melakukan usaha yang cukup baik dalam mendorong


pengambilan keputusan yang etis dan bertanggung jawab, dan untuk patuh
terhadap kewajiban hukum, serta dengan memperhatikan ekspektasi yang
wajar dari pemangku kepentingan.Kami juga mencermati bahwa antam
telah membuat kerangka kerja untuk mendorong terbentuknya budaya
etika dalam organisasi, melalui pemutakhiran Pedoman Perilaku,
pembuatan pernyataan tahunan untuk patuh terhadap pedoman perilaku
dan mekanisme pengaduan.Pedoman perilaku tersedia di portal intranet
antam untuk sosialisasi internal, serta diwebsiteantam untuk sosialisasi
eksternal.
4. Menjaga Integritas Dalam Pelaporan Keuangan
Antam telah membuat struktur reviewdan otorisasi yang dirancang
untuk memastikan penyajian wajar dan faktual atas laporan keuangan,
melalui pembentukan Komite audityang memiliki peran yang signifikan
dalam melakukan penilaian aspek keuangan, serta dengan keberadaan
proses untuk memastikan independensi dan kompetensi auditor eksternal.
5. Melakukan Pengungkapan Informasi Secara Tepat Waktu dan
Seimbang
Antam telah mengungkapkan posisi dan kinerjakeuangannya
dengan seimbang dan tepat waktu.
6. Menghargai Hak Pemegang Saham
Antam telah menyediakan kerangka untuk meningkatkan peran serta
pemegang saham dalam berkomunikasi dan berpartisipasi dalam Rapat
Umum Pemegang Saham, serta akses terhadap informasi kinerja
perusahaan, termasuk informasi keuangan.
7. Mengetahui dan Mengendalikan Risiko
Antam telah membuat kebijakan sistem manajemen risiko dan
pengendalian internal, serta melakukan identifikasi dan pengendalian
risiko usaha yang material. Namun antam masih memerlukan perbaikan
pada struktur yang dapat mendukung implementasi kebijakan tersebut,
khususnya terkait dengan risiko pelaporan keuangan, dikarenakan
22

kerangka kerja untuk memastikan bahwa sistem manajemen risiko dan


pengendalian internalnya yang terkait dengan risiko pelaporan keuangan
telah mencukupi dan beroperasi secara efektif, dalam semua hal yang
material saat ini masih dalam tahap pengembangan.
8. Memberikan Remunerasi Secara Wajar dan Bertanggung Jawab
Antam telah menyediakan kerangka untuk memastikan bahwa tingkat dan
komposisi remunerasi telah mencukupi dan wajar, serta terkait dengan
kinerja, sepanjang hal tersebut tidak melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku bagi antam sebagai BUMN.

B. Introduction PT ANEKA TAMBANG Tbk.


1. Profil perusahaan
Antam merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi
dan terintegrasi secara vertikal yang berorientasi ekspor. Melalui wilayah
operasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral,
kegiatan Antam mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan serta
pemasaran dari sumber daya mineral yang dimiliki.
Tujuan perusahaan saat ini berfokus pada peningkatan nilai
pemegang saham.Hal ini dilakukan melalui penurunan biaya seiring usaha
bertumbuh guna menciptakan keuntungan yang berkelanjutan.Strategi
perusahaan adalah berfokus pada komoditas inti nikel, emas, dan bauksit
melalui peningkatan output produksi untuk meningkatkan pendapatan serta
menurunkan biaya per unit.Sebagai perusahaan pertambangan, Antam
menyadari bahwa kegiatan operasi perusahaan memiliki dampak secara
langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.Perusahaan
menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan khususnya pengembangan
masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi merupakan bagian
dari risiko perusahaan yang harus dikelola dengan baik.Karakteristik
industri pertambangan di Indonesia sebagai industri pembuka daerah
tertinggal dan terisolir juga menjadikan peran perusahaan tambang untuk
berperan aktif dalam pengembangan masyarakat sekitar dan beroperasi
23

sebagai good corporate citizen sangat penting. Hal ini akan berperan
penting dalam menurunkan risiko adanya gangguan terhadap operasi
perusahaan

2. Visi Antam
Visi Antam :
"Menjadi korporasi global berbasis pertambangan dengan
pertumbuhan sehat dan standar kelas dunia"
Misi Antam :
Membangun dan menerapkan praktik-praktik terbaik kelas dunia untuk
menjadikan Antam sebagai pemain global.
Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan
teknologi tepat guna dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan
kerja serta lingkungan hidup.
Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif.
Mendorong pertumbuhan yang sehat dengan mengembangkan bisnis
berbasis pertambangan, diversifikasi dan integrasi selektif untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham
Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai serta
mengembangkan budaya organisasi berkinerja tinggi.
Berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di
sekitar wilayah operasi, khususnya pendidikan dan pemberdayaan
ekonomi.

Struktur organisasi PT ANEKA TAMBANG Tbk.


24

Penerapan GCG pada PT ANEKA TAMBANG Tbk.


Awal penerapan GCG Antam didasari atas kebutuhan Perusahaan
untuk
tumbuh, berkembang serta berkelanjutan.Dual listing di bursa menjadi
pendorong Antam untuk menerapkan GCG sebagai suati sistim, yakni
sistem pengelolaan Perusahaan yang baik selain sejalan dengan asas
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran
dan kesetaraan.
Antam terus berbenah menuju suatu organisasi yang berkomitmen
untuk menerapkan GCG.Pengembangan GCG Antam mengakomodir
adanya perubahan yang dinamis dan terbuka terhadap konsep-konsep
baru.Antam telah mengembangkan GCG dengan membangun aspek
infrastruktur GCG, baik hard structure maupun soft structure.
1. Hard structure yang telah dibangun diantaranya adalah dengan
dibentuknya Dewan Komisaris yang terdiri dari Komisaris Independen
beserta lima komite penunjang Dewan Komisaris, meliputi Komite
Audit, Komite GCG, Komite NOMINASI Remunerasi dan
Pengembangan SDM, Komite CSR Lingkungan dan Pasca-tambang
(CSR-LPT), dan Komite Manajemen Resiko.
2. Soft structrure GCG yang telah dikembangkan diantaranya:
a. Pedoman Kebijakan Perusahaan (PKP)
Digunakan untuk memastikan agar kegiatan usahanya dilaksanakan
secara adil, bertanggungjawa dan transparan. PKP merupakan
kumpulan kebijakan yang disusun berdasarkan prinsip GCG sebagai
acuan kegiatan dan pengambilan keputusan perusahaan serta
sebagai pedoman dalam melaksanakan pengawasan dan
25

pengendalian, sekaligus menjadi kriteria penguji dalam mengkaji


kesahihan dari semua keputusan dan peraturan yang dikeluarkan PT
Aneka Tamban Tbk.
1) Management Policy
2) Standart Operating Procedure (SOP)
3) Standar Etika (Code of conduct) Perusahaan Dimana harus
ditandatangani setiap tahunnya dan wajib ditaati seluruh insan
PT Aneka Tambang Tbk.
4) Chater Dewan Komisaris
5) Chater Direksi
6) Chater Internal Audit.
Dewan Komisaris, Komite-komite di tingkat Dewan Komisaris,
Direksi, dan manajemen senior terus meningkatkan kapabilitas dalam
proses pengawasan dan pengelolaan perusahaan, sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Semua pihak juga berupaya untuk
memperkuat hubungan kerja satu sama lain. Singkatnya, Antam menyadari
pentingnya hubungan kerja yang harmonis serta kerjasama diantara organ-
organ tata kelola, manajemen dan staf untuk mempertahankan dan
meningkatkan praktik GCG di Antam secara berkelanjutan. Untuk
mendukung fungsi pengawasan, Dewan Komisaris telah membentuk lima
Komite di tingkat Dewan Komisaris yakni Komite Audit, Komite Nominasi,
Remunerasi dan Pengembangan SDM (NRPSDM), Komite Manajemen
Risiko, Komite GCG dan Komite CSR dan Pasca Tambang.
Setiap Komite diketuai oleh anggota Dewan Komisaris, dan tugas
serta tanggung jawab masing-masing Komite tercantum dalam masing-
masing piagam yang dimiliki. Evaluasi kinerja Dewan Komisaris dilakukan
oleh Komite NRPSDM dengan menggunakan sistem self-assessment atau
peer evaluation sebagaimana ditentukan dalam rapat Dewan Komisaris.
Hasil kinerja dilaporkan di dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).Evaluasi ini dilakukan menggunakan kriteria yang disebutkan
dalam manual kebijakan perusahaan seperti tingkat kehadiran di rapat
26

Dewan Komisaris atau rapat Komite.Evaluasi kinerja Direksi dilakukan


oleh Dewan Komisaris berdasarkan Key Performance Indicators (KPIs) dan
hasilnya dilaporkan di dalam RUPS. Contoh dari KPI diantaranya
pertumbuhan pendapatan, profitabilitas, struktur biaya, solvabilitas/tingkat
hutang, penjualan, kepuasan konsumen, inovasi, proses operasional, risiko
operasional, proses peraturan dan lingkungan, teknologi informasi yang
terintegrasi, iklim organisasi, dan kompetensi karyawan. Evaluasi kinerja
Komite di tingkat Dewan Komisaris menggunakan sistem self-assessment
atau peer evaluation. Evaluasi dilakukan menggunakan beberapa kriteria
seperti kehadiran di rapat Komite. Sebagai tambahan, Komite juga
dievaluasi menggunakan aspek benturan kepentingan, pengetahuan dan
pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab Komite. Antam
mengadopsi Sistem Manajemen berbasis Kinerja untuk mengevaluasi
kinerja manajemen senior yang didasarkan pada beberapa faktor kunci
seperti manajemen biaya, inovasi, proses operasional dan kepuasan
pelanggan. Kinerja masing-masing senior manajemen terhubung dengan
kinerja Direksi yang keseluruhannya berada dalam sistem Key Performance
Index. Antam saat ini tengah bersiap untuk mengimplementasikan sistem
imbal hasil berbasis kinerja bagi karyawannya yang akan menghubungkan
kinerja masing-masing individu dengan remunerasi yang diperoleh.
Evaluasi kinerja secara kolektif disetujui oleh Direksi dan setiap senior
manajemen.Setiap tahun Direksi bertemu dengan senior manajemen dari
unit bisnis di dalam forum Rapat Pimpinan untuk mengevaluasi dan
memberi masukan terhadap kinerja masing-masing unit bisnis.
Praktik GCG Antam telah memperoleh pengakuan dari banyak
pihak eksternal.Pada bulan November 2010 Antam memperoleh berhasil
meraih penghargaan Best Overall dalam ajang GCG Award 2010 dari
Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD).Pemilihan dilakukan
berdasarkan survei dan penilaian yang independen terhadap penerapan
prinsip-prinsip GCG di perusahaan, dimana Antam berhasil mendapatkan
skor tertinggi. Kriteria penilaian antara lain adalah
27

1. perlindungan hak pemegang saham


2. perlakuan adil terhadap pemegang saham
3. peran pemangku kepentingan
4. pengungkapan dan transparansi
5. serta tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.
Penilaian atas kriteria-kriteria tersebut dilakukan berdasarkan
OECD (Organisation for Economic Co-operation & Development)
Guidelines.IICD juga melakukan assessment secara independen terhadap
informasi publik yang tersedia di website perusahaan maupun website para
regulator bursa. Predikat Best Overall dalam GCG Award dari IICD tersebut
merupakan penghargaan kedua yang diterima Antam, setelah penghargaan
yang sama juga diterima di tahun 2009 lalu. Pada bulan Desember 2010
Antam juga kembali meraih predikat perusahaan Sangat Terpercaya pada
ajang Good Corporate Governance Perception Index (CGPI) Award 2009.
Penilaian CGPI 2009 ini dilakukan oleh Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) melalui empat tahapan terhadap perusahaan publik
(emiten), BUMN, dan perusahaan lain.

3. Tujuan penerapan GCG di ANTAM adalah sebagai berikut:


a. Tercapainya pertumbuhan dan imbal hasil yang maksimal
sehingga meningkatkan kemakmuran Perusahaan, serta
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang tanpa
mengabaikan kepentingan Stakeholders lainnya
b. Mengendalikan dan mengarahkan hubungan yang baik antara
Shareholders, Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh
Stakeholders Perusahaan
c. Mendukung aktivitas pengendalian internal dan pengembangan
Perusahaan
d. Pengelolaan sumber daya secara lebih amanah
e. Meningkatkan pertanggungjawaban kepada Stakeholders
f. Perbaikan budaya kerja Perusahaan
28

g. Menjadikan Perusahaan bernilai tambah yaitu meningkatkan


kesejahteraan seluruh insan Antam berikut peningkatan
kemanfaatan bagi Stakeholders Perusahaan.
Tata kelola perusahaan yang baik akan mampu memastikan aset
dikelola secara hati-hati dan dapat dipertanggungjawabkan. selain itu,
perusahaan akan mampu menjalankan bisnisnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku dilandasi dengan etika bisnis yang telah disepakati dan
dijunjung tinggi bersama.

BAB IV
SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan kajian yang sudah diuraikan di pembahasan


seblumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
PT ANTAM sudah melaksanakan prinsip-prinsip GCG dengan sangat baik.
Dimana Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi
29

salah satu elemen penting bagi perusahaan Antam dalam usaha untuk
mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan dan juga menjadi perusahaan
pertambangan internasional.
Evaluasi kinerja Dewan Komisaris yang dilakukan secara berkelanjutan
sangat membantu perusahaan dalam peningkatan kualitas kinerja dewan komisaris
beserta karyawannya.Serta kebijakan yang diambil mengenai sistem remunerasi
merupakan upaya yang cukup baik untuk meningkatkan kinerja masing-masing
individu sehingga shareholder value juga dapat ditingkatkan.
Dengan GCG PT. ANTAM Tbk. menciptakan agent of change melalui
GCG Champion. Antam membuat program untuk mengakomodasi ide dan inovasi
dari berbagai jabatan di perusahaan.Seluruh hasil inovasi dari program tersebut
disimpan dalam portal perusahaan sehingga dapat diakses oleh seluruh pegawai
Antam.Selain itu para direksi harus melakukan sharing informasi setelah
melakukan kunjungan bisnis, agar semua karyawan mempunyai kesamaan visi dan
informasi.PT Antam juga mendapatkan manfaat yaitu dapat meningkatkan
shareholder value, mendapatkan dan menjaga kepercayaan investor dan kreditor,
dapat menarik investor dari luar, memperoleh citra yang baik, dan menciptakan
iklim yang sehat.

30
DAFTAR PUSTAKA

IAI, 2015. Modul Chartered Accountant : Etika Profesi dan Tata kelola Korporat

http://justisiamaabuat.blogspot.co.id/2016/04/prinsip-tanggung-jawab-dewan-
etika.html diakses tanggal 10 Agustus 2017 Pukul 14.50 WITA
30

http://nyarimakalah.blogspot.co.id/2015/06/makalah-good-corporate-governance-
dan.html diakses tanggal 10 Agustus 2017 Pukul 14.20 WITA

31

Anda mungkin juga menyukai