Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

HANTU EDAMAKI (HAIR TONIC EKSTRAK DAUN PUTRI MALU


DAN KEMANGI) : SOLUSI PRAKTIS PERAWATAN HERBAL PADA
RAMBUT RONTOK

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Disusun oleh:
Dinda Putri Prameswari 181710301022 2018
Kissmy Febi Harianti 171710301056 2017
Renata Sita Windria 171710301048 2017

UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melakukan aktivitas sehari-hari salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah penampilan. Rambut merupakan bagian tubuh yang menjadi nilai tambah
penunjang penampilan seseorang apabila dalam kondisi sehat dan terawat. Selain
sebagai daya tarik, rambut sehat dan tebal meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Namun rambut dapat rusak apabila terus-menerus berada di lingkungan yang berpolusi,
suhu terlalu panas atau dingin, dan paparan sinar ultraviolet. Menurut penelitian
Research International (2008) terhadap 601 wanita dan 201 pria Indonesia, pengguna
produk perawatan rambut diketahui sebanyak 36 persen wanita Indonesia mengalami
masalah rambut rontok. Sedangkan 16 persen pria Indonesia menyatakan dirinya
mengalami masalah rambut rontok. Masalah rambut rontok yang paling
menghawatirkan adalah saat dimana rambut tidak lagi tumbuh dan akan menyebabkan
kebotakan. Selain itu masalah lain pada kulit kepala yaitu ketombe terjadi hampir pada
semua penduduk Indonesia. Menurut Al-Iraqi (2010) setidaknya ada 60% dari total
populasi penduduk Amerika dan Eropa mengalami masalah ketombe. Ketombe sering
dikeluhkan pada masa remaja, dewasa serta relatif jarang pada anak-anak.
Berbagai macam perawatan rambut dapat dilakukan dengan cara terapi tropical
menggunakan salep/larutan atau menggunakan kosmetik seperti shampoo dan
conditioner untuk mengatasi ketombe dan menyuburkan rambut (Ide, 2011). Produk
shampoo dan conditioner yang beredar di pasaran dianggap kurang efektif dan masih
menggunakan zat sintetis seperti Minoxidil. Namun, penggunaan Minoxidil
memungkinkan timbulnya efek samping seperti alergi kulit, sakit kepala, vertigo,
edema sampai hipotensi. Sejalan dengan hal tersebut, konsep hidup back to nature
mulai diminati dan didukung pula dengan melimpahnya kekayaan alam di Indonesia.
Pemanfaatan bahan-bahan alami seperti daun putri malu dan kemangi sebagai bahan
aktif pada formulasi hair tonic merupakan solusi praktis dan efektif untuk masalah
rambut rontok dan berketombe dengan dilakukan pengujian antifungi dan flavonoid.
Menurut Syaiful (2009: 15) populasi putri malu di Indonesia melimpah, karena
putri malu merupakan gulma dalam dunia pertanian yang tumbuh liar di pinggir jalan,
dan di tempat terbuka yang terpapar sinar matahari. Ekstrak daun putri malu memiliki
kandungan alkaloid, flavonoid, fenol, karbohidrat, protein, steroid, saponin, triterpene,
dan glikosida (Racadio, et al., 2008). Tamilarasi dan Ananthi (2012) menunjukkan
bahwa tanaman putri malu di ekstraksi dengan pelarut etanol serta ekstrak yang
didapat, dilakukan pengujian aktivitas antimikroba dan uji flavonoid. Daun putri malu
memiliki total kandungan flavonoid yang tinggi jika dibandingkan dengan tanaman
lain. Flavonoid berfungsi sebagai antimikroba yang dapat menekan pertumbuhan
bakteri dan jamur, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan rambut, mencegah
kerontokan serta mencegah adanya ketombe akibat adanya bakteri Staphylococcus dan
Candida albicans. Kemangi (Ocimum basilicum L.) adalah jenis sayur yang umumnya
digunakan sebagai pendamping lalapan. Hasan (2016) menjelaskan hasil dari
penelitian fitokomia pada tanaman kemangi telah membuktikan adanya flavonoid,
glikosit, asam gallic dan esternya, asam cafeic, dan minyak atsiri yang mengandung
eugenol (70,5%) sebagai komponen utama. Kandungan daun kemangi ini akan
menjaga kulit kepala tetap dingin, mengurangi gatal dan meningkatkan pertumbuhan
rambut dengan meningkatkan sirkulasi ke kulit kepala serta digunakan sebagai parfum
dan pewarna alami.
Berdasarkan fakta dan asumsi bahwa daun putri malu dan kemangi memiliki
kandungan antimikroba, nutrisi serta minyak atsiri yang dapat dijadikan sebagai produk
hair tonic yaitu Hantu Edamaki ( hair tonic ekstrak daun putri malu dan kemangi).
Inovasi pemanfaatan daun putri malu dan daun kemangi sebagai bahan aktif pada
formula hair tonic dapat meningkatkan nilai guna tanaman putri malu dan kemangi
serta dapat meningkatkan daya jual dan daya saing produk. Produk hair tonic herbal
menjadi tren dikalangan masyarakat untuk perawatan rambut. Kombinasi antara daun
putri malu dan kemangi diharapkan mampu menjadi solusi praktis mengatasi
permasalahan pada rambut rontok dan berketombe.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bgaimana proses pembuatan hair tonic dari ekstrak daun putri malu dan
kemangi?
2. Apakah pengaruh ekstrak daun putri malu dan kemangi terhadap hair tonic
untuk rambut rontok dan berketombe?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui formulasi serta stabilitas fisik sediaan hair tonic dair ekstrak putri
malu dan kemangi.
2. Mengetahui manfaat serta pengaruh ekstrak daun putri malu dan kemangi
terhadap hair tonic untuk rambut rontok dan berketombe.

1.4 Urgensi Penelitian


Daun putri malu (Mimosa pudica Linn) dan kemangi (Ocimum basilicum L.)
Berpotensi memiliki beberapa kandungan berperan dalam mengatasi rambut rontok
dan berketombe. Sehingga dilakukan penelitian ini untuk mempermudah pemanfaatan
daun putri malu dan kemangi untuk mengatasi rambut rontok dan berketombe yang
akan diubah dalam bentuk hair tonic sehingga dapat langsung diaplikasikan.

1.5 Luaran yang diharapkan


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memanfaatkan daun
putri malu dan kemangi dengan menciptakan produk hair tonic alami untuk mengatasi
rambut rontok dan berketombe. Serta dapat digunakan sebagai refrensi dan
dipublikasikan dalam bentuk artikel maupun artikel ilmiah atau potensi paten.
1.6 Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah menciptakan inovasi baru dalam dunia
kosmetik, terutama mengenai pencegahan rambut rontok dan berketombe. Serta
meningkatkan nilai guna daun putri malu dan kemangi.
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA

2.1 Daun Putri Malu ((Mimosa pudica Linn)


Putri malu (Mimosa pudica Linn), adalah tanaman berduri yang termasuk
dalam tanaman berbiji terutup (angiospermae) (Arisandi & Andriani, 2008). M. pudica
Linn berasal dari kata “mimic” yang berarti daun yang sensitif, dan pudica yang berarti
malu, mengundurkan diri, atau menyusut (Abirami, et al., 2014). Tanaman ini
merupakan spesies asli dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah, namun saat ini M.
pudica Linn dikategorikan sebagai tanaman pantropikal (Namita, et al., 2012).
Klasifikasi Klasifikasi tumbuhan putri malu adalah sebagai berikut (Jayani, 2007) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Rosales Suku : Mimosaceae
Familia : Mimosaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica Linn
Kandungan kimia dan manfaat putri malu hasil analisis kualitatif dari ekstrak metanolik
Mimosa pudica Linn mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, fenolik
(Kaur dkk, 2011). Bagian daun, batang, dan akar putri malu (Mimosa pudica Linn)
mengandung senyawa mimosin, tanin, alkaloid dan saponin. Senyawa mimosin
merupakan salah satu asam amino hasil biosintetik turunan dari lysin (Siswono, 2005).
Ekstrak daun M. pudica Linn memiliki daya antimikrobial yang kuat (Abirami, et al.,
2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Abirami, et al. (2014) gel ekstrak daun
M. pudica Linn yang dibuat dalam 4 konsentrasi yakni 30, 60, 90, dan 120 μl/ml, hasil
pengujian menunjukkan daya hambat terhadap mikroba fungi dan bakteri. Ekstrak daun
M. pudica Linn memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol,
monoterpenoid, steroid karbohidrat, protein, saponin, triterpene, dan glikosida yang
berperan dalam mengatasi rambut rontok dan berketombe (Racadio, et al., 2008).
Senyawa flavonoid, tanin, dan saponin diduga berperan aktif sebagai agen antijamur
(Tamilarasi dan Ananthi, 2012). Glikosida mengandung molekul karbohidrat (gula),
terutama produk alami pada tanaman, dapat diubah melalui pemecahan hidrolitik
menjadi gula dan komponen bukan gula (aglycone) dan diberi nama spesifik untuk
gula yang dikandungnya, seperti glukosida (glukosa), pentosida (pentosa), fruktosida
(fruktosa) (Dorland, 2012).

2.2 Kemangi (Ocimum sanctum L.)


Kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh liar
yang dapat ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini tumbuh ditempat
tanah terbuka maupun agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan. Tumbuh
kurang lebih 300 m di atas permukaan laut (Zainal, dkk. 2016). Seiring dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat telah memanfaatkan
tanaman kemangi sebagai hasil alam yang menjadi nilai ekonomi tinggi, biasanya
masyarakat menjadikan daun kemangi sebagai pelengkap masakan atau sebagai lalapan
(Safwan, dkk. 2016). Manfaat kemangi selain itu dapat digunakan sebagi obat,
pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran dan minuman penyegar. Hasan
(2016) menjelaskan hasil dari penelitian fitokomia pada tanaman kemangi telah
membuktikan adanya flavonoid, glikosit, asam gallic dan esternya, asam cafeic, dan
minyak atsiri yang mengandung eugenol (70,5%) sebagai komponen utama.
Sistematika kemangi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Classis : MagnoliopsidaOrdo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : Ocimum sanctum L. Sumber : (Verma, 2016)
Kandungan senyawa yang terdapat pada kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu,
cirsimaritin, cirsilineol, apigenin, isotymusin, tanin dan asam rosmarinat, dan jumlah
yang cukup besar dari eugenol (komponen utama minyak atsiri) (Singh, dkk. 2012).
Daun kemangi kaya akan mineral makro yaitu kalsium, fosfor, dan magnesium, juga
mengandung betakaroten dan vitamin C. Daun kemangi juga mengandung komponen
non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, boron, anetol, arginin dan minyak
atsiri. Komposisi yang terkandung didalam kemangi antara lain grotenoid 19,77 ±
0,01%, total phenolic 2,09 ± 0,10% dan total flavonoid 1.87 ± 0,02% (Bhattacharya,
dkk. 2014).

2.3 Kerontokan Rambut


Rambut rontok (hair loss) adalah suatu kelainan di mana jumlah rambut lebih
sedikit atau terlepas lebih banyak dari normal, dengan atau tanpa penipisan yang
tampak. Normalnya rambut kepala terlepas sebanyak 80–120 helai/hari (Paus, dkk,
2015). Jumlah folikel rambut kepala normalnya sekitar 100.000, dan disebut sebagai
kelainan jika jumlahnya mencapai 50% yang berarti sekitar 50.000 helai (Dawber dkk,
2004). Rambut rontok yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan kosmetik rambut
adalah melalui mekanisme patahnya batang rambut yang rusak, telogen efluvium,
anagen efluvium dan alopesia sikatrikalis. Mekanisme yang paling banyak ditemukan
adalah kerusakan pada batang rambut, karena batang rambut adalah bagian yang
berinteraksi dengan paparan tersebut secara langsung (Horev, 2007). Kerusakan ini
disebut sebagai "weathering", yang artinya adalah degenerasi kutikula yang berlanjut
ke korteks secara progresif akibat paparan penyebab yang terus-menerus (Saphiro dan
Callender, 2008).
Menurut Mitsui (1992), kandungan kimia utama rambut adalah protein keratin
yang terdiri dari 18 jenis asam amino, sedangkan kandungan sampingannya yaitu
pigmen melanin (3% dari total), elemen kecil (besi, mangan, kalsium, magnesium,
seng, dan tembaga selain komponen anorganik seperti fosfor dan silikon), dan lemak
(1-9%, contohnya squalane, monogliserida, digliserida, trigliserida, asam lemak bebas,
kolesterol, ester kolesterol, dan ester lemak). Kekurangan kandungan kimia tersebut
akan menyebabkan kerontokan.

2.4 Ketombe
Ketombe atau istilah lain dari ketombe yaitu seborcheic dermatitis adalah
pelepasan sel-sel kulit kepala yang sudah mati secara berlebihan. Ketombe terbagi atas
dua jenis: Ketombe Kering (Pityriasis Capitis Simples), dapat dilihat dengan tanda
yaitu adanya sisik-sisik yang berwarna putih hingga kuning dan kehitam-hitaman,
mengkilap serta kering pada kulit kepala. Akibat dari ketombe kering ini adalah sangat
gatal, rambut rontok karena terganggu pertumbuhannya; Ketombe Basah (Pityriasis
Steatoides), tanda tanda dari ketombe basah ini adalah berupa sisik-sisik berwarna
seperti juga ketombe kering, tapi bukan kering melainkan basah, ciri-ciri yang lain
sama seperti ketombe kering dan akibat yang ditimbulkannya tetapi kadang kadang
ketombe basah ini agak berbau dibandingkan ketombe kering. Disamping itu lebih
susah dalam penataan rambut, karena kondisi rambut terlalu basah (Rostamailis, 2005).

2.5 Sediaan Perangsang Pertumbuhan Rambut (Hair Tonic)


Penumbuh rambut (hair tonic) adalah sediaan yang mengandung bahan-bahan
yang diperlukan oleh rambut, akar rambut, dan kulit kepala. Penggunaan bahan-bahan
yang berfungsi sebagai penumbuh rambut (misalnya counter irritant) dalam konsentrasi
rendah akan menyebabkan kemerahan pada kulit dan rasa hangat sehingga
meningkatkan aliran darah pada kapiler kulit (Balsam dan Sagarin, 1974). Menurut
Depkes (1985), bahan-bahan yang digunakan sediaan perangsang pertumbuhan rambut
terdiri dari pelarut dan zat bermanfaat. Pelarut yang digunakan antara lain air, alkohol
dengan kadar serendah mungkin hanya untuk memudahkan kelarutan, serta gliserin
yang berfungsi sebagai pelicin dan emolien, dimana kadar gliserin 2-5%. Zat
bermanfaat disesuaikan sebagai efek sebagai daya pembersih, menghilangkan atau
mencegah ketombe, memperbaiki sel darah kulit kepala, memperbaiki atau
memulihkan sekresi kelenjar sebum dan merangsang pertumbuhan rambut.
2.6 Stabilitas Sediaan
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik
untuk bertahan dalam spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk.
Sediaan kosmetik yang stabil didefinisikan sebagai suatu sediaan yang masih berada
dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan,
dimana sifat dan karakteristik sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat.
Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna atau
munculnya warna, timbul bau, perubahan, atau pemisahan fase, pecahnya emulsi,
pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi, pertumbuhan kristal,
terbentuknya gas, dan perubahan fisik lainnya (Djajadisastra, 2004).
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan percobaan yaitu RAL
(Rancangan Acak Lengkap) faktorial dengan dua faktor, yaitu dengan perbandingan
ekstrak daun putri malu 5%, 10%, 15%, dan 20%, serta perbandingan ekstrak daun
kemangi 3%, 5%, 10%, 15%. Setelah itu dilakukan evaluasi sediaan dan uji hair tonic
pada rambut manusia kepada masing-masing 5 orang volunteer dengan pengaplikasian
setiap hari sebeum dan sesudah pengaplikasian diamati.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu yang digunakan untuk penelitian ini yaitu 4-5 bulan. Penelitian
dilakukan di Rekayasa Proses Pangan dan Hasil Pertanian dan di laboratorium
Manajemen Agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

3.3 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik, gelas arloji,
beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, botol semprot, botol plastic, vial,
tisu, kertas saring, spatula, pH meter, viscometer. Beberapa bahan yang digunakan
pada penelitian ini adalah ekstrak daun putri malu, ekstrak daun kemangi, Etanol 96%,
Propilen Glikol, Natrium Metabisulfit, Propil Paraben, Metil Paraben, Menthol,
Aquadest, Natur (hair tonic yang beredar di pasaran)
3.4 Tahapan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Ekstrak Etanol 96% Daun Putri Malu dan Daun Kemangi
Daun putri malu yang sudah dikeringkan kemudian di giling dan rendam
dalam etanol dengan konsentrasi masing-masing 100 gr di dalam 1000 ml etanol
direndam selama 2-3 hari. Serbuk bahan dimaserasi dengan etanol 96 %, maserat
diambil setelah di rendam selama 3 hari lalu saring menggunakan kertas saring,
maserasi di hentikan apabila larutan memberikan maserat yang jernih. Maserat yang
sudah didapatkan selanjutnya diuapkan dengan menggunakan destilator pada suhu
700C sampai pekat. Ekstrak yang sudah didapatkan kemudian dipekatkan dengan
menggunakan oven dan setelah selesai disimpan di dalam tempat yang kering.
Perbandingan ekstrak putri malu dan daun kemangi 5:3%, 10:5%, 15:10%, dan
20:15%.
3.4.2 Formulasi Sediaan Hair Tonic
Sediaan hair tonic dibuat dalam 3 formula, masing-masing 50 mL. Formula
hair tonic dengan menggunakan ekstrak daun putri malu dan kemangi disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi sediaan hair tonic
Bahan Fungsi Bahan Rentang Konsentrasi (%)
Konsentrasi F1 F2 F3 F4
Ekstrak Daun Putri Bahan Aktif - 0 10 15 20
Malu
Ekstrak Daun Bahan Aktif, - 0 5 10 15
Kemangi Pewarna dan
aroma alami
Etanol 96% Pelarut, kosolven, 30% 30 30 30 30
antimikroba
Propilen Glikol Pelarut, humektan 5-80% 15 15 15 15
Natrium Metabisulfit Antioksidan 0,01-0,1% 0.01 0.01 0.01 0.01
Metil Paraben Pengawet 0,02-0,3% 0.1 0.1 0.1 0.1
Menthol Sensasi dingin, 0,1-2,0% 0.3 0.3 0.3 0.3
peningkat
penetrasi kulit
Aquades Pelarut - Add Add Add Add
50 50 50 50
Keterangan:
- Kontrol positif : hair tonic Natur (2-3 tetes)
- Setiap formula direplikasi sebanyak 3 kali
3.4.3 Prosedur Pembuatan Hair Tonic Ekstrak Daun Putri Malu dan Kemangi
1. Timbang bahan-bahan yang diperlukan
2. Larutkan ekstrak dalam aquadest hingga larut
3. Larutkan 0,0055 g natrium metabisulfit dalam aquadest hingga larut lalu
campurkan ke dalam larutan ekstrak
4. Larutkan masing-masing 0,0055 g propil paraben dan 0,055 g metil paraben
dalam etanol hingga larut kemudian dihomogenkan.
5. larutkan 0,165 g menthol ke dalam etanol. campurkan dengan larutan no 4 dan
tambahkan propilen glikol sedikit demi sedikit kemudian dihomogenkan
6. Campurkan larutan no. 3 dengan larutan no.5 kemudian aduk hingga homogen

3.5 Evaluasi Sediaan


3.5.1 Uji Organoleptis
Tonik rambut diamati tentang perubahan warna, aroma, bau dan konsistensi,
pengamatan organoleptik dilakukan untuk mendapatkan perubahan fisik (warna dan
aroma) dari hair tonic.
3.5.2 Pemeriksaan pH (Depkes RI, 1995)
Tonik rambut 20 ml diukur dengan pH meter melalui jumlah konstan yang
tercantum sebagai nilai pH. Nilai pH dapat mempengaruhi efektivitas, stabilitas, dan
kenyamanan penggunaan. pH sediaan disesuaikan dengan SNI yakni antara 3-7.
Apabila sediaan terlalu asam akan menyebabkan iritasi kulit dan apabila terlalu basa
akan menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik.
3.5.3 Uji Flavonoid
Sampel sebanyak 0,5 gram ditimbang selanjutnya ditambahkan 5 mL aquades
dan dipanaskan kemudian disaring. Filtrat ditambahkann dengan 0,1 gram logam Mg
dan 5 tetes HCl pekat. Apabila menghasilkan warna kuning jingga maka hasilnya
positif mengandung flavonoid.
3.5.4 Penentuan Viskositas (Martinet dkk,1993)
Berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) kisaran nilai viskositas sediaan
hair tonic berada dibawah 5 cPs pada suhu kamar (25ᵒC) (Akib, 2016). Hair tonic 10
mL dimasukkan melalui tabung dan hair tonic yang tersedot melalui batas bawah dan
batas atas lalu tonik rambut dibiarkan mengalir dari batas atas hingga batas bawah.
Waktu yang dibutuhkan untuk tonik rambut mengalir diukur dengan stopwatch.
Viskositas kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

η1 𝜌1𝑡1
=
η2 𝜌2𝑡2

Dimana :

η = viskositas hair tonic

η1 = vikositas air

ρ2 and ρ1 = densitas

t1 and t2 = waktu

3.5.5 Uji Stabilitas


a. Cycling Test Sampel disimpan pada suhu 4ºC selama 24 jam kemudian
dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu 40ºC ± 2ºC selama 24 jam (satu
siklus), lakukan uji sebanyak 6 siklus dan lakukan evaluasi fisik.
b. Penyimpanan pada suhu tinggi. Sampel disimpan pada suhu 40ºC ± 2ºC selama
2 minggu kemudian dilakukan evaluasi fisik.
c. Penyimpanan pada suhu kamar. Sampel disimpan pada suhu 25ºC ± 2ºC selama
2 minggu kemudian dilakukan evaluasi fisik.
d. Penyimpanan pada suhu rendah. Sampel disimpan pada suhu 4ºC ± 2ºC selama
2 minggu kemudian dilakukan evaluasi fisik.
3.5.6 Pengujian Homogenitas
Dilakukan dengan mengamati partikel secara visual tidak mudah larut dan diendapkan
sebelum dan sesudah uji daur ulang. Formulasi diuji untuk homogenitas dengan
tampilan visual dan sentuhan.
3.6 Hasil Luaran
Luaran dari penelitian ekstraksi kandungan bahan aktif daun putri malu dan
kemangi ini adalah dapat menghasilkan tonic rambut untuk mengatasi rambut rontok
dan ketombe. Antimikroba dan nutrisi yang terkadung pada tanaman tersebut di
harapkan mampu diaplikasikan secara lebih efisien. Serta menghasilkan karya tulis
ilmiah yang mampu dikembangkan pada seminar nasional.
3.7 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan per tahapan penelitian adalah dapat menghasilkan
produk hair tonic yang berkualitas baik dan berpotensi untuk mengatasi rambut rontok
dan ketombe.

3.8 Pengumpulan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan setelah mendapatkan hasil pengamatan
berkurangnya rambut rontok dan ketombe pada 20 volunteer yang dibagi dengan
beberapa konsentrasi ekstrak daun putri malu dan kemangi setiap hair tonic. Analisis
data pada penelitian adalah mencari pengaruh konsentrasi ekstrak daun putri malu dan
daun kemangi terhadap sifat fisik dan stabilitas hair tonic dengan rancangan percobaan
yaitu RAL (Rancangan Acak Lengkap) faktorial dengan dua faktor. Evaluasi sediaan
meliputi uji flavonoid, uji organoleptis, uji ph, dan pada uji viskositas digunakan uji
homogenitas yang dilanjutkan dengan uji RAL.

3.9 Kesimpulan Hasil


Hasil yang diperolah pada penelitian ini yaitu hair tonic dari ekstrak daun putri
malu dan kemangi dapat efektif dalam mengatasi rambut rontok dan ketombe serta
memiliki kualitas yang baik.

Anda mungkin juga menyukai