PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian tentang standarisasi dan lokalisasi.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami mekanisme kontrol di perusahaan yang melakukan
internasionalisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Standardisasi secara umum adalah usaha bersama membentuk standar. Standar
adalah sebuah aturan, biasanya digunakan untuk bimbingan tetapi dapat pula bersifat wajib
(paling sedikit dalam praktik), memberi batasan spesifikasi dan penggunaan sebuah objek atau
karakteristik sebuah proses dan/atau karakteristik sebuah metode.Tujuan standardisasi global
praktik HRM adalah untuk mencapai konsistensi transparansi,dan penyelarasan tenaga kerja
secara geografis sehingga sesuai dengan prinsip serta tujuan bersama.Penggunaan praktik
manajemen secara umum dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa perlakuan yang sama antar
manajer yang terlibat dalam kegiatan lintas batas pada saat yang sama. Selanjutnya, sistem
memfasilitasi proses administrasi dengan meningkatkanefisiensi operasional. “lokalisasi global”,
yaitu kemampuan menjadi “orang dalam” sebagai perusahaan lokal tetapi tetap memperoleh
manfaat hasil dari operasi skala dunia. Dengan kata lain, untuk sukses dalam pemasaran global,
maka pemasar global harus mempunyai kemampuan untuk berfikir secara global dan bertindak
secara lokal. Sedangkan tujuan dari lokalisasi adalah untuk menghormati nilai-nilai budaya lokal,
tradisi, peraturan atau kendala kelembagaan lainnya seperti kebijakan pemerintah dan atau sistem
pendidikan tentang HRM dan praktik kerja
Faktor pendorong lokalisasi termasuk dalamlingkungan budaya dan instutisional danfitur dari
lokal itu sendiri.
3
Terdapat 6 macam faktor pendorong lokalisasi. yaitu ;
1. Lingkungan budaya
Masyarakat dengan berbagai cara dalam hidup akan cenderung memiliki nili-nilai bersama,
sikap, dan perilaku yang ditularkan dari waktu ke waktu secara bertahap,dinamis, dan melalui
proses. Terbukti bahwa budaya memilikidampak penting pada pekerjaan dan praktek manjemen
SDM.
2. Lingkungan institute
Selain budaya nasional atau regional, peraturan kelembagaan akan membentuk perilaku dan
harapan karyawan di sebuah perusahaan.tekanan institusional berpengaruh kuat pada praktek
SDM pad norma-norma dan nilai-nilai yang berdasarka pada sistem nasional.
dalam menangani modus operasi, maka akan sangan membantu untuk memeriksa keseimbangan
antara standarisasi global dan lokalisasi.
4
menyediliki koordinasi, komunikasi, dan melakukan proses pengawasan diantara organisasi dan
anak perusahaan.
Tabel 2
5
langsung transaksi internasionalnya di masa yang akan
datang dan mendirikan serta melaksanakan transaksi
dengan negara lain
(1) Keluar masuknya produk, jasa maupun sumberdaya yang melewati batas suatu negara
dimana perusahaan melakukan aktivitasnya
(2) Sebagai konsekuensi poin nomor satu, terjadi transaksi lintas negara
(3) Faktor pendorong adalah dari dalam (perusahaan memiliki orientasi pada pasar luar
negeri) dan dari luar (lingkungan bisnis, khususnya globalisasi).
6
ekspor, memiliki cabang penjualan atau pabrik di luar negeri, subkontrak atau kontrak pabrikan
dan lisensi. Dalam tahap ini muncul kegiatan kerjasama seperti impor komponen-komponen
yang di-subkontrak, produk-produk hasil kontrak pabrikan atau impor barang-barang cabang.
7
Sementara itu, pandangan mengenai proses internasionalisasi yang berbeda dikemukakan
oleh Dunning (1988, 1993). Menurutnya, proses internasionalisasi merupakan sebuah proses
memanfaatkan peluang yang ada di pasar internasional. Atas dasar pandangan tersebut, ia
menyatakan aspek produksi luar negeri di perusahaan multinasional (PMN). Dalam
pandangannya, pusat perhatian PMN adalah bagaimana mengeksploitasi kepemilikan dan
keunggulan lokasi melalui internasionalisasi pasar. Secara tidak langsung, Dunning menyatakan
bahwa pendekatan PMN pada saat proses internasionalisasi bukanlah pendekatan yang sifatnya
tradisional. PMN akan memproduksi di sebuah negara tertentu apabila mereka bisa memperoleh
sebuah lokasi yang dapat memanfaatkan keunggulan
bersaing berdasarkan ukuran OLI2. Model OLI menuntut dimensi dinamis meliputi dua
mekanisme tambahan seperti pelaku lain di pasar dan jarak waktu antara realisasi perubahan
strategik dan materialisasi hasilnya.
Operasi internasional menekankan tambahan pada mekanisme kontrol. Ada juga tekanan
tambahan pada kemampuan perusahaan untuk mengkoordinasikan sumber daya dan kegiatan.
Terdapat 2 strategi dalam strategi control untuk perusahaan multinasional. Perlu dicatat bahwa
kedua strategi ini tidak berdiri sendiri maupun memisah dari yang lainnya. Melainkan terdapat
perbedaan dalam penekanan kedua strategi ini.
Strategi yang pertama adalah strategi yang berfokus pada struktural. Secara tradisional
perusahaan multinasional telah ditekankan agar lebih formal, sesuai bentuk struktur kontrol.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, strategi ini diimplementasikan melalui faktorisasi
arus kerja, artikulasi control oleh beberapa kombinasi dari spesialisasi ditandai dengan
fungsional, divisi produk global, nasional, regional (wilayah) divisi, atau struktur matriks.
Struktur menghasilkan hierarki, otoritas fungsional dan deskripsi pekerjaan yang semakin
ditentukan, criteria seleksi, standar pelatihan dan faktor yang dapat memberikan ganti rugi.
Kegiatan sumber daya manusia bertindak untuk menerapkan control system struktural.
Komunikasi dan hubungan yang formal, ditentukan target dan anggaran, dan ‘rasional’,
eksplisit, criteria kuantitatif mendominasi system manajemen kinerja. Saling melengkapi,
8
control sekunder pasti dikembangkan dan dipelihara melalui jaringan pribadi dan sosial yang
lebih informal –untuk organisasi informal.
Strategi kedua adalah strategi yang berfokus pada cultural atau budaya. Interaksi budaya
yang unik dan kontekstual dan jarak fisik yang ditandai operasi multinasional mungkin telah
melampaui kemampuan semata-mata structural dan bentuk kontrol formal.
Sebuah focus budaya yang lebih menekankan potensi tingkat kelompok budaya
perusahaan, proses sosial informal, jaringan kerja pribadi dan investasi dalam modal social untuk
bertindak sebagai sumber kontrol yang lebih lengkap dan gesit dalam lingkungan multi-produk
yang kompleks, multikultural. Pada tingkat individu, penekanan pada orang-orang (sebagai
lawan dari pekerjaan), kompetensi dan keterampilan, dan investasi dalam modal manusia
menjadi fokus yang lebih praktik sumber daya manusia dan proses disesuaikan. Kontrol formal,
structural masih ada, tetapi mereka bukan sumber control yang utama.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standarisasi yang dilakukan HRM bertujuan untuk mencapai konsistensi, transparasi, dan
penyelarasan tenaga kerja secara geografis sehingga sesuai dengan prinsip serta tujuan bersama
sedangkan lokalisasi yang dilakukan HRM bertujuan untuk menghormati nilai-nilai budaya
lokal, tradisi, peraturan atau kendala kelembagaan lainnya seperti kebijakan pemerintah serta
system pendidikan tentang HRM dab praktik kerja.
Selain itu tahapan internasionalisasi dibagi menjadi empat bagian, yaitu tahap domestic
(belum memiliki aktivitas internasional sama sekali), tahap inward stage (aktivitas internasional
terbatas pada teknologi atau bahan baku), tahap outward (memiliki kegiatan ekspor, cabang
penjualan atau pabrik di luar negeri), dan yang terakhir tahap cooperation (perusahaan
melakukan perjanjian kerjasama pada beberapa kegiatan seperti produksi, dll).
3.2 Saran
Untuk perusahaan multinasional kami sarankan agar standarisasi dan lokalisasi yang
dilakukan oleh HRM di perusahaan tersebut dapat memahami kondisi di perusahaan tersebut
sehingga apa yang perusahaan inginkan bias tercapai kedepannya, lalu perusahaan juga harus
memperhatikan jika perusahaan tersebut ingin menjadi perusahaan multinasional hal-hal apa saja
yang seharusnya mereka lakukan dari awal hingga terakhir agar mereka mampu memahami dan
melewati semua tahapan tersebut, dan control dari perusahaan tersebut juga sesuai dengan visi
dan misi perusahaan tersebut agar nantinya perusahaan tersebut bias mencapai visi dan misi nya
baik itu dari cara kerja maupun perilakunya.
10