Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FINANCIAL MANAGEMENT

STRUKTUR MODAL

EKO PRAMUKTI WIBOWO (A022211002)


MUHAMMAD FIQHI OKTAVIAN HATTA (A022211003)

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan
untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu
menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan
dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan
tersedianya dana dari para calon investor yang berminat menginvestasikan
modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup
penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima.
Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan
dari informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap
tahunnya. Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah
satunya berasal dari laporan keuangan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apasaja pendekatan pendekatan secara teoritis yang termasuk dalam struktur
modal ?
2. Apasaja pendekatan secara konsep dalam penilaian struktur modal ?
3. Bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik ?

1.3 Tujuan Perumusan Masalah


1. Mengetahui pendekatan teoritis apasaja yang termasuk dalam struktur modal.
2. Mengetahui pendekatan secara konsep dalam struktur modal.
3. Mengetahui bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendekatan Teoritis atas Struktur Modal


 2.1.1 Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos
modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva
yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal
Pasif (Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan
modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka
panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas
laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka panjang
dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal merupakan cermin dari
kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan,
karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah
kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi
adalah struktur modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan
sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi
nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan
dan depresiasi.
Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari
para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal
dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan.
Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat
pengembalian.
Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi
akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi
meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham
tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga
saham (Brigham dan Houston, 2001).

2.1.2TeoriStrukturModal
1) AgencyTheory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada
tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi, 2004) ,yang menyebutkan
bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik
perusahaan.
Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan
mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan
dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya agensi. Biaya
agensi menurut Horne dan Wachowicz dalam Saidi (2004) adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa
manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditur dan pemegang saham.

2) SignalingTheory

Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham
dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal)
bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila suatu
perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka
harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti
memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun
prospek perusahaan cerah.
3) Pecking Order Theory

Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk


memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha
menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning, kemudian utang
berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004).
Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan
pada defisit pendanaan internal.

Model pecking order theory memfokuskan pada motivasi manejer korporat,


bukan pada prinsip-prinsip penilaian pasar modal. Pecking order theory
mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh asimetrik informasi. Dasar
pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini, (Meyers, 1984 dalam
Perminas Pangeran, 2004) :
1. Para manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan daripada investor
luar, namun mereka enggan untuk menerbitkan saham ketika percaya saham
mereka adalah undervalued.
2. Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan
mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.
3. Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan ekuitas
sebagai bad news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekiutas hanya pada harga
discount.
4. Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory dan
membutuhkan ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan memanfaatkan
kesempatan investasi yang baik, karena saham tidak dapat dijual pada “fair Price”.
2.1.3 Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan pendapatan atau earning Niali suatu perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan dengan
multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan pengeluaran atau cost Kapitalisasi perusahaan didasarkan pada
cost dari fixed capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.

 Over dan under capitalization


Over capitalization akan terjadi apabila :
1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal
yang di investasikan , atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari
pada fair rate of return.
2. Jumlah nilai securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
dibandingkan dengan nilai assetnya.

 Under capitalization
Under capitalization terjadi apabila :
1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan rate of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang
sejenis lainya.
2. Jumlah nilai security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil daripada nilai
riil daripada assetnya.

2.1.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal


1. Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, shg dpt
menggunakan hutang relatif besar
2. Struktur Aktiva
Perusahaan dg aktiva tetap besar (sbg kolateral) dpt menggunakan hutang
relatif besar
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk
ekspansi.
4. Profitabilitas
Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan ; laba
ditahan → hutang → jual saham baru (utk menghindari pengawasan eksternal)
5. Variabel Laba & perlindungan pajak (tax shield)
Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang.
Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6. Skala perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, shg ada korelasi positif
antara skala perusahaan dg debt to book value of equity ratio.
7. Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro
Saat yg tepat menjual saham/obligasi; tingkat bunga pasar rendah & pasar bursa
sdgbullish (lawan dari bearish)

2.2 Pendekatan-Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal


1. Teori pendekatan laba bersih ( net income approach) NI
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba
perusahaan dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang konstan dan perusahaan dapat
meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan.
Hal ini juga dapat diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang
konstan atau tetap maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya
modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil.

2. Teori pendekatan laba operasi bersih ( operating net income approach ) NOI

Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang ( Ke ) konstan,


berapapun jumlah utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai
sudut pandang yang berbeda-beda.
a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih
b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat. Oleh karena itu
manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan jg harus meningkat,
konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan struktur
modal menjadi tidak penting
2.3 Keputusan Struktur Modal dalam Praktik

a) Analisis EBIT – EPS.


Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif
pendanaan terhadap EPS ( Earning per share ) pada tingkatan EBIT ( Earning
Before Interest and Tax ) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba
bersih sesudah pajak atau Earning After Tax ( EAT ) dibagi jumlah lembar saham
perusahaan yang beredar.

Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara :
1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu , dan
2. Mengulang lankah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda. Hasilnya kemudian
digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.

Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih


alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point,
perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham
akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputussan ini bisa salah jika actual
EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil keputusan,
manajemen harus memperhatikan juga deviasi standard ( tingkat variabilitas ) EBIT
perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT dapat dicari dengan
mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta
dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif besar, manajemen
harus lebih hati – hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya.
Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila ecpected
EBIT cukup jauh di atas indifference point.

EAT ( saham ) EAT ( hutang )


= Jumlah saham Jumlah saham
( EBIT* - C1) ( 1 – T ) (EBIT* - C2 ) ( 1 – T)
= S1 S2
Dimana:
EBIT * = Indifferent point
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat pajak

b) Perbandingan Rasio – Rasio Leverage


• Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap alternatif
pendanaan terhadap rasio – rasio leverage ( penggunaan hutang ). Manajemen
kemudian dapat membandingkan rasio – rasio yang ada saat ini dan rasio – rasio
pada alternatif pendanaan tertentu dengan rasio – rasio industri sejenis. Rasio
Leverage terdiri dari :
(1) Rasio Hutang ( debt ratio ),
(2) Rasio Jaminan ( coverege ratio ).

• Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kewajiban jangka panjang, sedangkan rasio jaminan menunjukkan kemampuan
untuk membayar bunga dan pokok pinjamn yang jatuh tempo. Untuk menghitung
rasio hutang, manajemen menggunakan informasi dari neraca. Untuk menghitung
rasio jaminan, informasi dari laporang rugi – laba yang dipergunakan.

• Manajemen dapat menggunakan metoda perhitungan rasio sbb :


1. Rasio Hutang:
a. Total hutang/Total aktiva
b. Hutang jangka panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal sendiri)
c. Total hutang/ Modal sendiri

• Rasio Jaminan:
a. Time interest earned = EBIT/Biaya bunga
b. Debt service coverage = EBIT / [ biaya bunga + (pembayaran pokok pinjman/1 –
pajak) ]
• Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan :
(1) posisi keuangan perusahaan pada saat ini, (2) posisi keuangan perusahaan
dengan alternatif – alternatif pendanaan yang ada seperti 100 % modal sendiri,
100% hutang dsb. Rasio – rasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio
indusstri. Dari perbandingan tersebut, manajemen dapat menentukan alternatif
pendanaan yang paling tepat bagi perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa
manajemen harus mempertahankan rasio yang sama dengan rasio industri.
Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio industri adalah jika perusahaan memilih
rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang dari rasio industri, ia harus
memiliki alasan yang kuat.

c) Analisis Arus Kas Perusahaan


Metoda ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas
perusahaan. Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda ini melibatkan
persiapan suatu seri anggaran kas pada (1)kondisi perekonomian yang berbeda, (2)
struktur modal yang berbedaArus kas bersih pada situasi yang berbeda ini dapat
dianalisis untuk menentukan apakah beban tetap perusahaan ( pokok pinjaman,
bunga, sewa dan dividen saham preferen ) yang dihadapi perusahaan tidak terlalu
tinggi. Ketidak mampuan perusahaan untuk membayar beban tetap bisa
mengakibatkan “ financial insolvency “.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Setiap perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk
penetapan struktur modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha atau
menggabungkan usahanya besar kemungkinannya akan_melakukan perubahan
struktur modal yang disebabkan adanya perubahan modal atau tambahan modal.
Dua hal yang harus dilakukan perusahaan ; Pertama, menentukan besarnya
Kebutuhan modal kuantitatif. Kedua, menentukan sumber modal kualitatif/jenis
modal yang akan ditarik. Proses pertama dikatakan sebagal proses Kapitalisasi,
sedangkan yang kedua dikatakan sebagai proses penentuan Struktur Modal. Untuk
menentukan Struktur Modal perusahaan dihadapkan pada berbagai variabei yang
mempengaruhinya. Terdapat 10 variabel yang mungkin akan berpengaruh yaitu ;
Tingkat bunga, Stabilitas penjualan, Tingkat pertumbuhan penjualan, Susunan
Aktiva, Kadar risiko dari aktiva, Kebutuhan modal, Struktur saingan, Keadaan pasar
modal, Sikap manajemen, dan Sikap pemberi pinjaman. Bagi perusahaan susunan
struktur modal terbaik dikatakan sebagal Struktur Modal Optimum.

Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah struktur


modal yang menggunakan modal pinjaman maksimum 50% dari total modal.
Sedangkan menurut pendekatan biaya modal struktur modal optimum adalah
struktur modal yang dapat meminimumkan rata-rata biaya modal perusahaan.
Metoda biaya modal ini dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan, dan
pendekatan yang dipilih pada persoalan ini adalah Pendekatan Tradisional yang
menyatakan bahwa struktur modal optimum akan terjadi pada kondisi rata-rata biaya
modal minimum dan nilai perusahaan maksimum.
3.1.1 Analisis terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap struktur
modal :

1. Variabel yang dominan terhadap struktur modal dengan menggunakan Analisa


Faktor.
2. Menentukan nilai perusahaan yang maksimum.

• Menurut Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan


struktur modal yang optimal, yaitu :

1. Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh
lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2. Operating Leverage

Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih


mampu untuk menaikkan penggunaan leverage keuangan
( hutang ).

3. Corporate Taxes

Karena bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan jika


menggunakan hutang. Marginal tax rate perusahaan yang lebih
tinggi, maka keuntungan menggunakan hutang akan lebih
tinggi, semua yang lainnya dianggap sama.

4. Kadar resiko dari aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam


perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu
penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin besar
derajat resikonya. Dan perkembangan dan kemajuan teknologi
serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis
dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun
dalam artian teknis masih dapat digunakan.

5. Lenders dan rating agencies

Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih,


maka pihak lenders akan mulai meminta tingkat bunga yang
lebih tinggi dan rating agencies akan mulai menurunkan rating
pada tingkat hutang perusahaan.

6. Internal cash flow

Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih stabil
dapat menjastifikasi sebuah tingkat leverage lebih stabil.

7. Pengendalian

Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya dan memulai


dengan menerbitkan hutang baru hingga repurchase outstanding
commonstock. Tujuan dari peningkatan hutang tersebut adalah untuk
mendapatkan return yang lebih tinggi., sedangkan pembelian kembali saham
bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat pengendalian.

8. Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada pasar keuangan
dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat suku bunga
tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada short-term debt,
dan akan dilakukan refinance dengan long-term debt atau equity jika kondisi
pasar memungkinkan.
9. Preferensi pihak manajemen

Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen mempunyai


peran dalam hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan pada
struktur modalnya.

10. Debt covenant

Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang dan
terwujud melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).

11. Agency cost

Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan
pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan
persetujuan antara manajer, kreditur dan juga para shareholders.

12. Profitabilitas

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal


financing yang lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio
hutang).

13. Risiko Bisnis


Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan
eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage
perusahaan.

• Pada kasus tertentu ternyata kondisinya dapat dikelompokan pada 4 faktor yang
dominan terhadap penentuan struktur modal, yaitu:
 Faktor 1: Stabilitas pendapatan dan kebutuhan modal, komponen
variabelnya: Stabilitas penjualan dan kebutuhan modal. Dengan variabel yang
dominan adalah kebutuhan modal.
 Faktor 2: Struktur pasar industri yang terdiri variabel; struktur saingan, tingkat
bunga, tingkat pertumbuhan penjualan, dan kadar risiko dari aktiva. Variabel
dominannya adalah struktur saingan.
 Faktor 3: Risiko usaha dan keuangan, yang terdiri variabel; sikap pemberi
pinjaman, susunan aktiva, dan sikap manejemen. Variabel dominannya adalah sikap
pemberi pinjaman.
 Faktor 4: Situasi perekonomian yang hanya terdiri variabel keadaan pasar
modal, sehingga variabel dominannya adalah variabel keadaan pasar modal.
• Untuk penentuan nilai perusahaan, dengan menggunakan pendekatan Tradisional
sebagai alat manajemen keuangan diperoleh hasil bahwa nilai perusahaan akan
meningkat dengan rata-rata biaya modal perusahaan melalui cara perusahaan
modal pinjamannya. Dan struktur modal diterapkan harus mempunyai ratio hutang
maksimum sehingga mencapai struktur modal optimum.

3.1.2 Pendekatan dalam Teori Struktur Modal

1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI Approach)


Dikemukakan oleh David Durand (1952). Pendekatan ini menggunakan asumsi
bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang
perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat
konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan perusahaan.

2. Pendekatan Traditional (Traditional Approach)


Diasumsikan terjadi perubahan struktur modal dan peningkatan nilai total
perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri).

3. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach)


MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah
walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan
pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri
selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total
perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak
berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi yang digunakan adalah,
pasar modal sempurna, nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua
investor sama, perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang sama dan
tidak ada pajak.

• Strategi efisiensi biaya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan


dan efektifitas kerja sumber daya perusahaan yang ada. Untuk mengatasi
keterbatasan modal kerja dan biaya operasional perusahaan perlu mengadakan
perencanaan penghematan diberbagai bidang. Implikasi strategi efisiensi biaya
adalah:
1. Meminimalkan Kenaikan Biaya Tetap dengan cara pertumbhan pegawai
negatif dan rasionalisasi pegawai.
2. Mengurangi Biaya Tetap tunai dengan cara pengaturan struktur modal melalui
penggunaan fasilitas kredit jangka panjang untuk memenuhi modal kerja dan
penggunaan fasilitas kredit lunak UKM sehingga beban bunga lebih rendah.
3. Efisiensi biaya variabel dilakukan ditingkat proses produksi dengan cara
pengaturan penggunaan lini mesin pemotongan sesuai jumlah sapi . Biaya variabel
juga dapat dihemat dengan strategi kemitraan usaha baik ditingkat on farm
(penyediaan bahan baku), maupun pemasaran produk sehingga biaya operasional
ditanggung barsama.
• Untuk menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep cost of
capital. Dengan perhitungan cost of capital hutang obligasi, cost of capital emisi
saham baru, cost of capital saham biasa, cost of capital laba ditahan, dan weighted
average cost of capital. Dan struktur modal yang optimum tercapai apabila biaya
modal rata-rata tertimbang adalah rendah. Karena biaya modal ini berhubungan
dengan profitabilitas, maka pada saat struktur modal optimum diperhitungkan pula
tingkat profitabilitas dengan cara ROA dan ROE.
3.1.3 Studi kasus dalam Struktur Modal

Contoh : I

1. PT”ABC” semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5% dan laba


operasi bersih Rp 10.000.000,- Misalkan tingkat kapitalisasi modal sendiri(tingkat
kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk modal sendiri sebesar
11%. Kalau kita hitung penilaian perusahaan sebagai berikut :

O Laba bersih operasi Rp 10.000.000


F Bunga 5% x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000(-)
E Laba tersedia untuk Rp 8.500.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,11 (:)
S Nilai pasar Saham Rp 77.727.700
B Nilai pasar obligasi Rp 30.000.000(+)
V Nilai keseluruhan Persh Rp107.277.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,32 %
V Rp 107.277.000
Bila perusahaan mempunyai 850 lb saham, maka harga per lb saham
= Rp 77.277.000 = Rp 90.910,-
850
2. Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan saham.Nilai obligasi
pd soal.1 Rp30.000.000, sedang harga saham Rp 90.910/lb, maka diperlukan maka
diperlukan Rp 30.000.000 : Rp 90.910 = 330 lb.

Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka


tingkat keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka
besarnya ko (tingkat kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut :
O Laba operasi Rp 10.000.000
F Bunga Rp 0 (-)
E Laba tersedia untuk Rp 10.000.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,10 (:)
S Nilai pasar saham Rp100.000.000
B Nilai pasar obligasi Rp 0 (+)
V Nilai keseluruhan persh Rp100.000.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp10.000.000 x 100% = 10%
V Rp100.000.000

Sehinga harga saham menjadi


= Rp 100.000.000 = Rp 84.750,-
(850 + 330)

Dengan demikian harga saham turun karna perubahan struktur modal.


3.Misalkan sekarang (dari contoh no.1) perusahaan menambah modal asingnya
dengan Rp 30.000.000 lagi, sehingga menjadi Rp 60.000.000,- dan saham akan
berkurang sebesar 330 lembar (Rp30.000.000 :
Rp 90.910), shg saham tinggal 520 lb (850lb – 330lb)
Dan tingkat kapitalisasi 14%, bunga obligasi yang harus dibayar meningkat 6%.
Sehingga besarnya ko(tingkat kapitalisi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut :
O Laba bersih operasi Rp 10.000.000
F Bunga 6% x Rp 60.000.000 Rp 3.600.000(-)
E Keuntungan untuk Rp 64.000.000
pemegang saham biasa
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,14 (:)
S Nilai pasar saham Rp 45.714.000(+)
V Nilai Keseluruhan Rp105.714.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,46%
V Rp 105.714.000
Harga per lb saham = Rp 45.714.000 =Rp 87.910,-
520
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal
yang optimal pada contoh no.1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan biaya modal
yang terendah 9,32% dan memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,-
dibandingkan soal no.1 dan no.3
BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian yang telah di tulis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.  Bahwa Struktur Aktiva (Tangibility),Growth Opportunity, Ukuran Perusahaan


(Firm Size), Profitabiltas dan Risiko Bisnis baik secara simultan maupun parsial
mempunyai pengaruh pada Keputusan Struktur Modal Suatu Perusahaan.

2. Dari faktor-faktort tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang lainnya.


Sehing dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun Managemen Perusahaan
hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas faktor-faktor
yang mempengaruhi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Weston, J Fred and Thomas E. Copeland, 1986, Manajemen Keuangan,


Terjemahan, Edisi kedelapan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta (terjemahan). Hlm.
68.
2. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Salemba Empat, Jakarta (terjemahan). Hlm.33
3. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, Op. Cit.,6-7.
4. George Foster, 1996, Financial Statemen Analysis, Prentice Hall
Internasional. Hlm. 65.

Anda mungkin juga menyukai