Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian Perizinan dalam Dunia Bisnis


Hukum perizinan usaha adalah merupakan bagian dari Hukum Administrasi
Negara. Adapun yang dimaksud dengan perizinan adalah melakukan perbuatan
atau usaha yang sifatnya sepihak yang berada di bidang Hukum Publik yang
berdasarkan wewenang tertentu yang berupa penetapan dari permohonan
seseorang maupun Badan Hukum terhadap masalah yang dimohonkan.
Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan.
Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan,
memperbolehkan, tidak melarang. Secara garis besar hukum perizinan usaha
adalah hukum yang mengatur hubungan masyarakat dengan Negara dalam hal
adanya masyarakat yang memohon izin. Perizinan dalam arti luas adalah suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang. Perizinan dalam arti
sempit adalah pembebasan, dispensasi dan konsesi.
Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang
diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ketentuan perundang-undangan.

B. Masalah Pengaturan Perizinan


Masalah perizinan dalam dunia bisnis, bisa meliputi perizinan disektor
pemeritahan umum, sektor agraria, sektor perindustrian, sektor
usaha/perdagangangan, sektor pariwisata, sektor pekerjaan umum, sektor
pertanian, sektor kesehatan, sektor sosial dan sektor-sektor lainnya.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yaitu Inpres No.5 Tahun 1984
tanggal 11 April 1984 tentang Pedoman penyelenggaraan dan Pengendalian
Perizinan di bidang usaha.
Dikeluarkan pedoman ini dimaksudkan guna menujang berhasilnya pelaksanaan
pembangunan yang bertumpu pada trilogi pembangunan yaitu pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas nasioanal yang sehat dan dinamis, serta
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Lampiran Inpres No.5 Tahun 1984
terdiri dari 9 pasal, dan terdapat 7 hal penting yang menjadi tolak ukur setiap
perizinan yang akan dikeluarkan, yaitu :
 Perlunya dikurangi jumlah perizinan yang harus dimiliki pengusaha, sehingga
yang benar- benar diperlukan saja diberikan izin.
 Perlunya disederhanakan persyaratan administrasi dengan mengurangi jumlah
dan menghindari pengurangan persyaratan yang sealur dalam rangakian
perizinan yang bersangkutan.
 Perlunya diberikan jagka waktu yang cukup panjang, sehingga dapat memberi
jaminan bagi kepastian dan kelangsungan usaha.
 Perlunya dikurangi bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali
biaya pengurusan perizinan.
 Perlunya disederhanakan tata cara pelaporan, sehingga satu laporan dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebetuhan berbagai departemen/instansi
pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.
 Perlunya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan di bidang
usaha, dan ditekankan agar penerima izin dapat diwajibkan untuk memberikan
laporan paling banyak satu kali setiap satu semester(enam bulan)
 Perlunya dilakukan penerbitan terhadap pelaksanaan perizinan yang
manyangkut personel sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
kepegawaian, termasuk tuntutan ganti rugi, displin pegawai negeri dan tuntutan
pidana.

Menurut Keppres No. 53 Tahun 1988, disebutkan adanya beberapa kegiatan


usaha yang tidak dikenakan ketentuan wajib daftar perusahaan, yaitu sebagai berikut :
 Usaha atau kegiatan yang bergerak diluar bidang perekonomian dan sifat
serta tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan dan/ atau laba.
 Bidang-bidang usaha seperti:
 pendidikan formal dalam segala jenis dan jenjang yang di selenggarakan
oleh siapa pun;
 pendidikan nonformal yang dibina oleh pemerintah dan diselenggarakan
bersama oleh masyarakat serta dalam bentuk badan usaha;
 notaris;
 penasihat umum;
 praktik perorangan dokter dan praktirk berkelompok dokter;
 rumah sakit;
 klinik pengobatan.

C. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Surat izin usaha perdagangan atau disingkat SIUP adalah surat izin untuk
dapat melaksanakan kegiatan perdagangan. Dasar hukum untuk mendapatkan
SIUP adalah UU No. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan, yang
menyebutkan bahwa suatu perusahaan wajib didaftarkan dalam jangka waktu 3
bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya.
Untuk melaksanakan ketentuan diatas, khususnya ketentuan menegenai izin,
telah dikeluarkan keputusan Menteri Perdagangan Nomor: 1458/Kp/XII/84
tanggal 19 desember 1984 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Dalam Keputusan Menteri tersebut disebutkan bahwa setiap perusahaan yang
melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan memiliki SIUP. Untuk
memperoleh SIUP ini, perusahaan terlebih dahulu wajib mengajukan surat
permohonan izin (SPI) yang dapat diperoleh secara cuma-cuma pada kantor
wilayah Departemen Perdagangan atau Kantor Perdagangan setempat.
Ketentuan perusahaan yang harus memiliki dibedakan atas 3 kelompok, yaitu:
a) SIUP KECIL : wajib dimiliki oleh Perusahaan Perdagangan dengan modal
dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya sebesar Rp. 50 Juta sampai dengan
Rp. 500 Juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b) SIUP MENEGAH : wajib dimiliki oleh Perusahaan Perdagangan dengan
modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya sebesar Rp. 500 Juta sampai
dengan Rp. 10 Milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
c) SIUP BESAR : wajib dimiliki oleh Perusahaan Perdagangan dengan modal
dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya lebih Rp. 10 Milyar, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha

Ada perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban untuk memiliki SIUP, yang
terdiri dari:
a) Cabang/ perwakilan perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan
perdagangan mempergunakan SIUP kantor pusat perusahaan.
b) Perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari departemen teknis
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku, dan tidak
melakukan kegiatan perdagangan.
c) Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka UU no.6
Tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri
d) Perusahaan Jawatan (Perjan) dan Perusahaan Umum (Perum) dan
e) Perusahaan kecil perorangan

Perusahaan yang memiliki SIUP mempunyai 3 kewajiban yang harus


dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
1. Wajib lapor apabila tidak melakukan lagi kegiatan perdagangan ataupun
menutup perusahaan disertai dengan pengembalian SIUP,mengenai
pembukuan cabang/ perwakilan perusahaan,atau mengenai penghentian
kegiatan atau penutupan cabang/ perwakilan perusahaan.
2. Wajib memberikan data/ informasi mengenai kegiatan usahanya apabila
diperlukan oleh menteri atau pejabat yang berwenang, dan
3. Wajib membayar uang jaminan dan biaya administrasi perusahaan sesuai
ketentuan yang berlaku.

D. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

SITU adalah izin yang diberikan kepada perorangan, perusahaan, badan


untuk memperoleh tempat usaha sesuai dengan tata ruang wilayah yang
diperlukan dalam rangka penanaman modal. Dasar hukum untuk SITU biasanya
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berupa Perda. Pada perda tersebut diatur
bagaimana proses memperoleh SITU dan informasi lainnya.
Persyaratan SITU:
Secara umum, persyaratan untuk SITU adalah hal-hal berikut:
a) Surat Permohonan bermaterai Rp. 6000,- lengkap dengan stempel/cap perusahaan
b) Fotocopi KTP Pemohon (Umumya Pemilik/Direktur/Penanggungjawab) atau Surat
Izin Sementara khusus bagi warna negara asing
c) Surat Kuasa dan fotocopi KTP Penerima Kuasa apabila pengurusan dikuasakan
kepada orang lain
d) Fotocopi IMBG yang masih berlaku sesuai dengan kegiatan usaha
e) Fotocopi Bukti Penguasaan Hak atas tanah, antara lain berupa sertifikat, perjanjian
sewa menyewa, perjanjian pinjam pakai atau perjanjian dalam bentuk lain
f) Fotocopi akte pendirian perusahaan dan/atau akta perubahannya serta akta
pengesahannya
g) Fotocopi SPPT dan STTS PBB tahun terakhir
h) Persetujuan lingkungan/warga/tetangga radius 200 M dari lokasi tempat usaha,
yang diketahui oleh RT/ RW/Kepala Desa/Lurah
i) Surat Keterangan Domisili Usaha

E. Perizinan Lembaga Pembiayaan

Ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pendirian dan perizinan mengenai
lembaga pembiayaan ini telah diatur dalam keputusan menteri keuangan No.125
/KMK.103/ 198. Untuk memperoleh izin usaha dan lembaga pembiayaan diatas, terlebih
dahulu harus meminta izin dengan suatu permohonan kepada menteri keuangan dengan
melampirkan hal hal sebagai berikut :
a) Akta pendirian perusahaan pembiayaan yang telah disahkan menurut
ketentuan perundang undangan yang berlaku.
b) Bukti pelunasan modal disetor untuk perseroan terbatas atau simpanan pokok
dan simpanan wajib untuk koperasi, pada salah satu bank di Indonesia
c) Contoh perjanjian pembiayaan yang akan digunakan
d) Daftar susunan pengurus perusahaan pembiayaan
e) Nomor pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan
f) Neraca pembukuan perusahaan pembiayaan
g) Perjanjian usaha patungan antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi
perusahaan pembiayaan patungan yang didalamnya tercermin arah
Indonesianisasi dalam pemilik saham.

Pemberian izin usaha ini diberikan selambat lambatnya 30 hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap dan izin usaha akan berlaku selama
perusahaan masih menjalankan usahanya. Pemberian izin usaha utnuk lembaga
pembiayaan ternyata tidak dikenakan biaya.
Apabila lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang bertentangan
dengan bidang usahanya , jelas akan mengakibatkan sanksi dengan mencabut
izin yang diberikan. Penghentian atau pencabutan izin usaha tersebut
dilakukan setelah pemberian peringatan secara tertulis kepada yang
bersangkutan sebanyak 3 kali berturut turut dengan tenggang waktu 1 bulan
dan telah dilakuka pembekuan kegiatan atas izin usaha untuk jangka waktu 6
bulan sejak pernyataan terakhir.
F. Perizinan di Bidang Industri

Perizinan di bidang industry telah diatur secara khusus dengan peraturan


pemerintah No.13 tahun 1987 tentang izin usaha industry, dimana pada
penjelasannya disebutkan bahwa dalam rangka pencapaian pertumbuhan industry,
aspek perizinan akan ikut memainkan peranan yang amat penting. Dengan
menyadari akan peranannya, aspek perizinan harus mampu memberikan motivasi
yang dapat mendorng dan menarik minat para investor untuk menanamkan
modalnya di sector industry
Perizinan memang salah satu alat kebijaksanaan yang apabila dipergunakan
secara efisien akan merupakan alat yang efektif untuk menggerakan
perkembangan dunia usaha di bidang yang benar benar mendukung
pembangunan. Karenanya system yang benar benar mendukung pembangunan.
Karenanya system perizinan dapat dimanfaatkan antara lain untuk menghindari
pemborosan atau penyalahgunaan dana.
Ada 2 macam izin usaha industry, yaitu sebagai berikut :
1. Izin tetap, yaitu usaha industry yang diberikan secara definitive kepada
perusahaan industry yang telah berproduksi secara komersial . izin tetap ini
berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industry yang bersangkutan
berproduksi.
2. Izin perluasan, yaitu izin usaha industry yang diberikan kepada perusahaan
industry yang melakukan penambahan kapasitas dari/ atau jenis produk atau
komoditi yang telah di izinkan. Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha
industry, dibebani 3 kewajiban, yaitu sebagai berikut:
a) Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya
alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industry yang
dilakukan.
b) Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan
keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutan, dan keselamatan kerja.
c) Melaksanakan upaya hubungan dan kerjasama antar para
pengusaha nasional untuk mewujudkan keterkaitan yang saling
menguntungkan.

Izin usaha industri dapat dicabut apabila perusahaan melakukan hal hal seperti:
1. Melakukan perluasan, tanpa memiliki izin perluasan
2. Tidak menyampaikan informasi atau informasi tersebut tidak mengandung
kebenaran
3. Melakukan pemindah tanganan hak dan pemindahan lokasi usaha industri
tanpa persetujuan dari meteri Perindustrian atau meteri lainnya yang
mempunyai kewenangan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri
4. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam perizinan

G. Perizinan Menurut Undang-Undang Gangguan (UUG)

Salah satu izin yang sering menjadi problema dunia usaha adalah mengenai
izin Undang-Undang Gangguan yang diatur dalam Statsblaad tahun 1926 Nomor
226. Izin UUG sebetulnya bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada
warga/penghuni disekitar lokasi suatu usaha. Sebab tidak jarang terjadi suatu
tempat usaha ditutup oleh pemerintah (pemerintah daerah) hanya karena usaha
tersebut diprotes oleh warga masyarakat sekitarnya. Masyarakat tidak pernah
memberikan persetujuan kepada pengelola tempat usaha tersebut.
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya izin UUG ini.
Bahwa pemikiran usaha yang dijalankan berskala kecil, tidak dierlukan adanya
izin, adalah tidak benar. Izin UUG ini sangat diperlukan untuk kelangsungan usaha
secara aman.
Jenis-jenis usaha yang membutuhkan izin UUG, terdiri atas 3 (tiga)
kelompok besar, yaitu:

1. Kelompok Usaha Dagang, Bengkel, Warung, yang terdiri dari:


 Dagang oli eceran
 Dagang eceran minyak tanah, gas elpiji
 Tempat penyimpanan/garasi/pool kendaraan angkutan jenis IV dan
kendaraan roda empat maksimal 10 buah
 Bengkel las
 Bengkel sepeda, sepeda motor
 Warung nasi, mi bakso, sate, dan sejenisnya
 Perbaikan/servis aki dan strum aki, dynamo, termasuk menggulung
dynamo
 Tempat pemotongan/penampungan unggas/ ayam
 Penjualan dan tempat penampungan kertas, besi, kayu, plastik dan
barang bekas lainnya
 Usaha rumah tangga dalam bidang perdagangan kebutuhan sehari-hari
 Peternakan unggas, sapi perah/kerbau, dan sejenisnya
 Pengepakan barang-barang, perusahaan ekspedisi, sortasi, dan
sejenisnya

2. Kelompok Industri Rumah Tangga, yang terdiri dari:


 Membuat tahu, tempe, dan lainnya;
 Bengkel bubut dengan jumlah karyawan tidak lebih dari lima
orang;
 Percetakan pres tangan dengan jumlah mesin tidak lebih dari
tiga buah;
 Membuat air aki dan tempat penyimpanannya;
 Membuat cat, minyak cat, tenner, plinkut dan tempat
penyimpanannya;
 Membuat barang dari bahan kulit;
 Membuat kecap/taoge dan taoco;
 Pengecoran timah, alumunium dan sejenisnya;
 Membuat batako, ubin, teraso, loster dan sejenisnya yang
dikerjakan dengan tangan manusia;
 Membuat kerupuk;

3. Jenis Usaha Lain terdiri dari:


 Penjahit Pakaian jadi;
 Pemangkas rambut;
 Salon kecantikan;
 Bahan bangunan;
 Bengkel mobil dengan luas lokasi maksimal ;
 Tempat pengeringan ikan;
 Tempat pencucian mobil;
 Usaha olahan udang.

Hukum Persaingan Usaha

1. Pengertian dan arti penting hukum persaingan usaha

Hukum persaingan usaha dapat diartikan sebagai hukum yang


mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha. Hukum
dibutuhkan untuk mengatur kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya
dan berperan dalam pembangunan ekonomi terutama dalam upaya
pencapaian efisiensi ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Hukum persaingan usaha yang merupakan bagian dari hukum
ekonomi, dalam pengaturan dan pelaksanaannya harus selaras dengan
landasan konstitusi negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945, khususnya
Pasal 33 ayat (4) yang menyatakan :
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan
menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Dari Pasal tersebut tersirat bahwa tujuan pembangunan ekonomi yang


hendak dicapai haruslah berdasarkan kepada demokrasi yang bersifat
kerakyatan yaitu adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hukum persaingan usaha diciptakan dalam rangka mendukung
terbentuknya sistem ekonomi pasar agar persaingan antar pelaku usaha
dapat tetap hidup dan berlangsung secara sehat, sehingga masyarakat
(konsumen) dapat terlindungi dari ajang eksploitasi bisnis. Persaingan
usaha sebenarnya merupakan urusan antar pelaku usaha dimana pemerintah
tidak perlu ikut campur, namun untuk dapat terciptanya aturan main dalam
persaingan usaha maka pemerintah perlu campur tangan untuk melindungi
konsumen. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi atau
persekongkolan antar pelaku bisnis yang akan menjadikan inefisiensi ekonomi
sehingga akhirnya masyarakatlah yang akan menanggung beban yaitu
tersedianya dana dalam jumlah yang lebih kecil dari yang seharusnya atau
membeli barang atau jasa dengan harga yang lebih mahal dan kualitas yang
kurang memadai. Menurut Algifari terdapat beberapa karakteristik dari pasar
yang didalamnya terdapat persaingan sempurna yaitu sebagai berikut ini.
a. Terdapat banyak perusahaan dan setiap perusahaan menghasilkan
barang yang bersifat homogen.
b. Perusahaan memiliki kebebasan masuk (free entry) atau keluar (free exit)
pasar.
c. Setiap produsen (perusahaan) dan konsumen (pembeli) memiliki
informasi yang sempurna mengenai pasar (Algifari, 2003 : 186-187).
Persaingan usaha memberikan motivasi kepada para pengusaha untuk
menghasilkan barang dengan mutu yang sebaik mungkin dengan biaya yang
sekecil mungkin dengan tujuan agar perusahaan dapat laba dan tetap
exist.Persaingan usaha mencakup pengertian sejumlah besar penjual dan
pembeli yang bekerja tanpa bergantung satu sama lain dalam proses yang sama
dan adanya kebebasan bagi penjual dan pembeli untuk memasuki atau
meninggalkan pasar.
Aturan-aturan untuk mengendalikan persaingan usaha diperlukan bagi
negara-negara yang memakai sistem perekonomian pasar agar tidak terjadi
praktik-praktik ekonomi yang tidak sehat. Peraturan mengenai larangan
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini diperlukan untuk menjamin agar
kebebasan bersaing dalam perekonomiandapat berlangsung tanpa
hambatan,karena pada hakikatnya pelaku usaha dalam menjalankan usahanya
selalu bersaing. Persaingan ada yang dilakukan secara positif dan negatif.
Persaingan usaha yang dilakukan secara negatif atau sering diistilahkan
sebagai persaingan tidak sehat akan berakibat pada hal-hal di bawah ini.
a. Matinya atau berkurangnya persaingan antar pelaku usaha.
b. Timbulnya praktik monopoli, dimana pasar hanya dikuasai oleh pelaku usaha
tersebut.
c. Bahkan kecenderungan pelaku usaha untuk mengeksploitasi konsumen dengan
cara menjual barang yang mahal tanpa kualitas yang memadai (Hikmahanto
Juwana, 1999:32).

Pada hakikatnya, keberadaan hukum persaingan usaha adalah mengupayakan


secara optimal terciptanya persaingan usaha yang sehat dan efektif pada suatu pasar
tertentu, yang mendorong agar pelaku usaha melakukan efisiensi agar mampu bersaing
dengan para pesaingnya. Keberadaan Undang-undang Persaingan Usaha yang
berasaskan demokrasi ekonomi juga harus memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan pelaku usaha dan kepentingan masyarakat, sehingga undang-undang
tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan iklim
persaingan usaha yang sehat di Indonesia (Susanti Adi Nugroho, 2012 : 4).

2. Asas dan tujuan hukum persaingan usaha

Asas dan tujuan akan memberi refleksi bagi bentuk pengaturan dan norma-

norma yang terkandung dalam aturan tersebut dan memberi arahan yang

mempengaruhi pelaksanaan dan cara-cara penegakan hukum yang akan dilakukan.

a. Asas hukum persaingan usaha

Asas hukum persaingan usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 2

Undang-Undang Persaingan Usaha adalah bahwa : “Pelaku usaha di Indonesia

dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan


memperhatikan keseimbangan antar kepentingan pelaku usaha dan kepentingan

umum”, dimana ruang lingkup pengertiannya sesuai dengan penjelasan Pasal 33

ayat (4) UUD 1945.

b. Tujuan hukum persaingan usaha

Hukum persaingan usaha terkait dengan obyek yang dilindungi dapat

dikatakan mempunyai tujuan sebagai berikut ini.

1) Melindungi pelaku usaha terutama pelaku usaha yang tidak dominan.

2) Mencegah penyalahgunaan kekuatan ekonomi dan melindungi konsumen dari

ekonomi biaya tinggi dimana konsumen dihindarkan dari pengeluaran (biaya)

yang tidak sesuai dengan kualitas produk yang diterima.

3) Melindungi negara dari inefisiensi kegiatan ekonomi yang dapat mengurangi

kesejahteraan nasional.

4) Melindungi proses persaingan usaha itu sendiri dalam arti melindungi

sistem mekanisme pasar yang wajar yang didasarkan kepada berlakunya

hukum alamiah penawaran dan permintaan agar tidak terganggu oleh suatu

tindakan pelaku usaha maupun kebijakan Pemerintah.

3. Substansi dan kerangka dasar pengaturan hukum persaingan usaha

a. Substansi pengaturan hukum persaingan usaha

Undang-Undang Persaingan Usaha Nomor 5 tahun 1999 terdiri dari 11

Bab dan dituangkan ke dalam 53 Pasal yang dilengkapi dengan Penjelasan Umum

dan Penjelasan Pasal Demi Pasal. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang


Persaingan Usaha tersebut mengandung enam bagian pengaturan, yaitu : perjanjian

yang dilarang; kegiatan yang dilarang; posisi dominan; Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU); penegakan hukum dan ketentuan lain-lain.

Menurut Rachmadi Usman (2004:34-35) dalam Undang-Undang

Persaingan Usaha ditentukan substansi pengaturan sebagai berikut ini.

1) Perumusan istilah atau konsep-konsep dasar yang terdapat atau dipergunakan

dalam undang-undang maupun aturan pelaksanaan lainnya, agar dapat

diketahui pengertiannya.

2) Perumusan kerangka politik antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat,

berupa asas dan tujuan pembentukan undang-undang.

3) Perumusan macam perjanjian yang dilarang dilakukan pengusaha. meliputi

perjanjian oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah pemasaran,

pemboikotan, kartel, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup, dan

perjanjian dengan pihak luar negeri.

4) Perumusan macam kegiatan yang dilarang dilakukan pengusaha, yaitu

monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, dan persekongkolan.

5) Perumusan macam penyalahgunaan posisi dominan yang tidak boleh dilakukan

pengusaha.

6) Masalah susunan, tugas dan fungsi Komisi Pengawas Persaingan Usaha dan

perumusan tata cara penanganan perkara persaingan usaha oleh KPPU.

7) Ketentuan sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku usaha yang telah

melanggar ketentuan dalam undang-undang. Sanksi yang dapat dikenakan dapat

berupa sanksi administratif, pidana pokok, dan pidana tambahan.

8) Hal-hal yang menyangkut pelaksanaan undang-undang merupakan ketentuan


peralihan dan ketentuan penutup yang mengatur bahwa pelaku usaha yang

telah membuat dan/atau melakukan kegiatan dan/atau tindakan yang tidak

sesuai dengan undang-undang diberi waktu untuk menyesuaikan selama 6

(enam) bulan sejak undang- undang diberlakukan tanggal 5 Maret 2000.

b. Kerangka dasar pengaturan hukum persaingan usaha

Pada tataran pengaturan, dikenal dua instrumen kebijakan pengaturan

persaingan usaha yaitu instrumen pengaturan kebijakan struktur dan instrumen

pengaturan kebijakan perilaku (behavioral). Pengaturan kebijakan struktur

menitikberatkan pada pengaturan pangsa pasar (market share) dalam hubungannya

dengan konsentrasi industri (industry contrention), sedangkan pengaturan

kebijakan perilaku menitikberatkan pada memerangi perilaku dan praktik bisnis

yang bersifat anti persaingan seperti upaya pelaku usaha dalam memenangkan

tender (persekongkolan tender).

Undang-Undang Persaingan Usaha menggunakan dua instrumen kebijakan

pengaturan sekaligus, yaitu instrumen pendekatan perilaku dan pendekatan

struktur. Kedua instrumen pendekatan ini bertujuan untuk melindungi

kepentingan publik sekaligus untuk mencapai efisiensi ekonomi (Johnny

Ibrahim, 2009 : 221).

Arief Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta: Ghalia Indonesia,2002.

Budi Kagramanto, Mengenal Hukum Persaingan Usaha, Sidoarjo: Laras, 2007

Binoto Nadapdap, Hukum Acara Persaingan Usaha, Jakarta: Jala Permata

Aksara,2009
Abu Samah dan Roni Kurniawan, Mempelajari dan Mengenai Hukum Anti

Monopoli,Pekanbaru:Buku Ajar 2015. Andi Lubis dkk, Hukum Persaingan

Usaha Antara Teks dan Konteks, Deutsche.

Anda mungkin juga menyukai