DISUSUN OLEH:
KELAS: A
UNILAKI
2020
Dihajar Corona, Saham Gudang Garam Ikut
Nyungsep
Saham GGRM sempat berada pada level terendah Rp 43.850/unit dan tertinggi
pada harga Rp 40.925/unit. Penurunan harga saham GGRM tersebut membuat
kinerja indeks sektor konsumer mengalami penurunan 5,76%.
PENDAHULUAN
Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Jien Hwie atau
Surya Wonowidjoyo. Sebelum mendirikan perusahaan ini, di saat berumur sekitar
dua puluh tahun, Tjoa Jien Hwie mendapat tawaran bekerja dari pamannya di
pabrik rokok NV Tjap 93 yang merupakan salah satu pabrik rokok terkenal di
Jawa Timur pada waktu itu.
1.3 Tujuan
1.4 manfaat
KAJIAN PUSTAKA
ANALISIS :
Dari studi kasus di atas, jika kita menggunakan analisis dari sudut pandang
teknikal suatu pergerakan harga saham di pengaruhi dari permintaan dan
penawaran, ketika permintaan (buy) atas saham tersebut meningkat maka harga
akan bergerakak naik. Dan berlaku sebaliknya, apabila banyak investor yang
memilih menjual saham (sell) maka yang terjadi adalah harga pergerakan saham
akan bergerak turun. maka garafik yang terjadi pada saham gudang garam
mengalami penurunan yang sangat segnifikan di akibatkan dari factor lingkungan
yaitu adanya wabah virus corona. Ini di pengaruhi dari kekawatiran investor akan
suatu resiko investasi. Sehingga investor banyak memilih untuk menjual
sahamnya, atau mengamankan dananya ke jenis instrument investasi yang lebih
minim resiko seperti deposhit atau reksadana pasar uang.
Jika kita melihat dari grafik pergerakan harga saham dari GGRM selama
periode 2020 ini benar benar sangat memprihatinkan di mana awal tahun yaitu
bulan januari grafik pergerakan harga saham berada di level Rp50.000 namun
harus mengalami penurunan trend yang sangat mendalam pada bulan maret,
tepatnya pada tanggal 19 maret yaitu berada di level Rp32.900 hal ini di
karenakan para investor memilih untuk menjual sahamnya, sehingga penawaran
menjadi lebih besar dari permintaan akan saham tersebut sehingga harga saham
menjadi turun. Pastinya ini di pengaruhi oleh wabah virus corona memberikan
dampak terhadap kegiatan investasi bagi beberapa perusahaan di Indonesia.
Berdasarkan studi kasus di atas analisis fundamental dapat kita ukur dari
banyak hal salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat profitabilitas suatu
emiten atau perusahaan. Analisis fundalmental menitik beratkan pada asumsi
bahwa apakah perusahaan berada pada undervalue atau berada dalam overvalue.
Pada saat perusahaan dianggap berada pada kondisi undervalue investor sebaiknya
membeli saham dari emiten dan menjual ketika perusahaan di anggap berada pada
overvalue. Karena dengan begitu investor bisa mendapatkan keuntungan. Untuk
lebih jelasnya saya akan melampirkan laporan keuangan GGRM selama periode
2018-2019.
= 27.716.516
50.930.758
=0,54 =54%
Artinya tingkat profitabilitas perusahaan berdasarkan hasil analisis di ketahui
sebesar 21% dan persentase DER sebesar 54%
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari studi kasus di atas dapat di simpulkan bahwa anjloknya harga saham
pada GGRM di sebabkan oleh factor lingkungan dimana ini dapat kita lihat dari
hasil analisis teknikal. Wabah corona membuat investor berfikir bahwa investasi
saham adalah investasi yang cukup beresiko dan benar benar terkena dampaknya
sedangkan hasil analisis fundamental membuktikan bahwa tidak terjadi masalah
dalam kondisi keuangan pada perusahaan tersebut, hal ini dapat kita liat dari
tingkar ROE yang berada di atas 20% dan DER yang berada pada persentase 54%
Saran:
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-debt-to-equity-ratio-der-dan-
rumus-der/
https://www.google.co.id/search?
safe=strict&hl=en&sxsrf=ALeKk025WNfDl4nFKD
https://www.gudanggaramtbk.com/media/uploads/files/GG_Annual_Report_2018
.pdf