Penganggaran
BE = BiayaTetap Keseluruhan___
1 - BiayaVariabel Keseluruhan
Penghasilan Penjualan
b. Pendekatan per unit :
BE = _______ TFL____________
Harga jual/unit – Biaya variabel/unit
Data: Rencana Penjualan Perusahaan XYZ tahun 2015
Penjualan dianggarkan 200.000 U @ 25 = 5.000.000
Berdasarkan data di atas dapat dibuat perkiraan laba pada berbagai tingkat produksi/penjualan sbb:
.
100.000 125.000 150.000 200.000
PENGHASILAN 2.500 3.125 3.750 5.000
BIAYA:
BE =
BE =
Rumus BE keseluruhan akan menghasilkan perhitungan BE dalam rupiah, sedang analisa per unit produk menghasilkan BE
dalam jumlah fisik produk.
Bagian dari rumus BEP secara keseluruhan yang berupa :
TVC =
TR
juga disebut sebagai Variable Cost ratio. Variable Cost ratio sebesar...... berarti bahwa .....dari keseluruhan penghasilan,
atau ... dari setiap Rp 1,- penghasilan yang diperoleh dari penjualan, akan terpakai untuk menutup biaya variabel.
Sehingga sisanya yang .... (1 - .... atau 100% - ......) disebut ProfitVolume ratio, yaitu bagian dari penghasilan yang tersisa
dan tersedia untuk menutup biaya tetap, dan seterusnya akan tersedia sebagai keuntungan perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan akan cenderung untuk mengusahakan agar Variable Cost ratio ditekan serendah mungkin, atau
ProfitVolume ratio dinaikkan setinggi mungkin.
Pada tingkat penjualan terendah (100.000 unit atau Rp. .........,-) perusahaan akan menderita kerugian Rp.
................,- dan pada tingkat penjualan tertinggi (200.000 unit atau Rp. ...........,-) akan memperoleh
keuntungan Rp. ...........,- Volume BEP akan dicapai pada tingkat penjualan sebesar 150.000 unit atau
penghasilan penjualan sebesar Rp. .............,-. Yaitu pada tingkat dimana penghasilan keseluruhan (TR) sama
dengan biaya keseluruhan (T.C).
Sehingga pada tingkat tersebut laba perusahaan sama dengan nol.
Dengan demikian volume break even dicapai pada tingkat penjualan 75 % dari volume penjualan yang
dianggarkan , yaitu berasal dari perhitungan :
150.000 unit atau Rp. ............
200.000 unit Rp. .............
Angka 75% ini juga sekaligus dapat menunjukkan bahwa bilamana terjadi penurunan dalam penjualan sebanyak
100% - 75% = 25% dari volume yang dianggarkan, maka perusahaan tidak lagi dapat mengharapkan adanya
keuntungan. Dengan kata lain angka 25% ini menunjukkan batas maksimal turunnya penjualan yang dapat
ditolerir untuk dapat mencegah terjadinya kerugian.
Angka itu juga disebut dengan istilah safety margin (Margin of Safety).