Anda di halaman 1dari 13

alfian maulana a

Kamis, 08 Januari 2015

TUGAS SOFTSKILL
ETIKA BISNIS
PELANGGARAN ETIKA BISNIS PADA AKUNTANSI MANAJEMEN DI PT.
KAI

A. LATAR BELAKANG
Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat pelaku bisnis meningkatkan kinerja
perusahaan untuk mempertahankan dalam persaingan usaha yang terjadi. Untuk mempertahankan eksistensi
didunia usaha, perusahaan dapat membuat suatu laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai informasi
kepada pengguna laporan. Laporan keuangan yang dikeluarkan tersebut harus sesuai dengan Satandar Akuntansi
Keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Banyak perusahaan yang kurang
memperhatikan terhadap laporan keuangan tersebut apakah sudah sesuai atau kurang sesuai dengan Standar
Akuntansi yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, perusahaan dapat menggunakan jasa audit yang dianggap
independen dalam memeriksa laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan menggunakan
jasa auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik.
Akuntansi dengan standar yang berlaku, adalah alat yang digunakan manajemen (dengan bantuan akuntan)
untuk menyajikan laporan keuangan. Praktek akuntansi tentunya tidak terlepas dari kebijakan manajemen dalam
memilih metode yang sesuai dan diperbolehkan. Kebijakan dan metode yang dipilih dipengaruhi oleh kemampuan
interpretasi standar akuntansi, dan kepentingan manajemen sendiri. Standar akuntansi mengharuskan adanya
pengungkapan (dislosure) atas praktek dan kebijakan akuntansi yang dipilih, dan diterapkan. Dalam proses
penyajian laporan keuangan, potensial sekali terjadinya asimetri informasi atau aliran informasi yang tidak
seimbang antara penyaji (manajemen) dan penerima informasi (investor dan kreditor). Dalam hal ini yang
memiliki informasi lebih banyak (manajemen) diduga potensial memanfaatkannya informasi yang dimiliki
untuk mengambil keuntungan maksimal.
Pelaku creative accounting sering juga dipandang sebagai opportunis. Dalam teori keagenan (agency theory)
dijelaskan, adanya kontrak antara pemegang saham (principal) dengan manajer sebagai pengelola perusahaan
(agent), dimana manajer bertanggung jawab memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, namun disisi lain
manajer juga mempunyai kepentingan pribadi mengoptimalkan kesejahteraan mereka sendiri melalui tercapainya
bonus yang dijanjikan pemegang saham.
Salah satu contoh kasus manipulasi laporan keuangan adalah yang dialami oleh PT. Kereta Api Indonesia
(PT. KAI). Kasus ini menunjukkan bagaimana proses tata kelola yang dijalankan dalam suatu perusahaan dan
bagaimana peran dari tiap-tiap organ pengawas dalam memastikan penyajian laporan keuangan tidak salah saji
dan mampu menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya. Kasus PT. KAI berawal dari
perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris
menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Komisaris
meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan
fakta yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan.
Adanya ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun, ketika komite audit
mempertanyakan laporan tersebut, manajemen merasa tidak yakin sehingga pihak manajemen menggunakan jasa
auditor ekternal. Manfaat dari jasa audit adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk
pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat
dipercaya.

B. ETIKA DALAM BISNIS DAN PROFESI


Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat
kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan Moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
Mos dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih
kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas
untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku.
Etika adalah perilaku yang baik yang telah melekat pada diri manusia itu sendiri sebagai pedoman hidup,
baik dilakukan dalam kehidupan pribadi maupun sosial dimasyarakat.

1. Macam-macam Teori Etika


a. Etika Teleologi
Teori teleologi, artinya mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan
tindakan itu. Sesuatu pekerjaan dinilai baik jika mempunyai tujuan yang baik pula. Dua aliran etika teleologi :
1. Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi
dan memajukan dirinya sendiri.Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan
pribadi dan memajukan dirinya.Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung
menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik.
2. Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan.
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)

b. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan
juga salah satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban
Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung
pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak
tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
c. Teori Hak
Teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya sesuatu. Merupakan
suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang
logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
d. Teori Keutamaan
Memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau
murah hati dan sebagainya.
Keutamaan merupakan disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah
laku baik secara moral.
Contoh keutamaan : Kebijaksanaan, Keadilan, Suka bekerja keras, Hidup yang baik
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :
Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan
apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang diambil.
Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut :
Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral
Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh dirubah
Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat
Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam sebuah perusahaan dapat membentuk nilai,
norma dan prilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham dan masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah
bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis memiliki tiga aspek yaitu etika deskriptif mempelajari dan menguraikan moral suatu
masyarakat, kebudayaan dan bangsa, etika normatif secara sistematis berusaha menyajikan norma-norma moral
yang berlaku bagi praktek bisnis, serta memberikan suatu sistem moral, dan meta-etika adalah studi tentang etika
normatif yang mengkaji makna serta istilah-istilah moral dan logika dari penalaran moral.
Pelanggaran etika bisnis adalah penyimpangan standar standar nilai (moral) yang menjadi pedoman atau
acuan sebuah perusahaan (manajer dan segenap karyawannya) dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik. Tindakan yang bertentangan dengan etika bisnis dapat dikualifikasikan sebagai
perbuatan melawan hukum. Pengertian perbuatan yang melawan hukum dikemukakan dalam pasal 1365 KUH
Perdata.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan
keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.
Prinsip-prinsip etika profesi :
1. Prinsip Keadilan. Prinsip ini terutama menuntut orang yang profesional agar dalam menjalankan profesinya ia
tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayani dalam rangka
profesinya
2. Prinsip Otonomi. Prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi
kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya. Karena hanya kaum profesional ahli dan terampil dalam
bidang profesinya, tidak boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan profesi tersebut.
Batas-batas prinsip otonomi :
Tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan profesi tersebut serta (dampaknya
pada) kepentingan masyarakat.
Kendati pemerintah di tempat pertama menghargai otonomi kaum profesional, pemerintah tetap menjaga, dan pada
waktunya malah ikut campur tangan, agar pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai merugikan kepentingan
umum

C. AKUNTANSI MANAJEMEN
Akuntasi manajemen adalah penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran
informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan pengendalian, pembuatan
keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan
kepada pekerja, pengamanan asset. Chartered Institute of Management Accountant (1994:30).
Akuntansi Manajemen berhubungan dengan informasi mengenai perusahaan untuk memberikan manfaat
bagi para pemakai laporan keuangan yang berada dalam perusahaan (manajemen) sebagai bahan pertimbangan
yang mendukung dalam pengambilan keputusan.
Lingkup informasi pada Akuntansi Manajemen cenderung lebih sempit, tidak lagi berfokus pada
perusahaan sebagai satu entitas melainkan lebih detil karena lingkup informasi bertujuan untuk melaporkan
bagian-bagian tertentu dari perusahaan, seperti bagian produksi, bagian pemasaran dan lainnya. Namun
kompleksitas lingkup informasi keuangan yang dihasilkan oleh Akuntansi Manajemen ini nantinya akan sejalan
dengan tingkat-tingkat manajemen yang terlibat dalam membuat keputusan.
Dalam fokus informasi, Akuntansi Manajemen cenderung berorientasi pada masa yang akan datang, karena
pengambilan keputusan selalu menyangkut tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan di
masa yang akan datang, namun untuk sumber informasi yang akan diolah bisa bervariasi, mulai dari biaya-biaya
di masa lalu (historical cost), biaya sekarang (current cost) atau biaya masa datang (future cost).
Akuntansi Manajemen menghasilkan informasi yang akan membantu manajemen untuk mengambil
keputusan yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan, baik untuk perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian, pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan dalam perusahaan
selalu menyangkut masa yang akan datang. Akuntansi Manajemen sering mengumpulkan informasi-informasi
yang relevan dengan pengambilan keputusan dan bersifat taksiran karena pengambilan keputusan selalu
menyangkut tentang masa yang akan datang.
Akuntansi manajemen berperan dalam pemberian informasi historis dan prospektif untuk memfasilitasi
perencanaan. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat prediksi-prediksi dan estimasi mengenai kejadian
ekonomi yang akan datang dikaitkan dengan kedaan ekonomi dan politik saat ini.
Secara umum tujuan dari sistem akuntansi manajemen adalah :
Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penghitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang
diinginkan manajemen.
Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan
berkelanjutan
Memberikan informasi untuk pengambilan keputusan
Permasalahan dalam akuntansi manajemen antara lain :
Efisiensi biaya
Kualitas produk
Pelayanan
The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan bahwa akuntansi manajemen
sebagai praktik meluas ke tiga bidang berikut :
1. Manajemen Strategi - Memajukan peran akuntan manajemen sebagai mitra strategis dalam organisasi.
2. Manajemen Kinerja - Mengembangkan praktik pengambilan keputusan bisnis dan mengelola kinerja
organisasi.
3. Manajemen Risiko - Berkontribusi untuk membuat kerangka kerja dan praktik untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengelola dan melaporkan risiko untuk mencapai tujuan organisasi.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen, yaitu:
Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan sistem perencanaan, menyusun sasaran-sasaran
yang diharapkan, dan memilih cara-cara yang tepat untuk memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.
Pengevaluasian, mempertimbangkan implikasi-implikasi historical dan kejadian-kejadian yang diharapkan, serta
membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.
Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan dengan aktivitas organisasi dan sumber-
sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk
mengembalikan kegiatan pada cara-cara yang diharapkan.
Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang disesuaikan dengan
pusat-pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut dapat memberikan
kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya dan pengukuran prestasi manajemen.
Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari
pelaporan eksternal.
Bagian integral dari manajemen yang berkaitan dengan proses identifikasi penyajian dan
interpretasi/penafsiran atas informasi yang berguna untuk merumuskan strategi, proses perencanaan dan
pengendalian, pengambilan keputusan, optimalisasi keputusan, pengungkapan pemegang saham dan pihak luar,
pengungkapan entitas organisasi bagi karyawan, dan perlindungan atas aset organisasi. Akuntansi Manajemen
(Managerial Accounting) berhubungan dengan pengidentifikasian dan pemilihan yang terbaik dari beberapa
alternatif kebijakan atau tindakan dengan menggunakan data historis atau taksiran untuk membantu pimpinan.

D. KODE ETIK AKUNTANSI MANAJEMEN


Kode Etik merupakan suatu pedoman bagi seseorang dalam menjalankan profesinya secara profesional. Kode
etik mengatur seseorang dalam besikap dan berperilaku secara etis didalam suatu organisasi profesi tersebut.
Perilaku etis melibatkan pemilihan tindakan-tindakan yang benar dan sesuai serta tepat. Tingkah laku kita
mungkin benar atau salah; sesuai atau menyimpang; dan keputusan yang kita buat dapat adil atau berat sebelah.
Orang sering berbeda pandangan terhadap arti istilah etis; tatapi tampaknya terdapat suatu prinsip umum yang
mendasari semua sistem etika. Prinsip ini diekspresikan oleh keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai tanggung jawab untuk kebaikan anggota lainnya. Keinginan untuk berkorban demi kebaikan
kelompoknya merupakan inti dari tindakan yang etis.
Ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip yang melukiskan benar dan salah
dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut adalah :
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
3. Memegang janji (promise keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
10. Akuntabilitas (accountibility)
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang menguraikan tentang
standar perilakuk etis akuntan manajemen. Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang
bertentangan dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut dari
orang lain dalam organisasi mereka.

Standar etika akuntan manajemen, yaitu :


1. Competence (kompetensi)
Artinya dia harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya, mengikuti hukum, peraturan dan
standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan
relevan.
a. Pengetahuan Profesional adalah menunjukkan tingkat mahir keahlian profesional dalam pengetahuan akuntansi
agar menjaga tetap terkini dengan perkembangan dan tren. Pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan
teknologi informasi yang berlaku dan sistem untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan.
b. Keuangan monitoring dan analisis adalah memantau dan mengumpulkan data untuk menilai akurasi dan integritas
kuat dalam menganalisis data yang bertujuan untuk memastikan kepatuhan dengan standar yang berlaku dengan
peraturan dan sistem pengendalian internal, menafsirkan dan mengevaluasi hasil guna mempersiapkan
dokumentasi dan membuat laporan keuangan dan/atau presentasi.
c. Pengambilan keputusan adalah penggunaan pendekatan yang efektif untuk memilih tindakan atau
mengembangkan solusi yang sesuai untuk mencapai kesimpulan, mengambil tindakan yang konsisten dengan
fakta-fakta yang tersedia.
d. Pengawasan adalah menunjukkan sifat disiplin, menetapkan standar kinerja dan mengevaluasi kinerja dari
karyawan untuk mempertahankan tenaga kerja yang beragam untuk mengelola dan memastikan kepatuhan
dengan sumber daya manusia kebijakan dan prosedur, memantau dan menilai pekerjaan dengan memberikan
umpan balik, memberikan teknis pengawasan, mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
karyawan; rencana dan dukungan karyawan di peluang pengembangan karir.
e. Komunikasi dan keterampilan interpersonal adalah menyampaikan informasi kepada perorangan atau kelompok
dengan memberikan presentasi yang cocok untuk karakteristik dan kebutuhan penonton, menyampaikan
informasi secara lisan atau secara tertulis kepada individu atau kelompok untuk memastikan bahwa mereka
mengerti informasi dan pesan serta mendengarkan dan merespons dengan tepat kepada orang lain. Kemampuan
untuk membangun hubungan kerja yang efektif yang mendorong keberhasilan organisasi.

Auditor harus menjaga kemampuan dan pengetahuan profesional mereka pada tingkatan yang cukup tinggi
dan tekun dalam mengaplikasikannya ketika memberikan jasanya, diantaranya menjaga tingkat kompetensi
profesional, melaksanakan tugas profesional yang sesuai dengan hukum dan menyediakan laporan yang lengkap
dan transparan.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus menerus mengembangkan pengetahuan
dan keahliannya
2. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar teknis yang berlaku
3. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah melakukan analisis yang benar terhadap
informasi yang relevan dan dapat dipercaya

2. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasian harus terdefinisi dengan baik, dan prosedur untuk menjaga kerahasiaan informasi harus diterapkan
secara berhati-hati, khususnya untuk komputer yang bersifat standalone atau tidak terhubung ke jaringan. Aspek
penting dari kerahasiaan adalah pengidentifikasian atau otentikasi terhadap user. Identifikasi positif dari setiap
user sangat penting untuk memastikan efektivitas dari kebijakan yang menentukan siapa saja yang berhak untuk
mengakses data tertentu.
Auditor harus dapat menghormati dan menghargai kerahasiaan informasi yang diperoleh dari pekerjaan dan
hubungan profesionalnya, diantaranya meliputi menahan diri supaya tidak menyingkap informasi rahasia,
menginformasikan pada bawahan (subordinat) dengan memperhatikan kerahasiaan informasi, menahan diri dari
penggunaan informasi rahasia yang diperoleh.
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk :
1. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali
diharuskan secara hokum
2. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan dengan tugas-tugasnya dan
memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut
3. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-tugasnya untuk tujuan tidak etis
dan sah baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga

3. Integrity (integritas)
Integritas (integrity) adalah perlindungan terhadap sistem dari perubahan yang tidak terotorisasi, baik secara
sengaja maupun secara tidak sengaja. Auditor harus jujur dan bersikap adil serta dapat dipercaya dalam hubungan
profesionalnya. Meliputi menghindari konflik kepentingan yang tersirat maupun tersurat, menahan diri dari
aktivitas yang akan menghambat kemampuan, menolak hadiah, bantuan, atau keramahan yang akan
mempengaruhi segala macam tindakan dalam pekerjaan, mengetahui dan mengkomunikasikan batas-batas
profesionalitas, mengkomunikasikan informasi yang baik maupun tidak baik, menghindarkan diri dalam
keikutsertaan atau membantu kegiatan yang akan mencemarkan nama baik profesi.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan semua pihak terhadap potensi
konflik
2. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan terhadap kemampuan
mereka untuk melakukan tugasnya secara etis
3. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi mereka dalam bertugas
4. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik
secara pasif maupun aktif
5. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala lainnya yang akan menghalangi
munculnya penilaian yang bertanggung jawab atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
6. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini professional
7. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
4. Objective of Management Accountant (Tujuan dari Akuntansi Manajemen)
Tujuan dari Akuntansi Manajemen adalah profesi yang melibatkan bermitra dalam keputusan manajemen
membuat, merancang perencanaan dan kinerja sistem manajemen, dan menyediakan keahlian dalam melalui
laporan keuangan dan kontrol untuk membantu manajemen dalam perumusan dan implementasi strategi
organisasi.
Auditor tidak boleh berkompromi mengenai penilaian profesionalnya karenadisebabkan prasangka, konflik
kepentingan dan terpengaruh orang lain, seperti memberitahukan informasi dengan wajar dan objektif dan
mengungkapkan sepenuhnya informasi relevan.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
2. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap
laporan, komentar, dan rekomendasi yang dikeluarkan

5. Whistle blowing
Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk membocorkan kecurangan
perusahaan kepada pihak lain. Motivasi utamanya adalah moral. Whistle blowing sering disamakan begitu saja
dengan membuka rahasia perusahaan.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
1. Whistle Blowing internal, yaitu kecurangan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan tertinggi, pemimpin yang
diberi tahu harus bersikap netral dan bijak, loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan,
melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran, dan dengan demikian bukan karyawan yang harus
selalu loyal dan setia pada pemimpin melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral
2. Whistle Blowing eksternal, yaitu membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak luar seperti masyarakat
karena kecurangan itu merugikan masyarakat, motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi banyak orang,
yang perlu diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum membocorkan kecurangan terebut ke masyarakat,
untuk membangun iklim bisnis yang baik dan etis memang dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik.
6. Creative Accounting (Akuntansi kreatif)
Creative Accounting adalah praktek akuntansi yang mengikuti peraturan dan undang-undang yang diperlukan,
tetapi menyimpang dari standar apa yang mereka berniat untuk menyelesaikan. Akuntansi kreatif memanfaatkan
pada celah di standar akuntansi untuk memerankan palsu citra yang lebih baik perusahaan. Semua proses dimana
beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar,
teknik, dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan.
Creative accounting melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan keuangan yang tidak
benar, seperti permainan pembukuan (memilih penggunaan metode alokasi, mempercepat atan menunda
pengakuan atas suatu transasksi dalam suatu periode ke periode yang lain).
7. Fraud (kecurangan)
Kecurangan (Fraud) sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara
tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih
sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan
mencuri. Yang dimaksud dengan penggelapan disini adalah merubah asset/kekayaan perusahaan yang
dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya. Fraud dapat dilakukan oleh seseorang
dari dalam maupun dari luar perusahaan. Fraud umumnya dilakukan oleh orang dalam perusahaan (internal fraud)
yang mengetahui kebijakan dan prosedur perusahaan.
Mengingat adanya pengendalian (control) yang diterapkan secara ketat oleh hampir semua perusahaan untuk
menjaga asetnya, membuat pihak luar sukar untuk melakukan pencurian. Internal fraud terdiri dari 2 (dua)
kategori yaitu Employee fraud yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk memperoleh
keuntungan finansial pribadi maupun kelompok dan Fraudulent financial reporting.
Fraudulent financial reporting adalah perilaku yang disengaja atau ceroboh, baik dengan tindakan atau
penghapusan, yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan (bias). Fraudulent financial
reporting yang terjadi disuatu perusahaan memerlukan perhatian khusus dari auditor independen.
Penyebab fraudulent financial reporting umumnya 3 (tiga) hal :
1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen pendukung atas laporan keuangan yang
disajikan
2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan
3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah, klasifikasi,
penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure).
Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara manajemen dengan auditor
independen. Salah satu upaya untuk mencegah adanya kolusi tersbut, maka perlu dilakukan rotasi auditor
independen dalam melakukan audit suatu perusahaan.
Proses fraud biasanya terdiri dari 3 macam, yaitu pencurian (theft) dari sesuatu yang berharga (cash, inventory,
tools, supplies, equipment atau data), konversi (conversion) asset yang dicuri kedalam cash dan pengelabuhan /
penutupan (concealment) tindakan kriminal agar tidak dapat terdeteksi.
Unsur-unsur fraud antara lain sekurang-kurangnya melibatkan dua pihak (collussion), tindakan
penggelapan/penghilangan atau false representation dilakukan dengan sengaja, menimbulkan kerugian nyata
atau potensial atas tindakan pelaku fraud. Meskipun perusahaan secara hukum dapat menuntut pelaku fraud,
ternyata tidak mudah usaha untuk menangkap para pelaku fraud, mengingat pembuktiannya relatif sulit.
Jenis-jenis fraud, yaitu :
1. Pemalsuan (Falsification) data dan tuntutan palsu (illegal act). Hal ini terjadi manakala seseorang secara sadar
dan sengaja memalsukan suatu fakta, laporan, penyajian atau klaim yang mengakibatkan kerugian keuangan atau
ekonomi dari para pihak yang menerima laporan atau data palsu tersebut.
2. Penggelapan kas (embezzlement cash), pencurian persediaan/aset (Theft of inventory / asset) dan kesalahan (false)
atau misleading catatan dan dokumen. Penggelapan kas adalah kecurangan dalam pengalihan hak milik
perorangan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai hak milik itu di mana pemilikan diperoleh dari suatu
hubungan kepercayaan.
3. Kecurangan Komputer (Computer fraud) meliputi tindakan ilegal yang mana pengetahuan tentang teknologi
komputer adalah esensial untuk perpetration, investigation atau prosecution. Dengan menggunakan sebuah
komputer seorang fraud perpetrator dapat mencuri lebih banyak dalam waktu lebih singkat dengan usaha yang
lebih kecil. Pelaku fraud telah menggunakan berbagai metode untuk melakukan Computer fraud .
Karakteristik Kecurangan :
a. Oleh pihak perusahaan, yaitu :
- Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan
(misstatements arising from fraudulent financial reporting).
- Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising
from misappropriation of assets).
b. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
Faktor Pemicu Fraud :
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (pengungkapan)
Pencegahan dan Pendeteksian Fraud :
Dalam mencegah dan mendeteksi serta menangani fraud sebenarnya ada beberapa pihak yang terkait: yaitu
akuntan (baik sebagai auditor internal, auditor eksternal, atau auditor forensik) dan manajemen perusahaan.
. Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya
menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-
kebijakan, dan pendelegasian wewenang.
. Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih
bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat
otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
. Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum
menjadi besar dan membahayakan perusahaan.
. Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik adalah menentukan
tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang
apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang
berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan aset.
Fraud auditing (kecurangan auditor)
Fraud Auditing (Audit Kecurangan) yang merupakan salah satu bidang tugas Auditor. Perkembangan
teknologi informasi, e-commerce dsb yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung dalam operasional
perusahaan telah membuka celah baru bagi munculnya praktek-praktek fraud yang berakibat fatal bagi perusahaan.
Mengantisipasi hal itu maka Auditor Internal sudah seyogianya meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi
dan mencegah timbulnya kecurangan tersebut serta mencari solusi terbaik agar hal itu tidak terjadi.
Tugasnya ada 2 yaitu :
1. Auditor Internal yang ingin memiliki landasan pengetahuan yang kuat di bidang fraud auditing baik menyangkut
pencegahan, pendeteksian ataupun dalam investigasinya
2. Operations managers yang ingin mengembangkan wawasan dan pengetahuannya dalam pendeteksian dan
pencegahan kecurangan

E. EARNING MANAGEMENT ( MANAJEMEN LABA )


Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen
laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang
mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000
dalam Rahmawati dkk, 2006).
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen
laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba
berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data
atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja
dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan informasi yang
cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya (Ashari dkk, 1994 dalam Assih,
2004).
Konsep earning management menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan
bahwa "praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent)
dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan
tingkat kemakmuran yang dikehendakinya". Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik
kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-
hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik).
Menurut Healy dan Wahlen menyatakan bahwa earning management terjadi ketika para manajer
menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk
mengubah laporan keuangan baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja
ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan.
Ada dua cara memahami earning management yaitu sebagai berikut:
Memandang earning management sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya
dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos politik
Memandang earning management dari perspektif kontrak efisien, artinya earning management memberi
fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat
mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui earning management
Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini hanya dampak dari
penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas.
Cara Menentukan Adanya Earning Management
Dalam menentukan ada atau tidaknya tindakan earning management dapat dideteksi melalui pendekatan
total accruals. Salah satu kelebihan dari pendekatan total accruals adalah pendekatan tersebut berpotensi untuk
dapat mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan atau menaikkan keuntungan, karena cara-cara tersebut
kurang mendapat perhatian untuk diketahui pihak luar.
Total accruals terdiri dari discretionary accruals (karena kebijakan manajemen) dan non-discretionary
accruals, dimana total accruals (non-kebijakan manajemen) digunakan sebagai proxy dari discretionary accruals
karena discretionary accruals tidak mudah diobservasi oleh para pemakai laporan keuangan. Pendekatan ini
berasumsi bahwa komponen non-discretionary accruals cenderung stabil sepanjang waktu, sehingga yang layak
untuk dipertimbangkan adalah komponen discretionary accruals. Discretionary accruals adalah pengakuan akrual
laba/ beban yang bebas tidak diatur dan menampakan pilihan kebijakan manajemen. Contoh: pada akhir tahun
buku perusahaan mengetahui bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih. Perusahaan dapat melakukan
pencatatan kapan piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku berikutnya.
Sedangkan non-discretionary accruals adalah sebaliknya, pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk pada
suatu standar/ prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Contoh: satu fakta yang sama dapat dilaporkan
dengan cara yang berbeda, mesin yang sama dapat didepresiasikan dengan dua metode yang berbeda (garis lurus/
saldo menurun) atau dengan dua estimasi umur ekonomis yang berbeda. Perbedaan metode/ perbedaan estimasi
tersebut akan menghasilkan nilai akhir (laba) yang sedikit berbeda. Oleh karena non-discretionary accruals
merupakan akrual wajar, dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar) maka
non-discretionary accruals ini tidak relevan dalam objek penelitian ini. Oleh karena itu bentuk akrual yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah bentuk discretionary accruals yang merupakan akrual tidak normal dan
menimpakan pilihan kebijakan manajemen.
Sisi Baik Managemen Laba
Alasan lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa ada "baik" sisi untuk itu. Seperti disebutkan,
kita dapat mempertimbangkan sisi baik dari manajemen laba baik dari kontraktor dan perspektif pelaporan
keuangan. Dari perspektif kontrak sejauh mana laba manajemen bisa baik berhubungan dengan kontrak yang
efisien versus oportunistik bentuk teori akuntansi positif. Berdasarkan kontrak yang efisien, maka diinginkan
untuk memberikan manajer beberapa kemampuan untuk mengelola pendapatan di dalam menghadapi kontak
lengkap dan kaku. Kita harus berhati-hati untuk tidak selalu menafsirkan bukti manajemen laba untuk bonus,
perjanjian hutang, dan alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen laba bisa menjadi alat untuk
menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga harga saham dapat lebih mencerminkan prospek masa depan
perusahaan.
Sisi Buruk Managemen Laba
1. Menurut Healy (1999), manajemen laba mengaburkan informasi kinerja ekonomis perusahaan karena ada kondisi
dimana manajer perusahaan memiliki akses informasi secara langsung sementara sebagian stakeholder tidak. Ada
sebagian informasi yang tidak tersampaikan ke stakeholder. Manajer disisi lain, memang dapat menggunakan
kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih informatif, mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya,
misalnya melalui pemilihan metode akuntansi atau estimasi untuk memberikan sinyal yang memadai agi penilaian
kinerja perusahaan. Akan tetapi kebijakan akuntansi untuk membuat laporan keuangan lebih informatif kepada
pengguna tidak masuk dalam definisi.
2. Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan moral/etika, apakah tindakan manajer melakukan
manajemen laba tidak akan menyesatkan pemakai laporan keuangan. Apalagi karena laba merupakan komponen
penting yang dipantau para pemakai laporan keuangan. Ditinjau dari legalitas, tidak ada yang dilanggar karena
pemilihan metode akuntansi tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku di samping merupakan kewenangan
manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan dipakai. Menilai etis atau tidaknya manajemen laba dapat
dilihat dari sudut pandang pencapaian keseimbangan antara kepentingan individu (manajer) dengan kewajiban
terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan (stakeholder). Yang dimaksud dengan stakeholder adalah
pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur dan investor. Penilaian tersebut hanya dapat dilakukan
kalau manajer melakukannya secara sadar, artinya menyadari implikasi jangka panjang yang ditimbulkan.
Tekanan persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi bisa menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk
perusahaan yang menggunakan angka akuntansi untuk penilaian kinerja secara mutlak. Manajer dengan kinerja
keuangan yangburuk dan perusahaan dengan laba rendah lebih mudah melakukan tindakan tidak etis
dibandingkan manajer dengan kinerja keuangan baik dan perusahaan dengan laba

F. PEMBAHASAN
Manipulasi laporan keuangan PT KAI
Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat
meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya
menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur
Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan,
laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT.
KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk
tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.
Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam rapat
umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan
PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan
adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005.
Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan
sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP)
pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir
tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang
seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak
pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT. KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat
penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang diketahui pada saat
dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima
tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian
sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai komulatif sebesar Rp 674,5
Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per
31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. Akan tetapi menurut Hekinus bantuan pemerintah dan penyertaan
modal harus disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.
Pembahasan Kasus
Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah selain untuk alat pertanggungjawaban manajemen juga sebagai
bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan keputusan, tetapi dalam kasus ini manajemen telah
memanipulasi laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan tidak menunjukkan kinerja
perusahaan yang sesungguhnya.
Dalam kasus di atas, terdapat banyak kejanggalan yang ada pada laporan keuangan yang menjadi hasil
pekerjaan akuntan public tersebut. Kasus PT. KAI bermuara pada perbedaan pandangan antara Manajemen dan
Komisaris, khususnya Komisaris yang merangkap sebagai Ketua Komite Audit dimana Komisaris tersebut
menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal.
Dan komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan
sesuai dengan fakta yang ada.
Dari kasus diatas, jika dikaitkan dengan teori etika ada beberapaa teori yang sudah dilanggar yaitu :
1. Egoisme etis. Manajemen melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan perusahaan demi memajukan
dirinya sendiri agar dilihat bahwa dia telah sukses mengatur perusahaan. Manajemen telah menyalah gunakan
kekuasaan yang diberikan kepadanya. Tindakannya tersebut tidak hanya merugikan dirinya sendiri yang mungkin
saja ia akan dipecat dari perusahaan tapi juga bagi perusahaan dan orang lain. Bagi perusahaan berdampak pada
menurunnya kepercayaan para investor dan calon investor serta merusak citra perusahaan. Sehingga akibatnya
perusahaan kekurangan modal karena menurunnya jumlah invetor yang mau menanamkan modal ke perusahaan
tersebut.
2. Utilitarianisme. Tujuan dari laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pertanggung jawaban manajemen tapi
juga sebagai alat untuk pengambilan keputusan. Dengan dimanipulasinya laporan keuangan oleh manajemen
maka keputusan yang diambil pun akan tidak tepat dan bisa merugikan orang banyak (orang yang berkepentingan).
3. Deontologi. Manajemen tidak menjalankan kewajibannya sebagai manajemen perusahaan dengan semestinya.
Seharusnya seorang manajer yang memiliki kedudukan tinggi diperusahaan memberikan contoh yang baik kepada
bawahaan agar menjalankan kewajibannya diperusahaan sesuai dengan etika-etika yang diberlakukan.
4. Hak. Teori etika ini berkaitan dengan teori deontologi. Dalam prinsip-prinsip etika profesi seseorang dituntut
untuk profesional dalam profesinya. Dalam kasus ini manajemen telah merugikan hak dan kepentingan orang lain
seperti karyawan dan para investor. Yakni seperti para karyawan dan para investor mempunyai hak
untuk mengetahui informasi-informasi mengenai kinerja perusahaan
5. Keutamaan. Sikap keutamaan yang diperlukan dalam dunia bisnis yakni seperti kejujuran. Pada kasus ini
manajemen tidak bersikap jujur dalam menyusun laporan keungan. Manajemen melakukan beberapa manipulasi
seperti data mengenai pendapatan, utang dan cadangan kerugian piutang. Padahal seorang manajer harus
mempunyai sikap jujur karena, kejujuran merupakan etika yang harus dimiliki oleh seorang manajer.

Sedangkan prinsip etika profesi yang dilanggar yakni:


1. Prinsip Otonomi
PT KAI yang memiliki kebebasan dan kewenangan untuk mengambil keputusan yang dianggap baik hanya
untuk PT KAI sendiri tetapi tidak bertanggung jawab terhadap pemerintah. Hal tersebut ditunjukkan dari tindakan
PT KAI yang mengakui PPN terutang pihak ketiga sebagai piutang yang tidak sesuai dengan regulasi.
Dari pihak KAP sendiri tidak bertanggung jawab dalam menjalankan kebebasannya. KAP S. Manao tidak
menunjukkan dan menyatakan adanya kesalahan material pada laporan keuangan PT KAI.
2. Prinsip Keadilan
Terjadi pelanggaran prinsip keadilan oleh PT KAI karena mengistimewakan beberapa pihak yang
berhubungan dengan PT KAI dengan tidak segera menarik PPN. mengistimewakan beberapa pihak yang
berhubungan dengan PT KAI dengan tidak segera menarik PPN.
Di dalam standar kode etik Akuntan Manajemen, ada beberapa yang dilanggar oleh manajemen yakni:
1. Competensi. Akuntan manajemen tidak kompetensi karena tidak memelihara pengetahuan dan keahlian yang
dimilikinya dengan sepantasnya, selain itu tidak mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan tidak
membuat laporan yang jelas dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan melainkan
dengan memanipulasi data.
2. Creative Accounting. Akuntan manajemen telah menyimpang dari praktek akuntansi yang mengikuti peraturan
dan undang-undang. Manajemen perusahaan melakukan banyak maanipulasi dalam menyajikan laporan
keuangan.
3. Fraud. Manajemen telah sengaja melakukan kecurangan dengan menyajikan laporan keuangan tidak dengan
data yang sebenarnya.

Jika dikaitkan dengan earning management dan agency theory timbulnya kasus tersebut karena ;
1. Adanya campur tangan manajemen dengan menggunakan judgement dalam proses penyusunan dan pelaporan
keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri
2. Dalam kasus manipulasi laporan keuangan oleh PT KAI, telah terjadi erning management dengan pola Income
Maximization yaitu dengan tujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.
Dengan perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data
akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan.
Adanya konflik antara kepentingan manajemen (Agent) dan pihak komite audit (principal) yang timbul karena
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
3. Dalam agency theory diasumsikan bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Dari kasus ini pihak
manajemen (agent) mempunyai lebih banyak informasi baik mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan
perusahaan secara keseluruhan, sehingga manajemen lebih mempunyai kesempatan dalam memanipulasi laporan
keuangan yang dihasilkannya, dan konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat
memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan
keinginan pemegang saham.
Dalam hal kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan
ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pada hasil laporan keuangan PT. KAI
yaitu pada saat proses lelang, Komite Audit seharusnya ikut untuk melihat apakah auditor eksternal layak dipilih
dan melihat keadilan proses pemilihan. Pada kenyataannya, komite audit tidak ikut dalam proses penunjukan
auditor sehingga tidak terlibat dalam proses audit. Kesalahan tersebut mengakibatkan terjadinya kesalahan
yang lain, yaitu tidak adanya atau sangat minimnya komunikasi antara pihak Komite Audit dengan Auditor
Eksternal (akuntan publik). Karena Komite Audit tidak menunjuk auditor yang akan diberi penugasan, maka
komunikasi yang terjadi antara komite audit dengan auditor bisa diperkirakan sangat sedikit bahkan tidak efektif.
Akibat komunikasi yang kurang intens, maka tugas komite audit untuk melaksanakan kewajibannya untuk
mengajak auditor untuk mendiskusikan masalah audit saat audit berlangsung tidak dipenuhi dengan
baik. Kesalahan ini menimbulkan kesalahan berikutnya, yaitu Komite Audit tidak mereview laporan keuangan
dan laporan auditor dengan auditor eksternal menjelang selesainya penugasan audit. Dalam kasus ini, Komite
Audit justru tidak mau menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit, setelah laporan audit diterbitkan.
Padahal seharusnya Komite Audit melakukan review bersama dengan auditor eksternal menjelang selesainya
penugasan audit, yang artinya sebelum laporan auditor diterbitkan, sehingga laporan keuangan tersebutlangsung
bisa dilakukan audit investigasi dan koreksi apabila terjadi kesalahan pencatatan. Komite Audit juga tidak perlu
berbicara kepada publik. Karena komunikasi yang buruk antara Komite Audit dengan auditor, maka hal seperti
itu bisa terjadi.
Selain auditor eksternal dan komite audit yang melakukan kesalahan dalam hal pencatatan laporan
keuangan, akuntan internal (manajemen) di PT. KAI juga belum sepenuhnya menerapkan 8 prisip etika
akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektifitas,
kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis, prinsip-prinsip
etika akuntan yang dilanggar antara lain :
1. Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara professional terhadap semua
kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal PT. KAI kurang bertanggung jawab karena dia tidak menelusuri
kekeliruan dalam pencatatan dan memperbaiki kesalahan tersebut sehingga laporan keuangan yang dilaporkan
merupakan keadaan dari posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
2. Kepentingan Publik, dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka yang berhubungan
dengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-lain. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak bekerja
demi kepentingan publik karena diduga sengaja memanipulasi laporan keuangan sehingga PT. KAI yang
seharusnya menderita kerugian namun karena manipulasi tersebut PT. KAI terlihat mengalami keuntungan. Hal
ini tentu saja sangat berbahaya, termasuk bagi PT. KAI. Karena, apabila kerugian tersebut semakin besar namun
tidak dilaporkan, maka PT. KAI bisa tidak sanggup menanggulangi kerugian tersebut.
3. Integritas, dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI
tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan.
4. Objektifitas, dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak memihak siapapun.
Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak obyektif karena diduga telah memanipulasi laporan keuangan
sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu yang berada di PT. KAI.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional, akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan. Dalam kasus ini, akuntan PT. KAI
tidak melaksanakan kehati-hatian profesional sehingga terjadi kesalahan pencatatan yang mengakibatkan PT.
KAI yang seharusnya menderita kerugian namun dalam laporan keuangan mengalami keuntungan.
6. Perilaku profesional, akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini
akuntan PT. KAI diduga tidak berperilaku profesional yang menyebabkan kekeliruan dalam melakukan
pencatatan laporan keuangan, dan hal ini dapat mendiskreditkan (mencoreng nama baik) profesinya.
7. Standar teknis: akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektifitas. Dalam kasus ini akuntan tidak melaksanakan prinsip standar teknis karena tidak
malaporkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Contohnya, pada saat PT Kereta Api
Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak
pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan tidak dapat
dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar
memiliki integritas serta prosesnya harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya.
Selain itu, sebagai auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara baik dan benar dengan komite audit yang
ada pada PT Kereta Api Indonesia untuk membangun kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsur
lembaga. Kemudian, hubungan antar lembaga diharapkan tercipta dengan baik, sehingga mempermudah
penerapan sistem pengendalian manajemen yang ada di dalamnya. Secara tidak langsung, upaya ini menunjang
perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampu
kepentingan.Berdasarkan kaitannya dengan kasus manipulasi laporangan keuangan PT KAI auditor eksternal
dinyatakan ada mempunyai hubungan dengan kasus manipulasi tersebut. Menteri Keuangan terhitung sejak
tanggal 6 juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP ) Drs. Salam Manao, yang merupakan pemimpin
rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan yang merupakan pemimpin
rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan Pembekuan izin yang berlaku
selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007 Pembekuan izin yang
berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007.
Perlu diketahui juga akan pentingnya kejujuran dalam membuat laporan keuangan. Hal tersebut bukan hanya
penting sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap publik maupun investor. Akan tetapi hal tersebut juga
penting bagi perusahaan sendiri karena dari laporan keuangan biasanya perusahaan menganalisis bagaimana
perkiraan tahun mendatang dan menjadi dasar pengambilan keputusan. Apabila laporan keuangan yang menjadi
dasar hal tersebut sudah tidak layak, tentu hasil akan jauh dari yang diharapkan dan bahkan bisa berimbas pada
perusahaan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan agar kecurangan seperti ini bisa diantisipasi yakni
1) Menerapkan Good Corporate goernance (GCG). Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-
MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002. Pada surat tersebut BUMN dituntut untuk menerapkan GCG tujuannya untuk
mendorog pengelolaan BUMN secara profesional, efisien dan efektif. Selain itu juga mendorong agar perusahaan
menjalankan tindakan dengan dilandasi nilai moral yang tinggi dan patuh terhadap peraturan dan perundang-
undangan. Dengan diterapkannya GCG maka para pelaku dunia usaha dituntut untuk bertanggung jawab,
akuntabilitas, adil dan transparan.
2) Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah tidak boleh
dipertahankan. Kesalahan-kesalahan sudah terakumulasi dari tahun-tahun sebelumnya sehingga terdapat dua
alternatif, yaitu di restatement atau dikoreksi. Keputusan mengenai opsi yang dipilih sepenuhnya tergantung dari
Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BP2AP), karena kasus PT. Kereta Api sedang diproses disana.
3) Komite Audit tidak berbicara kepada publik, karena esensinya Komite Audit adalah organ Dewan Komisaris
sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan
Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit namun Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat
mencantumkan pendapatnya pada laporan komite audit yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.
4) Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses auditing, mulai dari penunjukan,
pembuatan program, mengevaluasi dan memberikan hasil evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan
mengkomunikasikannya kepada Direksi.
5) Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat dan full disclosure.
6) Memperbaiki komunikasi antara auditor dengan pihak-pihak yang berinteraksi, yaitu manajemen, Komite Audit,
dan auditor intern. Dengan komunikasi yang efektif, maka data dan bukti yang terkumpul akan semakin akurat
dan memadai, juga menghindari perselisihan dengan Komite Audit.
7) Membangun pengawasan yang efektif di tubuh perusahaan.
8) Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di perusahaan.
9) Memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah selain untuk alat pertanggungjawaban manajemen juga sebagai
bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan keputusan, tetapi dalam kasus ini manajemen telah
memanipulasi laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan tidak menunjukkan kinerja
perusahaan yang sesungguhnya.
Pentingnya kejujuran dalam membuat laporan keuangan. Hal tersebut bukan hanya penting sebagai
tanggung jawab perusahaan terhadap publik maupun investor. Akan tetapi hal tersebut juga penting bagi
perusahaan sendiri karena dari laporan keuangan biasanya perusahaan menganalisis bagaimana perkiraan tahun
mendatang dan menjadi dasar pengambilan keputusan. Apabila laporan keuangan yang menjadi dasar hal tersebut
sudah tidak layak, tentu hasil akan jauh dari yang diharapkan dan bahkan bisa berimbas pada perusahaan.
Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya harus terlaksana
berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya. Selain itu, sebagai auditor eksternal wajib melakukan
komunikasi secara baik dan benar dengan komite audit yang ada pada PT Kereta Api Indonesia untuk membangun
kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsur lembaga. Kemudian, hubungan antar lembaga diharapkan
tercipta dengan baik, sehingga mempermudah penerapan sistem pengendalian manajemen yang ada di dalamnya.
Secara tidak langsung, upaya ini menunjang perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat
luas sebagai salah satu pengampu kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cendik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya,
Jakarta: Salemba Empat. 2009
http://www.scribd.com/doc/22547071/Pembahasan-Kasus-Pt-Kai-Indonesia.
http://fapertaunej2011.blogspot.com/2013/03/teori-etika-deontologi-dan-teori.html
http://adiietdit.blogspot.com/2011/11/tugas.html
http://ishalmorons.blogspot.com/2011/11/jenis-jenis-teori-etika.html
http://muaramasad.blogspot.com/2013/03/pengertian-etika-profesi-dan.html
http://kuliahku-kampusku.blogspot.com/2013/03/membahas-tentang-materi-kuliah.html
http://sijenius.wordpress.com/2013/05/03/perbedaan-akuntansi-keuangan-dan-akuntansi-manajemen/
http://gilangdewi.blogspot.com/2013/05/akuntansi-manajemen.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_manajemen
http://tipsmotivasihidup.blogspot.com/2013/02/berbagai-hal-yang-memotivasi-manajer.html
http://arifa7x.wordpress.com/2012/11/28/tanggungjawab-akuntan-keuangan-dan-akuntan-manajemen-
tanggungjawab-akuntan-keuangan-dan-akuntan-manajemen-tanggungjawab-akuntan-keuangan-dan-akuntan-
manajemen/
http://xsaelicia.blogspot.com/2012/11/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan.html
http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-cara-mengatasinya/
http://meriherliyani.blogspot.com/2012/12/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan.html
http://akbarwindra.blogspot.com/2011/11/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan.html
http://20208837.blogspot.com/2011/11/pelanggaran-kode-etik-akuntansi.html
http://byebby.blogspot.com/2013/03/manipulasi-laporan-keuangan-pt-kai.html
http://tacitra.blogspot.com/2012/05/contoh-kasus-etika-profesi-akuntansi.html
http://nadhiadisiini.blogspot.com/2009/11/kasus-pt-kai.html
http://msa15.blogspot.com/2012/02/teori-keagenan-dan-earning-management.html
http://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/

Anda mungkin juga menyukai