Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANAJEMEN STRATEGIK

ANALISIS PENGELOLAAN KOMPETENSI PT. ULTRAJAYA MILK


INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk.

Disusun oleh :
Annisa Nurfajrina - P056132481.52
Driska Nurizizah Fasyah P056132531.52
Nicky Jaka Perdana P056132681.52

Dosen :
Dr. Ir. Kirbrandoko, MSM

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu perusahaan diibaratkan sebagai suatu pohon. Salah satu bagian dari
pohon tersebut adalah akarnya. Akar berfungsi sebagai penunjang utama dari pohon.
Akar inilah yang mewakili kompetensi dari perusahaan. Kompetensi menjadikan
perusahaan memiliki daya saing yang berkelanjutan. Kompetensi bersumber dari
kapabilitas dan sumber daya ataupun kapabilitas yang merupakan kompetensi inti
perusahaan.
Kompetensi inti sangat terikat dengan fokus strategi perusahaan. Suatu
perusahaan harus memiliki perbedaan keunggulan dengan para pesaingnya. Untuk itu,
pemimpin perusahaan dapat menentukan satu dari beberapa pilihan utama dari fokus
strategis. Misalnya, apabila strateginya berfokus pada inovasi produk maka
perusahaan akan bersaing melalui produk-produk baru. Bila strateginya efisiensi
usaha, maka perusahaan harus bersaing dalam pengurangan biaya agar bisnisnya
semakin efisien. Hal yang lain adalah apabila strateginya membangun loyalitas
pelanggan maka hubungan dengan para pelanggan perlu ditingkatkan. Strategi
perusahaan dalam hal distribusi, maka perusahaan harus mampu bersaing dalam
menciptakan saluran yang banyak dan agar produk yang sampai di pelanggan menjadi
efisien. Sementara, kalau strateginya dalam hal teknologi maka perusahaan harus
mampu bersaing dalam mengambil sisi keunggulan dari suatu teknologi yang
memiliki nilai tambah lebih tinggi.
Meskipun begitu, cara yang paling ampuh bagi suatu perusahaan untuk dapat
bersaing secara global masih belum diketahui hingga sampai saat ini. Kompetensi
dari perusahaan melalui kepemimpinan dan komitmen terhadap perusahaan tersebut
dianggap sebagai faktor utama dalam kesuksesannya. Akan tetapi, hal tersebut
tergantung dari inti bisnis perusahaan. Melalui inti bisnis dari perusahaan ini suatu
perusahaan dapat mencapai competitive advantagenya (Walker 2009).
Kepemimpinan dan komitmen terhadap perusahaan sendiri terkait terhadap

kemampuan manajemen dari perusahaan. Kemampuan manajemen terhadap


kompetensi perusahaan dilihat dari bagaimana perusahaan mampu mengelola
kompetensi inti serta kompetensinya yang lain. Oleh karena itu, managing
competencies menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk mengembangkan
usahanya.
Sejarah perkembangan dari kompetensi perusahaan berbeda tiap periode.
Periode

1980,

kompetensi

perusahaan

dilihat

dari

kemampuannya

dalam

restrukturisasi, mengurangi biaya, serta mengurangi tenaga kerja yang diperlukan di


dalam perusahaan. Sedangkan pada periode 1990, kompetensi perusahaan dilihat dari
kemampuannya

dalam

mengidentifikasi,

memupuk,

serta

mengeksploitasi

kompetensi inti dari perusahaan. Hal ini ditujukan agar perusahaan dapat
mengembangkan usahanya.
Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengembangkan dan mengelola
kompetensinya adalah PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk..
Perusahaan ini bergerak di bidang industri makanan, minuman, dan perdagangan.
Industri minuman PT Ultrajaya memproduksi berbagai jenis minuman seperti
minuman susu cair, teh, kesehatan, dan minuman tradisional. Pengolahan minuman
dilakukan menggunakan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas
dalam kemasan aseptik yang steril. Sedangkan pada bidang makanan, PT Ultrajaya
memproduksis susu bubuk, dan susu kental manis, serta konsentrat buah-buahan
tropis.
Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
kompetensi (managing competencies) yang dilakukan oleh PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Company, Tbk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kompetensi
Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia dari Prof. Drs. S. Wojowasito dan
W.J.S. Poerwadarminta, kompetensi berarti kemampuan, atau kecakapan. Kupper dan
Palthe (1995) menjelaskan competencies as ability of a student or worker enabling
him to accomplish tasks adequately, to find solution and to realize them in work
situation. Theses qualifications should be expressed in term of knowledge, skills, and
attitude. Dubois (2004) menjelaskan bahwa a competency as an underlying
characteristic that leads to successful performance in a life role (kompetensi sebagai
karakteristik dasar yang membawa ke arah suksesnya kinerja dalam sebuah peran
kehidupan).

Sedangkan

menurut

kamus

online Oxford,

secara

ringkas

competency didefinisikan sebagai the ability to do something successfully or


efficiently (kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan berhasil atau efisien).
Mitrani et.al, menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) karakteristik kompetensi
(Soetjipto 2002) , yaitu :
1.

Motives adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berfikir sehingga ia


melakukan tindakan.

2.

Traits adalah watak yang membuat orang untuk berpilaku atau bagaimana
seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu. Misalnya percaya diri (selfconfidence), kontrol diri (self-control), stress resistance, atau hardiness
(ketabahan/daya tahan).

3.

Self-Concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Seseorang


yang dinilai menjadi leader seyogyanya memiliki perilaku kepemimpinan
sehingga perlu adanya tes tentang leadership ability.

4.

Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.

5.

Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara
pisik maupun mental.

Dalam jangka panjang, kompetensi akan terkait dengan strategi organisasi dan
pengertian kompetensi ini dapat dipadukan dengan soft skill, hard skill, social skill,
dan mental skill. Hardskill mencerminkan pengetahuan dan keterampilan fisik
karyawan,

softskill

menunjukkan

intuisi,

kepekaan

karyawan,

social

skill

menunjukkan keterampilan dalam hubungan sosial karyawan, mental skill


menunjukkan ketahanan mental karyawan.
Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan sekumpulan keterampilan dan teknologi yang
memungkinkan perusahaan menyediakan manfaat tertentu kepada pelanggan (Hamel
dan Prahalad 1995). Dalam sebuah perusahaan, kompetensi terlihat pada komitmen
yang diberikan perusahaan untuk membangun kompetensi inti baru yaitu komitmen
untuk menciptakan atau menyempurnakan sekumpulan manfaat bagi pelanggan,
bukan komitmen pada peluang produk-produk tertentu. Kompetensi inti lebih
didasarkan pada pemahaman yang lebih mendalam terhadap manfaat yang
memberikan kemampuan kepada perusahaan untuk menyampaikan sekumpulan
manfaat kepada pelanggan, bukan pada hasil keuangan rinci untuk produk atau jasa
baru tertentu.
Dilihat dari sisi kapabilitas, kompetensi inti merupakan kapabilitas, tetapi tidak
semua kapabilitas merupakan kompetensi inti. Hanya kapabilitas yang memiliki
kriteria tertentu yang dapat dikategorikan sebagian kompetensi inti. Kriteria tersebut
di antaranya:
Valuable

Capabilities

kapabilitas

yang

memungkinkan

perusahaan

memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman eksternal.


Rare Capabilities kapabilitas yang dimiliki oleh sangat sedikit pesaing.
Imperfectly Imitable Capabilities kapabilitas yang tidak mudah dikembangkan

oleh perusahaan lain.


Nonsubtitutable Capabilities kapabilitas yang tidak dapat disubtitusikan.
Jika suatu perusahaan dianalogikan sebagai suatu pohon besar, kompetensi-lah

akarnya. Batang pohon dan cabang-cabangnya yang dianalogikan sebagai core


product juga ditumbuhkan dari kompetensi sehingga menyuburkan ranting-ranting

(business units) yang menumbuhkan daun, bunga, dan buah (end products).
Pengelolaan Kompetensi
Sebuah perusahaan harus peduli dengan kompetensi yang dimilikinya. Hal
tersebut dikarenakan perusahaan hidup di dalam lingkungan yang secara terusmenerus mempengaruhi keberadaan dan kelangsungan hidupnya. Untuk hal ini,
perusahaan haruslah senantiasa melakukan upaya-upaya yang dapat memperkokoh
eksistensinya. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan selalu
memberikan nilai tambah bagi lingkungannya melalui penyampaian berbagai macam
ouput yang dihasilkannya. Upaya ini hanya dimungkinkan jika perusahaan memiliki
karyawan yang kompeten.
1.

Komunikasikan kompetensi-kompetensi perusahaan kepada seluruh karyawan.


Dengan cara membuat buku saku yang dapat dibawa oleh seluruh pegawai,
membuat list dan mendefinisikan kompentensi perusahaan pada intranet,
termasuk kompetensi-kompetensi pada buku saku karyawan, simpan beberapa
atau seluruh buku saku pada ruang makan siang, dan diskusikan kompetensi
tersebut pada koran karyawan.

2.

Memasukkan kompetensi inti dan kompetensi pekerjaan secara lengkap pada job
descriptions karyawan sehingga semua karyawan mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka.

3.

Memasukkan kompetensi inti dan kompetensi pekerjaan secara lengkap pada job
requisitions sehingga perusahaan merekrut individu yang sudah mempraktikan
kompetensi-kompetensi tersebut.

4.

Memasukkan kompetensi inti dan kompetensi pekerjaan secara lengkap pada


formulir penilaian kinerja sehingga manajer menilai setiap praktik kompetensi
karyawan dan membuat rencana pengembangan pada tempat dimana terjadi gap
kinerja.

5.

Memastikan perusahaan memberi penghargaan kepada kearyawan berdasarkan


pada praktik kompetensi mereka sebesar penghargaan terhadap pencapaiannya.

6.

Memastikan perusahaan memiliki berbagai macam pembelajaran untuk

membantu mengembangkan kompetensi perusahaan. Gunakan map kompetensi


dalam aktivitas pembelajaran yang dapat menjadi panduan manajer dan
karyawan pada pemilihannya.
7.

Menjadikan kompetensi inti perusahaan sebagai bagian dari kata-kata organisasi


dan memastikan kata-kata tersebut ada di dalam atau menjadi referensi
komunikasi antar karyawan, presentasi perusahaan dan sebagainya.
Pengelolaan kompetensi berkaitan erat dengan kemampuan sumber daya

manusia yang dimiliki perusahaan, sehingga dalam mengelola karyawan sebagai alat
dari kompetensi perusahaan dapat dimulai dari segi perencanaan, pengorganisasian,
sampai dengan evaluasi dapat dijelaskan sebagai berikut (Talim 2004) :
1) Perencanaan. Organisasi harus berpijak dari visi dan misi perusahaan, yang
kemudian diterjemahkan ke dalam strategi fungsional yang ada. Maksudnya, visi
dan misi ini diterjemahkan ke dalam strategi pengelolaan sumber daya manusianya yang kemudian diterjemahkan menjadi tuntutan kompetensi sumber daya
manusia yang harus dipenuhi. Misalnya, organisasi mempunyai visi untuk
menjadi sebuah perusahaan kelas dunia, maka dalam strategi sumber daya
manusianya haruslah mendukung pengembangan kompetensi yang dapat
membantu pencapaian visi menjadi kelas dunia tadi. Mulai dari penerimaan
karyawan baru, haruslah disertai dengan seperangkat persyaratan yang dapat
membantu tersedianya sumber daya manusia dengan kualitas kelas dunia,
program-program

pengembangan

sumber

daya

manusia

haruslah

juga

mencerminkan arah strategi tersedianya sumber daya manusia kelas dunia,


sampai dengan sistem kompensasi, karier, dan pemeliharaan sumber daya
manusia-nya semuanya haruslah mencerminkan arah strategi perusahaan.
2) Pengorganisasian.

Setelah

peta

kompetensi

diketahui,

organisasi

harus

melakukan pengelompokan atas kompetensi tersebut. Upaya pengelompokan ini


bisa dilakukan melalui penentuan bidang-bidang kompetensi inti yang
merupakan tonggak organisasi, maupun bidang kompetensi pendukung.
Tentunya, hal ini akan berlainan untuk organisasi yang berbeda. Melalui

pengorganisasian ini organisasi akan lebih mudah di dalam upaya pengembangan


kompetensi lebih jauh.
3) Pengembangan. Upaya ini dimulai dengan penilaian terhadap kompetensi yang
saat ini sudah dimiliki oleh sumber daya manusia yang ada. Kemudian
dibandingkan dengan peta kompetensi tadi sehingga dapat diketahui gap antara
kompetensi yang seharusnya dimiliki dan yang diharapkan. Berangkat dari
kondisi ini, selanjutnya organisasi melakukan berbagai upaya pembangunan dan
pengembangan kompetensi sumber daya manusia sehingga peta kompetensi tadi
dapat terisi dengan baik.
4) Organisasi melakukan evaluasi terhadap kompetensi yang sudah dibangun dan
dikembangkan tadi, untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya yang dilakukan
telah mencapai sasaran peta kompetensi yang disusun di awal. Upaya evaluasi ini
haruslah senantiasa memperhatikan perkembangan situasi yang ada sehingga
apabila diperlukan organisasi harus juga melakukan berbagai penyesuaian baik
terhadap peta kompetensi maupun pengembangan kompetensinya.
Michael Zwell (2000) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang.
1. Keyakinan dan nilai-nilai
Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat
mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif dan
inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara baru atau berbeda dalam
melakukan sesuatu. Untuk itu setiap orang harus berpikir positif tentang dirinya,
maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri orang yang berpikir ke depan.
2. Keterampilan
Dengan memperbaiki keterampilan, individu akan meningkat kecakapannya dalam
kompetensi.
3. Pengalaman
Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman. Diantaranya
pengalaman dalam mengoragnisasi orang, komunikasi dihadapan kelompok,

menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Orang yang tidak pernah


berhubungan

dengan

organisasi

besar

dan

kompleks

tidak

mungkin

mengembangkan kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika kekuasaan


dan pengaruh dalam lingkungan. Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit
pemikiran strategis kurang mengembangkan kompetensi daripada mereka yang
telah menggunakan pemikiran stragtegis bertahun-tahun.
4. Karakteristik kepribadian
Kepribadian bukanlah sesuatu yang tidak dapat berubah. Kepribadian seseorang
dapat berubah sepanjang waktu. Orang merespon dan berinteraksi dengan
kekuatan dan lingkungan sekitar. Walupun dapat berubah, kepribadian cenderung
berubah dengan tidak mudah. Tidaklah bijaksana mengharapkan orang
memperbaiki kompetensinya dengan mengubah kepribadiannya.
5. Motivasi
Dengan

memberikan

dorongan,

apresiasi

terhadap

pekerjaan

bawahan,

memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat memberikan


pengaruh positif terhadap motifasi seseorang bawahan.
6. Isu Emosional
Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi. Misalnya takut
membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak menjadi
bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.
7. Kemampuan Intelektual
Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti, pemikiran analitis, dan
pemikiran konseptual.
8. Budaya Organisasi
Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumberdaya manusia dalam
kegiatan proses rekrutmen dan seleksi karyawan, sistem penghargaan, praktik
pengambilan keputusan, filosofi organisasi (misi-visi dan nilai-nilai organisasi),
kebiasaan dan prosedur, komitmen pada pelatihan dan pengembangan serta proses
organisasional.

Dengan mengelola kompetensi yang ada, organisasi atau perusahaan akan


memperoleh manfaat sebagai berikut.

Meningkatkan efektifitas rekrutmen dengan cara menyesuaikan kompetensi yang


diperlukan dalam pekerjaan dengan yang dimiliki pelamar kerja

Pendidikan dan pelatihan dapat difokuskan pada kompetensi yang diinginkan


organisasi.

Penilaian terhadap hasil pendidikan dan pelatihan akan lebih handal dan
konsisten.

Pengambil keputusan dalam organisasi akan lebih percaya diri karena karyawan
telah memiliki keterampilan yang akan diperolah dari pendidikan dan pelatihan.

Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi yang


diperlukan untuk mengelola perubahan.
Dalam lingkup yang lebih luas, pengelolaan kompetensi memiliki manfaat

sebagai berikut.

Indentifikasi dan penyesuaian yang lebih baik atas keterampilan yang dibutuhkan
untuk industri.

Akses yang lebih besar terhadap pendidikan dan pelatihan sektor publik yang
relevan dengan industri.

Mendorong pengembangan keterampilan yang luas dan relevan di masa depan.

Pelatihan industri melalui sertifikasi pencapaian kompetensi individu.

Meningkatkan bentuk keterampilan untuk bersaing di pasar domestik dan


internasional.

Mendorong investasi internasional baru pada industri dimana angkatan kerja


terampil sangat diperlukan.

Lebih efisien dari segi biaya karena dengan pekerja yang memiliki kompetensi
efisiensi perekonomian dapat diwujudkan

BAB III
PEMBAHASAN
Profil PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk.
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang menjadi acuan dalam
perencanaan perusahaan ke depannya. Visi merupakan tujuan dari perusahaan,
sedangkan misi merupakan cara agar visi perusahaan tersebut tercapai. Sebagai salah
satu perusahaan besar, PT. Ultrajaya juga memiliki visi dan misi terkait bidang
usahanya yang bergerak di bidang industry susu. Visi PT. Ultrajaya adalah menjadi
perusahaan industri makanan dan minuman yang terbaik dan terbesar di Indonesia,
dengan senantiasa mengutamakan kepuasan konsumen, serta menjunjung tinggi
kepercayaan para pemegang saham dan mitra kerja perusahaan. Misi PT. Ultrajaya
adalah menjalankan usaha dengan dilandasi kepekaan yang tinggiuntuk senantiasa
berorientasi kepada pasar/konsumen, dan kepekaan serta kepedulian untuk senantiasa
memperhatikan lingkungan, yang dilakukan secara optimal agar dapat memberikan
nilai tambah sebagai wujud pertanggung-jawabankepada para pemegang saham.
PT. Ultrajaya dirintis sejak tahun 1960. Saat itu PT. Ultrajaya merupakan
sebuah perusahaan susu kecil yang terletak di Jalan raya Cimareme No. 131,
Padalarang, Bandung. Pada tanggal 2 November 1971, PT. Ultrajaya merubah
namanya menjadi PT. Ultrajaya Milk Industry & Tranding Company. PT. Ultrajaya
Milk Industry & Tranding Company merupakan pioner pada kategori minuman
dengan kemasan Tetra-Pak. Pada tahun 1988, PT. Ultrajaya Milk Industry & Tranding
Company berubah menjadi perusahaan publik dengan melakukan listing di pasar
modal Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 2 Juli 1990.
PT. Ultrajaya merupakan perusahaan yang mempelopori penggunaan teknologi
Ultra High temperature (UHT) dalam proses pengolahan susu dan kemasan aseptik
untuk produk minuman. Hal ini dilakukan PT. Ultrajaya untuk menjaga kualitas
produk susu karena dengan teknologi UHT dan pengemasan karton aseptik (Aseptic
Packaging Material) mengakibatkan produk minuman dapat tahan lama tanpa bahan
pengawet.

Saat ini, PT Ultrajaya telah mengembangkan rangkaian produknya. Pada tahun


1975 hanya terdapat satu macam produk, tetapi saat ini telah mencapai lebih dari 60
produk. Beberapa brand PT Ultrajaya yang sangat dikenal adalah susu aseptik Ultra
Milk, pada kategori minuman buah-buahan seperti Sari Asem, serta pada minuman
kesehatan yaitu Sari Kacang Ijo dan minuman teh dengan nama Teh Kotak.
Pengelolaan Kompetensi PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company,
Tbk.
Sebagai produsen produk susu cair terbesar di Indonesia dan pemimpin pasar
dalam pasar susu cair dan teh RTD (ready to drink) kemasan karton di Indonesia, PT.
Ultrajaya memiliki berbagai kompetensi yang dimilikinya sebagai strategi bersaing
untuk memanfaatkan pertumbuhan pasar yang berkelanjutan. Kompetensi yang
dimiliki PT. Ultrajaya beberapa diantaranya yaitu :
1.

Penguasaan teknologi UHT


Dalam bidang usaha minuman, PT. Ultrajaya memproduksi rupa-rupa jenis
minuman seperti minuman susu cair, minuman teh, minuman untuk kesehatan
dan minuman tradisional. Perseroan memiliki mesin-mesin pengolahan untuk
masing-masing jenis produk minuman tersebut. Mesin pengolahan yang
digunakan yaitu teknologi UHT (Ultra High Temperature). Perusahaan telah
menggunakan teknologi ini sejak mulai berproduksi di tahun 1975 dan PT.
Ultrajaya merupakan pelopor penggunaan proses UHT. Pengolahan yang
dilakukan dengan mesin tersebut berarti proses pemanasan dengan suhu 140 C o
dalam waktu 3-4 detik. Dengan teknologi pengolahan UHT ini maka produkproduk minuman itu menjadi steril karena seluruh bakteri-bakteri yang ada, baik
bakteri yang menimbulkan penyakit maupun bakteri yang merusak minuman,
menjadi terbunuh. Di sisi lain, proses UHT ini tidak akan merusak atau
mengurangi secara berlebihan nutrisi dan vitamin yang terkandung didalam
minuman. Karyawan PT. Ultrajaya bagian produksi sudah terlatih dalam
penggunaan teknologi UHT ini sehingga menguasai tata cara menggunakan
dengan benar sehingga menghasilkan produk dengan kualitas terbaik.

2.

Proses pengolahan yang terotomatisasi dan pengendalian mutu yang ketat


PT. Ultrajaya memiliki suatu fasilitas produksi yang terotomatisasi untuk
produksi dan pengemasan produk-produk. Proses produksi dilaksanakan dalam
suatu lini produksi yang steril yang melibatkan campur tangan manusia yang
minimal. Lini produksi yang sangat otomatis memastikan tingkat efisiensi yang
tinggi terhadap produksi dan standardisasi produk-produk. pengemasan aseptik
dan distribusi terotomatisasi sepenuhnya terintegrasi dengan lini produksi. Lini
pengolahan, pengemasan dan distribusi karton aseptik dan pengetahuan dan
teknologi pabrik diperoleh melalui perjanjian penyediaan dan jasa karton aseptik
dengan Tetra Pak dan SIG Combibloc. Sebagai pengakuan atas standar
pengendalian kualitas yang tinggi, PT. Ultrajaya telah menerima sertifikat FSSC
22000:2010 dari SGS United Kingdom Limited untuk keunggulan dalam sistem
keamanan makanan dan sertifikat ISO 14001:2004 dari Bureau Veritas
Certification untuk kepatuhan teterhadap standar sistem pengolahan dan
pengelolaan produk susu.

3.

Pengelolaan hubungan kemitraan yang kuat


Bahan baku yang digunakan untuk produk unggulan PT. Ultrajaya yaitu susu
murni didapatkan dari mitra yaitu para peternak sapi yang tergabung dalam
Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan dan Koperasi Unit
Desa lainnya. Sedangkan unruk beberapa produk minuman lainnya seperti bahan
baku daun teh diperoleh dari pihak ketiga. PT. Ultrajaya senantiasa membina dan
memelihara hubungan yang baik dengan para mitra sebagai salah satu
kompetensi untuk menjaga kelangsungan pasokan bahan baku dan menjaga agar
bahan baku yang dipasok tetap berkualitas prima. Selain itu, PT. Ultrajaya
melakukan berbagai kerjasama dengan perusahaan-perusahaan multi-nasional
terdepan termasuk Unilever, Mondelez International, Ito En dan Kalbe Farma.

4.

Fokus pada penelitian dan pengembangan


Kompetensi ini dimiliki PT. Ultrajaya yang terus fokus pada penelitian dan
pengembangan

produk

agar

memiliki

kemampuan

yang

kuat

dalam

mengembangkan jenis-jenis produk baru yang dapat memenuhi selera para

konsumen yang berdampak pada pertumbuhan perusahaan. Produk yang


dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini seperti Ultra Mimi dengan
target konsumen anak-anak dan Teh Kotak Less Sugar.
5.

Pendistribusian yang luas


PT. Ultrajaya dapat mendistribusikan produk dan melakukan penjualan ke
seluruh pelosok dalam negeri dikarenakan distribusi dan penjualan dilakukan
melalui berbagai jalur, termasuk melalui :
-

pengecer

modern

yang

terutama

sekali

terdiri

atas

supermarket,

hypermarket, minimart, dan toko-toko kelontong.


-

pengecer tradisional yang terutama terdiri atas pengecer independen kecil

pedagang grosir

Jumlah pengecer tradisional dan pedagang grosir lebih dari 70.000 titik
penjualan. Di dalam Pulau Jawa, PT. Ultrajaya melakukan penjualan secara
langsung oleh tim perdagangan modern (in-house) kepada para pengecer
modern. Sedangkan penjualan kepada para pengecer tradisional dan para
pedagang grosir dilakukan dengan menggunakan jaringan distribusi dari PT
Nikos Distribution Indonesia (NDI), yaitu entitas anak perusahaan yang 70%
sahamnya dimiliki PT. Ultrajaya. Untuk mendukung operasi penjualan dan
distribusi, NDI mengoperasikan 12 kantor pemasaran dan 9 depo pemasokan
yang bertempat di lokasi-lokasi strategis. Untuk penjualan dalam negeri di luar
Pulau Jawa, PT. Ultrajaya menjual produk-produknya melalui kurang lebih 50
distributor independen yang tersebar di seluruh Indonesia. Disamping penjualan
di dalam negeri, perusahaan juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa
negara seperti Australia, Kamboja, Nigeria, Arab Saudi, Korea Selatan, dan
Amerika Serikat.
6.

Pengelolaan persediaan barang secara efisien


Pengelolaan persediaan barang jadi dilakukan PT. Ultrajaya dengan suatu sistem
yang terotomatisasi dan terkomputerisasi secara penuh. Perusahaan mengunakan
sistem ERP (Enterprise Resources Planning) Oracle yang telah dikonfigurasikan
dengan sistem koneksivitas penjualan sehingga memungkinkan perusahaan

untuk dapat memantau penjualan harian di seluruh jaringan distribusi di Pulau


Jawa. Penggunaan sistem ERP Oracle ini diharapkan dapat lebih meningkatkan
kemampuan operasional dan analisis dengan meningkatnya efisiensi operasional
perusahaan.
7.

Tim manajemen yang berpengalaman


Tim manajemen yang sangat berpengalaman yang telah menjadikan PT.
Ultrajaya sebagai pemain terdepan di pasar dalam segmen-segmen produk utama
perusahaan saat ini, dengan keahlian yang signifikan dalam bidang produk susu
dan produk konsumsi lainnya. Direksi PT. Ultrajaya memiliki pengalaman
secara keseluruhan melebihi 100 tahun. Dengan presiden direktur yang telah
menduduki jabatan sejak 1971, direktur yang telah bergabung sejak 1989,
direksi yang sudah bergabung sejak 1974 dan tim manajemen senior yang
berpengalaman dalam bidang terkait.
Dengan adanya kompetensi-kompetensi tersebut, perusahaan dapat memetakan

kompetensi apa saja yang menunjang pasar produk akhir yang ada, kemudian
perusahaan dapat mengidentifikasikan peluang-peluang untuk memperkuat posisinya
di suatu pasar produk tertentu dengan melihat kompetensi yang mungkin berada di
tempat lain di dalam perusahaan. (Hamel 1995). Maka dari itu perlu disusun agenda
kompetensi inti. Agenda tersebut terdiri dari:
a. Premier plus
Premier plus berisi tentang kompetensi baru apa yang perlu dibangun untuk
melindungi dan memperluas pengeruh perusahaan dipasar. Hal yang dilakukan
PT. Ultrajaya adalah dengan meningkatkan metode peternakan sapi perah karena
susu berkualitas berasal dari sapi berkualitas yang bahagia dan dibudidayakan
dengan sebaik-baiknya. Selain itu, teknologi dan informasi senantiasa
berkembang pesat sehingga perusahaan harus terus meningkatkan penguasaan
berbagai teknologi terbaru. Modernisasi peralatan juga dilaksanakan untuk
meningkatkan efisiensi operasi
b. Peluang mega

Peluang mega berisi kompetensi inti baru apa saja yang perlu dibangun untuk
berpartisipasi di pasar-pasar yang paling menarik dimasa mendatang. Peluang ini
dapat berupa mengembangkan produk berbahan baku susu seperti keju dan
yoghurt. Perlu dilakukan pengembangan keahlian dalam mengolah berbagai
produk dengan bahan baku susu sehingga produk yang dihasilkan memiliki value
added dan juga dapat menjangkau pasar baru.
c. Mengisi lowongan
Mengisi lowongan berisi peluang dalam memperbaiki posisi perusahaan di pasar
yang sudah ada dengan mengungkit kembali kompetensi yang sudah ada. PT.
Ultrajaya harus senantiasa menjamin kualitas produk untuk mempertahankan
pasar lama yang sudah diraih. Ketersediaan produk juga harus terjamin untuk
memastikan permintaan konsumen terpenuhi dengan baik
d. Ruang putih
Ruang putih berisi produk atau jasa baru apa saja yang dapat diciptakan secara
kreatif dengan mengerahkan dan memadukan kembali kompetensi inti yang
sudah ada. PT. Ultrajaya dapat meningkatkan jalur distribusi dengan menambah
titik-titik pengecer dalam negeri serta melakukan ekspansi ekspor yang lebih luas
sehingga pangsa pasar yang dimiliki meningkat.
Tabel 1 Agenda kompetensi inti PT. Ultrajaya
Premier plus
Baru

Kompetensi
Inti
Lama

Peluang mega

Meningkatkan metode

Mengembangkan

peternakan sapi perah

berbahan baku susu seperti keju

Meningkatkan penguasaan

dan yoghurt

teknologi
Mengisi lowongan
Menjamin

kualitas

ketersediaan produk

produk

Ruang putih
dan Meningkatkan

distribusi

dengan

titik-titik

menambah

pengecer dalam negeri serta


ekspansi ekspor yang lebih luas
Lama

Baru
Pasar

Dengan adanya kompetensi-kompetensi yang dimiliki, tentunya perusahaan


harus terus mengelola serta mengembangkan kompetensi untuk tetap eksis sesuai
dengan visi dan misi perusahaan. Untuk itu, strategi PT. Ultrajaya dalam managing
competencies sebagai berikut.
1) Pelatihan dan pendidikan
Peningkatan

kemampuan

dan

profesionalisme

karyawaan

serta

pendayagunaannya secara optimal senantiasa menjadi perhatian perusahaan.


Pengembangan dan peningkatan kemampuan dan profesionalisme karyawan ini
dilakukan melalui suatu program pendidikan dan pelatihan secara reguler, baik
yang dilakukan secara internal (in-house training) maupun yang dilakukan diluar
lingkungan perusahaan.
2) Meningkatkan platform distribusi dan berinvestasi dalam sistem distribusi dan
penjualan
a. Meningkatkan penetrasi produk baik di dalam maupun luar Pulau Jawa
Untuk di dalam Pulau Jawa, perusahaan fokus pada penetrasi dalam segmen
pedagang modern dan eceran tradisional dengan cara memperbesar tim
penjualan di lapangan. Di luar Pulau Jawa, PT. Ultrajaya bekerja sama
dengan para distributor untuk memperluas jangkauan produk dan
menjamin pembiayaan untuk distributor agar dapat menjual
lebih banyak produk. Saat ini perusahaan fokus pada wilayah-wilayah
geografis utama yang mencakup Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
b. Bekerjasama dengan distributor dan lembaga keuangan
Untuk memastikan bahwa para distributor mampu meningkatkan volume
penjualan, PT. Ultrajaya berencana untuk bekerja bersama dengan para
distributor dan lembaga-lembaga keuangan guna mendapatkan pendanaan
yang diperlukan untuk menjual lebih banyak produk.
Perusahaan juga membantu meningkatan efisiensi distribusi dan kecepatan
pemasaran dan mendukung pertumbuhan dan ekspansi dengan jangka waktu
yang lebih panjang

3) Meningkatkan kapasitas produksi dan pergudangan


Perusahaan

melakukan

investasi

dalam

fasilitas-fasilitas

baru

untuk

meningkatkan kapasitas produksi di fasilitas produksi melalui investasi yang


berkelanjutan dalam lini pengemasan baru. Memulai pembangunan sebuah pusat
distribusi baru di daerah Jabodetabek juga dilakukan untuk membantu
meningkatkan efisiensi distribusi dan mempercepat waktu pengangkutan produk
ke pasar. Perusahaan juga akan meningkatkan kapasitas produksi dengan
membangun suatu fasilitas produksi modern dan terotomatisasi baru di fasilitas
produksi yang ada.
4) Modernisasi peralatan dan meningkatkan penguasaan teknologi
Dalam rangka meningkatkan tingkat efisiensi penjualan melalui jaringan
distribusi, PT. Ultrajaya terus berinvestasi dalam IT dan teknologi untuk
meningkatkan optimalisasi dan pemantauan penjualan. Dengan adanya IT
diharapkan dapat mencapai konektivitas dengan seluruh distributor untuk
meningkatkan

keterbukaan

penjualan,

persediaan

dan

untuk

memiliki

pemahaman yang lebih mendalam mengenai trend-trend dasar konsumen.


Modernisasi peralatan juga dilakukan dengan berinvestasi dalam mesin dan alat
produksi yang baru dan lebih mutakhir untuk produksi dan pengemasan produk
yang lebih cepat dan efisien. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses
pengendalian kualitas dilakukan untuk lebih meningkatkan kualitas dan
keamanan produk serta mengurangi biaya. Peningkatan demikian akan
menghasilkan efisiensi dan profitabilitas operasional yang lebih baik
5) Pengembangan produk
Mengembangkan portofolio produk dengan fokus yang berkelanjutan pada
pemrosesan UHT untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi inti, dan
mengembangkan produk-produk sejalan dengan penempatan posisi merek
sebagai produk yang segar, sehat dan berkualitas tinggi. Perusahaan terus
mengembangkan produk-produk baru dalam segmen produk susu untuk
mendorong sumber-sumber pertumbuhan yang baru serta memantau pasar untuk
peluang-peluang baru untuk peluncuran produk yang berpotensi, dengan

memanfaatkan keahlian produk kami yang sudah ada. Pengembangan varian


susu UHT dengan rasa baru serta produk-produk olahan susu yang fungsional
dan bernilai tambah memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan di masa
mendatang. Selain itu, perusahaan berencana mengembangkan produk yaitu teh
RTD (ready to drink). Untuk itu, PT. Ultrajaya baru saja mendirikan dua
perusahaan patungan bersama Ito En Asia. Perusahaan tersebut memiliki
keahlian produksi dan pengetahuan yang signifikan dalam segmen teh RTD yang
dapat dimanfaatkan dan dipadukan dengan kemampuan PT. Ultrajaya di
lapangan, pengetahuan pasar, organisasi pemasaran yang kuat dan jaringan
penjualan

dan

distribusi

mempertimbangkan

untuk

yang

ekstensif.

meluncurkan

Perusahaan

produk

dalam

juga

sudah

segmen-segmen

minuman yoghurt dan susu pasteurisasi UHT dan berencana meluncurkan


produk-produk demikian di pasar pada waktu yang tepat dan saat yakin bahwa
terdapat peluang pasar yang signifikan untuk produk-produk tersebut.
6) Meningkatkan hubungan kemitraan
Selain pengelolaan hubungan kemitraan dengan KPBS, PT. Ultrajaya terus
mencari cara untuk bekerjsama dengan para peternak sapi perah dan koperasikoperasi di Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi rantai
pasokan susu segar.
7) Meningkatkan manajemen limbah
Dalam upaya modernisasi, PT. Ultrajaya memiliki strategi dalam meningkatkan
manajemen limbah seperti daur ulang air limbah. Hal ini dilakukan dalam rangka
ikut menjaga lingkungan sekitar sebagai bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibility).

BAB IV
KESIMPULAN
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk. memiliki berbagai
kompetensi

diantaranya

penguasaan

teknologi

UHT,

proses

pengolahan

terotomatisasi dan pengendalian mutu yang ketat, pengelolaan hubungan kemitraan


yang kuat, fokus pada penelitian dan pengembangan produk, pendistribusian yang
luas, pengelolaan persediaan barang secara efisien, dan tim manajemen yang
berpengalaman. Perusahaan menerapkan berbagai strategi yang dilakukan dengan
mengelola kompetensi tersebut sehingga dapat mencapai keunggulan kompetitif dan
tercapainya visi, misi, dan target perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Dubois, David D, et al. 2004. Competency-Based Human Resource Management.
United States of America: Davies-Black Publishing, a division of CPP, Inc.
Hamel G, Prahalad C K. 1995. Kompetisi Masa Depan. Trans. Agus Maulana.
Competing the Future. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
Kupper HAE, Palthe AAWW. 1995. Competence Based-Curriculum Development,
Experiences in Agri Chain Management in Netherland and China. Oxford:
Capstone Publishing.
Soetjipto, Budi W, et al. 2002. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta (ID): Amara Books.
Talim B. 2004. Solusi Proaktif Permasalahan SDM di Indonesia. Pikiran Rakyat
tanggal 21 Desember 2004.
Walker G. 2009. Modern Competitive Strategy, 3rd edition. New York: McGraw-Hill.
Zwell M. 2000. Creating a Culture of Competence. New York: John Wiley & Sons,
Inc.

Anda mungkin juga menyukai