A. Ringkasan
Artikel ini menjelaskan bagaimana Pancasila, sebagai idiologi negara Indonesia
yang membawa banyak nilai lokal, dapat menjadi alternatif sebagai dasar untuk
mengembangkan etika akuntan. Stakeholder Theory digunakan untuk menyampaikan
argumen tentang relevansi Pancasila terhadap etika akuntan untuk menghalangi invasi
imperialisme, etika juga untuk mempertahankan integritas akuntan.
Skandal akuntansi seperti Enron dan Worldcom telah menimbulkan perhatian
besar terhadap etika. Publikasi Sarbanes Oxley pada tahun 2002 adalah respon awalnya.
Bahkan sejak saat itu, etika dianggap penting untuk diajarkan di universitas dan
dibangun ke dalam kurikulum akuntansi (Ghaffari et al. 2002, Mulawarman, 2008).
Terlepas masalah tersebut, masih agak ironis bahwa skandal akuntansi masih tetap ada.
Etika Indonesia sekarang adalah dampak dari globalisasi ekonomi yang dapat
menyebabkan tekanan terhadap pola pikir atau cara pikir di dalam akademis, ekonomi,
politik dan bahkan aspek sosial budaya kehidupan (Puruhito 2011). Etika akuntan
harus di review sehingga dapat membebaskan akuntan dari imperialisme. Untuk alasan
ini alat-alat pembebasan yang membawa nilai Indonesia harus digunakan.
Semangat kebebasan dapat ditemukan dari ideologi Indonesia yaitu Pancasila
(Panca berarti lima, sila berarti dasar. Pancasila sudah sangat holistis. Pancasila terdiri
dari lima dasar yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
B. Critical Review
1. Motivasi
Motivasi penelitian adalah mencoba menyampaikan pandangan kritis tentang
bagaimana nilai nilai Pancasila mempunyai relevansi dengan kode Etik akuntan,
yang pada gilirannya akan juga membebaskan Akuntan Indonesia dari
imperialisme Etis.
2. Problem riset
Masalah spesifik riset ini adalah skandal akuntansi di Indonesia terus
bermunculan di Indonesia, ada kasus Kimia Farma dan Nank Lippo yang
melibatkan perusahaan Akuntansi besar yang dipercaya menghasilkan audit
kualitas tinggi. Ada juga kasus PT Telkom di mana melibatkan perusahaan
Akuntansi terkenal yaitu Eddy Pianto and Partners. Ada juga kasus keterlibatan
3. Theoritical Base
Penelitian ini didasarkan pada perspektif kritis. Teori stakeholder yang
digunakan untuk menunjukkan bahwa Pancasila dapat menjadi sumber senjata
untuk menghancurkan imperialisme.
Rusconi (2001) Menjelaskan bahwa ada 2 hal yang menyebabkan pentingnya
interkoneksi antara akuntansi dengan stakeholder, pertama, karena laporan
akuntansi sangat dekat dengan aspek etis seperti keterbukaan, transparansi,
netralitas, dan kesatuan, khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan
bisnis, kedua akuntansi sangat berhubungan dengan ukuran seperti etika sikap
perusahaan terhadap pegawai dan konsumen. Pendekatan ini selanjutnya
disebut dengan pendekatan stakeholder.
Untuk mengangkat relevansi Pancasila dalam etika akuntansi, dengan
mendefinisikan stakeholder dalam akuntansi yang sekarang dipraktekkan dan
menganalisa bagaimana etika diajukan untuk melayani stakeholder ini yang
terutama terdiri dari pemegang saham. Selanjutnya bagaimana nilai Pancasila
dapat mempengaruhi stakeholder yang lebih besar dan sebagai hasilnya dapat
digunakan untuk merekonstruksi kode etik akuntan yang lebih cocok untuk
orang-orang Indonesia dan kepentingan Negara.
Langkah selanjutnya adalah menginternalisasi Pancasila sehingga tidak hanya
menjadi retorika, cara melakukannya adalah melalui pendidikan, ini dapat
diatasi dengan membangkitkan kesadaran kekuatan Pusat dengan kelas
menengah yang mengatur kesadaran kelas dan diskursus publik antara retorika
politik dengan tindakan nyata ashidiqi 2011 halaman 45, pendidikan Pancasila
4. Implikasi
Tidak ada.
Semakin vitalnya peran akuntan dalam dunia global saat ini, telah menempatkan
profesi akuntan yang dituntut pada perilaku para akuntan profesional yang bersih dari
berbagai perilaku menyimpang. Banyaknya kasus yang berkaitan dengan profesi akuntan
telah menunjukkan bahwa profesi ini belum mampu untuk berperilaku seperti di atas.
Meskipun kode etik akuntan telah dibuat, akan tetapi kode etik tersebut, dalam realitasnya
masih belum memiliki arti yang sesungguhnya bagi kalangan akuntan Indonesia. Kode etik
masih hanya menjadi “hiasan” profesi yang tanpa makna, baik dalam ranah pemikiran
maupun tindakan keseharian para akuntan. Bahkan kode etik ini merupakan sesuatu yang
jauh dari jangkauan idealisme akuntan. Situasi ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.
Mengapa demikian, karena kode etik ataupun kode perilaku merupakan kodifikasi standar
nilai profesi yang wajib dipatuhi.
Atas tuntutan terserbut, sekaligus tidak tergerus dengan “nilai-nilai” dalam globalisasi,
serta kegelishan atas nilai-nilai lokal yang terabaikan, maka Ludigdo (2012) mencoba
menawarkan local value yang menjadi ideologi bangsa dan negara dengan menjadikan
Pancasila dengan nilai-nilai luhurnya untuk diinjeksikan dalam etika profesi akuntan.
Melalui studi reflektifnya Ludigdo (2012) mampu mengurai secara detail dan mendalam
melalui kajian literatur dan eksplorasi wacana dari berbagai pihak khususnya kalangan
akuntan, maka studi ini dikembangkan.