Anda di halaman 1dari 15

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA

INTEGRATED SERVICE DENGAN RESOURCE RESERVATION PROTOCOL (RSVP)


PADA LAYANAN VOICE OVER INTERNET PROTOCOL (VoIP)

Oleh:

I Gusti Ayu Garnita Darma Putri (1881711011)

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ELETRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini layanan telekomunikasi menjadi hal yang penting karena hampir setiap
aktivitas masyarakat memerlukannya. Kebutuhan akan layanan telekomunikasi pun terus
meningkat seiring dengan semakin beragamnya aktivitas masyarakat, Tidak hanya sekedar
bertukar data berupa teks, tetapi juga berupa suara, gambar bahkan video. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut makan munculah berbagai teknologi telekomunikasi salah
satunya adalah berbasis jaringan komputer global (internet).
Saat ini jaringan internet tidak hanya terfokus pada layanan paket data dan aplikasi
standar tetapi kebutuhan akan layanan multimedia melewati jaringan internet telah menjadi
sesuatu yang mungkin. Salah satu layanan multimedia yang menggunakan jaringan internet
adalah VoIP (voice over IP). VoIP adalah adalah teknologi yang menjadikan media internet
untuk bisa melakukan komunikasi suara jarak jauh secara langsung. Sinyal suara analog,
seperti yang anda dengar ketika berkomunikasi di telepon diubah menjadi data digital dan
dikirimkan melalui jaringan berupa paket-paket data secara real time (Sadewa, 2007).
Jaringan berbasis IP seperti jaringan internet ataupun LAN (local area network)
memiliki karakteristik yang berbeda dengan jaringan telepon. Pengiriman data menggunakan
jaringan berbasis IP menggunakan bandwidth secara bersamaan oleh banyak user, sedangkan
pada jaringan telepon konvensional (PSTN) setiap pengguna memiliki bandwidth-nya sendiri.
Hal ini yang menjadi alasan adanya perbedaan kualitas antara VoIP dan telepon PSTN. VoIP
sangat sensitive terhadap delay dan packet loss, sehingga diperlukan suatu mekanisme untuk
menjamin kualitas jaringan inilah yang disebut sebagai QoS (quality of service).
Arsitektur jaringan internet harus dapat menyediakan berbagai layanan pengiriman data yang
didukung oleh jaminan QoS. karena pengguna komunikasi menginginkan kualitas layanan yang sesuai
dengan kebutuhan aplikasi yang digunakan (Sugeng dkk, 2010). Tidak adanya jaminan QoS pada
jaringan IP menyebabkan sejumlah layanan yang bersifat real-time seperti VoIP akan
mengalami penurunan performansi. Salah satu metode QoS yang bisa digunakan pada VoIP
adalah Integrated Service (IntServ), dengan menggunakan Resource Reservation Protocol
(RSVP) sebagai protokol pensinyalan yang dapat membantu membuat aliran dan kebutuhan
sumber daya yang diperlukan ketika pengiriman paket data dilakukan. Dengan RSVP, jalur
dari aliran data antara end user ke router akan dijamain ketersediaannya (Hidayanto dkk, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Integrated Service (IntServ) pada pemodelan Quality of Service (QoS) ?
2. Bagaimana cara kerja model Integrated Service (IntServ) menggunakan metode
pensinyalan RSVP (Resource Reservation Protocol) pada layanan Voice over IP
(VoIP)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Integrated Service (IntServ) pada pemodelan Quality of Service
(QoS) ?
2. Untuk mengetahui cara kerja model Integrated Service (IntServ) menggunakan
metode pensinyalan RSVP (Resource Reservation Protocol) pada layanan Voice
over IP (VoIP)?
1.4 Manfaat
1. Agar dapat memahami Integrated Service (IntServ) pada pemodelan Quality of
Service (QoS) ?
2. Agar dapat memahami cara kerja model Integrated Service (IntServ)
menggunakan metode pensinyalan RSVP (Resource Reservation Protocol) pada
layanan Voice over IP (VoIP)?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Quality of Service (QoS)


QoS mengacu kepada kemampuan memberikan pelayanan berbeda kepada lalu lintas
jaringan dengan kelas yang berbeda. Tujuan akhir dari QoS adalah memberikan network
service yang lebih baik dan terencana dengan dedicated bandwith, jitter dan latency yang
terkontrol. QoS adalah kemampuan dalam menjamin pengiriman arus data penting atau dengan
kata lain kumpulan dari berbagai kriteria performansi yang menentukan tingkat kepuasan
penggunaan suatu layanan. QoS menawarkan kemampuan untuk memberikan prioritas yang
berbeda untuk berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk menjamin tingkat
kinerja tertentu ke aliran data. (Janius, 2010)
QoS didesain untuk membantu end user (client) menjadi lebih produktif dengan
memastikan bahwa user mendapatkan performansi yang handal dari aplikasi. Tujuan dari QoS
adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan layanan yang berbeda, yang menggunakan
infrastruktur yang sama. QoS menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut
layanan yang disediakan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sebuah jaringan atau
protokol yang mendukung QoS dapat menyepakati sebuah kontrak traffic dengan aplikasi dan
kapasitas cadangan di node jaringan. (Janius, 2010) Terdapat beberapa yang menyebabkan
turunnya nilai QoS, yaitu :
a. Redaman adalah jatuhnya kuat sinyal karena pertambahan jarak pada media
transmisi. Setiap media transmisi memiliki redaman yang berbeda-beda,
tergantung dari bahan yang digunakan. Untuk mengatasi hal ini, perlu digunakan
repeater sebagai penguat sinyal. Pada daerah frekuensi tinggi biasanya mengalami
redaman lebih tinggi dibandingkan pada daerah frekuensi rendah.
b. Distorsi merupakan fenomena yang disebabkan bervariasinya kecepatan propagasi
karena perbedaan bandwidth. Untuk itu, dalam komunikasi dibutuhkan bandwidth
transmisi yang memadai dalam mengakomodasi adanya spektrum sinyal.
Dianjurkan digunakan pemakaian bandwidth yang seragam, sehingga distorsi
dapat dikurangi.
c. Noise suatu sinyal gangguan yang bersifat akustik (suara), elektrik, maupun
elektronik yang hadir di dalam suatu system (rangkaian listrik/elektronika) dalam
bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan. Noise ini sangat
berbahaya, karena jika terlalu besar akan dapat mengubah data asli yang
dikirimkan.

2.1.1 Parameter QoS


Performansi mengacu ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis
beban data di dalam suatu komunikasi. Performansi merupakan kumpulan dari beberapa
parameter besaran teknis, yaitu:
a. Throughput
Throughput adalah kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam
satuan bps (bit per detik). Troughput merupakan jumlah total kedatangan paket
yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh
durasi interval waktu tersebut (Janius, 2010)

b. Packet Loss
Packet loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang
menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan
congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada semua aplikasi karena re-
transmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah
bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Umumnya perangkat
jaringan memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi
kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak akan diterima
(Janius, 2010). Packet loss versi Telecommunications and Internet Protocol
armonization Over Networks (TIPHON) dikelompokan menjadi empat katagori
seperti pada tabel dibawah ini
c. Delay (Lantency)
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke
tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu
proses yang lama (Janius, 2010). Delay versi Telecommunications and Internet
Protocol armonization Over Networks (TIPHON) dikelompokan menjadi empat
katagori seperti pada tabel dibawah ini

d. Jitter
Jitter lazimnya disebut variasi delay berhubungan erat dengan latency, yang
menunjukkan banyaknya variasi delay pada taransmisi data di jaringan. Hal ini
diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan
data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan
jitter (Janius, 2010). Delay antrian pada router dan switch dapat menyebabkan
jitter. Jitter versi Telecommunications and Internet Protocol armonization Over
Networks (TIPHON) dikelompokan menjadi empat katagori seperti pada tabel
dibawah ini
2.1.2 Model Arsitektur QoS
Model QoS menentukan bagaimana proses terciptanya sebuah perbedaan antara
service yang dilakukan dan kualitas yang didapatkan. Terdapat beberapa model QoS untuk
memberikan service yang berkualitas, yakni:
a. Best Effort Service
Best effort service merupakan metoda QoS yang paling sederhana, tidak akan
memberikan jaminan kapan paket dapat sampai ke tujuan yang dikehendaki. Metode
ini digunakan untuk melakukan semua usaha agar dapat mengirimkan sebuah paket ke
suatu tujuan. Untuk aplikasi yang sensitif terhadap network delay, fluktuasi bandwidth,
dan perubahan kondisi jaringan, penerapan best-effort service tidak dapat dilakukan.
Layanan yang menggunakan model QoS ini diantaranya seperti FTP dan E-mail,
dengan mengaplikasikan strategi first in first out (FIFO) (Sugeng dkk, 2010).
b. Integrated Service (IntServ)
IntServ merupakan model pelayanan QoS yang terintegrasi untuk menangani
kebutuhan beragam QoS. Sebelum mengirimkan paket data, IntServ akan melakukan
layanan khusus ke dalam jaringan dengan proses signaling. Pada proses signaling,
pertama kali diberikan informasi mengenai parameter jalur lalu lintas pengiriman data
paket dan kebutuhan kualitas pelayanan seperti kebutuhan bandwidth dan waktu tunda.
Setelah sistem mendapatkan konfirmasi dari jaringan dan kemudian disediakan sumber
daya untuk pengiriman paket-paket data. Signaling yang bertanggung jawab terhadap
penyediaan QoS di model IntServ adalah Resource Reservation Protocol (RSVP)
(Maharta dkk, 2015).Terdapat dua model layanan IntsServ, yakni guaranteed-service
yang merupakan layanan dengan batas bandwidth yang jelas, serta controlled-load
service yang merupakan layanan dengan persentase delay statistic terjaga (Sugeng dkk,
2010).
c. Differential Service (DiffServ)
DiffServ merupakan model yang memberikan multi layanan yang menghendaki
kebutuhan QoS yang berbeda-beda. DiffServ menyediakan layanan khusus menurut
QoS yang dikehendaki oleh masing-masing paket, misalnya dengan menggunakan
teknik IP Precedence. Jaringan akan melakukan packet classification, traffic shaping,
traffic policing, dan queuing berdasarkan informasi yang diberikan (Maharta dkk,
2015). DiffServ bergantung kepada kemampuan edge router untuk memberikan
klasifikasi dari paket-paket yang berbeda tipenya yang melewati jaringan. Lalu lintas
jaringan dapat diklasifikasikan berdasarkan alamat jaringan, protocol dan port, ingress
interface, atau klasifikasi lainnya selama masih didukung oleh standard access list atau
extended access list. Arsitektur DiffServ memiliki tiga komponen, yaitu: Policy and
resource manager, Edge routers, Core routers (Sugeng dkk, 2010).
d. Multi Protocol Label Switching (MPLS)
MPLS adalah suatu metode forwarding (meneruskan data melalui suatu jaringan
dengan menggunakan informasi dalam label yang dilekatkan pada IP), sehingga
memungkinkan router untuk meneruskan paket dengan hanya melihat label dari paket
itu, tidak perlu melihat IP alamat tujuannya. Pada jaringan MPLS, mekanisme
forwarding dilakukan tidak berdasarkan header yang ada pada paket data melainkan
pada label yang dibawa oleh paket, analisa header hanya dilakukan pada saat paket data
pertama kali masuk ke jaringan MPLS, setelah itu yang dilakukan hanyalah
mekasnisme pe-label-an atau label-swapping untuk mem-forward paket data yang
diterima (Maharta dkk, 2015).

2.2 Voice over Internet Protocol (VoIP)


Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang menjadikan media internet
untuk bisa melakukan komunikasi suara jarak jauh secara langsung. Sinyal suara analog,
seperti yang anda dengar ketika berkomunikasi di telepon diubah menjadi data digital dan
dikirimkan melalui jaringan berupa paket-paket data secara real time.

Gambar 2.1 VoIP

Dalam komunikasi VoIP, pemakai melakukan hubungan telepon melalui terminal yang
berupa PC atau telepon biasa. Dengan bertelepon menggunakan VoIP, banyak keuntungan
yang dapat diambil diantaranya adalah dari segi biaya jelas lebih murah dari tarif telepon
tradisional, karena jaringan IP bersifat global untuk hubungan internasional maka biaya dapat
ditekan hingga 70%. Selain itu, biaya maintenance dapat ditekan karena voice dan data network
terpisah, sehingga IP Phone dapat di tambah, dipindah dan di ubah. Hal ini karena VoIP dapat
dipasang di sembarang ethernet dan IP address, tidak seperti telepon konvensional yang harus
mempunyai port tersendiri di sentral atau PBX (Private Branch Exchange).

2.2.1 Prinsip Kerja VoIP


Prinsip kerja VoIP adalah mengubah suara analog yang didapatkan dari speaker
menjadi paket data digital yang diteruskan melalui hub atau router atau ADSL Modem dan
dikirimkan melalui jaringan internet. Bisa juga melalui melalui media telepon diteruskan ke
phone adapter yang disambungkan ke internet dan bisa diterima oleh telepon tujuan.

Gambar 3.1 Prinsip Kerja VoIP

Untuk pengiriman sebuah sinyal ke remote destination dapat dilakukan secara digital
yaitu sebelum dikirim data yang berupa sinyal analog diubah ke bentuk data digital dengan
ADC (Analog to Digital Converter), kemudian ditransmisikan, dan di penerima dipulihkan
kembali menjadi data analog dengan DAC (Digital to Analog Converter). Begitu juga dengan
VoIP, digitalisasi voice dalam bentuk pakets data, dikirimkan dan di pulihkan kembali dalam
bentuk voice di penerima. Format digital lebih mudah dikendalikan, dalam hal ini dapat
dikompresi, dan dapat diubah ke format yang lebih baik dan data digital lebih tahan terhadap
noise daripada analog.
Bentuk paling sederhana dalam sistem VoIP adalah dua buah komputer terhubung
dengan internet. Syarat-syarat dasar untuk mengadakan koneksi VoIP adalah komputer yang
terhubung ke internet mempunyai sound card yang dihubungkan dengan speaker dan
microphone serta didukungan software khusus.
Pada perkembangannya, sistem koneksi VoIP mengalami evolusi sehingga bentuk
peralatan pun berkembang, tidak hanya komputer yang saling berhubungan tetapi peralatan
lain seperti pesawat telepon biasa terhubung dengan jaringan VoIP. Jaringan data digital
dengan gateway untuk VoIP memungkinkan berhubungan dengan PABX atau jaringan analog
telepon biasa. Komunikasi yang terjadi bukan hanya suara, berbentuk tulisan (chating) atau
jika jaringannya cukup besar bisa dipakai untuk video conference. Dalam bentuk yang lebih
lanjut komunikasi ini lebih dikenal dengan IP Telephony yang merupakan komunikasi bentuk
multimedia sebagai kelanjutan bentuk komunkasi suara (VoIP). Keluwesan dari VoIP dalam
bentuk jaringan, peralatan dan media komunikasinya membuat VoIP menjadi cepat popular di
masyarakat umum.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Integrated Service (IntServ) Model


IntServ merupakan model pelayanan QoS yang bekerja untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan QoS berbagai perangkat dan berbagai aplikasi dalam sebuah jaringan
(Hirmawan, 2012). Model IntServ menyediakan aplikasi dengan tingkat jaminan layanan
melalui negosiasi parameter-parameter jaringan secara end-to-end. Sebelum proses transmisi
data dimulai, aplikasi akan meminta tingkat layanan yang dibutuhkan untuk dapat beroperasi
dengan mengirimkan sebuah request terlebih dahulu ke jaringan QoS. Dalam request berisi
informasi mengenai profile traffic yang menentukan kualitas layanan yang diperlukan seperti
misalnya kapasitas bandwidth dan besar delay. Setelah mendapatkan konfirmasi dari perangkat
QoS dalam jaringan, aplikasi tersebut baru diijinkan untuk melakukan pengiriman dan
penerimaan data. Aplikasi tidak akan mengirimkan trafik, sebelum menerima tanda bahwa
jaringan mampu menerima beban yang akan dikirimkan aplikasi dan juga mampu menyediakan
QoS yang diminta secara end-to-end. Perangkat jaringan yang menjalankan model IntServ ini,
dilengkapi sebuah sistem signaling yang bertugas untuk mengirimkan profile dan request
(Janius, 2010). Sistem signaling tersebut disebut Resource Reservation Protocol (RSVP).
RSVP merupakan protokol pemesanan resource yang dipakai untuk integrated
service. Protokol RSVP dipakai oleh host untuk meminta QoS dari jaringan untuk dipakai oleh
aplikasi tertentu. RSVP juga dipakai oleh router untuk mengantar permintaan QoS ke semua
node sepanjang jalur aliran data dan dipakai untuk membangun dan memelihara kondisi RSVP
didesain untuk beroperasi dengan protokol peroutingan unicast dan multicast,sehingga RSVP
bukan protokol perutingan (Janius, 2010). Dengan adanya sebuah router berkemampuan QoS
dan disatukan dengan perangkat jaringan yang mendukung RSVP, maka terdapat 2 model QoS
IntServ yakni:
a. Guaranteed Rate Service
Model ini menjamin bandwidth dan kualitas yang akan digunakan oleh pengguna atau
sebuah aplikasi. Alokasi bandwidth sengaja dicadangkan oleh perangkat QoS untuk
pengguna tersebut. Dengan demikian pengguna tidak akan berbagi bandwidth dengan
pengguna lain. Servis jenis ini sangat cocok untuk memberikan kualitas yang baik pada
aplikasi- aplikasi real-time seperti video converence, dan VoIP.
b. Controlled Load Service
Model ini bekerja dengan cara menjaga agar pengguna dan aplikasi didalamnya dapat
selalu mendapatkan kualitas jaringan dengan Delay yang rendah dan throughput yang
tinggi meskipun jaringan dalam kondisi sibuk dan padat. Dengan demikian bandwidth
dapat digunakan dengan efisien karena tidak terbuang percuma, namun penggunanya
masih bisa mendapatkan kualitas yang terjaga. Biasanya servis jenis ini cocok
digunakan dalam jaringan dengan banyak aplikasi berbeda didalamnya. Servis ini dapat
diciptakan dengan adanya RSVP dengan dibantu oleh teknologi (Weighted Random
Early Detection).

3.2 Cara Kerja RSVP (Resource Reservation Protocol) pada layanan VoIP
RSVP adalah protokol persinyalan yang dirancang untuk memasang dan mengatur
informasi pemesanan pada setiap router sepanjang jalur data. Protokol ini digunkan oleh
terminal untuk memperoleh QoS tertentu dari jaringan agar dapat digunakan di aplikasi VoIP.
RSVP digunakan oleh router untuk mengirim permintaan QoS pada semua router lain.
Tanggapan terhadap permintaan ini adalah pemesanan sumber daya (resource reservation)
pada jalur yang digunakan oleh VoIP. RSVP memungkinkan router memesan bandwidth yang
cukup pada interface untuk meningkatkan performansi dan kualitas VoIP (Suwartama, 2014).

RSVP diimplementasikan dengan mekanisme yang disebut traffic control yang terdiri
dari admission control, packet classifier, packet scheduler dan policy control. Packet classifier
menentukan kelas QoS untuk setiap paket. Penentu ini dapat juga digunakan untuk menentukan
jalur mana yang akan digunakan sesuai dengan kelas yang telah dipilih. Selama proses,
permintaan QoS RSVP dilewatkan ke admisission control dan policy control. Admission
control berfungsi untuk menentukan apakah router mempunyai QoS seperti yang diminta oleh
layanan VoIP. Policy control berfungsi untuk menentukan apakah user yang menggunakan
layanan VoIP mempunyai kemampuan untuk melakukan pemesanan. Jika keduanya berhasil,
maka sejumlah parameter akan diset di packet classifier dan interface layer link (missal packet
scheduler) untuk mendapatkan QoS yang diinginkan. Namun jika salah satu saja dari keduanya
gagal maka program RSVP akan mengembalikan pesan error pada aplikasi yang melakukan
request (Suwartama, 2014). Pada jaringan RSVP, pengirim secara periodik mengirim pesan
path RSVP yang menggunakan karakteristik aliran data untuk menjelaskan trafik yang
dihasilkan oleh pengirim. Modul RSVP receiver menerima pesan path dan membawa
permintaan sebagai pesan Resv ke semua node sepanjang jalur data sampai menuju pengirim.

Dasar permintaan reservasi RSVP terdiri dari flowspec dan filter spec, dua hal tersebut
disebut flow descriptor. Flowspec menentukan QoS yang diinginkan. Filter spec bekerja sama
dengan spesifikasi sesi mendefinisikan paket data/flow untuk menerima QoS yang
didefinisikan oleh flowspec. Flowspec digunakan untuk menyusun parameter-parameter packet
scheduler di node atau mekanisme layer link yang lain saat filter spec dipakai untuk menyusun
parameter-parameter dalam packet classifier. Terdapat beberapa jenis model reservasi pada
RSVP yakni:
a. Wildcard-filter (WF)
Mode reservasi WF menggunakan pilihan membagi pemilihan reservasi dan sender.
Gaya reservasi ini menetapkan reservasi tunggal untuk semua sender di suatu sesi.
Reservasi dari sender yang berbeda digabungkan bersama-sama sepanjang alur dengan
demikian hanya permintaan reservasi yang paling besar yang akan digunakan bersama
oleh semua sender.
b. Fixed-filter (FF)
Model reservasi FF menggunakan reservasi dengan pilihan yang berbeda dan seleksi
sender eksplisit. Artinya bahwa reservasi yang berbeda diciptakan untuk paket data dari
sender tertentu. Paket dari sender yang berbeda dalam sesi yang sama tidak membagi
reservasi.
c. Shared-explicit (SE)
Reservasi model SE membuat reservasi tunggal untuk meng-cover aliran dari suatu
subset sender ditetapkan. Oleh karena itu, suatu daftar sender harus dimasukkan ke
dalam permintaan reservasi dari receiver.
REFRENSI

Hidayanto M. B., Herutomo A., Satrya G. B. 2013. Analisis Implementasi Quality Of Service
(Qos) Berbasis Protokol Rsvp Dan Jaringan Mpls Pada Jaringan Ims. Telkom University

Sugeng W., Istiyanto J. E., Mustofa K. 2010. Arsitektur Real-Time System Sebagai Pemantau
Jaminan Qos. Jurnal Informatika Vol. 6, No. 2.

Janius D. H. 2013. Analisis Qos Video Streaming Pada Jaringan Wiless Menggunakan Metode
Htb (Hierarchical Token Bucket). Tugas Akhir: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau

Hirmawan G., Supriyanto, Fahrizal R. 2012. Perbandingan Metode Differentiated Service


Dengan Metode Integrated Service Untuk Analisis Qos Pada Jaringan Voip. Setrum Vol.
1, No. 1

Maharta T. A., Munadi R., Mayasari R. 2015. Analisis Dan Implementasi Qos Dengan
Kombinasi Mpls-Intserv Dan Mpls-Diffserv Di Ip Multimedia Subsystem. E-Proceeding
Of Engineering : Vol.2, No.1

Suwartama M., Djuni K D., Sudiarta P. K., 2014. Analisis Pengaruh Rsvp Terhadap Quality
Of Service Voip Pada Jaringan Umts. E-Journal Spektrum Vol. 1, No. 1

Anda mungkin juga menyukai