Anda di halaman 1dari 12

KREDIT MACET

DI HUBUNGKAN DENGAN PRINSIP


PERBANKAN

Disusun Oleh :
Yustisia Rahayuning Tyas
Aisya Ayu Rahmadiani
Gayatri Dyah Rahmandita
Wulan Purnamasari

HUKUM PERBANKAN C
PENGERTIAN KREDIT MACET

Kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak


sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada
bank seperti yang telah diperjanjikan
Kredit yang digolongkan dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut :

Berdasarkan prospek usaha Berdasarkan kemampuan Berdasarkan keuangan debitur


membayar
• Kelangsungan usaha sangat • Mengalami kerugian yang
diragukan, industri mengalami • Terdapat tunggakan besar
penurunan dan sulit untuk pulih pembayaran pokok dan bunga • Debitur tidak mampu
kembali yang telah melampaui 270 hari. memenuhi seluruh kewajiban
• Kehilangan pasar sejalan • Dokumentasi kredit atau dan kegiatan usaha tidak
dengan kondisi perekonomian pengikatan agunan tidak ada. dapat dipertahankan.
yang menurun. • Rasio utang terhadap modal
• Manajemen yang sangat lemah. sangat tinggi
• Pinjaman baru digunakan
untuk menutup kerugian
operasional.
FAKTOR-FAKTOR KREDIT MACET
Faktor eksternal bank
• Adanya maksud tidak baik dari para debitur yang diragukan.
• Adanya kesulitan atau kegagalan dalam proses likuiditas dari perjanjian kredit yang telah
disepakati antara debitur dengan bank.
• Terjadi kemogokan tenaga kerja yang sangat sulit untuk diatasi.
• Kondisi manajemen dan lingkungan usaha debitur.
• Musibah (misalnya : kebakaran, bencana alam) atau kegagalan usaha.

Faktor internal bank


• Kurang adanya pengetahuan dan keterampilan para pengelola kredit.
• Tidak adanya kebijakan perkreditan pada bank yang bersangkutan.
• Pemberian dan pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank menyimpang dari
prosedur yang telah ditetapkan.
• Lemahnya organisasi dan manajemen dari bank yang bersangkutan.
DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan telah memberikan semacam
patokan bagi bank dalam menyalurkan kredit, sebagaimana yang tertuang
dalam Pasal 2 yang menegaskan, bahwa perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Setiap proses pemberian kredit terlebih dahulu haruslah
diadakan penelitian/analisis yang mendalam dari berbagai aspek, tak
terkecuali aspek hukum
Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential banking principle) dalam
pemberian kredit dapat diartikan sebagai prinsip yang diterapkan oleh
bank dalam menjalankan usahanya, agar senantiasa sesuai dengan
ketentuan-ketentuan perbankan yang berlaku, guna menghindari
penyimpangan praktek perbankan yang tidak sehat dan untuk
meminimalisasi kerugian yang terjadi pada bank, contohnya seperti
kredit macet.
PRINSIP 5C
Prinsip 5C merupakan pedoman yang baik bagi bank untuk menghindari terjadinya kredit
macet, karena mengandung tiga unsur pokok, yaitu faktor subjektif (moral), faktor objektif
yang berkenaan dengan organisasi, administrasi modal dan keadaan ekonomi, serta faktor
yuridis yang berkenaan dengan struktur yuridis dari badan usaha penerima kredit. Prinsip-
prinsip yang dimaksud yakni;
1. Character (Watak)
2. Capacity (Kemampuan)
3. Capital (Modal)
4. Collateral (Jaminan atau Agunan)
5. Condition (Kondisi)
 Character (Watak)
Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad
baik calon debitur untuk melunasi dan mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan
bank di kemudian hari.

 Capacity (Kemampuan)
Penilaian kemampuan dapat diperoleh dengan meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang
usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya
dikelola oleh orangorang yang tepat, sehingga dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau
mengembalikan pinjamannya.

 Capital (Modal)
Penilaian modal dilakukan oleh bank dengan menganalisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh
mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon
debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

 Collateral (Jaminan atau Agunan)


Pada dasarnya penilaian terhadap jaminan atau agunan dilakukan terhadap barang-barang yang akan
dijaminkan oleh calon debitur pada bank, dilakukan dengan menaksir nilai barangnya apakah dapat
menutup kredit yang akan diberikan bank seandainya debitur kelak tidak dapat melunasi utangnya
dikemudian hari.

 Condition (Kondisi)
Penilaian kondisi ekonomi dilakukan oleh bank dengan menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar
negeri, baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek
atau usaha calon debitur yang dibiayai dapat pula diketahui.
PRINSIP LAINNYA
Disamping prinsip 5c, ada pula prinsip lain, seperti prinsip 3R dan 7P. Prinsip 3R terdiri dari

Return
Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan calon peminjam setelah
mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup untuk menutup hasil pinjaman serta
sekaligus memungkinkan pula usahanya untuk berkembang terus.

Repayment
Sebagai kelanjutan dari return diatas, yang kemudian diperhitungkan kemampuan, jadwal serta
jangka waktu pengembalian kembali kredit.

Risk Bearing Activity


Yaitu sejauh mana ketahanan suatu perusahaan calon peminjam untuk menanggung resiko
kegagalan andaikata terjadi suatu hal dikemudian hari yang tidak diinginkan.
Prinsip 7P terdiri dari :

• Party (golongan)
• Purpose (tujuan)
• Payment (pembayaran kembali)
• Profitability (kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan)
• Protection (perlindungan)
• personality (kepribadian)
• prospect (prospek usaha)
 Personality
Kriteria pertama adalah personality, yaitu kepribadian dari calon peminjam yang
mengajukan kreditnya. Kriteria ini hampir sama dengan kriteria character dari prinsip 5C
yang telah dijelaskan diatas, dimana melihat bagaimana keseluruhan kepribadian nasabah
mencakup sikap dan perilakunya sehari-hari.

 Party
Yang kedua dalam prinsip 7P adalah party, dimana calon peminjam dimasukkan ke dalam
beberapa golongan yang terkait dengan kondisi keuangannya. Biasanya pihak bank
mengklasifikasikan nasabah berdasarkan modal yang dimiliki, kepribadian, loyalitas, dan lain
sebagainya. Dengan adanya perbedaan klasifikasi dan golongan ini, akan ada perbedaan
pula dalam pemberian fasilitas kredit nantinya.

 Purpose
Kriteria yang ketiga adalah purpose, yaitu apa tujuan dari calon peminjam dalam
mengajukan kreditnya pada lembaga keuangan. Pihak bank perlu mengetahui untuk apa
dana tersebut akan digunakan, misalnya untuk modal usaha, investasi, biaya pendidikan,
atau justru kegiatan konsumtif. Hal ini juga akan menyesuaikan dengan fokus dari bank atau
lembaga keuangan tersebut, misalnya jika bank tersebut berfokus pada pengelolaan modal
maka akan tepat bagi nasabah yang mengajukan kredit untuk usaha.
 Prospect
Kriteria keempat dari prinsip 7P adalah prospect, yaitu bagaimana prospek dari usaha yang dijalankan oleh
calon peminjam. Tentu saja prinsip ini berlaku khusus bagi nasabah yang mengajukan pinjaman untuk modal
usaha atau bisnis yang dikelolanya. Dengan mengetahui apakah usaha dan bisnis tersebut memiliki prospek ke
depan yang bagus atau tidak, maka bank pun dapat memprediksi bagaimana perkiraan kemampuan bayar dari
nasabah.

 Payment
Masih berkaitan dengan kriteria sebelumnya, kriteria yang kelima ini juga bertujuan mengukur bagaimana
kemampuan bayar dari calon peminjam. Prinsip payment dilihat dari sumber pendapatan nasabah, kelancaran
usaha yang dijalankan, hingga prospek dari usaha tersebut. Dengan begitu, pihak bank atau lembaga keuangan
dapat menilai apakah nasabah tersebut memang dapat membayar kreditnya atau tidak.

 Profitability
Kriteria keenam adalah profitability, dimana pihak bank melihat bagaimana kemampuan calon peminjam dalam
menghasilkan keuntungan atau laba. Sama seperti beberapa kriteria sebelumnya, kriteria ini lebih dikhususkan
pada nasabah yang meminjam untuk keperluan usahanya. Semakin tinggi tingkat profitability dari calon
peminjam, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan kredit yang diajukan dapat disetujui bank.

 Protection
Tidak jauh berbeda dengan kriteria collateral pada prinsip 5C, kriteria protection ini juga mengacu pada jaminan
yang dapat diberikan oleh calon peminjam. Selain jaminan berupa barang seperti aset rumah atau
perusahaan, protection ini juga dapat berupa jaminan asuransi yang dimiliki oleh nasabah.

Anda mungkin juga menyukai