Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT. GUDANG GARAM Tbk.

OLEH :

SUNDARI SILABAN 188330017

TIKA MANIHURUK 188330228

IDAMAN HAREFA 188330246

MARITO SIMANJUNTAK 188330243

ELFIRANDA SARI 188330238

DIDI IRFANDA 188330223

HABIB FAHMI 188330257

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MEDAN AREA

SEMESTER GANJIL 2019


KATA PENGANTAR

Pertama, kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
masih dengan rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktunya.
Makalah ini disusun untuk salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen
Keuangan.

Adapun pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas makalah MSDM dengan
tujuan pembelajaran untuk mengetahui tentang rekrutmen dan seleksi yang diterapkan
pada suatu perusahaan. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama kepada dosen kami Ibu Dian
Faqih surmali , SE,Msc.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi peningkatan karya ini. Terimasih
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam mengamati perkembangaan ekonomi dunia dapat di lihat bahwa kesan era
globalisasi saat ini telah berhasil menggerakan proses ekonomi dunia, yang menjangkau
berbagai bidang ekonomi. Di tandai nya dengan era globalisasi ekonomi ini merupakan suatu
proses kegiatan ekonomi dan perdangaan dimana Negara-negara di seluruh dunia menjadi
kekuatan pasar yang semakin terintergrasi, dengan tanpa rintanggan batas teritorial
Negara.globalisasi menuntut adanya daya saing dalam dunia usaha, dalam globalisasi yang
menyangkut dalam hubungan nasional dan internasional akan terjadinya pesaingan antar
Negara. Saat ini perkembangan dunia usaha semakin maju, yang menimbulkan persaingan
antara perusahaan pun semakin ketat, sehingga perusahaan pun dituntut untuk dapat
mengembangkan inovasi, meningkatkan kinerja serta melakukan perluasan bisnis sehingga
dapat meningkatkan kemampuan bersaing demi kelangsungan hidup perusahaan.
Kemampuan perusahaan untuk bersaing dalam dunia bisnis dapat dinilai dari kinerja
perusahaan itu sendiri. Perusahaan dengan kinerja yang baik dan terus menerus meningkat
tentunya dapat terus bertahan dalam lingkungan industrinya, oleh karena itu perusahaan perlu
untuk menganalisis kinerja perusahaan, baik secara keuangan maupun non-keuangan.
Sumberdaya manusia (SDM) juga merupakan salah satu faktor kunci dalam kemajuan
perusahaan , yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki
keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Keberhasilan perusahaan
akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia. Selain tenaga kerja keberhasilan
perusahaan pun akan mampu memanfaat kan informasi atau telekomunikasi yang saat ini di
gunakan untuk memperudah proses produksi yang akan d hasilkan oleh perusahaan.
Perkembangan telekomunikasi akan dengan cepat memberikan informasi pasar kepada
masyarakat seluruh dunia melalui media masa, media cetak dan lain-lain.
Menyikapi persaingan era globalisasi perusahaan harus memproduksi produk yang dapat
di unggulkan oleh Negara lain,perwujudan nyata dari globalisasi yang akan di hadapi salah
satunya dalam bentuk produksi, dimana perusahaan memproduksi untuk di kenal kan di
berbagai Negara. Untuk mengembangkan produksi yang akan di jalan kan perusahaan harus
mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau investasi di Negara.
Krisis ekonomi global yang terjadi juga mempengaruhi perekonomian domestik. Tetapi
beberapa industri dapat terus bertahan dan bahkan mengalami peningkatan satu diantaranya
adalah industri rokok, selama beberapa tahun terakhir produksi rokok terus mengalami
kenaikan bila dibandingkan dengan industri lainnya. Industri rokok memiliki nilai penting
dalam perekonomian Indonesia yang merupakan sumber penerimaan pemerintah untuk
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang berasal dari penerimaan cukai, penerimaan
cukai tembakau mencapai 65 Triliun rupiah yang merupakan pendapatan utama bagi para
petani tembakau dan sumber lapangan kerja yang cukup besar.
Industri rokok tidak jauh berbeda dengan jenis industri lainnya, yang juga tidak lepas dari
faktor-faktor yang menghambat perkembangan industri rokok. Faktor-faktor tersebut
misalnya saja berkurangnya dukungan pemerintah terhadap industri dan mulai meningkatnya
kesadaran akan pentingnya hidup sehat serta mulai munculnya penentangan yang berkaitan
dengan konsumsi rokok, diantaranya penentangan yang dilakukan oleh negara-negara maju
mengenai konsumsi rokok dengan mempertimbangkan efek buruk tembakau, konvensi
kerangka pengendalian tembakau (framework convention on tobacco control) yang
diresmikan pada tanggal 27 February 2005, Undang-Undang pengendalian tembakau Tahun
2007 yang mengatur tentang cukai rokok, peraturan pelabelan, serta peraturan iklan dan
promosi langsung secara langsung dan tidak langsung selain itu Pemda DKI juga
mengeluarkan Perda tahun 2006 mengenai larangan merokok di tempat umum dan bagi
pelanggarnya akan dikenakan sanksi hukum, bahkan beredarnya fatwa haram untuk rokok.
Meskipun hal ini tidak memberikan efek yang signifikan pada pertumbuhan produksi rokok
di indonesia, tetapi sedikit banyak hal ini berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Konsumsi rokok di Indonesia berkembang dengan baik, pertumbuhan penjualan rokok
ini dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang berkorelasi positif dengan konsumsi rokok.
Melihat besarnya tingkat konsumsi rokok di Indonesia oleh karena itu persaingan ketat
terjadi di industri rokok, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri rokok adalah
PT. Gudang Garam Tbk, yang selama bertahun-tahun merupakan perusahaan rokok dengan
pangsa pasar terbesar. Tetapi lambat laun PT.Gudang Garam mulai mendapatkan tekanan
dari pesaingnya terutama PT. HM Sampoerna Tbk yang diakuisi oleh Philip Moris Indonesia
anak perusahaan dari PT. Philip Moris International, yang membuat perkembangan
perusahaan ini semakin besar PT. Gudang Garam dilampaui oleh PT. HM Sampoerna baik
dari sisi penjualan maupun laba bersih. Untuk menyikapi hal ini PT. Gudang Garam pun
melakukan perbaikan baik pada strategi perusahaan maupun pada kinerja dari perusahaan.

1.2 RUMUSAN MALASAH


1. Apa saja strategi marketing yang harus d jalankan PT.Gudang Garam Tbk ?
2. Bagaimana PT.Gudang Garam Tbk menjalankan Usahanya sebagai Perusahaan
Rokok yang besar?
3. Bagaimanakah proses pemasaran PT.Gudang Garam Tbk ?
4. Bagaimana cara menganalisis laporan keuangan PT. Gudang Garam Tbk ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Overview PT. Gudang Garam Tbk

PT. Gudang Garam Tbk merupakan produser rokok kretek terbesar di Indonesia yang
mempunyai pangan pasar paling besar.Gudang garam merupakan kisah sukses dari
perusahaan rokok. Sebagai produsen rokok kretek, Gudang garam telah berhasil
mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar pada industry rokok selama satu
decade terakhir. Perjuangan PT. Gudang Garam Tbk hingga mencapai sukses seperti
sekarang ini dimulai sejak tahun 1958. Pada tanggal 26 Juni 1958, Bapak Surya
Wonowidjojo memulai usaha membuat rokok kretek dengan meerek dagang “Gudang
Garam” dengan bercirikan industry rumah tangga yang hanya menggunakan alat
tradisional sederhana. Pada saat itu jumlah tenaga kerjanya hanya sekitar 50 orang dan
menempati lahan sewaan seluas 1000m2 yang berlokasi di jalan semampir JJ/1 Kediri.
Gudang Garam memulai produksi perdananya, berubah sigaret kretek klobot (SKL) dan
Sigaret Kretek Tangan (SKT), dengan hasil produksi hanya sekitar 50 juta batang pada
tahun 1958. Pada mulanya pemasaran hasil produksi hanya meliputi sekita daerah Kediri
(Karesidenan Kediri). Setelah menjalankan usaha selama 10 tahun. Gudang Garam
menjadi semakin tekenal sehingga pendirinya mempertimbangkan untuk memperluas
usaha. Pada tahun 1969, perusahaan beralih status menjadi sebuah Firma guna
mengikuti perkembangan dunia usaha. Gudang Garam juga mendapat dukungan dari BNI
1946 untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang berawal dari hanya jutaan rupiah
hingga menjadi milyaran rupiah. Kemudian pada tahun 1971, status perusahaan berubah
menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan mendapatkan fasilitas PMDN. Dengan status
Perseroan Terbatas (PT). PT ini semakin berkembang, baik dari segi kualitas produksi,
manajemen maupun teknologi, sehingga pada tahun 1979 mulai memproduksi Sigaret
Kretek Mesin (SKM). Produksi sigaret kretek mesin ini tidak merubah sifat PT.Gudang
Garam sebagai perusahaan yang menganut system padat karya, bahkan semakin
memerluas kesempatan kerja. Pada tahun 1985, Bapak Surya Wonowidjojo wafat dengan
meninggalkan kenangan indah kepada seluruh karyawan. Saat itu justru persaingan di
industry rokok semakin ketat, dengan kondisi demikian perusahaan harus berjuang demi
kelestarian perusahaan dan kesejahteraan karyawan yang merupakan cita-cita beliau.
Untuk memperkuat struktur permodal dan posisi keuangan perusahaan, maka pada
tahun 1990 PT. Gudang Garam melakukan penawaran umum untuk menjual sebagian
saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa efek. Pada tahun 1991, erusahaan
mengembangkan usaha dibidang kertas industry melalui PT. Surya Pamenang,
berkedudukan di Kediri. Presentase pemilikan saham PT. Gudang Garam Tbk pada PT.
Surya Pamenang saat ini adalah 100% kurang 1 (satu) saham. Salah satu tujuan
pengembangan bidang usaha ini adalah untuk menjamin kesinambungan akan pasok
bahan pengepakan bermutu tinggi, yang sebelumnya kebutuhan bahan pengepakan
berkualitas tertentu masih harus diimpor. PT Surya Pamenang akan ikut serta memnuhi
kebutuhan pasar di Indonesia dan di luar negeri di samping juga untuk memenuhi
kebutuhan kertas kemasan PT Gudang Garam Tbk sendiri.

PT Gudang Garam Tbk memiliki fasilitas produksi rokok kretek di dua lokasi. Pertama,
di Kediri yang merupakan pusat perdagangan regional sekligus lokasi kantor pusat
perseroan. Fasilitas produksi kedua berlokasi di Gempol, Jawa Timur. Dari kedua fasilitas
produksi ini perseroan mampu memenuhi permintaan produk rokok yang ada.
2.2 Laporan Laba Rugi per tahun 2016, 2017 & 2018

2.2.1 Laporan L/R 2016 & 2017


2.2.2 Laporan L/R 2017 & 2018
2.3 Laporan Posisi Keuangan per Tahun 2016 & 2017

2.3.1 Aset

a. Aset 2016 & 2017


b. Aset 2017 & 2018
2.3.2 Liabilitas & Ekuitas

a. Liabilitas & Ekuitas 2016 & 2017


b. Liabilitas & Ekuitas 2017 & 2018
2.4 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau hutang jangka


pendeknya.

1. Current Ratio

𝑨𝒔𝒆𝒕 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓 (𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔)


Current Ratio = 𝑲𝒂𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓 (𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚)

41,933,173
Current Ratio 2016 = 21,638,565 = 1.9378

43,764,490
Current Ratio 2017 = = 24,611,042 = 1.7782

45,284,719
Current Ratio 2018 = = 22,003,934 = 2.0580

2. Quick Ratio

𝑨𝒔𝒆𝒕 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓−𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏
Quick Ratio = 𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓

41,933,173 – 37,545,222
Quick Ratio 2016 = = 0.2027
21,638,565

43,764,490−37,920,289
QR 2017 = = 0.2374
24,611,042

45,284,719−38,560,045
QR 2018 = 22,003,934
= 0.3056

Rasio Likuiditas

2016 2017 2018


CR 1.9378 1.7782 2.0580
QR 1.9361 0.2374 0.3056

 Data ini menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam mampu meningkatkan pembayaran
utang jangka pendeknya tiap tahun pertahun 2016 hingga 2018.
 Quick Ratio perusahaan mengalami peningkatan dari tahun 2016 hingga ke 2018, hal
ini baik, karena perusahaan masih mengalami peningkatan tiap tahun dalam
membayar utangnya walaupun sudah dikurangi persediaan.
2.5 Ratio Manajemen Aset (Asset Management Ratio)
1. Ratio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔)
ITR= 𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏(𝒊𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒊𝒆𝒔)

76,247,174
ITR 2016 = 37,545,222 = 2.0315

83,305,955
ITR 2017 = 37,920,289 = 2.1968

95,707,663
ITR 2018 38,560,045 = 2.4820

Rasio Perputaran Aset


2016 2017 2018
ITR 2.0315 2.1968 2.4820

2. Day Sales Outstanding (DSO)


𝑷𝒊𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 (𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒔)
DSO = 𝑹𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒉𝒂𝒓𝒊 (𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑷𝒆𝒓 𝑫𝒂𝒚)

2,089,949
DSO 2016 = 76,247,174/366 = 10.03 ≈ 10 hari

2,229,097
DSO 2017 = 83,305,955/365 = 9,76 ≈ 10 hari

1,725,933
DSO 2018 = 95,707,663/365 = 6.58 ≈ 7 hari

Day Sales Outstanding


2016 2017 2018
DSO 10 hari 10 hari 7 hari
3. Ratio Perputaran Aset Tetap (Fix Assets Turnover Ratio)

𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔)
FATR = 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑(𝑵𝒆𝒕 𝑭𝒊𝒙𝒆𝒅 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔)

76,247,174
FATR 2016 = 20,498,950 = 3.7195

83,305,955
FATR 2017 = 21,408,575 = 3.8912

95,707,663
FATR 2018 = = 4.2053
22,758,558

4. Ratio Perputaran Aset (Total Assets Turnover Ratio)

𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔)
TATR =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔)

76,247,174
TATR 2016 = 62,951,634 = 1.2112

83,305,955
TATR 2017 = 66,759,930 = 1.2478

95,707,663
TATR 2018 = 69,097,219 = 1.3851

2016 2017 2018


FATR 3.7195 3.8912 4.2053
TATR 1.2112 1.2478 1.3851

2.6 Rasio Manajemen Hutang/leverage (Debt Management Ratio)


Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan besar
perusahaan mengandalkan hutang untuk membiayai asetnya.

1. Rasio Hutang (Debt Ratio)

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒆𝒔)


DR = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔)
23,387,406
DR 2016 = 62,951,634 = 0.3715 = 37.15%

24,572,266
DR 2017 = = 0.3680 = 36.80%
66,759,930

23,963,934
DR 2018 = 69,097,219 = 0.3468 = 34.68%

Rasio ini menunjukkan bahwa pada tahun 2016, kreditor mendanai 37.15% dari total aktiva
yang dimiliki perusahaan. Angka ini menurun di tahun selanjutnya pada tahun 2017 & 2018.

2. Time Interest Earned (TIE)


Mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan membayar biaya bunga dengan
menggunakan laba operasi.

𝑬𝑩𝑰𝑻
TIE = 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝑬𝒙𝒑𝒆𝒏𝒔𝒆

8,931,136
TIE 2016 = 2,258,454 = 3.9245

10,436,512
TIE 2017 = = 3.8925
2,681,165

10,479,242
TIE 2018 = =3.9011
2,686,174

3. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
DER = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒔𝒆𝒕𝒔−𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔

23,387,406
DER 2016 = = 0.5911
62,951,634−23,387,406

24,572,266
DER 2017 = 66,759,930−24,572,266 =0.5824

23,963,934
DER 2018 = 69,097,219−23,963,934 = 0.5309
2.7 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan


laba (profit).

1. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 (𝑵𝒆𝒕 𝒊𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆)


NPM = 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔)

6,672,682
NPM 2016 = 76,247,174 = 0.0875 = 9.75%

7,755,347
NPM 2017 = 83,305,955 = o.0930 = 9.30%

7,793,068
NPM 2018 = 95,707,663 = 0.0814 = 8.14%

2. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏− 𝑯𝑷𝑷
GPM = 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏

76,247,174−59,657,431
GPM 2016 = = 0.2175 = 21.75%
76,247,174

83,305,955−65,084,263
GPM 2017 = = 0.2187 = 21.87%
83,305,955

95,707,663−77,063,336
GPM 2018 = = 0.1948 = 19.48%
95,707,663

3. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)

𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 (𝑬𝑩𝑰𝑻)


OPM =
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏

8,931,136
OPM 2016 = 76,247,174 =0.1171 = 11.71%

10,436,512
OPM 2017 = 83,305,955 =0.1252 = 12.52%

10,479,242
OPM 2018 = 95,707,663 =0.1094 = 10.94%
4. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets)

𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 (𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆)


ROA = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕)

6,672,682
ROA 2016 = 62,951,634 =0.1059 = 10.59%

7,755,347
ROA 2017 = 66,759,930 =0.1161 = 11.61%

7,793,068
ROA 2018 = 69,097,219 =0.1127 = 11.27%

5. Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)

𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 (𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆)


ROE = 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑷𝒆𝒎𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 (𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚)

6,672,682
ROE 2016 = 39,564,228 = 0.1686 = 16.86%

7,755,347
ROE 2017 = = 0.1838 = 18.38%
42,187,664

7,793,068
ROE 2018 = 45,133,285 = 0.1726 = 17.26%

2.8 Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)

Rasio ini mengukur bagaimana pasar modal menilai suatu perusahaan. Bisa terjadi dua
perusahaan menghasilkan laba setelah pajak yang sama, tetapi pasar menilai mereka tidak
sama.
𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆
EPS =
𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 𝑶𝒖𝒕

𝑷𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆


P/E = 𝑬𝑷𝑺

6,672,682
 EPS 2016 = 1,924,088 = 3.4679

500
P/E 2016 = 3,470 = 0.1440
7,755,347
 EPS 2017 = 1,924,088 = 4.0306

500
P/E 2017 = 4,030 = 0.1240

7,793,068
 EPS 2018 = 1,924,088 = 4.0502

500
P/E 2018 = 4,050 = 0.1234
KESIMPULAN

Dari analisis yang sudah dilakukan, kesimpulan terkait dengan strategi yang sebaiknya
digunakan oleh PT Gudang Garam adalah dengan menerapkan strategi diversifikasi. Dalam hal ini,
diversifikasi yang dilakukan adalah dengan masuk ke industri rokok rendah tar dan nikotin. Oleh
karena itu, R&D harus segera dilakukan agar produksi rokok rendah tar dan nikotin bisa segera
terealisasikan. Meskipun pasar yang ada sudah dikuasai oleh beberapa produsen besar, dengan
menggunakan Brand Gudang Garam yang sudah dikenal baik oleh konsumen dan juga memiliki
reputasi, dirasa konsumen akan tertarik untuk membeli produk baru Gudang Garam. Strategi lain
yang juga perlu dilakukan adalah dengan integrasi ke belakang yaitu dengan memproduksi sendiri
bahan baku untuk mengurangi ketergantungan terhadap petani, selain itu juga untuk menjaga
kontrol kualitas. Di lain sisi untuk menanggapi adanya monopoli BPPC atas harga cengkeh, perlu
adanya produksi sendiri juga

Anda mungkin juga menyukai