Anda di halaman 1dari 8

Critical Review

PANCASILA SEBAGAI ETIKA AKUNTAN PEMBEBAS IMPERIALISME


Unti Ludigdo dan Ari Kamayanti

World Journal of Social Sciences


Vol. 2. No. 6. September 2012 Issue. Pp. 159 – 168

A. Ringkasan
Artikel ini menjelaskan bagaimana Pancasila, sebagai idiologi negara Indonesia
yang membawa banyak nilai lokal, dapat menjadi alternatif sebagai dasar untuk
mengembangkan etika akuntan. Stakeholder Theory digunakan untuk menyampaikan
argumen tentang relevansi Pancasila terhadap etika akuntan untuk menghalangi invasi
imperialisme, etika juga untuk mempertahankan integritas akuntan.
Skandal akuntansi seperti Enron dan Worldcom telah menimbulkan perhatian
besar terhadap etika. Publikasi Sarbanes Oxley pada tahun 2002 adalah respon awalnya.
Bahkan sejak saat itu, etika dianggap penting untuk diajarkan di universitas dan
dibangun ke dalam kurikulum akuntansi (Ghaffari et al. 2002, Mulawarman, 2008).
Terlepas masalah tersebut, masih agak ironis bahwa skandal akuntansi masih tetap ada.
Etika Indonesia sekarang adalah dampak dari globalisasi ekonomi yang dapat
menyebabkan tekanan terhadap pola pikir atau cara pikir di dalam akademis, ekonomi,
politik dan bahkan aspek sosial budaya kehidupan (Puruhito 2011). Etika akuntan
harus di review sehingga dapat membebaskan akuntan dari imperialisme. Untuk alasan
ini alat-alat pembebasan yang membawa nilai Indonesia harus digunakan.
Semangat kebebasan dapat ditemukan dari ideologi Indonesia yaitu Pancasila
(Panca berarti lima, sila berarti dasar. Pancasila sudah sangat holistis. Pancasila terdiri
dari lima dasar yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 1


Namun demikian dalam prakteknya Pancasila hanya ditulis di dalam buku,
studi ilmiah, sementara nilai mulianya dihapuskan. Pancasila telah menjadi retorika
semata.
Temuan empiris menunjukkan bahwa di Indonesia pendidikan akuntansi telah
menjadi sangat objektif dan ditujukan untuk menyediakan pasar dengan akuntan
sebagai tenaga kerja dibawah ekonomi corporate juga kurangnya nilai spiritual. Temuan
selanjutnya menunjukkan bahwa pendidikan akuntansi masih belum menginternalisasi
Pancasila ke dalamnya (Setiawan dan Kamayanti 2012), termasuk pendidikan seperti
etika profesional dan bisnis.
Pancasila dan hubungannya dengan kode etik akuntan. Prinsip pertama
menetapkan bahwa harus ada nilai ketuhanan dalam kode etik akuntan. Dengan
demikian sesungguhnya ada aspek spiritualitas yang perlu ditunjukkan dan
dimasukkan ke dalam teks, hal ini penting karena menurut Cavallaro (2014), tidak
memasukkan ketuhanan dalam kode etik akuntan secara jelas menegaskan bahwa etika
akuntan indonesia telah dibentuk oleh imperialisme, hilangnya nilai ke-Tuhan-an lebih
Triyuwono (2006). Dia menyatakan bahwa akuntansi telah membantu membentuk
lingkungan, dalam sebuah lingkungan yang bernafaskan kapitalisme, maka tidak
terhindari lagi jantung dari akuntansi akan juga menjadi kapitalis.

B. Critical Review
1. Motivasi
Motivasi penelitian adalah mencoba menyampaikan pandangan kritis tentang
bagaimana nilai nilai Pancasila mempunyai relevansi dengan kode Etik akuntan,
yang pada gilirannya akan juga membebaskan Akuntan Indonesia dari
imperialisme Etis.

2. Problem riset
Masalah spesifik riset ini adalah skandal akuntansi di Indonesia terus
bermunculan di Indonesia, ada kasus Kimia Farma dan Nank Lippo yang
melibatkan perusahaan Akuntansi besar yang dipercaya menghasilkan audit
kualitas tinggi. Ada juga kasus PT Telkom di mana melibatkan perusahaan
Akuntansi terkenal yaitu Eddy Pianto and Partners. Ada juga kasus keterlibatan

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 2


10 KAP yang bertugas melakukan audit pada bank yang operasinya dibekukan
dan Bank yang aktivitasnya dibekukan (Trisnaningsih 2007). Ada juga
pengelakan pajak oleh KAP KPMG Siddharta Siddharta & Harsono Yang
menyampaikan sarannya kepada kliennya (PT Eastman Christensen) untuk
menyuap otoritas pajak Indonesia (Sinaga 2001). Berlanjut dengan kasus Bank
century dan Gayus. Ini menimbulkan beberapa pertanyaan: apa yang salah
dengan Akuntan Indonesia? Mengapa mereka menjadi tidak Etis? Mengapa
skandal ini terjadi lagi walaupun Akuntan Indonesia memiliki etika akuntan.

3. Theoritical Base
Penelitian ini didasarkan pada perspektif kritis. Teori stakeholder yang
digunakan untuk menunjukkan bahwa Pancasila dapat menjadi sumber senjata
untuk menghancurkan imperialisme.
Rusconi (2001) Menjelaskan bahwa ada 2 hal yang menyebabkan pentingnya
interkoneksi antara akuntansi dengan stakeholder, pertama, karena laporan
akuntansi sangat dekat dengan aspek etis seperti keterbukaan, transparansi,
netralitas, dan kesatuan, khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan
bisnis, kedua akuntansi sangat berhubungan dengan ukuran seperti etika sikap
perusahaan terhadap pegawai dan konsumen. Pendekatan ini selanjutnya
disebut dengan pendekatan stakeholder.
Untuk mengangkat relevansi Pancasila dalam etika akuntansi, dengan
mendefinisikan stakeholder dalam akuntansi yang sekarang dipraktekkan dan
menganalisa bagaimana etika diajukan untuk melayani stakeholder ini yang
terutama terdiri dari pemegang saham. Selanjutnya bagaimana nilai Pancasila
dapat mempengaruhi stakeholder yang lebih besar dan sebagai hasilnya dapat
digunakan untuk merekonstruksi kode etik akuntan yang lebih cocok untuk
orang-orang Indonesia dan kepentingan Negara.
Langkah selanjutnya adalah menginternalisasi Pancasila sehingga tidak hanya
menjadi retorika, cara melakukannya adalah melalui pendidikan, ini dapat
diatasi dengan membangkitkan kesadaran kekuatan Pusat dengan kelas
menengah yang mengatur kesadaran kelas dan diskursus publik antara retorika
politik dengan tindakan nyata ashidiqi 2011 halaman 45, pendidikan Pancasila

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 3


tidak hanya sekedar ditulis atau tersedia sebagai pendidikan khusus, tetapi
internalisasi, dibutuhkan dan menjadi nyata melalui akulturasi. Menurut
Samani (2011 halaman 73), akulturasi Pancasila dapat dilakukan melalui
keteladanan senior atau dosen, secara konsisten dan ketika mereka memasukkan
doktrin Pancasila ke dalam kesadaran siswa.

4. Implikasi
Tidak ada.

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 4


MEMAKNAI ETIKA PROFESI AKUNTAN INDONESIA DENGAN PANCASILA
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Bidang Etika Bisnis dan Profesi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Semakin vitalnya peran akuntan dalam dunia global saat ini, telah menempatkan
profesi akuntan yang dituntut pada perilaku para akuntan profesional yang bersih dari
berbagai perilaku menyimpang. Banyaknya kasus yang berkaitan dengan profesi akuntan
telah menunjukkan bahwa profesi ini belum mampu untuk berperilaku seperti di atas.
Meskipun kode etik akuntan telah dibuat, akan tetapi kode etik tersebut, dalam realitasnya
masih belum memiliki arti yang sesungguhnya bagi kalangan akuntan Indonesia. Kode etik
masih hanya menjadi “hiasan” profesi yang tanpa makna, baik dalam ranah pemikiran
maupun tindakan keseharian para akuntan. Bahkan kode etik ini merupakan sesuatu yang
jauh dari jangkauan idealisme akuntan. Situasi ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.
Mengapa demikian, karena kode etik ataupun kode perilaku merupakan kodifikasi standar
nilai profesi yang wajib dipatuhi.
Atas tuntutan terserbut, sekaligus tidak tergerus dengan “nilai-nilai” dalam globalisasi,
serta kegelishan atas nilai-nilai lokal yang terabaikan, maka Ludigdo (2012) mencoba
menawarkan local value yang menjadi ideologi bangsa dan negara dengan menjadikan
Pancasila dengan nilai-nilai luhurnya untuk diinjeksikan dalam etika profesi akuntan.
Melalui studi reflektifnya Ludigdo (2012) mampu mengurai secara detail dan mendalam
melalui kajian literatur dan eksplorasi wacana dari berbagai pihak khususnya kalangan
akuntan, maka studi ini dikembangkan.

Menghadirkan Pancasila di Globalisasi Profesi


Upaya pertama yang disampaikan Ludigdo (2012) adalah tantangan untuk
menghadirkan Pancasila di era global. Sifat etika yang universal, menjadikan beberapa
pandangan meragukan bagaimana upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam profesi
akuntan yang telah mengglobal. Sementara kalangan yang lain, mendukung upaya ini
untuk “sekedar” memberikan nilai tambah yang tidak hanya mengadopsi nilai-nilai
universal tadi yang belum tentu sesuai dengan local wisdom di Indonesia.

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 5


Ludigdo (2012) yakin, bahwa kehidupan profesional akuntan berada dalam
spektrum kebangsaan meskipun mereka juga dapat bekerja dalam lingkup global. Profesi
akuntan adalah bagian dari masyarakat sosial suatu bangsa, yang dengan identitas
kebangsaan yang melekat pada dirinya tetap memungkinkan ia untuk berkiprah dalam
institusi global. Oleh karenanya, pengembangan nilai-nilai lokal melalui nilai-nilai
Pancasila dalam pelaksanaan profesi akuntan merupakan upaya untuk perwujudan
konkrit dalam berpraktik di kehidupan masyarakat Asshiddiqie (2011). Selain itu,
Pancasila merupakan sumber jati diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan
bangsa Latif (2011; 41-42). Sebagai basis moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan,
Pancasila memiliki landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang kuat dalam
mana setiap sila memiliki justifikasi historis, rasional dan aktual yang dipahami,
dihayati, dipercayai, dan diamalkan secara konsisten sehingga dapat menopang
pencapaian-pencapaian agung peradaban bangsa. Untuk itulah Ludigdo (2012)
menganggap bahwa menghadirkan nilai-nilai Pancasila dalam profesi akuntan menjadi
hal yang penting untuk dilakukan dan tetap bisa mengikuti era global dengan tetap
mencirikan diri melalui peradaban bangsa yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.

Etika Akuntan Indonesia dalam cara pandang Pancasila


1. Cara Pandang Ketuhanan,
Belum hadirnya dimensi Ketuhanan dalam profesi akuntan, khususnya
dokumen standar profesi yang fully adopted dari Dunia barat, hendaknya
menjadikan akuntan Indonesia untuk menginternalisasi nilai-nilai Ketuhanan
yang merupakan sumber etika dan spiritualitas (vertikal-transendental) bagi
Bangsa Indonesia. Spirit ketuhanan harus menjadi pondasi dalam setiap
aktivitas profesional pada diri setiap akuntan Indonesia.
2. Cara Pandang Kemanusiaan,
Pengutamaan kepentingan publik merupakan terminologi yang sangat
menonjol dalam elaborasi prinsip dan aturan etika. Akuntan harus membangun
peradaban dengan menjunjung tinggi nilai keadilan. Akuntan boleh berfikir dan
bertindak global, tetapi harus tetap menjunjung tinggi keluhuran nilai-nilai

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 6


Indonesia. Akuntan harus mengangkat derajat kemanusiaan yang luhur dan
berperilaku adil bagi semua (manusia, alam dan lingkungannya).
3. Cara Pandang Kebangsaan
Aktualiasi nilai-nilai kemanusiaan, harus berakar kuat pada visi kebangsaan
yang kokoh karena pluralitas masyarakat. Visi kebangsaan yang kokoh adalah
berupa komitmen membangun kebersamaan dalam wadah persatuan. Setiap
akuntan akan punya peran sesuai dengan profesi yang digelutinya sebagai
upaya memperkokoh bangunan persatuan dan kebangsaan.
4. Cara Pandang Kedaulatan dan Musyawarah
Kedaulatan pemikiran (khususnya dalam hal etika) harus ditunjukkan oleh para
akuntan agar keluar dari hegemony nilai-nilai negara barat. Dalam sebuah
“musyawarah” tidak dikenal adanya hegemony. Oleh karena itu, akuntan perlu
melakakun pengembangan standar akuntansi yang tidak hanya “mengekor”
standar dari barat, tetapi juga mencoba untuk merumuskan standar atau
pedoman akuntansi yang cocok dengan karakteer bangsa Indonesia.
5. Cara Pandang Keadilan Sosial
Perwujudan rasa keadilan dalam bentuk penyeimbangan kebutuhan jasmani
dan rohani, kebutuhan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial
dengan melaksanakan semangat kekeluargaan, bukan semangat individual.
Akuntan harus menyeimbangkan kebutuhan kesejahteraan diri dan
masyaraktnya dengan menjalankan tugas profesionalnya dengan penuh rasa
kasih sayang, tidak bertindak eksploitatif terhadap institusi, parnet dan
masyarakat.

Merealisasikan Etika Profesi yang Berparadigma Pancasila


1. Mengembangkan pendidikan yang berkarakter kebangsaan.
2. Pancasila sebagai filosofi dasar pengembangan pendidikan akuntansi dan
sekaligus pengembangan karakter akuntan Indonesia
3. Harus bersikap kritis dalam mengadopsi pemikiran bisnis dan akuntansi.
Mensinergikan pola pemikiran tersebut dengan kepribadian bangsa. Yang
harapannya akuntan pendidik mampun merekonstruksi, mereproduksi dan
bahkan menghasilkan ilmu pengetahuan.

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 7


4. Melakukan revitaliasi keberadaan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.
5. Kesadaran atas situasi ekonomi dan politik saat ini merupakan pengingkaran
nilai-nilai Pancasila, yang pada akhirnya akuntan tidak boleh terbawa arus
pendikreditan Pancasila dengan membenturkannya pada realiatas saat ini.
6. Organisasi profesi akuntan harus berani melakukan rekonstruksi kode etik
profesi yang dimuati dengan nilai-nilai Pancasila
7. Harus diterapkan sumpah profesi akuntan sebagai upaya infusi spirit ketuhanan
dan kesetiaan kepada Pancasila

Sugianto (16702030111017) & Rahmat Zuhdi (16702030111018) Page 8

Anda mungkin juga menyukai