BLOCKCHAIN
Disusun Oleh:
JURUSAN MANAJEMEN
2019
1
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah S.W.T yang maha pengasih, maha penyayang, kami haturkan
puji dan syukur ke hadirat-NYA atas limpahan nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Block Chain” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
“Manajemen Perbankan”. Terima kasih kepada pihak yang ikut serta dalam makalah ini.
Demikian kami menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam makalah ini, maka
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi kami.
Kami harap makalah ini bermanfaat khususnya bagi mahasiswa, semoga dapat
meningkatkan pengetahuan dibidang Manajemen Perbankan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini kita tengah menghadapai era industri 4.0, teknologi berkembang sangat pesat
disetiap lini kehidupan termasuk di dalamnya terkait transaksi keuangan. Kita ketahui
bersama saat ini transaksi dengan mata uang konvensional terkait erat dengan interaksi sosial
yang mempertemukan antara penjual dan pembeli. Di era modern seperti saat ini hal-hal
terkait transaksi konvensional mulai ditinggalkan, sebab yang mendasarinya adalah efisiensi
waktu.
Hal ini ditopang dengan berkembangnya mata uang virtual seperti bitcoin, yang
mengusung misi dalam rangka efisiensi waktu transaksi. Akhir-akhir ini mata uang virtual
bukan hanya sebagai alat transaksi namun demikian dimanfaatkan sebagai lahan investasi,
menjamurnya trader-trader yang tergiur keuntungan.
Berkembangnya mata uang virtual sejalan dengan ditemukannya teknologi Block Chain,
yang nyatanya mayoritas masyarakat lebih mengenal mata uang virtual dari pada Block
Chain sebagai fondasi mata uang virtual. Secara pengertian Block Chain adalah sistem
pencatatan transaksi termasuk catatan transaksi mata uang virtual.
Demikian menurut Bill Gates founder microsoft yang dikutip melalui media online
seputar forex, dia menyatakan bahwa Block Chain adalah alasan lahirnya transaksi virtual
yang mengusung misi efisiensi waktu dan biaya.
Demikian kami akan mengulas perihal Block Chain, terkait pengertian secara luas,
manfaat yang ditimbulkan terkait penggunaannya, hingga kasus-kasus yang terkait Block
Chain.
Kami harapkan melalui makalah ini dapat memperdalam khasanah keilmuan kita
khususnya terkait Block Chain, sehingga selain mengenal mata uang virtual seperti Bitcoin
namun juga mengenal Block Chain sebagai teknologi yang menggagas terciptanya mata
uang virtual.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Blockchain
2. Sejarah Blockchain
3. Cara Kerja atau Mekanisme Blockchain
4. Manfaat Blockchain
5. Perkembangan Blockchain di Indonesia
6. Hubungan Blockchain dengan Mata Uang Crypto atau Virtual
7. Kasus Terkait Blockchain
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai bahan edukasi atau memperdalam
khasanah keilmuan seputar Block Chain terkait cara kerjanya, manfaatnya, hingga
perkembangannya di Indonesia. Makalah ini juga memuat perihal hubungan antara
Block Chain dan mata uang virtual sehingga dapat berperan sebagai bahan acuan atau
pengetahuan sebelum melakukan transaksi virtual.
1.4 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
Block Chain adalah sistem penyimpanan data terdistribusi, setiap data yang terekam
diamankan dengan kunci kriptografi yang kekal, sehingga upaya yang dilakukan terkait
merubah data dapat dideteksi dengan mudah.
Setiap Blok biasanya memuat Hash kriptografis dari Blok sebelumnya, timestamp,
dan data transaksi. Desain Block Chain resistan atau memiliki daya tahan terhadap
modifikasi data, sehingga setiap perubahan terhadap data dapat diidentifikasi.
Block Chain dirancang dengan mengdepankan asas keamanan (secure by design) dan
sebagai pengaplikasian sistem komputasi terdistribusi dengan Byzantine Fault Tolerance
(BFT) yang tinggi. Konsensus terdesentralisasi dapat dicapai dengan blockchain.
Hal ini tentunya Block Chain tepat untuk merekam setiap peristiwa, catatan medis,
dan aktivitas pengelolaan pencatatan lainnya, seperti manajemen identitas, pemrosesan
transaksi, dokumentasi barang bukti, hingga pemungutan suara (voting).
Block Chain sampai saat ini dimanfaatkan sebagai buku besar yang mencatat
transaksi publik cryptocurrency bitcoin. Penemuan Block Chain dan penerapannya pada
6
Bitcoin menjadikannya mata uang digital atau virtual pertama yang dapat mengatasi masalah
double-spending tanpa memerlukan otoritas tepercaya atau pencatat pusat.
Hasil karya pertama terkait rangkaian Blok yang dilindungi secara kriptografi telah
dikembangkan oleh Stuart Haber dan W. Scott Stornetta pada tahun 1991. Mereka berusaha
menciptakan suatu sistem yang pada penerapannya timestamp pada dokumen tidak dapat
dirusak atau tidak mudah diubah. Pada tahun 1992, Bayer, Haber dan Stornetta
mengaplikasikan Merkle tree ke dalam rancangannya, dan meningkatkan efisiensinya
dengan kemampuannya dalam mengumpulkan beberapa dokumen dalam satu Blok.
Block Chain pertama melalui gagasan dan konsep oleh seorang yang dikenal sebagai
Satoshi Nakamoto pada tahun 2008. Kemudian dikembangkan tahun berikutnya oleh
Nakamoto sebagai komponen inti terhadap penggunaan Bitcoin, Block Chain dalam hal ini
difungsikan sebagai buku besar yang mencatat semua transaksi dalam jaringan, dengan
memanfaatkan Block Chain, Bitcoin mampu berkembang sebagai mata uang digital atau
virtual pertama yang mampu mengatasi double-spending tanpa otoritas tepercaya dan telah
menjadi inspirasi bagi banyak aplikasi lainnya.
Tepatnya Agustus 2014, ukuran dokumen Block Chain yang terdapat pada Bitcoin yang
memuat rekaman transaksi dalam jaringan mencapai 20 GB, yang tentunya ukuran yang
cukup besar. Bulan Januari 2015, ukuran Block Chain meningkat signifikan mencapai angka
30 GB, dan pada Januari 2016 hingga Januari 2017, Block Chain Bitcoin ukurannya tumbuh
dari 50 GB sampai pada angka 100 GB. Hal ini mencerminkan tumbunya Block Chain
secara signifikan yang tentunya bermanfaat terhadap pencatatan virtual.
Ketika awal dipublikasikan kata "Block" dan "Chain" dituliskan secara terpisah dalam
penelitian asli Satoshi Nakamoto, namun demikian akhirnya dipopulerkan sebagai satu kata
"Blockchain" pada tahun 2016. Istilah blockchain 2.0 didasari pada aplikasi basis data
Blockchain terdistribusi versi baru yang pertama kali muncul pada tahun 2014.
7
melakukan transaksi pembayaran pesanan sendiri atau berbagi sertifikat yang secara
otomatis mengirim dividen kepada pemiliknya dengan syarat apabila keuntungan mencapai
suatu tingkat tertentu yang dikehendaki.
Pada tahun 2016, National Settlement Depository (NSD) Federasi Rusia mengumumkan
proyek percontohan yang akan mengeksplorasi penggunaan sistem voting otomatis berbasis
Blockchain. Pada bulan Juli 2016 IBM mendirikan sebuah pusat penelitian inovasi
blockchain di Singapura.
Cara kerja Blockchain sebagai aplikasi yang melakukan pencatatan pada dasarnya sesuai
dengan mekanisme buku besar, sebagai contoh pengaplikasiannya kami terapkan dalam soal
cerita berikut, Yusril melakukan transaksi pembayaran dengan nominal Rp 50.000 kepada
Zair dengan tujuan melakukan pembelian terhadap satu lusin pena, demikian transaksi
tersebut dicatat pada satu baris dalam satu laman buku besar.
Sekarang bayangkan buku besar tersebut disalin hingga 100 kali lalu didistribusikan.
Setiap salinan buku besar tersebut terdapat catatan transaksi antara Yusril dan Zair.
Kemudian, bagaimana proses pencatatan transaksi berikutnya setelah buku besar
didistribusikan kepada seluruh pemilik dengan kata lain didistribusikan kepada 100 pihak
yang akan secara bersama mencatat transaksi berikutnya dengan tata cara dan nilai yang
sama.
Kasus berikutnya apabila satu salinan buku besar yang dimiliki salah seorang pihak yang
karena suatu alasan tertentu, dia ingin merubah catatan transaksi yang terdapat dalam buku
besar. Namun, tindakan merubah demikian dengan mudah terdeteksi, apabila disesuaikan
dengan 99 salinan buku besar lainnya.
8
Maka dari itu dia harus merubah hampir semua salinan buku besar tersebut, usaha atau
tindakan ini jauh lebih berat jika proses transaksi berikutnya masih berjalan.
Ilustrasi cara kerja Blockchain yang lainnya digambarkan sebagai berikut. Terkait
pelaksanaan sistem Blockchain, harus terpenuhi syarat anggota yang cukup banyak demikian
setelah itu dapat terbentuk jaringan Blockchain. Jumlah user dalam pengaplikasian
Blockchain setidaknya terdapat tiga orang pengguna. Apabila masing-masing pengguna
sudah bertemu dan menyepakati ketentuan yang ada, antara pengguna dapat berkomunikasi
melalui akun masing-masing tanpa harus mengetahui identitas asli dari masing-masing
pengguna. Hal yang terkait dengan cara kerja Blockchain sebagai berikut:
1. Folder Kosong
2. Terjadi Transaksi
Semua pengguna di jaringan dengan halaman kosong dan sebuah pena di tangannya.
Semua pengguna siap melakukan pencatatan menulis transaksi di dalam sistem. Misal
dilakukan transaksi antara pengguna 1 yang mentransfer uangnya dengan nominal
Rp.10.000 kepada pengguna 5, demikian pengguna 1 sebagai pelaku yang melakukan
transfer berteriak pada seluruh pengguna bahwasannya Dia melakukan transfer kepada
pengguna 5, silahkan kalian catat transaksi ini. Seluruh pengguna pun melakukan
pemeriksaan terkait saldo pengguna 1 apakah cukup, apabila dinyatakan cukup maka
seluruh pengguna mencatat transaksinya dan transaksi dinyatakan selesai.
9
3. Transaksi Terus Terjadi
Mekanisme yang sama terus berlanjut terkait transfer yang dilakukan sampai
kapasitas maksimum halaman terpenuhi. Demikian jika halaman dinyatakan penuh dan
tidak mampu menampung transaksi berikutnya, halaman yang penuh disimpan dalam
folder yang disiapkan halaman baru terkait pencatatan yang terus berlanjut.
Demikian manfaat Blockchain tidak terbatas hanya terkait transaksi mata uang kripto.
Masa depan tentunya menjanjikan pemanfaatan Blockchain yang lebih luas sebagai berikut:
10
Kliring dan Settlement, transaksi produk finansial seperti obligasi, saham dan
kontrak berjangka tentunya terdapat jeda waktu hari dari proses administrasi,
verifikasi, hingga Settlement dana ke akun klien. Inovasi Blockchain akan
mempercepat proses transaksi dengan meringkas proses administrasi, sehingga dana
dapat masuk ke dalam akun dalam waktu singkat.
Smart Contract, proses jual atau beli barang dan jasa tergantung pada kontrak kerja
sama antara pihak yang bersangkutan. Umumnya, kontrak dengan nilai yang relatif
tinggi pihak penjual dan pembeli memerlukan pihak yang berperan sebagai penengah
yang menjembatani anatar penjual dan permbeli seperti agen kliring dan bank dalam
rangka mengesahkan kontrak. Proses yang dapat dikatakan rumit tersebut dapat
dipersingkat melalui inovasi Blockchain sehingga kontrak dapat disahkan langsung
tanpa keraguan dari kedua pihak.
Smart Asset, secara konvensional mekanisme manufaktur hingga pengiriman produk
berharga umumnya terdapat proses administrasi (Paperwork) panjang dan rentan
terdampak faktor human-error. Inovasi Blockchain mampu meningkatkan waktu
pencatatan, sehingga konsumen dapat mengakses proses produksi dan distribusi,
serta keaslian produk.
Identitas (KTP) Digital, saat ini aplikasi identitas digital belum mampu diterapkan
dengan sempurna karena masalah trust-gap dan attack-vulnerabilty pada server
utama. Melalui solusi inovasi Blockchain, kumpulan data identitas digital dapat di
manajemen atau dikelola dengan tingkat keamanan super ketat. Bahkan, identitas
digital dapat menyertakan catatan Smart Asset dan Smart Contract.
Blockchain di Indonesia berkembang cukup pesat, hal ini ditengarai karena arus
globalisasi yang cukup signifikan. Mayoritas masyarakat Indonesia tentu mengenal mata
uang viartual atau krypto seperti Bitcoin, bahkan trader atau investor pada lini mata uang
virtual kini lumrah ditemui di Indonesia. Kita jumpai bersama pernah seorang mempelai pria
menggunakan Bitcoin sebagai mahar pernikahannya, hal ini tentunya cerminan
berkembangnya mata uang virtual di Indonesia dan sejalan dengan itu Blockchain
mengalami perkembangan yang cukup pesat.
11
Seperti diutarakan Scott Moses Sunarto selaku Founder Indonesia Blockchain
Academy, yang dalam pernyataannya mengatakan perusahaan Blockchain di Indonesia
cukup banyak dan mudah ditemui dikuti dari coinvestasi.com.
Tentunya ironi di negara seperti Indonesia dengan jumlah populasi yang tinggi masih
sulit dijumpai tenaga ahli bidang Blockchain. Demikian sunarto menginisiasi berbagai
Workshop dan Goes to campus dengan tujuan meningkatkan minat milenial khususnya
terhadap bidang Blockchain sehingga kedepannya kita tidak perlu mengimpor tenaga ahli.
Salah satu wadah yang mewadahi minat masyarakat Indonesia akan Blockchain adalah
Indonesia Blockchain Academy ini yang memfasilitasi atau menyajikan pelatihan bagi
masyarakat yang berminat menggeluti Blockchain.
2.5 Hubungan Block Chain dengan Mata Uang Crypto atau Virtual
Sistem buku besar terdistribusi atau Blockchain diperkenalkan tahun 2008 dalam
proposal berjudul, “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System”.
Sebelum inovasi Blockchain ditemukan, obyek digital seperti data file, musik atau
film dengan mudah dapat diduplikasi, sehingga siapa saja yang memiliki salinan asalnya
dapat menyebarluaskan duplikasi kepada pihak lain tanpa batasan. Double-spending adalah
12
fenomena seseorang berusaha memindah tangankan suatu obyek digital kepada pihak lain,
namun obyek digital terkait telah diduplikasi lebih dari satu kali. Tentu saja karena
kelemahan tersebut, obyek digital kehilangan nilainya.
Alternatifnya, transaksi obyek digital harus diverifikasi oleh pihak ketiga atau
penengah seperti misalnya agen kliring (bank) atau server tersentralisasi untuk mengecek
autentikasi di dalam jaringannya. Masalah lain muncul dari ketergantungan terhadap pihak
ketiga, yaitu trust-gap dan attack-vulnerability. Asumsinya, pengguna jasa pihak ketiga
secara terpaksa harus mempercayai (trust-gap) pihak ketiga walaupun server utama suatu
saat dapat diretas oleh pihak tidak bertanggungjawab (attack-vulnerability). Setelah inovasi
Blockchain muncul, masalah double-spending dan ketergantungan pada pihak ketiga dapat
diatasi dengan mudah.
Demikian mengapa Blockchain memiliki keterkaitan erat dengan Bitcoin atau mata
uang virtual lainnya, karena mata uang virtual adalah media utama atau pertama dalam
penerapan Blockchain sehingga kedua sulit dipisahkan. Melalui mata uang virtual yang
menginisiasi sistem Blockchain sebagian masalah utama dapat diatasi. Maka dari itu
hubungan keduanya erat mata uang virtual sebagai media penerapan sistem Blockchain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
berkembang dengan cukup pesat bukan hanya dalam transaksi keuangan namun dalam
bidang lainnya yang tentunya menginginkan keamaan data.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip melalui:
https://id.wikipedia.org/wiki/Blockchain
https://www.seputarforex.com/artikel/bitcoin
https://coinvestasi.com/berita/perkembangan-blockchain-di-indonesia/
https://medium.com/techlab-institute/prinsip-kerja-blockchain-part-1
14
15