Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, atau merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata
uang tersebut. Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat
berupa depresiasi dan apresiasi. Pada dasarnya terdapat lima jenis sistem kurs
utama yang berlaku yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate),
kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling
pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed
exchange rate).
Perlakuan akuntansi terhadap laba-rugi selisih kurs yang terjadi dari
transaksi mata uang asing ada tiga, yaitu: (1) diakui sebagai pendapatan
(biaya) pada periode tahun berjalan, (2) dikapitalisasi sebagian, dan (3)
dikapitalisasi penuh. Tiga metode pengakuan laba-rugi selisih kurs ini perlu
untuk dikaji secara mendalam karena masing-masing metode menimbulkan
persepsi yang berbeda-beda. Diantaranya, metode pertama dianggap tidak
menimbulkan konsekuensi ekonomik, sedangkan dua metode lainnya
dianggap sebaliknya. Perusahaan dapat menghindari keuntungan atau
kerugian dari perubahan nilai kurs dengan cara melunasi atau meminta
pelunasan langsung (transaksi tunai) atau dengan melakukan operasi hedging.
Perusahaan yang melakukan transaksi kas valuta asingnya relatif
besar, manajemen menyadari bahwa risiko transaksi tersebut relatif tinggi
terutama terhadap fluktuasi nilai tukar karena itu manajemen perusahaan
harus mengendalikan transaction exposure dengan melakukan hedging
(memberikan nilai lindung terhadap valuta). (Wiene, 2011:72) Industri rokok
merupakan salah satu industri yang sangat dapat menunjang pembangunan
dan perkembangan ekonomi khususnya di Indonesia, baik dalam skala kecil,
menengah, maupun besar.
Walaupun industri rokok adalah industri yang kontroversial karena
terbukti bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan bahkan keselamatan
jiwa, namun dalam kenyataannya industri rokok dan mata rantai distribusinya
adalah penyerap tenaga kerja yang cukup besar dan menjadi tumpuan
ekonomi bagi masyarakat dan juga nilai cukai rook yang tinggi menyebabkan
tingginya pendapatan pajak yang diterima dari insdustri rokok, hal itu
menjadi landasan sebagai pergerakan pertumbuhan ekonomi karena
pendapatan negara yang meningkat.
Di dalam kondisi yang penuh persaingan ini, setiap perusahaan pasti
selalu ingin mengetahui dan memperbaiki kinerja perusahaan sesuai dengan
visi dan misi yang dimiliki. Industri pengolahan tembakau mampu dalam
menggerakkan ekonomi di Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau
mempunyai multiplier effect yang sangat luas, seperti menumbuhkan industri
jasa terkait, penyediaan lapangan usaha, dan penyerapan tenaga kerja.
Koordinator Koalisi Nasional Masyarakat Sipil untuk Pengendalian
Tembakau Ifdhal Kasim mengatakan bahwa penerimaan cukai dari rokok dari
tahun ke tahun memang selalu meningkat, bahkan melebihi target. Hal ini
dikarenakan perusahaan rokok harus berjuang keras untuk dapat memenuhi
tarif cukai tersebut.
Tabel 1.1
Return saham yang diperoleh perusahaan rokok yang listing di Bursa
Efek Indonesia periode 2011-2014

Perusahaan 2011 2012 2013 2014

PT. Gudang Garam


69,27% -7,97% -23,98% 46,43%
Tbk
PT. Handjaya
Mandala Sampoerna 59,80% 56,92% 9,85% 13,23%
Tbk
PT. Bentoel
Internasional 16,57% -23,29% 2,76% -4,21%
Investama Tbk

Selain pendapatan cukai yang memberatkan bagi perusahaan rokok


tiap tahunnya, tarif cukai juga membuat PT Gudang Garam juga mengalami
tekanan yang cukup kuat pada 2013. Pada tabel di atas jika dilihat dari
permasalahan perusahaan, penurunan return saham pada tahun 2012 hingga
2013 PT. Gudang Garam disebabkan karena penurunan laba, laba yang dapat
di atribusikan PT. Gudang Garam Tbk hanya sebesar 20,84%, dimana
berdasarkan laporan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek
Indonesia (BEI) disebutkan, turunnya laba tersebut karena naiknya beban
pokok penjualan PT. Gudang Garam Tbk, kenaikan beban pokok penjualan
juga disebabkan karena tarif cukai yang dibebankan perusahaan rokok.
Sedangkan peningkatan return saham PT. Gudang Garam Tbk tahun
2014 disebabkan oleh laba bersih PT. Gudang Garam Tbk Rp 5,36 triliun
tumbuh 24% dibandingkan laba tahun sebelumnya Rp 4,32 triliun, harga
saham PT. Gudang Garam pun naik 825 poin (1,67%) ke level Rp 50.325 per
lembar, dimana sahamnya sudah diperdagangkan 1.697 kali dengan volume
6.762 lot senilai Rp 34 miliar.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return dari suatu
investasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari suatu perusahaan.
Faktor internal merupakan kualitas manajemen, struktur modal, dan struktur
hutang yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar yang tidak mampu dikendalikan oleh
perusahaan, seperti inflasi dan naiknya kurs mata uang asing. Pada makalah
ini kami akan membahas mengenai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap PT Gudang Garam Tbk, untuk mengetahui langkah apa yang
seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi pelemahan nilai tukar
rupiah pada tahun 2013 sehingga return saham dan juga laba perusahaan
dapat meningkat dan tidak mengalami penurunan kembali di tahun
berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi kasus pelemahan nilai tukar rupiah terhadap PT
Gudang Garam Tbk?
2. Bagaimana analisis risiko dari kasus pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap PT Gudang Garam Tbk?
3. Bagaimana cara PT Gudang Garam Tbk mengendalikan atau memitigasi
dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah?
4. Bagaimana solusi dari kasus pelemahan nilai tukar rupiah terhadap PT
Gudang Garam Tbk?

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami kronologi kasus pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap PT Gudang Garam Tbk.
2. Mampu menganalisis risiko dari kasus pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap PT Gudang Garam Tbk.
3. Mampu mengendalikan atau memitigasi dampak dari pelemahan nilai
tukar rupiah PT Gudang Garam Tbk.
4. Mampu memberikan rekomendasi serta solusi dari kasus pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap PT Gudang Garam Tbk.
PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan
PT Gudang Garam, Tbk. (IDX: GGRM) merupakan produsen rokok
kretek terkemuka di Indonesia dan dikenal sebagai produsen rokok kretek
bermutu tinggi. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo (Tjoa
Ing Hwie) dan perusahaan ini merupakan perusahaan tertua dan terbesar di
Indonesia dalam produksi rokok kretek. Perusahaan Gudang Garam, Tbk.
berletak di Kediri Jawa Timur. Dilihat dari asset yang dimiliki, nilai
penjualan, pembayaran pita cukai dan pajak kepadaPemerintah Indonesia
serta jumlah karyawan, PT Gudang Garam Tbk merupakan perusahaan
terbesar dalam industri rokok kretek di Indonesia. PT Gudang Garam Tbk
telah mencatatkan sebagian saham-sahamnya di lantai bursa. PT Gudang
Garam, Tbk. memiliki fasilitas percetakan kemasan rokok, dan di samping itu
juga memiliki dua anak perusahaan utama yaitu PT Surya Pemenang, yang
memproduksi kertas karton untuk kemasan, dan PT Surya Madistrido,
sebagai distributor tunggal produk PT Gudang Garam, Tbk. Dua anak
perusahaan lainnya yang belum secara komersial beroperasi adalah PT Graha
Surya Media, yang bergerak dalam bidang jasa hiburan, dan PT Surya Air,
yang akan menjadi penyedia jasa pengangkutan udara niaga tidak berjadwal.
Dan pada 21 September 2012 mendirikan anak perusahaan baru bernama
Surya Inti Tembakau yang berfokus pada bidang pengolahan tembakau.
PT. Gudang Garam, Tbk. memiliki visi yaitu menjadi perusahaan
terkemuka kebanggaan nasional yang bertanggung jawab dan memberikan
nilai tambah bagi para pemegang saham, serta manfaat bagi segenap
pemangku kepentingan secara berkesinambungan. Sedangkan pada misinya
tertuang dalam Catur Dharma yang menjadi filosofi tata kelola perusahaan
(Good Corporate Governance) yang menjadi nilai panduan bagi setiap
karyawan, masyarakat, dan pemegang saham. Catur Dharma tersebut yaitu:
1. Kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas
merupakan suatu kebahagiaan.
2. Kerja keras, ulet, jujur, sehat dan beriman adalah prasyarat kesuksesan.
3. Kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerjasama dengan orang
lain.
4. Karyawan adalah mitra usaha yang utama.

Perjuangan PT Gudang Garam Tbk hingga mencapai sukses seperti


sekarang ini dimulai sejak tahun 1958. Pada tanggal 26 Juni 1958, Bapak
Surya Wonowidjojo memulai usaha membuat rokok kretek dengan merek
dagang "Gudang Garam" dengan bercirikan industri rumah tangga yang
hanya menggunakan alat tradisional sederhana. Pada saat itu jumlah tenaga
kerjanya hanya sekitar 50 orang dan menempati lahan sewaan seluas 1000 m2
yang berlokasi di jalan Semampir II/1 Kediri. Gudang Garam memulai
produksi perdananya, berupa Sigaret kretek Klobot (SKL) dan Sigaret Kretek
Tangan (SKT), dengan hasil produksi hanya sekitar 50 juta batang pada tahun
1958. Pada mulanya pemasaran hasil produksi hanya meliputi sekitar daerah
Kediri (Karesidenan Kediri). Setelah menjalankan usaha selama 10 tahun
Gudang Garam menjadi semakin terkenal sehingga pendirinya
mempertimbangkan untuk memperluas usaha.
Pada tahun 1969, perusahaan beralih status menjadi sebuah Firma
guna mengikuti perkembangan dunia usaha. Gudang Garam juga mendapat
dukungan dari BNI 1946 untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang
berawal dari hanya jumlah jutaan rupiah hingga menjadi milyaran rupiah.
Kemudian pada tahun 1971, status perusahaan berubah menjadi Perseroan
Terbatas (PT) dan mendapatkan fasilitas PMDN. Dengan status Perseroan
Terbatas, PT. Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam semakin berkembang,
baik dari segi kualitas produksi, menejemen maupun teknologi, sehingga pada
tahun 1979 mulai memproduksi Sigaret Kretek Mesin (SKM). Produksi
sigaret kretek mesin ini tidak merubah sifat PT. Gudang Garam sebagai
perusahaan yang menganut sistem padat karya, bahkan semakin memperluas
kesempatan kerja.
Pada tahun 1985, Bapak Surya Wonowidjojo wafat dengan
meninggalkan kenangan indah kepada seluruh karyawan. Saat itu justru
persaingan di industri rokok semakin ketat, dengan kondisi demikian
perusahaan harus berjuang demi kelestarian perusahaan dan kesejahteraan
karyawan yang merupakan cita-cita beliau. Untuk memperkuat struktur
permodalan dan posisi keuangan perusahaan, maka pada tahun 1990 PT.
Gudang Garam melakukan penawaran umum untuk menjual sebagian saham
perusahaan kepada masyarakat melalui bursa effek. Pada tahun 1991,
perusahaan mengembangkan usaha di bidang kertas industri melalui PT Surya
Pamenang, berkedudukan di Kediri. Prosentase pemilikan saham PT Gudang
Garam Tbk. pada PT Surya Pamenang saat ini adalah 100% kurang 1 (satu)
saham.
Salah satu tujuan pengembangan bidang usaha ini adalah untuk
menjamin kesinambungan akan pasok bahan pengepakan bermutu tinggi,
yang sebelumnya kebutuhan bahan pengepakan berkualitas tertentu masih
harus diimpor. PT Surya Pamenang akan ikut serta memenuhi kebutuhan
pasar di Indonesia dan di luar negeri di samping juga untuk memenuhi
kebutuhan kertas kemasan PT Gudang Garam Tbk. sendiri.
Produksi PT Surya Pamenang saat ini diantaranya adalah coated
folding boxboard, coated solid bleached board, dan coated duplex board.
Sedangkan produk PT Gudang Garam, Tbk. diantaranya jenis sigaret kretek
tangan dengan produk nusa, gudang garam merah, gudang garam djaja,
sriwedari lurik, dan sriwedari biru lurik; selain itu jenis sigaret kretek linting
dengan produk klobot manis; jenis full flavored dengan produk gudang garam
internasional, surya 16, surya 12, surya 12 premium, dan surya professional;
dan jenis light & mild dengan produk surya professional mild, surya slims,
surya slims menthol, surya slim premium.

B. Kronologi Kasus
Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir
mempengaruhi laba-laba perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari
ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level Rp 10.963 per dolar
Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari ini
sangat mempengaruhi emitenemiten yang sudah melantai di bursa. Kepala
Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas Harry Su mengatakan, akibat
dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten yang terkena dampak
dari pelemahan rupiah tersebut. "Jelaslah, pelemahan rupiah itu sangat jelek
untuk pasar. Tapi emiten yang mempunyai utang berdasarkan mata uang
dolar AS," ujar Harry ketika ditemui dalam acara Halal bi Halal Bahana
Group dan Market Update di Graha Cimb Niaga, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi laba
bersih di setiap emiten, dan juga kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia
(BI Rate). Adapun saham yang sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai
tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk (ISAT).
Saham telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba
bersih, sedangkan pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari raihan laba
bersih. Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
juga megalami penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie Telekomunikasi Tbk
(BTEL) juga mengalami penurunan hingga 5,9% dan laba bersih PT Gajah
Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan 5,9%. Lanjut Harry, pelemahan
rupiah juga menurunkan laba bersih emiten, tapi juga memberikan dampak
pada keuntungan emiten. PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan
keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT Astra Agro 9 Lestari Tbk (AALI)
mengalami penurunan laba bersih hingga 3,4%. "Pelemahan mata uang
rupiah juga berdampak pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
mengalami penurunan laba bersih hingga sebesar 3,9%," tegasnya.
Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang semakin tajam, memang
mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang berpendapatan mata uang
dolar AS. Berdasarkan berita diatas PT Gudang Garam menjadi salah satu
perusahaan yang mengalami penurunan laba bersihnya yaitu sebesar 0,9%
akibat melemahnya nilai rupiah, dampak pelemahan rupiah terhadap PT
Gudang Garam lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan yang
lainnya. Hal ini dialami oleh PT Gudang Garam karena perusahaan
membutuhkan bahan baku utama berupa tembakau dan cengkeh yang
berkualitas untuk produk mereka, sementara kualitas panen tembakau dan
cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut sangatlah bergantung
pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak menentu mengakibatkan
penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut. Sehingga perusahaan
terpaksa harus mengimpor persediaan bahan baku mereka dari luar negeri
agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Inilah yang
menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih perusahaan. Selain itu
penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam dapat disebabkkan
juga oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya industri rokok diberatkan
dengan aturan pemerintah yaitu regulasi mengenai rokok, PP Nomor 109
tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk
Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah tahun 2012
kemarin yang mengacu pada Framework Convention on Tobacco Control
(FCTC) yang dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003, salah satu aturannya
yang berupa kenaikan bea pita cukai yang secara terus menerus dan juga
kewajiban menampilkan gambar-gambar seram dari bahayanya rokok pada
kemasan dan iklan rokok. Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada
tahun 2013 mencapai 29 triliun, atau setara 67% dari total beban biaya pokok
penjualan Gudang Garam. 10 Dan jika dibandingkan dengan pendapatan
penjualan, biaya pita cukai Gudang Garam tahun 2013 setara dengan 54%
hasil pendapatan penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan
penjualan Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita
cukai dan PPN. Dan jika dilihat dalam beberapa tahun belakang, kontribusi
biaya pita cukai dan PPN tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total
pendapatan penjualan Gudang Garam.
Bagaimana pun itu perusahaan harus tetap mengeluarkan dana untuk
membayar besarnya biaya pita cukai sesuai aturan. Serta kewajiban
perusahaan menampilkan gambar-gambar dari bahaya dan dampak negatif
rokok pada kemasan serta iklan produk secara tidak langsung akan
mengurangi minat para konsumen untuk merokok, hal ini tentu saja akan
menurunkan penjualan rokok, termasuk rokok Gudang Garam itu sendiri, dan
dampak lainnya dari ketatnya aturan pemerintah dalam industri rokok adalah
Gudang Garam harus mengurangi dan menghemat biaya perusahaan yang
lainnya. Banyak dampak yang dirasakan perusahaan akibat dari penurunan
nilai tukar rupiah salah satunya adalah menurunnya laba bersih perusahaan
yang akan berdampak pada pembagian dividen kepada para pemegang saham,
serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk rokok
serta pendapatan perusahaan. Salah satu cara untuk menaggulangi risiko dari
pelemahan nilai tukar rupiah adalah dengan melakukan kebijakan penawaran
pensiun dini kepada para karyawannya terutama karyawan borongan sigaret
kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk mengantisipasi
dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat
bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

C. Analisis Resiko
1. Sumber Penyebab Resiko
 Politik
Lingkungan politik sangat berpengaruh dalam setiap perusahaan global.
Baik yang dipengaruhi oleh lingkungan politik negara asal atau negara
tujuan pemasarannya. Lingkungan politik yang ideal bagi perusahaan
adalah pemerintah yang stabil dan barsahabat. Sebelumnya industri
rokok diberatkan dengan kebijakan pemerintah yaitu regulasi mengenai
rokok, PP Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan
pemerintah tahun 2012 kemarin yang mengacu pada Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHO
pada tahun 2003, salah satu aturannya yang berupa kenaikan bea cukai
yang secara terus menerus dan juga kewajiban menampilkan gambar-
gambar seram dari bahaya merokok pada kemasan dan iklan rokok.

 Ekonomi
Kondisi ekonomi di negara tempat organisasi beroperasi memiliki
dampak yang kuat terhadap kinerja dari setiap bisnis karena dapat
mempengaruhi pendapatan atau beban dari bisnis tersebut.
Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty) yaitu kejadian-kejadian
yang timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari pelaku ekonomi,
misalnya: perubahan sikap konsumen, perubahan selera konsumen,
perubahan harga, perubahan teknologi, penemuan baru dan sebagainya.
Pelemahan mata uang rupiah yang terjadi, peristiwa tersebut
mempengaruhi laba bersih emiten termasuk PT Gudang Garam Tbk dan
juga kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate.

 Lingkungan
Lingkungan bisnis merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi
aktivitas bisnis dalam suatu lembaga organisasi atau perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut berada diluar jangkauan
perusahaan yang dapat menimbulkan suatu peluang atau ancaman.
Perusahaan membutuhkan bahan baku yang berkualitas untuk
memproduksi produknya namun banyak kendala yang harus dihadapi
karena kualitas panen bahan baku yang sering berubah yang tentu saja
akan mengganggu proses produksi. Akibat dari kurangnya bahan baku
yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya permintaan perusahaan
kepada supplier, mengharuskan perusahaan untuk melakukan impor
bahan baku dari luar negeri.

2. Jenis-Jenis Resiko Dalam Kasus


 Risiko Bisnis dan Risiko Pasar
Risiko bisnis merupakan ketidakpastian arus pendapatan yang muncul
karena kondisi bisnis perusahaan. Semakin fluktuatif pendapatan yang
masuk ke perusahaan berarti semakin fluktuatif pula arus pendapatan
yang diterima investor. Sedangkan risiko pasar berupa fluktuasi pasar
secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
Sesuai dengan pembahasan studi kasus, perusahaan ini yaitu PT
Gudang Garam merasakan dampak dari penurunan nilai tukar rupiah
yang berakibat menurunnya laba bersih perusahaan yang akan
berdampak pada membagian deviden kepada para pemegang saham,
serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk
serta pendapatan perusahaan.
 Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas merupakan ketidakpastian yang muncul saat investor
merubah sekuritasnya menjadi kas, yang akan digunakan untuk
konsumsi saat ini atau investasi lainnya. Semakin cepat dan mudah
suatu asset 13 diubah menjadi kas, berarti asset itu semakin likuid.
Penilaian likuiditas tersebut terdiri atas berapa lama waktu yang
diperkenalkan untuk merubah asset menjadi kas serta seberapa besar
kepastian akan harga yang diperoleh. Karena perusahaan berhutang
maka perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang
dan kewajibannya kepada sejumlah bank dan para investornnya.

 Risiko Operasional
Risiko operational merupakan risiko yang umumnya bersumber dari
masalah internal perusahaan, dimana risiko tersebut terjadi disebabkan
oleh lamanya sistem kontrol manajemen (management control system)
yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Risiko operasional
dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak
langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan
memperoleh keuntungan. Perusahaan membutuhkan bahan baku yang
berkualitas untuk memproduksi produknya namun banyak kendala yang
harus dihadapi karena kualitas panen bahan baku yang sering berubah
yang tentu saja akan mengganggu proses produksi.

 Risiko Peraturan
Pemerintah (Legal) Sebagai perusahaan yang memproduksi rokok yang
mempunyai dampak negatif pada kesehatan, tentu saja akan ada
peraturan khusus dari pemerintah untuk mengawasi penjualan produk
rokok tersebut, peraturan yang berupa pengetatan dalam iklan yang
tentu akan mempengaruhi penjualan produk mau tidak mau harus
dihadapi oleh perusahaan.
 Risiko Karyawan
Resiko sumberdaya manusia adalah masalah yang ditimbulkan oleh
tenaga kerja sehingga berdampak negatif terhadap perusahaan. Resiko
ketenaga kerjaan berupa resiko kehilangan pekerjaan, kehilangan
kompensasi atau hilangnya reputasi manajerial. PT Gudang Garam Tbk
melakukan rekomendasi pensiun dini kepada karyawannya. Apabila hal
tersebut tidak efektif dalam penanganannya maka perusahaan perlu
melakukan pengurangan karyawan yang lebih banyak.

3. Pengendalian atau Mitigasi Resiko


 Risiko Bisnis dan Risiko Pasar
PT Gudang Garam sebaiknya membuat atau memperbesar kebun
tembakau atau cengkeh dan secara teratur tetap memperhatikan serta
memelihara perkebunan tersebut walaupun terkendala dengan keadaan
cuaca yang tidak menentu. Sehingga apabila PT Gudang Garam
mempunyai perkebunan tembakau dan cengkeh yang lebih luas lagi,
maka dapat menurunkan komoditi impor cengkeh dan tembakau dari
luar negeri hal ini berdampak pada biaya produksi yang dikeluarkan
semakin kecil dari sebelumnya dan juga berdampak pada meningkatnya
laba perusahaan karena biaya produksi yang terpengaruh oleh
pelemahan nilai tukar hanya sedikit. Pembagian dividen akan tetap
berjalan lancar apabila laba yang diterima oleh perusahaan tetap atau
mengalami peningkatan, tetapi sebaiknya perusahaan tidak
membagikan dividen apabila perusahaan mengalami kerugian, dan juga
perusahaan sebaiknya menyisihkan laba sebagai laba ditahan agar
perusahaan tetap dapat mempertahankan perumbuhan perusahaan untuk
ekspansi.

 Risiko Likuiditas
Perusahaan menahan laba yang didapat untuk membayar hutang lebih
dahulu daripada membagikan dividen kepada investor. Perusahaan
mengurangi kegiatan-kegiatan yang mengeluarkan banyak biaya untuk
pelaksanaannya contohnya adalah CSR atau sponsor terhadap event-
event yang ada, agar tidakterlalu banyak biaya yang dikeluarkan yang
tidak berpengaruh terhadap kenaikan laba atau pendapatan perusahaan.
Untuk pembayaran kredit pinjaman jangka pendek kepada sejumlah
bank perusahaan berusaha untuk melunasinya sebelum jatuh tempo,
sementara kepada investor pelunasannya dilakukan pembagian deviden
kepada pemegang saham ketika perusahaan mendapatkan laba.

 Risiko Operasional
Memperbesar dan memperluas perkebunan tembakau dan cengkeh
merawat dan menjaga kesuburan tembakau dan cengkeh agar
kualitasnya tetap terjaga sehingga tidak perlu mengimpor tembakau dan
cengkeh dari luar negeri, seperti yang kita ketahui bahwa indonesia
kaya akan rempahrempah yang dimiliki, seharusnya kitalah yang
mengekspor tumbuhan tersebut bukan mengimpor dari luar.

 Risiko Peraturan
Pemerintah (Legal) Peraturan Pemerintah tidak dapat diganggu gugat
karena sudah ditetapkan lewat UU, maka dari itu perusahaan hanya
dapat menerima dan mejalankan peraturan yang telah dibuat oleh
pemerintah agar tetap bisa bertahan di industry perdagangan dan tetap
terlihat baik dimata masyarakat dengan cara mematuhi peraturan
pemerintah.

 Risiko Karyawan
Perusahaan mengurangi jumlah pekerja untuk efisiensi akibat
terkendala regulasi konsumsi rokok. Menurut manajemen perusahaan,
langkah itu dilakukan dengan menawarkan program pensiun dini
kepada karyawan dengan alasan situasi yang dihadapi perusahaan, salah
satunya semakin ketatnya aturan tentang industri rokok. Menurut dia,
perusahaan telah menyosialisasikan program pensiun dini sejak awal
Oktober dan sudah ada 2.088 karyawan yang mengikuti program
tersebut. Kebijakan ini diambil mengantisipasi situasi yang lebih buruk
terjadi.
4. Rekomendasi dan Solusi
Perusahaan dapat mengefisienkan pengeluaran dan memaksimalkan
kinerja operasional serta penggunaan asset perusahaan yang ada agar dapat
menyisihkan dana untuk melakukan promosi produk seperti menjadi
sponsorship untuk acaraacara besar misalnya pertandingan olahraga
bertaraf internasional, selain demi penaikan penjualan produk cara ini
dilakukan agar tetap bisa berpromosi ditengah ketatnya peraturan iklan dan
penjualan rokok oleh pemerintah.
Perusahaan juga dapat melakukan investasi dengan menanamkan
modal dan membeli saham perusahaan lain agar mendapatkan sebagian
deviden dari perusahaan tersebut untuk tambahan modal kerja. Selain itu
PT Gudang Garam dapat melakukan kebijakan penawaran pensiun dini
kepada para karyawannya terutama karyawan borongan sigaret kretek
tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk mengantisipasi dampak
buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat
bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Dari peristiwa diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing sangat berpengaruh terhadap return saham PT
Gudang Garam, tentunya apabila return sahamnya mengalami penurunan
maka laba yang diterima oleh perusahaan akan ikut mengalami penurunan
pula. Cara yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
melakukan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri agar dapat
menekan biaya produksi. Hal yang sulit diantisipasi oleh perusahaan
adalah kebijakan pemerintah dimana pemerintah mencanangkan UU
periklanan yang ketat untuk industri rokok, dan mau tidak mau perusahaan
harus taat akan peraturan yang telah ditetapkan tersebut, hal ini membuat
PT Gudang Garam tidak dapat memaksimalkan pemasarannya melalui
iklan. Pemerintah juga menetapkan pajak cukai yang tinggi untuk industri
rokok dimana cukai rokok pada tahun 2013 mencapai 8,5%, hal ini juga
menjadi salah satu penyebab utama menurunnya laba perusahaan. Pada
kenyataannya meskipun industri rokok sangat kontroversi dikalangan
masyarakat pemerintah tidak menutup dan memberhentikan perdagangan
dari industri ini disebabkan oleh industri rokok merupakan penyumbang
dana pajak terbesar di Indonesia. Meskipun pelemahan rupiah menurunkan
laba perusahaan tetapi perusahaan masih tetap bisa menanggulangi hal ini
karena pada tahun 2014 return saham PT Gudang Garam sudah mengalami
kenaikan kembali dan tetap bisa bertahan sampai dengan saat ini.
 Sumber Penyebab Resiko dari kasus Gudang Garam diantaranya adalah,
politik yaitu kebijakan pemerintah mengenai rokok yang berupa kenaikan
bea cukai dan kewajiban menampilkan bahaya merokok pada kemasan dan
iklan rokok, selain itu kondisi ekonomi berupa pelemahan mata uang
rupiah yang terjadi dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau
BI Rate 18 yang dapat mempengaruhi laba bersih bisnis tersebut, serta
lingkungan bisnis yaitu kendala kurangnya bahan baku dari supplier.
 Jenis-jenis resiko dalam kasus tersebut diantaranya risiko bisnis dan risiko
pasar yang berakibat pada menurunnya laba bersih perusahaan sehingga
berdampak pada membagian deviden kepada para pemegang saham, risiko
likuiditas yaitu perusahaan tidak dapat melunasi seluruh utang dan
kewajibannya kepada bank dan para investornnya, risiko operasional
dengan kendala kualitas panen bahan baku yang sering berubah akan
mengganggu proses produksi, risiko legal berupa pengawasan produk
rokok yang akan mempengaruhi penjualan, dan risiko sumberdaya
manusia dengan melakukan pensiun dini maupun pengurangan karyawan.
 Pengendalian atau mitigasi resiko yang dilakukan terhadap risiko bisnis
dan risiko pasar yaitu dengan memperluas perkebunan tembakau dan
cengkeh, sedangkan risiko likuiditas dengan cara menahan laba yang
didapat untuk membayar hutang lebih dahulu daripada membagikan
dividen kepada investor, risiko operasional yaitu dengan memperluas
perkebunan tembakau dan cengkeh serta mengurangi impor, risiko
karyawan berupa mengurangi jumlah pekerja dengan menawarkan
program pensiun dini.

Anda mungkin juga menyukai