Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Internasionalisasi merupakan dampak atas terjadinya globalisasi. Globalisasi merupakan


proses perluasan yang menghubungkan individu, organisasi, pasar dan teknologi baik secara
geografi maupun batas-batas budaya, Friedman (2007). Dengan adanya globalisasi ini, hubungan
sosial dan transaksi bisnis pun bertransformasi menjadi tanpa batas. Hal ini didukung dengan
adanya teknologi informasi (internet, telepon seluler, dll) yang membuat dunia semakin kecil.
Beberapa perusahaan memanfaatkan kondisi ini antara lain untuk global supply chain dan
jaringan produksi internasional.

Internasionalisasi dilakukan antara lain untuk mendapatkan efisiensi secara global,


mengelola risiko dengan memanfaatkan fleksibilitas multinasional dan diversifikasi portfolio,
percepatan inovasi dan pembelajaran, mengikuti customer global serta membangun reputasi,
Grant (2007). Hal ini didukung dengan adanya kesepakatan untuk membuka batasan
perdagangan, penghapusan hambatan melalui WTO sehingga mendorong perdagangan global
sebagai peluang dan tantangan, perlu adanya ketepatan dalam mendefinisikan internasionalisasi
ini serta memahami mekanisme dan prosedurnya. karena dewasa ini, semakin banyak
perusahaan yang terlibat dalam kegiatan internasionalisasi baik yang masuk ke pasar dalam
negeri maupun perusahaan dalam negeri yang memasuki pasar internasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan strategi standarisasi dan lokalisasi ?

1.2.2 Apa saja tahapan-tahapan internasionalisasi perusahaan ?

1.2.3 Bagaimana mekanisme kontrol di perusahaan yang melakukan internasionalisasi ?

1
1.3 Tujuan

Tujuan dalam pembahasan makalah ini antara lain sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian tentang standarisasi dan lokalisasi.

1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami tahapan-tahapan internasionalisasi perusahaan.

1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami mekanisme kontrol di perusahaan yang melakukan
internasionalisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tentang Strategi Standarisasi dan Lokalisasi

Definisi Standardisasi secara umum adalah usaha bersama membentuk standar. Standar
adalah  sebuah  aturan, biasanya digunakan untuk bimbingan tetapi dapat pula bersifat wajib
(paling sedikit dalam praktik), memberi batasan spesifikasi dan penggunaan sebuah objek atau
karakteristik  sebuah proses dan/atau karakteristik sebuah metode.Tujuan standardisasi global
praktik HRM adalah untuk mencapai konsistensi transparansi,dan penyelarasan tenaga kerja
secara geografis sehingga sesuai dengan prinsip serta tujuan bersama.Penggunaan praktik
manajemen secara umum dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa perlakuan yang sama antar
manajer yang terlibat dalam kegiatan lintas batas pada saat yang sama. Selanjutnya, sistem
memfasilitasi proses administrasi dengan meningkatkanefisiensi operasional. “lokalisasi global”,
yaitu kemampuan menjadi “orang dalam” sebagai perusahaan lokal tetapi tetap memperoleh
manfaat hasil dari operasi skala dunia. Dengan kata lain, untuk sukses dalam pemasaran global,
maka pemasar global harus mempunyai kemampuan untuk berfikir secara global dan bertindak
secara lokal. Sedangkan tujuan dari lokalisasi adalah untuk menghormati nilai-nilai budaya lokal,
tradisi, peraturan atau kendala kelembagaan lainnya seperti kebijakan pemerintah dan atau sistem
pendidikan tentang HRM dan praktik kerja

Menyeimbangkan standarisasi dan lokalisasi Human Resource Management (HRM) di


Multinational Enterprise (MNE)

Faktor Pendorong Standarisasi

1. Mengikuti strategi multinasional atau perusahaan transional


2. Didukung oleh struktur organisasi yang sesuai
3. Diperkuat oleh budaya perusahaan bersama di seluruh dunia.

Faktor Pendorong Lokalisasi

Faktor pendorong lokalisasi termasuk dalamlingkungan budaya dan instutisional danfitur dari
lokal itu sendiri.

3
Terdapat 6 macam faktor pendorong lokalisasi. yaitu ;

1. Lingkungan budaya
Masyarakat dengan berbagai cara dalam hidup akan cenderung memiliki nili-nilai bersama,
sikap, dan perilaku yang ditularkan dari waktu ke waktu secara bertahap,dinamis, dan melalui
proses. Terbukti bahwa budaya memilikidampak penting pada pekerjaan dan praktek manjemen
SDM.

2. Lingkungan institute

Selain budaya nasional atau regional, peraturan kelembagaan akan membentuk perilaku dan
harapan karyawan di sebuah perusahaan.tekanan institusional berpengaruh kuat pada praktek
SDM pad norma-norma dan nilai-nilai yang berdasarka pada sistem nasional.

3. Kesimpulan pada negara tuan rumah.


a. penerimaan dan seleksi yaitu sistem edukasi pada reputasi pendidikan seperti perguruan
tinggi dan swasta yang brvariasi di negara berbeda.
b. pelatihan dan pembangunan yaitu sistem edukasi pada sistem pendidikan yang berbeda
pada negara yang berbeda ( pelatihan kejuruan,kualitas, dan reputasi lembaga pendidikan
tinggi.
c. Mengkompensasikan yaitu Undang-Undang seperti peraturan upah minimum atau
perjanjian serikat masing -masing sesuai dengan hubungan perusahaan.
d. pembagian tugas yaitu undang-undang dan dukungan norma masing-masing jenis
kelamin danpembagian kerja berdasarkan pada tingkat yang berbeda di negara yang
berbeda.
4. Modus operasi

dalam menangani modus operasi, maka akan sangan membantu untuk memeriksa keseimbangan
antara standarisasi global dan lokalisasi.

5. Peran anak perusahaan


menentukan posisi dari unit khusus dalam kaitannya dengan seluruh organisasi. yaitu apa yang
diharapkandalam konstribusi terhadap efesiensi seluruh manajemen SDM.

6. Membuat keseimbangan Manajemen SDM.

4
menyediliki koordinasi, komunikasi, dan melakukan proses pengawasan diantara organisasi dan
anak perusahaan.

2.2 Tahapan-Tahapan Internasionalisasi Perusahaan


Sebuah perusahaan yang berorientasi internasional pada dasarnya tidak terlahir begitu
saja sebagai perusahaan internasional. Sebagaimana pada umumnya, perusahaan multinasional
mengawali aktivitasnya dari negara asalnya (home country) yang kemudian berkembang ke
pasar luar negeri (host country). Faktor yang mendorong terjadinya proses tersebut adalah
globalisasi (Lassare, 2008), runtuhnya batas-batas antar negara (Ohmae, 1994), munculnya
negara-negara industri baru – NIC newly industrials country (Hadiwinata, 1999), termasuk
perkembangan teknologi maupun inovasi di berbagai bidang.

Beberapa ahli mendefinisikan proses internasionalisasi perusahaan sebagaimana


dirangkum dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 2

Proses Internasionalisasi Perusahaan

No Ahli/akademisi Proses Internasionalisasi


1 Johanson & Vahlne Proses dimana perusahaan secara bertahap meningkatkan
(1977) keterlibatan internasionalnya. Internasionalisasi merupakan
produk dari serangkaian keputusan inkremental perusahaan

2 Welch & Luostarien Internasionalisasi merupakan sebuah konsep yang dinamis


(1988) yaitu proses meningkatkan operasi internasional, baik pada
keluar maupun kedalam

3 Beamish (1990) Proses dimana perusahaan meningkatkan baik kesadaran


mereka mengenai pengaruh langsung maupun tidak

5
langsung transaksi internasionalnya di masa yang akan
datang dan mendirikan serta melaksanakan transaksi
dengan negara lain

4 Andersen (1997) Internasionalisasi merupakan proses adaptasi perubahan


transaksi di pasar internasional, termasuk strategi moda
masuk dan pemilihan pasar internasional

Sumber: Alina dan Emilia (2009)

Secara keseluruhan, berdasarkan definisi-definisi tersebut proses internasionalisasi meliputi :

(1) Keluar masuknya produk, jasa maupun sumberdaya yang melewati batas suatu negara
dimana perusahaan melakukan aktivitasnya
(2) Sebagai konsekuensi poin nomor satu, terjadi transaksi lintas negara
(3) Faktor pendorong adalah dari dalam (perusahaan memiliki orientasi pada pasar luar
negeri) dan dari luar (lingkungan bisnis, khususnya globalisasi).

Secara teoritikal, terdapat dua cara pandang (school of thought) mengenai


internasionalisasi perusahaan (Analia & Emilia, 2009) yaitu traditional school dan new venture
school. Traditional school menekankan pada prosedur internasionalisasi, sementara new venture
menekankan pada kecepatan memasuki pasar internasional. Loustarinen dan Hellman (1993)
dalam studinya menyimpulkan pendekatan holistik proses internasionalisasi. Menurut mereka,
terkaitan dengan proses internasionalisasi, terdapat empat tahap dan jalur yang berbeda. Tahap
pertama adalah tahap domestik, tahap dimana perusahaan belum memiliki aktivitas internasional
sama sekali. Tahap kedua adalah tahap inward stage. Pada tahap ini aktivitas internasional hanya
terbatas pada transfer teknologi atau import bahan-bahan baku atau komponen. Tahap ketiga,
tahap outward stage merupakan tahap dimana perusahaan sudah mulai melakukan kegiatan

6
ekspor, memiliki cabang penjualan atau pabrik di luar negeri, subkontrak atau kontrak pabrikan
dan lisensi. Dalam tahap ini muncul kegiatan kerjasama seperti impor komponen-komponen
yang di-subkontrak, produk-produk hasil kontrak pabrikan atau impor barang-barang cabang.

Pada tahap empat merupakan tahap kerjasama (co-operation), perusahaan kemungkinan


memiliki perjanjiaan kerjasama pada beberapa kegiatan seperti produksi, pembelian atau
penelitian pengembangan. Keempat tahapan tersebut digambarkan dalam bagan 1.

7
Sementara itu, pandangan mengenai proses internasionalisasi yang berbeda dikemukakan
oleh Dunning (1988, 1993). Menurutnya, proses internasionalisasi merupakan sebuah proses
memanfaatkan peluang yang ada di pasar internasional. Atas dasar pandangan tersebut, ia
menyatakan aspek produksi luar negeri di perusahaan multinasional (PMN). Dalam
pandangannya, pusat perhatian PMN adalah bagaimana mengeksploitasi kepemilikan dan
keunggulan lokasi melalui internasionalisasi pasar. Secara tidak langsung, Dunning menyatakan
bahwa pendekatan PMN pada saat proses internasionalisasi bukanlah pendekatan yang sifatnya
tradisional. PMN akan memproduksi di sebuah negara tertentu apabila mereka bisa memperoleh
sebuah lokasi yang dapat memanfaatkan keunggulan

bersaing berdasarkan ukuran OLI2. Model OLI menuntut dimensi dinamis meliputi dua
mekanisme tambahan seperti pelaku lain di pasar dan jarak waktu antara realisasi perubahan
strategik dan materialisasi hasilnya.

2.3 Mekanisme Kontrol di Perusahaan yang Melakukan Internasionalisasi

Operasi internasional menekankan tambahan pada mekanisme kontrol. Ada juga tekanan
tambahan pada kemampuan perusahaan untuk mengkoordinasikan sumber daya dan kegiatan.
Terdapat 2 strategi dalam strategi control untuk perusahaan multinasional. Perlu dicatat bahwa
kedua strategi ini tidak berdiri sendiri maupun memisah dari yang lainnya. Melainkan terdapat
perbedaan dalam penekanan kedua strategi ini.

 Strategi yang pertama adalah strategi yang berfokus pada struktural. Secara tradisional
perusahaan multinasional telah ditekankan agar lebih formal, sesuai bentuk struktur kontrol.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, strategi ini diimplementasikan melalui faktorisasi
arus kerja, artikulasi control oleh beberapa kombinasi dari spesialisasi ditandai dengan
fungsional, divisi produk global, nasional, regional (wilayah) divisi, atau struktur matriks.
Struktur menghasilkan hierarki, otoritas fungsional dan deskripsi pekerjaan yang semakin
ditentukan, criteria seleksi, standar pelatihan dan faktor yang dapat memberikan ganti rugi.
Kegiatan sumber daya manusia bertindak untuk menerapkan control system struktural.
Komunikasi dan hubungan yang formal, ditentukan target dan anggaran, dan ‘rasional’,
eksplisit, criteria kuantitatif mendominasi system manajemen kinerja. Saling melengkapi,

8
control sekunder pasti dikembangkan dan dipelihara melalui jaringan pribadi dan sosial yang
lebih informal –untuk organisasi informal.
 Strategi kedua adalah strategi yang berfokus pada cultural atau budaya. Interaksi budaya
yang unik dan kontekstual dan jarak fisik yang ditandai operasi multinasional mungkin telah
melampaui kemampuan semata-mata structural dan bentuk kontrol formal.

Sebuah focus budaya yang lebih menekankan potensi tingkat kelompok budaya
perusahaan, proses sosial informal, jaringan kerja pribadi dan investasi dalam modal social untuk
bertindak sebagai sumber kontrol yang lebih lengkap dan gesit dalam lingkungan multi-produk
yang kompleks, multikultural. Pada tingkat individu, penekanan pada orang-orang (sebagai
lawan dari pekerjaan), kompetensi dan keterampilan, dan investasi dalam modal manusia
menjadi fokus yang lebih praktik sumber daya manusia dan proses disesuaikan. Kontrol formal,
structural masih ada, tetapi mereka bukan sumber control yang utama.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Standarisasi yang dilakukan HRM bertujuan untuk mencapai konsistensi, transparasi, dan
penyelarasan tenaga kerja secara geografis sehingga sesuai dengan prinsip serta tujuan bersama
sedangkan lokalisasi yang dilakukan HRM bertujuan untuk menghormati nilai-nilai budaya
lokal, tradisi, peraturan atau kendala kelembagaan lainnya seperti kebijakan pemerintah serta
system pendidikan tentang HRM dab praktik kerja.

Selain itu tahapan internasionalisasi dibagi menjadi empat bagian, yaitu tahap domestic
(belum memiliki aktivitas internasional sama sekali), tahap inward stage (aktivitas internasional
terbatas pada teknologi atau bahan baku), tahap outward (memiliki kegiatan ekspor, cabang
penjualan atau pabrik di luar negeri), dan yang terakhir tahap cooperation (perusahaan
melakukan perjanjian kerjasama pada beberapa kegiatan seperti produksi, dll).

Jadi mekanisme control di perusahaan yang melakukan internasionalisasi, mereka memiliki


dua strategi untuk perusahaan internasional. Untuk strategi yang pertama berfokus pada
structural atau stratafikasi organisasi mulai dari atas hingga kebawah. Sedangkan strategi yang
kedua berfokus pada budaya sehingga para pekerjanya memiliki kesadaran terhadap budaya
organisasi dan akan terus mengikuti budaya organisasi tersebut.

3.2 Saran

Untuk perusahaan multinasional kami sarankan agar standarisasi dan lokalisasi yang
dilakukan oleh HRM di perusahaan tersebut dapat memahami kondisi di perusahaan tersebut
sehingga apa yang perusahaan inginkan bias tercapai kedepannya, lalu perusahaan juga harus
memperhatikan jika perusahaan tersebut ingin menjadi perusahaan multinasional hal-hal apa saja
yang seharusnya mereka lakukan dari awal hingga terakhir agar mereka mampu memahami dan
melewati semua tahapan tersebut, dan control dari perusahaan tersebut juga sesuai dengan visi
dan misi perusahaan tersebut agar nantinya perusahaan tersebut bias mencapai visi dan misi nya
baik itu dari cara kerja maupun perilakunya.

10

Anda mungkin juga menyukai