Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN KREDIT

Disusun oleh :

Kaesa Fadillah Rahma - 231010504154

Mirah Sari Qolbu - 231010504223

Raihan Ramadan Budiyanto - 231010504223

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan dan perencanaan kredit adalah aspek penting dalam industri keuangan. Ini adalah
proses yang melibatkan pengambilan keputusan yang cermat untuk memberikan pinjaman kepada
individu, bisnis, atau entitas lainnya. Kebijakan dan perencanaan kredit yang baik dapat membantu
mengurangi risiko kredit, meningkatkan profitabilitas, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Makalah ini akan membahas konsep, strategi, dan tantangan terkait kebijakan dan perencanaan kredit
dalam industri keuangan.

Kebijakan kredit adalah seperangkat aturan, pedoman, dan prosedur yang ditetapkan oleh
lembaga keuangan atau bank untuk mengatur bagaimana mereka akan menilai, memberikan, dan
mengelola pinjaman atau kredit kepada nasabah mereka. Kebijakan kredit bertujuan untuk
mengoptimalkan penggunaan dana yang dimiliki oleh lembaga keuangan dan meminimalkan risiko
yang terkait dengan pemberian pinjaman.

Kebijakan kredit biasanya mencakup berbagai aspek, termasuk:

1. Kriteria Pemberian Kredit: Kebijakan ini menentukan persyaratan yang harus


dipenuhi oleh calon peminjam untuk memenuhi syarat mendapatkan kredit. Ini dapat
mencakup persyaratan seperti pendapatan, riwayat kredit, dan kapasitas untuk
melunasi pinjaman.
2. Jenis Kredit: Bank atau lembaga keuangan biasanya menawarkan berbagai jenis
kredit, seperti pinjaman pribadi, pinjaman hipotek, pinjaman bisnis, dan lain
sebagainya. Kebijakan kredit akan merinci jenis-jenis kredit yang tersedia dan kriteria
yang berlaku untuk masing-masingnya.
3. Suku Bunga: Kebijakan kredit juga akan mengatur tingkat suku bunga yang akan
dikenakan pada pinjaman. Suku bunga ini bisa tetap atau berfluktuasi tergantung pada
jenis kredit.
4. Pengelolaan Risiko: Kebijakan kredit mencakup strategi pengelolaan risiko, termasuk
bagaimana risiko kredit akan dinilai, dikelola, dan diawasi oleh lembaga keuangan.
Ini mencakup penentuan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada setiap
peminjam, penggunaan jaminan (aset yang digunakan sebagai jaminan), dan langkah-
langkah yang akan diambil jika peminjam gagal membayar pinjaman.
5. Prosedur Pengajuan dan Persetujuan: Kebijakan kredit juga akan merinci prosedur
pengajuan kredit dan proses persetujuan, termasuk dokumentasi yang diperlukan,
verifikasi informasi, dan tahapan-tahapan yang harus dilewati sebelum pinjaman
disetujui.
6. Pengawasan dan Pemantauan: Setelah pinjaman disetujui, kebijakan kredit akan
mencakup bagaimana kredit akan dipantau selama masa pinjaman berlangsung,
termasuk pembayaran bulanan dan komunikasi dengan peminjam.
7. Kebijakan kredit sangat penting bagi lembaga keuangan untuk menjaga
keseimbangan antara memberikan akses kepada nasabah untuk mendapatkan kredit
yang mereka butuhkan dan menjaga risiko kredit agar tetap terkendali. Kebijakan ini
juga memastikan bahwa lembaga keuangan beroperasi sesuai dengan regulasi yang
berlaku dan prinsip-prinsip manajemen risiko yang baik.

Perencanaan kredit adalah proses analisis dan perencanaan yang dilakukan oleh lembaga
keuangan atau pemberi pinjaman untuk menilai kemampuan seseorang atau entitas bisnis dalam
mengambil pinjaman dan kemampuan untuk membayar kembali pinjaman tersebut. Berikut adalah
beberapa poin penting dalam perencanaan kredit:

1. Analisis Keuangan: Pemberi pinjaman akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan
calon peminjam. Ini termasuk penilaian terhadap pendapatan, hutang, aset, dan liabilitas yang
dimiliki oleh pemberi pinjaman. Tujuannya adalah untuk menentukan sejauh mana peminjam
mampu membayar pinjaman.
2. Penilaian Risiko: Pemberi pinjaman juga akan mengeluarkan risiko yang terkait dengan
pinjaman kepada individu atau bisnis tertentu. Ini bisa mencakup faktor-faktor seperti
stabilitas pekerjaan, sejarah kredit, atau perubahan dalam kondisi ekonomi yang dapat
mempengaruhi kemampuan peminjam untuk membayar.
3. Tujuan Pinjaman: Peminjam harus menjelaskan tujuan penggunaan pinjaman, seperti untuk
investasi bisnis, pendidikan, atau pembelian properti. Ini membantu pemberi pinjaman
memahami apakah tujuan tersebut masuk akal dan berpotensi menghasilkan pengembalian
yang memadai.
4. Jumlah dan Tenor Pinjaman: Pemberi pinjaman akan menentukan jumlah pinjaman yang
diberikan serta jangka waktu pembayaran (tenor) yang. Ini harus sesuai dengan kemampuan
peminjaman untuk membayar kembali.
5. Suku Bunga: Tingkat suku bunga yang akan dikenakan pada pinjaman juga akan ditentukan.
Ini akan mempengaruhi jumlah total yang harus dibayar pinjaman selama masa pinjaman.
Jadi berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk menetahui kebijakan apa saja
yang di lakukan dalam perencanaan kredit. Oleh karena itu, penulis mengambil judul
”KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN KREDIT”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sebelumnya dijealskan dari uraian sebelumnya bahwa terdapat sebuah rumus masalah yang
muncul dan dapat di teliti, diantaranya:

1. Apa yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah.


2. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam penyelesaian kredit dengan kualitas kredit
yang diragukan.
3. Strategi pemberian kredit yang seperti apakah yang dapat dikatakan efektif dan
efisien.
4. Mengapa kredit dibutuhkan bagi perbankan dan perekonimian dan pembangunan
negara.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumussan masalah di atas, penelitian ini bertunjuk untuk:

1. Memastikan bahwa pemohon pinjaman memiliki kemampuan dan kemajuan untuk


memenuhi kewajiban membayar Kembali pinjaman
2. Memperoleh keuntungan
BAB II

PEMBAHASAN

 Kredit Bermasalah

Kredit masalah atau kredit macet adalah kredt yang terlambat dicicil atau berpotensi tidak di
lunasi oleh debiturnya.

Atau dengan kata lain, kredit bermasalah adalah suatu kondisi dimana nasabah sudah tidak
sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajiban nya sesuai perjanjian (cidera
janji/wanprestasi), sehingga terdapat tunggakan atau adanya potensi kerugian yang
memungkinkan timbul nya resiko di kemudian hari bagi perusahaan pembiayaan.

A. Gejala Awal Timbulnya Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah tidak muncul secara mendadak dan seketika, umumnya kredit berkembang
menjadi bermasalah melalui tahapan-tahapan yang ada indikasi atau gejalanya.
Indikasi awal tersebut dapat dideteksi dari kejadian-kejadian sebagai berikut:

 Pembayaran angsuran tersendat-sendat, ada tunggakan.

 Kondisi keuangan menurun.

 Mengajukan perpanjangan kredit.

 Masalah perburuhan.

 Resesi ekonomi.

 Bencana alam, wabah pandemi

 Terjadi penyimpangan penggunaan kredit.

 Memberikan laporan yang tidak benar.

 Masalah keluarga (cerai, kawin lagi).


 Kondisi kesehatan nasabah memburuk.
 Nasabah meninggal.
 Terjadi sengketa atau konflik internal.
 Kehilangan pelanggan atau pemasok utama.
 Enggan dikunjungi.
 Menghindar setiap kali dihubungi telpon sering tidak dijawab.
 Keterlibatan dengan usaha lain, dll.

Pejabat kredit (AO/CMO/CA) harus mampu membaca" situasi yang dihadirkan oleh gejala-gejala
tersebut diatas, dan bersikap waspada.

Dengan selalu waspada terhadap gejala-gejala dini tersebut, pihak multifinance tidak akan terlambat
mengambil tindakan penanganan. Semakin dini diketahuinya ada masalah, semakin cepat dapat
diambil langkah dan strategi penanganan, sebelum masalahnya menjadi kian parah.

Perusahaan pembiayaan yang tidak waspada terhadap indikator tersebut, seringkali menghadapi
kesulitan dalam menangani kreditnya yang bermasalah, karena kasusnya baru disadari setelah
bertambah banyak dan semakin berat.

B. Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah, antara lain:

 Dari Sisi Perusahaan Multifinance

 Terlalu agresif.
 Minimnya pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah.
 Kurang tajam menganalisis maksud dan tujuan penggunaan kredit serta sumber
pembayaran kembali.
 Tidak mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah.
 Ketidaklengkapan persyaratan dokumen kredit. Pejabat kredit mudah dipengaruhi oleh
calon nasabah.
 Itikad yang kurang baik dari pejabat multifinance.
 Jarang melakukan on the spot pada lokasi nasabah.
 Plafon kredit yang tidak sesuai kebutuhan nasabah.
 Pengikatan jaminan kredit lemah.
 Tidak punya kebijakan perkreditan yang sehat.
 Pemberian dan pengawasan kredit yang menyimpang dari prosedur.

 Dari sisi Nasabah

 Nasabah tidak kompeten.


 Tidak jujur, beritikad tidak baik.
 Nasabah serakah.
 Kurang atau tidak berpengalaman mengelola usaha.
 Nasabah tertimpa musibah.

 Faktor Eksternal

 Resesi ekonomi.
 Bencana Alam.
 Kenaikan harga bbm. dan tarif dasar listrik.
 Perubahan politik, dan peraturan pemerintah.

C. Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah

Upaya penyelamatan kredit dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah:

 Rescheduling (Penjadwalan Kembali)

Yaitu perubahan syarat-syarat perjanjian kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran kembali
dan atau jangka waktu kredit. serta grace period baik besarnya jumlah angsuran maupun tidak.

 Reconditioning (Persyaratan Kembali)

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya pada
perubahan jadwal pembayaran angsuran atau jangka waktu kredit saja, namun perubahan tersebut
tanpa penambahan kredit maupun konversi baik seluruh atau sebagian dari kredit.

 Restructuring (Penataan Kembali)

Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi rescheduling, reconditioning dan/atau pemberian
tambahan kredit ataupun konversi atas seluruh maupun sebagian dari kredit menjadi penyertaan
(equity) dalam perusahaan.
Upaya penyelamatan dengan tiga cara diatas baru dapat dilakukan apabila nasabah masih mempunyai
prospek dan mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya.

Nah, bagaimana dengan nasabah yang tidak mempunyai prospek tetapi mempunyai itikad baik untuk
melunasi kewajibannya? Maka penyelesaian kredit bermasalah masih bisa diupayakan dengan cara
damai, dengan memberikan keringanan tunggakan bunga, denda, dan ongkos/blaya.

Selanjutnya, terhadap nasabah yang tidak mempunyai prospek dan tidak beritikad baik untuk
menyelesaikan kewajibannya, maka penyelesaian kreditnya ditempuh melalui jalur hukum.
Penyelesaian kredit bermasalah lewat pengadilan dapat dilaksanakan dengan cara somasi, gugatan,
dan eksekusi.

 Hambatan yang dihadapi dalam penyelesaian kredit dengan kualitas kredit yang
diragukan

1. Kendala substansi hukum yang disebabkan oleh belum adanya peraturan yang lebih spesifik
mengenai standarisasi proses analisa kredit yang berlaku bagi semua bank umum dan mengenai
prosedur atau tata cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perjanjian kredit.

2. Kendala struktur hukum yang disebabkan oleh petugas penyelamatan kredit jumlahnya terbatas
dan memiliki watak atau karakteristik yang berbeda-beda.

3. Kendala mengenai sarana dan prasarana yang disebabkan oleh beberapa tahun yang lalu sempat
terjadi kerusakan pada sistem komputerisasi on-line BTN.

4. Kendala budaya masyarakat yang disebabkan oleh pihak debitur tidak mempunyai itikad baik
dalam menjalankan kewajibannya dan faktor ekonomi debitur.

5. Faktor tidak terbukanya debitur dan kreditur, kegagalan usaha debitur, dan debitur yang memiliki
itikad tidak baik.

6. Lemahnya kebijakan dan sop analisa kredit; kurangnya kemampuan pegawai dalam hal analisa
kredit; kurangnya informasi atau tidak akuratnya informasi yang diterima bank.
7. Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank melakukan analisis kelayakan permintaan kredit
yang diajukan oleh calon debitur. Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dan
administrasi kredit mereka.

 Strategi Pemberian Kredit

Penilaian kredit atau analisis kredit merupakan kegiatan untuk menilai calon debitur.

Penilain kredit yang kurang tepat akan mengakibatkan terjadinya kredit bermasalah.

Pada waktu bank mempertimbangkan pemberian kredit, yang menjadi pertimbangan

utamanya adalah apakah kredit yang diberikan akan mampu dilunasi atau tidak. Sehubungan

dengan pertimbangan utama tersebut, bank melakukan penilaian dengan prinsip dasar

tertentu. Pada umumnya bank menggunakan prinsip dasar yang dikenal dengan “Analisis 5C”.

Adapun penjelasan analisis 5C adalah sebagai berikut : Penilaian kredit atau analisis kredit merupakan
kegiatan untuk menilai calon debitur.

Penilain kredit yang kurang tepat akan mengakibatkan terjadinya kredit bermasalah.

Pada waktu bank mempertimbangkan pemberian kredit, yang menjadi pertimbangan

utamanya adalah apakah kredit yang diberikan akan mampu dilunasi atau tidak. Sehubungan

dengan pertimbangan utama tersebut, bank melakukan penilaian dengan prinsip dasar

tertentu. Pada umumnya bank menggunakan prinsip dasar yang dikenal dengan “Analisis 5C”.

Adapun penjelasan analisis 5C adalah sebagai berikut : (Munawir, 2010:23-26)

a. Character

Suatu keyakinan bahwa sikap atau watak orang-orang yang akan diberikan kredit benarbenar dapat
dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang nasabah, baik yang bersifat

latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.

b. Capacity

Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan

pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami

ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula kemampuannya dalam menjalankan


usahanya, termasuk kegiatan yang dimiliki.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan model apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan dengan

melakukan pengukuran dari segi Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas serta ukuran

lainnya. Capital juga harus dari segi sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

d. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun

yang bersifat non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan

juga harus diteliti keabsahaanya, sehingga terjadi suatu masaalah, maka jaminan yang

dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan kemungkinan

ekonomi untuk dimasa yang akan dating sesuai sektor masing-masing

a. Character

Suatu keyakinan bahwa sikap atau watak orang-orang yang akan diberikan kredit benarbenar dapat
dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan
maupun yang bersifat pribadi.

b. Capacity

Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan

pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami

ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula kemampuannya dalam menjalankan usahanya, termasuk


kegiatan yang dimiliki.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan model apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan dengan

melakukan pengukuran dari segi Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas serta ukuran lainnya.
Capital juga harus dari segi sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

d. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat
non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti
keabsahaanya, sehingga terjadi suatu masaalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat
dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan kemungkinan ekonomi
untuk dimasa yang akan dating sesuai sektor masing-masing.

 kredit dibutuhkan bagi perbankan dan perekonimian dan pembangunan negara.

Kredit sangat dibutuhkan oleh perbankan dan perekonomian karena kredit dapat digunakan oleh
masyarakat untuk investasi atau menjalankan kegiatan produktif, sehingga akan berdampak pada
pertumbuhan dan pembangunan negara ¹²³. Salah satu tugas bank yaitu mengumpulkan dana dari
masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan melalui
kredit. Kredit yang diberikan oleh perbankan meliputi:

- Kredit konsumsi yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan konsumsi.


- Kredit produktif yaitu kredit yang dilakukan dengan tujuan-tujuan produktif seperti modal
kerja dan juga investasi.

Kredit produktif yang diberikan perbankan akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, hal
ini dikarenakan uang yang diterima dari bank tersebut digunakan untuk investasi dan modal kerja
sehingga efek yang dihasilkannya yaitu tingkat produktivitas meningkat, tingkat pengangguran
menurun dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat ¹. Oleh sebab itu, kredit sangat dibutuhkan
bagi setiap masyarakat di dunia, karena utang yang bertujuan produktif, berdampak baik bagi
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, oleh sebab itu perbankan sangat dibutuhkan bagi
perbankan dan perekonomian, pembangunan negara.

Anda mungkin juga menyukai