Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANALISIS FIVE FORCES MODEL

PADA PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR, Tbk

Oleh:
Aisyah Sekaryanti
2019116171

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
BAB II 3
KAJIAN TEORITIS 3
2.1 Strategi Pemasaran 3
2.2 Porter’s Five Forces Model 4
BAB III 5
DATA 5
BAB IV 6
ANALISIS DATA 6
4.1 Strategi Pemasaran Indofood 6
4.2 Analisa Porter’s Five Forces PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk 6
BAB V 7
SIMPULAN DAN SARAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indofood adalah perusahaan makanan perdana di Indonesia, dan menguasai
pasaran dalam negeri melalui berbagai produknya, termasuk mi instan, tepung
terigu, berbagai merek minyak dan lemak nabati, makanan bayi, serta makanan
ringan. Indofood juga memproduksi produk bumbu makanan. Merekmerek yang
memainkan peranan penting dalam menopang stabilitas bisnis Indofood dan
kekuatan fundamental Indofood antara lain mi instan Indomie, Supermi, Sarimi dan
Sakura, minyak sayur Bimoli dan Sunrise, margarin Royal Palmia dan Simas,
makanan ringan Chiki, Chitato dan Jet-Z, produk makanan bayi Promina dan Sun,
serta kecap Indofood dan Piring Lombok (www.indofood.com).
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar
yang sangat terkenal di Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan
makanan dan minuman yang didirikan pada tahun 1971 dan memiliki cabang
hampir di semua daerah di Indonesia dengan mencanangkan suatu komitmen untuk
menghasilkan produk makanan olahan bermutu, aman, dan halal untuk dikonsumsi.
Aspek kesegaran, higienis, kandungan gizi, rasa, praktis, aman dan halal
dikonsumsi senantiasa menjadi prioritas Indofood untuk menjamin mutu produk
yang selalu prima.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP” atau “Perseroan”) adalah
salah satu pemain mapan dan terkemuka di sektor produk konsumen bermerek. PT.
Indofood CBP bergerak dalam kategori bisnis yang beragam, termasuk mie, susu,
makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus, dan minuman.
ICBP juga menjalankan bisnis pengemasan, memproduksi kemasan fleksibel dan
bergelombang untuk produk PT. Indofood CBP .
PT. Indofood CBP menyediakan solusi sehari-hari untuk konsumen dari
segala usia di seluruh segmen pasar, dengan lebih dari 30 merek produk terkemuka.
Banyak dari merek ini menikmati posisi pasar yang signifikan di Indonesia,
didukung oleh kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen selama puluhan tahun.
Operasi bisnis ICBP didukung oleh lebih dari 60 pabrik yang berlokasi di area
utama di seluruh Indonesia, memungkinkan PT. Indofood CBP untuk tetap lebih
dekat dengan pelanggan PT. Indofood CBP dan memastikan kesegaran dan
ketersediaan produk. Sebagian besar produk PT. Indofood CBP mudah didapat di
perdagangan umum dan modern di seluruh nusantara. PT. Indofood CBP didukung
penuh oleh jaringan distribusi Indofood yang luas di Indonesia untuk memenuhi
permintaan konsumen secara tepat waktu dan efisien.
Selain Indonesia, ICBP juga mengekspor produknya ke seluruh dunia.
Sebagai bagian dari strategi ekspansi bisnis inti PT. Indofood CBP , ICBP
mengakuisisi Pinehill Company Limited, produsen mie instan dengan lebih dari 20
fasilitas manufaktur di Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara, menjadikan
ICBP salah satu produsen mie instan terbesar di dunia dengan pangsa pasar yang
kuat. secara global.
VISI PT. Indofood CBP
Menjadi Perusahaan Barang Konsumen Terkemuka
MISI PT. Indofood CBP
• Untuk terus berinovasi, berfokus pada kebutuhan konsumen, menghadirkan
merek-merek hebat dengan kinerja yang tak tertandingi
• Menghasilkan produk berkualitas yang disukai konsumen
• Untuk terus meningkatkan karyawan, proses, dan teknologi kami
• Berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara
berkelanjutan
• Untuk terus meningkatkan nilai pemangku kepentingan

NILAI PT. Indofood CBP


"Dengan disiplin sebagai dasar cara hidup kami; Kami menjalankan bisnis
kami dengan integritas; Kami memperlakukan pemangku kepentingan kami dengan
hormat; dan bersama-sama kami bersatu untuk berjuang untuk keunggulan dan
inovasi berkelanjutan."
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disusun perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah PT. Indofood CBP mengimplementasikan strategi
pemasarannya?
2. Bagaimana analisa Five Forces Model yang ada pada PT. Indofood CBP?
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Strategi Pemasaran


Strategi pemasaran adalah rencana komprehensif yang dirumuskan secara
khusus untuk mencapai tujuan pemasaran organisasi. Ini memberikan cetak biru
untuk mencapai tujuan pemasaran ini. Ini adalah blok bangunan dari rencana
pemasaran. Ini dirancang setelah riset pemasaran terperinci. Strategi pemasaran
membantu organisasi untuk memusatkan sumber daya yang langka pada peluang
terbaik untuk meningkatkan penjualan.
Sebuah strategi pemasaran dirancang oleh:
1. Memilih pasar sasaran. Yang dimaksud dengan pasar sasaran adalah kepada
siapa organisasi ingin menjual produknya. Tidak semua segmen pasar
bermanfaat bagi organisasi. Ada segmen pasar tertentu yang menjamin
keuntungan cepat, ada segmen tertentu yang mungkin memiliki potensi besar
tetapi mungkin ada hambatan masuk yang tinggi. Pilihan yang cermat harus
dibuat oleh organisasi. Riset pemasaran yang mendalam harus dilakukan
terhadap ciri-ciri pembeli dan kebutuhan khusus pembeli di pasar sasaran.
2. Mengumpulkan bauran pemasaran. Yang dimaksud dengan bauran pemasaran
adalah bagaimana organisasi mengusulkan untuk menjual produknya.
Organisasi harus mengumpulkan empat P pemasaran dalam kombinasi yang
tepat. Mengumpulkan bauran pemasaran adalah bagian penting dari tugas
pemasaran. Berbagai keputusan harus dibuat seperti :
- Apa campuran yang paling tepat dari empat P dalam situasi tertentu?
- Saluran distribusi apa yang tersedia dan mana yang harus digunakan
- Strategi pengembangan apa yang harus digunakan di pasar sasaran?
- Bagaimana seharusnya struktur harga dirancang?
Pentingnya strategi pemasaran memberi organisasi keunggulan atas
pesaingnya. Strategi membantu dalam mengembangkan barang dan jasa dengan
potensi keuntungan terbaik. Strategi pemasaran membantu dalam menemukan area
yang dipengaruhi oleh pertumbuhan organisasi dan dengan demikian membantu
dalam menciptakan rencana organisasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Ini
membantu dalam menetapkan harga yang tepat untuk barang dan jasa organisasi
berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh riset pasar. Strategi memastikan
koordinasi departemen yang efektif. Ini membantu organisasi untuk memanfaatkan
sumber dayanya secara optimal sehingga dapat memberikan pesan penjualan
kepada pasar sasarannya. Strategi pemasaran membantu memperbaiki anggaran
iklan terlebih dahulu, dan juga mengembangkan metode yang menentukan ruang
lingkup rencana, yaitu menentukan pendapatan yang dihasilkan oleh rencana
periklanan. Singkatnya, strategi pemasaran dengan jelas menjelaskan bagaimana
sebuah organisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.2 Analisa Porter’s Five Forces Model
Porter’s Five Forces atau yang sering disebut dengan Analisis Lima Kekuatan
Porter adalah suatu model yang diciptakan oleh Michael Porter yang bertujuan
untuk menggambarkan kerangka sebagai analisis pengembangan strategi bisinis
atau lingkungan persaingan yang berkontribusi terhadap daya saing dan keunggulan
kompetitif (Chairunisa & Irawan, 2020). Kerangka Porter’s Five Forces Model
terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Porter’s Five Forces Model

Menurut Porter’s Five Forces ada lima hal yang dapat menentukan tingkat
persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri. Dengan mengunakan Analisis
Lima Kekuatan ini, kita dapat memahami kekuatan posisi persaingan saat ini dan
kekuatan posisi persaingan pada bisnis yang sedang dan akan direncanakan. Berikut
adalah penjelasan dari setiap sisinya:
1. Threat of new entrants (Ancaman Pendatang Baru)
Ancaman ini menentukan seberapa mudah atau sulitnya untuk masuk ke
industri tertentu. Ancaman pendatang baru dalam industri serupa mengakibatkan
semakin ketatnya persaingan yang berdampak pada penurunan laba. Tingkat
ancaman pendatang baru diukur berdasarkan kemampuan pendatang baru untuk
masuk dan berkompetisi dengan perusahaan lain yang sejenis (Fiorenita &
Dwianika, 2021).
Ancaman pesaing tidak hanya datang dari para kompetitor lama. Seiring
dengan berkembangnya usaha, munculah kompetitor baru. Masuknya pemain baru
dalam industri akan membuat persaingan menjadi ketat yang pada akhirnya dapat
menyebabkan turunnya laba. Hal ini berkaitan dengan seberapa mudah pendatang
baru untuk ikut berkompetisi dalam persaingan usaha sejenis. Terdapat tujuh
sumber utama hambatan terhadap masuknya pendatang baru:
1. Skala ekonomi
2. Diferensiasi produk
3. Persyaratan Moda
4. Biaya peralihan
5. Kerugian biaya yang tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan
6. Akses terhadap saluran distribusi
7. Kebijakan pemerintah

2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)


Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual
bahan baku pada harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas
rendah kepada pembelinya (Pamungkas, 2016).
Pemasok dapat menjadi berpengaruh di lingkungan industri apabila memiliki
situasi berikut.
1. Industri didominasi oleh sedikit pemasok;
2. Produk yang disediakan unik dan biaya peralihan ke produk lain cukup tinggi;
3. Tidak ada produk substitusi;
4. Pemasok memiliki kemampuan untuk berintegrasi; dan
5. Produk kurang signifikan terhadap penjualan pemasok.
Ketergantungan perusahaan terhadap pemasok berakibat terhadap ancaman
bagi perusahaan itu sendiri. Untuk itu perusahaan perlu memilih pemasok yang
tepat dari sisi kualitas dan harga.
3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)
Daya tawar pelanggan adalah kemampuan pembeli untuk menekan dan
menawar harga untuk memperoleh kualitas barang atau jasa yang lebih tinggi.
Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen,
semakin tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah
ataupun kualitas produk yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba yang
akan didapatkan oleh perusahaan (Aprillia, 2020).
Terdapat beberapa faktor bagi pelanggan untuk menjadi kompetitor yang
kuat, antara lain:
1. Pembelian besar;
2. Integrasi ke berbagai lapisan;
3. Menjadi pemasok alternatif;
4. Biaya rendah untuk mengganti pemasok;
5. Produk mencerminkan tingginya persentase biaya pembelian;
6. Pembeli mendapatkan keuntungan yang rendah; dan
7. Produk tidak penting bagi pembeli.

4. Threat of substitutes (Ancaman Produk Pengganti)


Produk substitusi adalah suatu produk yang tampaknya berbeda tetapi dapat
memenuhi kebutuhan yang sama. Ancaman produk pengganti merupakan barang
atau jasa yang dapat menggantikan produk sejenis. Adanya produk atau jasa
pengganti akan membatasi jumlah laba potensial yang didapat dari suatu industri.
Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin
ketat pembatasan laba dari suatu industri. Hambatan atau ancaman ini terjadi
apabila pembeli/konsumen berhadapan dengan produk pengganti yang lebih murah
atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih baik dengan biaya pengalihan
yang rendah (Widayani, 2018). Hal ini menyebabkan semakin banyaknya ragam
produk dalam industri yang dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan.
5. Rivalry among existing competitors (Persaingan dengan Kompetitor Sejenis)
Dalam model ini, persaingan dengan kompetitor sejenis inilah yang menjadi
faktor utama dalam persaingan bisnis. Kompetitor dalam hal ini adalah industri
yang menghasilkan serta menjual produk sejenis, yang bersaing memperebutkan
pasar yang sama. Kompetisi yang terjadi dalam industry sejeni biasanya terjadi dari
segi harga, kualitas produk, pelayanan purna jual, yang semua hal tersebut
membentuk nilai tersendiri di benak konsumen. Semakin banyak kompetitor,
perusahaan akan semakin bekerja keras memenangkan persaingan. Persaingan
bisnis yang kian ketat terjadi jika banyaknya perusahaan pesaing yang merebutkan
pangsa pasar yang sejenis. Segala aspek diperlukan untuk mengoptimalkan posisi
seperti halnya dengan taktik persaingan harga, promosi, dan peningkatan pelayanan
atau jaminan kepada pelanggan (Limantoro & Mustamu, 2018).
Terdapat tujuh faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persaingan
antarperusahaan, antara lain:
1. Jumlah pesaing
2. Angka pertumbuhan industri
3. Karakteristik produk atau jasa
4. Jumlah biaya tetap
5. Kapasitas
6. Rintangan keluar
7. Keberagaman pesaing
BAB III
DATA

Terdapat berbagai strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT. Indofood


dalam memasarkan produknya. Sebelum mengimplementasikan strategi
pemasarannya, PT. Indofood melakukan survei terhadap produk mereka di pasar.
Beberapa survei yang dilakukan seperti menentukan keperluan mendasar konsumen
yang harus dilayani dan dipenuhi, menentukan kelompok masyarakat yang akan
dilayani melalui segmenting, targeting, dan positioning (STP), dan menetapkan
marketing mix 4P (product, place, price, promotion). Survei tersebut dilakukan
dengan tujuan agar PT. Indofood dapat menyerang target pasar yang sesuai dengan
produk mereka. Setelah itu, PT. Indofood mengimplementasikan strategi
pemasarannya melalui berbagai kegiatan promosi seperti memasang iklan melalui
media cetak dan elektronik, papan reklame di jalan besar, mengadakan kompetisi
membuat jingle, dan sebagainya. Hal ini bertujuan agar produk PT. Indofood dapat
dikenal oleh seluruh masyarakat luas dengan hanya mendengarkan namanya saja.
Contohnya, strategi pemasaran yang dilakukan PT. Indofood pada produk
Indomie. Seperti yang diketahui, produk Indomie merupakan produk mie instan
ternama di Indonesia. Produk Indomie bukan hanya dikenal di Indonesia,
melainkan dikenal secara internasional. Dalam strategi pemasarannya, Indomie
telah melakukan segmentasi, targeting, dan positioning produk mereka sehingga
Indomie dapat memposisikan produk mereka di target pasar yang tepat sesuai
dengan segmentasi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam marketing mix 4P,
Indomie memiliki strateginya sendiri yang membedakan mereka dengan produk
mie instan lainnya. Indomie terus melakukan inovasi dalam menyajikan berbagai
varian rasa baru. Varian rasa baru tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat dengan
harga yang terjangkau dikarenakan Indomie yang membidik target pasar yang
menyeluruh dalam artian seluruh lapisan masyarakat dapat mengonsumsi produk
Indomie. Produk Indomie juga tersebar luas di seluruh Indonesia sehingga produk
Indomie dapat dibeli oleh seluruh konsumen yang menginginkannya. Untuk
promosi, Indomie mengembangkan tagline yang berbunyi “Indomie Seleraku”.
Selain itu, Indomie juga mengeluarkan jingle dengan tujuan agar produk Indomie
selalu diingat di benak konsumen. Indomie gencar melakukan promosi di berbagai
media, baik media cetak maupun elektronik. Promosi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan brand awareness masyarakat akan produk Indomie. Selain itu,
Indomie juga melakukan kolaborasi dengan beberapa brand seperti brand yang
berada di naungan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, yakni Chitato dengan
mengeluarkan varian Chitato rasa Indomie yang berhasil menyita perhatian
konsumen.

Gambar 3 Contoh Penawaran Indofood di supermarket.

Indofood Sukses Makmur Tbk juga menguasai pasar Amerika, Eropa, dan
Australia. Terdapat 2 strategi pemasaran PT. Indofood dalam ranah internasional.
Yang pertama ialah lisensi. Indofood memasarkan produk utamanya, Indomie,
dengan cara lisensi kepada banyak negara Saudi Arabia (Pinehill Arabia Food
Limited), Nigeria (De United Food Industries Limited), dan yang terbaru ialah
Serbia (Indoadriatic Industry). Cara lisensi ini tentu merupakan cara yang baik dan
efektif agar produk dari Indofood dapat diterima dengan baik di negara asing.
Strategi internasional kedua yang PT. Indofood Sukses Makmur Tbk lakukan
ialah joint venture. Joint venture yang dilakukan PT. Indofood CBP yang paling
signifikan ialah dengan Asahi Group dan Nestle. Dengan melakukan joint venture,
PT. Indofood tentunya akan mengembangkan produk nya di pasar bidang lainnya
seperti minuman non-alkohol, bumbu penyedap makanan (sekaligus
mengembangkan inovasi untuk bumbu produk mi instan Indofood).
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Strategi Pemasaran Indofood


Metode promosi yang digunakan adalah terutama melalui iklan di media
elektronik dan cetak, mensponsori berbagai acara, serta instalasi iklan billboard
secara luas. Indomie sangat dikenal dengan taglinenya, "Indomie Seleraku". Pada
tahun 2008 Indomie melakukan inovasi dalam promosinya dengan mengadakan
event Indomie Jingle Dare, sebuah ajang kompetisi bagi pelajar tingkatan SMA
untuk membuat jingle bagi iklan Indomie.
Salah satu produk Indofood yang melakukan promosi besar-besaran dan
berhasil terkenal luas hingga manca Negara adalah indomie. Rasanya yang enak
merupakan salah satu daya tarik utama mengapa produk ini dapat dikenal luas.
Indomie memiliki tagline yang sangat sederhana namun sangat pas dan ringan
untuk didengar dan diingat oleh masyarakat, yaitu “Indomie Seleraku” sedangkan
nama atau merek indomie menjadi salah satu keberhasilan dari memilih nama
produk sehingga produk tersebut banyak dikenal khususnya oleh masyarakat
Indonesia. Nama yang singkat, sederhana, namun unik, mudah diingat, menjadi
faktor dari keberhasilan tersebut. Masyarakat Indonesia sendiri beranggapan bahwa
nama atau merk indomie berasal dari kepanjangan Indonesia-Mie sehingga
menimbulkan asumsi bahwa indomie membawa jati diri bangsa.
Produk Indofood banyak di promosikan melalui : media elektronik dan
cetak yang menarik, papan billboard di jalan-jalan besar, menjadi sponsor acara,
mengadakan ajang lomba membuat jingle untuk indomie. Salah satu promosi
indomie yang cukup unik adalah dengan mengajak konsumen untuk bercerita
pengalaman- nya bersama indomie. Cara ini juga tergolong cukup sukses dilihat
dari antusiasme masyarakat dalam mengirim cerita-ceritanya tersebut dan dimuat
dalam media elektronik yaitu iklan televisi (Blattberg & Neslin, 1990).
4.2 Analisa Porter’s Five Forces PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
1. Threat of new entrants (Ancaman Pendatang Baru)
Tidak cukup banyak perusahaan baru yang dapat masuk ke industri Indofood
dikarenakan Indofood CBP telah membangun hambatan yang tinggi untuk para
pendatang baru terjun dalam bisnis ini. Produk-produk Indofood CBP telah lama
melekat sebagai produk unggulan di mata konsumen menjadi salah satu hambatan
bagi pemain baru untuk bersaing dalam industri ini. Indofood memiliki skala
ekonomi yang besar serta inovasi yang berkelanjutan, mampu menghasilkan
diferensiasi produk yang cukup tinggi. Selain itu, jaringan distribusi yang luas
menjadikan pasar Indofood sulit disaingi.
Hambatan bagi pemain baru yang akan memasuki industri ini yaitu pemain baru
membutuhkan investasi yang besar jika ingin memasuki industri yang sudah diisi
oleh perusahaan - perusahaan yang sudah memiliki produk yang dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia seperti produk-produk Indofood CBP. Selain itu, waktu juga
menjadi hambatan karena dibutuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa masuk dan
menjadi pemain besar didalam industri makanan dan minuman di Indonesia dan
pemain baru membutuhkan inovasi produk terbaru yang mungkin lebih baik dari
produk Indofood CBP.
2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)
Indofood CBP adalah perusahaan "Total Food Solutions", dengan aktivitas
bisnis yang mencakup semua tahapan proses produksi makanan, mulai dari
produksi, pemrosesan bahan baku hingga produk akhir yang tersedia di pasar.
Sebagai perusahaan terkemuka dalam industri makanan olahan di Indonesia,
Indofood CBP didukung dengan sistem distribusi yang luas sehingga produknya
dikenal di seluruh Indonesia.
Produk-produk Indofood CBP antara lain mie instan, susu, bumbu penyedap,
makanan ringan, makanan bayi, dan minuman kemasan. Merek produk Indofood
CBP merupakan merek terkemuka dikenal sebagai produk konsumen yang
berkualitas dengan harga terjangkau di pasar domestik dan produknya menjangkau
berbagai daerah di Indonesia. Indofood CBP melakukan integrasi vertical dengan
anak usaha PT Indofood Sukses Makmur yaitu Bogasari Indofood sebagai pemasok
bahan baku terigu untuk produksi mie instan. Hal tersebut sebagai langkah
Indofood CBP dapat memperoleh bahan baku tepung terigu dengan harga yang
lebih rendah. Selain itu, Indofood CBP memiliki citra yang kuat sebagai perusahaan
besar sehingga menjadikan pemasok memiliki daya tawar yang rendah terhadap
Indofood. Dan tidak sedikit pula pemasok yang ingin bekerja sama dengan
Indofood. Sehingga Indofood CBP memiliki daya tawar tinggi bagi pemasok guna
mendapatkan bahan input yang sesuai bagi produknya.
3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)
Sejak beberapa tahun terkahir, Indofood CBP mampu mendominasi pasar
dengan produk-produk yang berkualitas, inovatif, dan disertai dengan merek yang
kuat. Produk- produk yang dihadirkan Indofood CBP dianggap sebagai pilihan
utama oleh banyak konsumen.
Hal ini menyebabkan posisi Indofood CBP terhadap daya tawar konsumen
tingkat menengah karena switching cost yang rendah, cukup banyak produk pesaing
dan produk substitusi, dan konsumen yang cenderung sensitif terhadap harga
produk-produk Indofood CBP. Namun Indofood memiliki keunggulan pada
kekuatan merek dan harga produk yang terjangkau dapat mengurangi faktor daya
tawar konsumen. Adanya banyak produk pesaing dan produk subtitusi, Indofood
CBP perlu meningkatnya permintaan produk di pasaran dengan tingkat produksi
semakin tinggi. Banyaknya pesaing yang bermunculan membuat Indofood CBP
harus mencari solusi yang tepat agar tidak ditinggalkan konsumen. Dengan menjaga
kualitas produk dan menjadikan harga lebih murah dari yang lain akan membuat
konsumen merasa puas.
4. Threat of substitutes (Ancaman Produk Pengganti)
Produk substitusi Indofood hadir dalam berbagai jenis guna memenuhi
kebutuhan pangan konsumen. Walaupun terdapat berbagai jenis makanan dan
minuman, Indofood CBP telah menciptakan banyak lini utama produk pangan,
seperti mi instan, produk dairy, penyedap makanan, makanan ringan, makanan
khusus & nutrisi, tepung terigu, minyak goreng dan margarin.
Semakin tinggi selera masyarakat maka semakin tinggi pula tantangan
perusahaan untuk meningkatkan hasil dan inovasi pada produknya. Namun ketika
permintaan produk menurun, hal itu terjadi ketika orang bosan dan tidak tertarik
lagi untuk membelinya dan beralih ke produk pengganti yang dianggap lebih
menarik. Hal tersebut menjadi ancaman bagi Indofood CBP.
Contohnya adalah produk mie instan Indomie, seiring waktu masyarakat yang
awalnya antusias ingin membeli karena rasanya enak namun lama kelamaan
masyarakat merasa bosan karena produk tersebut tidak diberikan inovasi baru untuk
menarik konsumen kembali dan munculnya. produk pengganti seperti mie instan
sehat “Lemonilo” yang menawarkan produk yang serupa. Hal berikutnya yang
harus diperhatikan adalah kualitas produk, khususnya produk mie instan.
Munculnya isu mengenai kesehatan dari mengonsumsi mie instan, Indofood harus
memastikan bahwa mie yang mereka produksi merupakan makanan sehat.
5. Rivalry among existing competitors (Persaingan dengan Kompetitor
Sejenis)
Persaingan Indofood CBP dengan kompetitor lainnya termasuk dalam perfect
competition dimana perusahaan lain dipaksa untuk menjadi pengikut termasuk
dalam penentuan harga produk. Hal tersebut mungkin terjadi karena Indofood CBP
sudah sangat populer di setiap daerah, pangsa pasar Indofood CBP juga sudah
cukup luas. Sebagai contoh pasar mie instan, Indofood CBP memimpin dengan
merek andalannya, yaitu Indomie. Kekuatan merek Indomie sudah sangat kuat di
masyarakat dimana masyarakat terbiasa menyebut semua jenis mie instan dengan
“indomie”. Kompetitor utamanya adalah Mie Sedap yang memiliki kesamaan
mengejar ceruk pasar yang sama namun memiliki kekuatan merek yang lebih lemah
dibandingkan merek Indomie. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
persaingan dengan kompetitor antara lain:
• Jumlah pesaing produk Indofood CBP di berbagai lini produk cukup banyak.
Contohnya produk mie instan Indomie memiliki sejumlah pesaing di indutri mie
instan seperti Mie Sedap dari Wings Grup dan mie instan produk Mayora.
• Laju pertumbuhan industri mempengaruhi posisi perusahaan dimana
Indofood CBP harus mampu bersaing dengan kompetitornya yang dapat
menimbulkan perang harga dan kompetisi dalam promosi produk.
• Produk yang dihasilkan harus mampu menjamin keamanan dan memberikan
rasa kepuasan pada konsumen. Berdasarkan tingkat persaingan diantara pemain
yang ada, bagi Indofood CBP tidak cukup banyak perusahaan baru yang dapat
masuk ke industri ini karena Indofood CBP telah membangun hambatan yang tinggi
untuk para pemain baru untuk terjun dalam bisnis ini. Hambatan terhadap tingkat
persaingan bagi existing competitor diantaranya produk-produk Indofood CBP
telah lama melekat sebagai produk unggulan di mata konsumen dan didukung oleh
skala ekonomi yang besar untuk menghasilkan diferensiasi produk.
Selain itu, Indofood CBP memiliki keunggulan lain yaitu jaringan distribusi
luas yang mampu menjangkau seluruh wilayah di Indonesia bahkan hingga
menembus pasar ekspor. Keunggulan ini juga didukung oleh pengembangan
produk dan inovasi yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan di
segala produk dan bidang teknologi yang mendukung peningkatan kapasitas
produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.
Porter’s Five Forces Ancaman
Pendatang Baru Rendah
Daya Tawar Pemasok Rendah
Daya Tawar Pembeli Sedang
Produk Pengganti (substitusi) Tinggi
Persaingan dengan Kompetitor Sejenis Sedang
Tabel 1 Hasil Analisa Porter’s Five Forces PT Indofood CBP Sukses Makmur
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Strategi yang digunakan oleh Indofood yaitu integrasi vertikal dengan
diversifikasi pada portofolio produknya merupakan salah satu strategi yang
dilakukan perusahaan untuk memperluas usaha dengan membuka beberapa unit
bisnis atau anak perusahaan baru baik dalam lini bisnis yang sama dengan yang
sudah ada maupun dalam unit bisnis yang berbeda dengan bisnis inti perusahaan.
Strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi
Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada
organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span,
dan speed. Selain itu menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di
samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan
memperkenalkan produkproduk dengan higher price and higher margin. Selain itu
dilakukan diversifikasi harga dengan merubah bentuk dan rasanya.
Selain itu Indofood juga menerapkan strategi penetrasi pasar, yaitu berusaha
untuk meningkatkan pangsa pasar. Dalam strategi Indofood telah memperbanyak
tenaga penjual, menambah biaya advertising melalui iklan di televisi, majalah, dan
surat kabar, menawarkan promosi penjualan ekstensif, dan meningkat-kan
publikasi.
Indofood CBP juga melakukan diversifikasi produk untuk menggairahkan
pasar dan menarik perhatian konsumen untuk meningkatkan pembelian pada
produk – produk Indofood CBP. Diversifikasi produk Indofood CBP dengan
membuat beberapa produk baru seperti Indomie Seblak Hot Jeletot dan produk
limited edition seperti Indomie rasa Bhinneka, serta meremajakan kemasan Chiki
agar lebih menarik. Selain itu, Divisi Dairy kembali meluncurkan program
Indomilk Tobot Galaxy collectible pack. Diversifikasi menjadi pilihan yang
menarik bagi perusahaan ketika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat
ketat dan pertumbuhan pasar yang cepat. Ketika industri terkonsolidasi dan
beranjak dewasa, kebanyakan dari perusahaan yang masih bertahan telah mencapai
batas pertumbuhan dengan menggunakan strategi integrasi vertikal dan
diversifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Blattberg, Robert C. & Neslin Scott A., (1990), Sales Promotion: Concept,
Methods, and Strategies, New Jersey: Prentice Hall.
David, Fred R, (2006), Manajemen Strategis: Konsep, Edisi 10, Buku 1, Jakarta:
Salemba Empat.
Fiorenita, F., & Dwianika, A. (2021). "Penerapan Five Porter Analysis pada
Efektifitas Kelangsungan Usaha Pelaku UKM (Studi Kasus UD Rey
Collection)". Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi (JSMA), Vol. 13 (1),
pp: 37–47.
Hill, C.W.L. & Jones, G.R. (2013). Strategic Management: An Integrated
Approach, 10nd ed. Ohio: South-Western / Cengage Learning (e-book
version).
Hunger, J.David & Wheelen, Thomas L. (2003). Strategic Management 5th
Edition. Yogyakarta: Andi.
Ilham, Y., & Dirgantara, I. M. B. (2020). "Analisis pengaruh kualitas jaringan,
kualitas layanan, kualitas informasi, keamanan dan privasi pada penyedia
layanan internet terhadap kepuasan pelanggan dan dampak pada niat
pembelian ulang",Diponegoro Journal of Management, Vol. 9 (4), pp: 1-7.
Khoirunnisa, A. (2020). "Analisis Penerapan Strategi Generik Porter dalam
Meningkatan Daya Saing Perusahaan (Studi Kasus Bisnis Kuliner Sehat
“Naturicha Healthy Food and Drink”)". Jurnal Manajemen Pendidikan Dan
Ilmu Sosial, Vol. 1 (1), pp: 274–291.
Kotler, Philip, (2003), Marketing Management, Eleventh Edition, New Jersey:
Prentice Hall.
Kuncoro, Mudrajad, (2006), Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif,
Jakarta: Erlangga.
Mubarok,(2014), Strategi Pertumbuhan Berkelanjutan Indofood Di Pasar
Kompetitif, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol. 2, No. 2, pp: 99-101
Pera Agustin, H. M. Sitepu, Gayatria Oktalina, (2019), Analisis Lima Kekuatan
Porter Terhadap Keberhasilan Usaha Di Kfc (Kentucky Fried Chicken) Btc
(Bangka Trade Center) Pangkalpinang, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis
(JIPMB), STIE-IBEK, Volume 6 (5)
Pamungkas, D. P. (2016). "Analisis Competitive Force dan Competitive Strategy
Sistem Informasi Kuliner di Indonesia (Studi Kasus : Kulina.id)".
Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO), Vol. 1 (2),
pp: 118–127.
Septian Hintoro, Agustinus Fritz Wijaya, (2021), “Analisis Strategi Bersaing Pada
Biznet Branch Salatiga Menggunakan Porter’s Five Forces”, Jurnal
Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, Vol.2 (6), pp: 731-732
Widayani, A. (2018). "Daya Saing Program Studi". Jurnal Ekonomi Bisnis Dan
Kewirausahaan, Vol. 7 (2), pp: 37–56.
Wheelen, T.L., & Hunger, J.D. (2012). Strategic Management and Business,
Policy: Toward Global Sustainability, 13th ed. Pearson.
Zulkieflimansyah, Setiawan HP, (2005), Managemen Strategi: Sebuah Konsep
Pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai