Anda di halaman 1dari 6

Analisa Break Even Dalam Sistem

Penganggaran

Dosen: Linawati, SE., M.Si


Cara Penentuan Tingkat Break even
Ada tiga cara pendekatan dalam menghitung tingkat Break even perusahaan untuk suatu periode, yaitu:
1. Pendekatan secara Tabelaris yaitu dengan cara menghitung jumlah penghasilan dan biaya pada berbagai tingkat atau
volume penjualan/produksi.
2. Pendekatan secara Grafis yaitu dengan menggambar kurva Penghasilan, Biaya Tetap, dan Biaya Total pada berbagai
tingkat penjualan/produksi.
3. Pendekatan secara Arithmatik/(yaitu dengan menggunakan rumus berikut ini :
a. Pendekatan total:
BE = TFC__
1 - TVC
TR

BE = BiayaTetap Keseluruhan___
1 - BiayaVariabel Keseluruhan
Penghasilan Penjualan
b. Pendekatan per unit :
BE = _______ TFL____________
Harga jual/unit – Biaya variabel/unit
Data: Rencana Penjualan Perusahaan XYZ tahun 2015
Penjualan dianggarkan 200.000 U @ 25 = 5.000.000

BIAYA FIXED VARIABEL JUMLAH


1. MATERIAL - 900.000
2. T.K.L - 1.000.000
3. BOP 700.000 300.000
4. BOP 600.000 100.000
5. BIAYA 500.000 300.000
ADMINISTRASI
6. BIAYA 1.800.000 2.600.000 4.400.000
PENJUALAN
LABA DIANGGARKAN = 600.000
KAPASITAS PRODUKSI MAKSIMAL : 250.000 UNIT
Pendekatan Secara Tabelaris
Atas dasar data di atas dapat diketahui bahwa :
 Harga jual per unit Rp 25,-
 Biaya variabel per unit produk Rp 13,-
 Beban tetap produksi maupun biaya usaha keseluruhan berjumlah Rp 1.800.000,-

Berdasarkan data di atas dapat dibuat perkiraan laba pada berbagai tingkat produksi/penjualan sbb:

PRODUKSI / PENJUALAN (DALAM RIBUAN RUPIAH)

.
100.000 125.000 150.000 200.000
PENGHASILAN 2.500 3.125 3.750 5.000

BIAYA:

VC 1.300 1.625 1.950 2.600

FC (1 TH) 1.800 1.800 1.800 1.800

TC 3.100 3.425 3.750 4.400

LABA ANGGARAN -600 -300 0 + 600


Pendekatan secara arithmatik •
Break even dapat diketahui dengan memasuklcan data anggaran sebagai berikut .
a. Atas dasar keseluruhan :

BE =

b. Atas dasar per unit produk :

BE =

Rumus BE keseluruhan akan menghasilkan perhitungan BE dalam rupiah, sedang analisa per unit produk menghasilkan BE
dalam jumlah fisik produk.
Bagian dari rumus BEP secara keseluruhan yang berupa :
TVC =
TR

juga disebut sebagai Variable Cost ratio. Variable Cost ratio sebesar...... berarti bahwa .....dari keseluruhan penghasilan,
atau ... dari setiap Rp 1,- penghasilan yang diperoleh dari penjualan, akan terpakai untuk menutup biaya variabel.
Sehingga sisanya yang .... (1 - .... atau 100% - ......) disebut ProfitVolume ratio, yaitu bagian dari penghasilan yang tersisa
dan tersedia untuk menutup biaya tetap, dan seterusnya akan tersedia sebagai keuntungan perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan akan cenderung untuk mengusahakan agar Variable Cost ratio ditekan serendah mungkin, atau
ProfitVolume ratio dinaikkan setinggi mungkin.
Pada tingkat penjualan terendah (100.000 unit atau Rp. .........,-) perusahaan akan menderita kerugian Rp.
................,- dan pada tingkat penjualan tertinggi (200.000 unit atau Rp. ...........,-) akan memperoleh
keuntungan Rp. ...........,- Volume BEP akan dicapai pada tingkat penjualan sebesar 150.000 unit atau
penghasilan penjualan sebesar Rp. .............,-. Yaitu pada tingkat dimana penghasilan keseluruhan (TR) sama
dengan biaya keseluruhan (T.C).
Sehingga pada tingkat tersebut laba perusahaan sama dengan nol.
Dengan demikian volume break even dicapai pada tingkat penjualan 75 % dari volume penjualan yang
dianggarkan , yaitu berasal dari perhitungan :
150.000 unit atau Rp. ............
200.000 unit Rp. .............

Angka 75% ini juga sekaligus dapat menunjukkan bahwa bilamana terjadi penurunan dalam penjualan sebanyak
100% - 75% = 25% dari volume yang dianggarkan, maka perusahaan tidak lagi dapat mengharapkan adanya
keuntungan. Dengan kata lain angka 25% ini menunjukkan batas maksimal turunnya penjualan yang dapat
ditolerir untuk dapat mencegah terjadinya kerugian.
Angka itu juga disebut dengan istilah safety margin (Margin of Safety).

Safety Margin = 1  ____Unit Break Even______


Unit yang dianggarkan

Atau Unit yang dianggarkan – Unit Break Even


Unit yang dianggarkan
Dengan demikian semakin rendah angka perseritase break even atau semakin tinggi angka safety margin, semakin
baik perusahaan itu. Oleh karenanya perusahaan cenderung untuk mengusahakan angka persentase break
evennya serendah mungkin.

Anda mungkin juga menyukai