Anda di halaman 1dari 22

Strategi Manajemen Krisis Cinepolis Di Kota Medan

Saat Pandemi Covid-19


DOSEN PENGAMPU : Dra. Dayana M.Si

KELOMPOK 8 :

Yoga Tri Haditya (190904008)

Bayu Herlambang Bimantara (190904082)

Jonathan Alexander (190904084)

Rosha Nofria Asthari (190904088)

Muhammad Fikri Hasibuan (190904098)

Agnes Priscilla Siburian (190904106)

Lidya Ananda Putri (190904108)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
penulisan makalah ini sebagai tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Public Relations dengan judul
“Strategi Manajemen Krisis Cinepolis Di Kota Medan Saat Pandemi Covid-19”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Medan, 4 Juni 2021

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3

2.1 Definisi Public Relations ........................................................................................... 3

2.2 Peran Public Relations ............................................................................................... 4

2.3 Jenis-Jenis Krisis ....................................................................................................... 4

2.4 Tahapan Terjadinya Krisis ......................................................................................... 5

2.5 Tahapan Manajemen Krisis ....................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 8

3.1 Profil Cinepolis ......................................................................................................... 8

3.2 Tahapan Krisis Yang Dialami Cinepolis Di Kota Medan ........................................... 9

3.3 Strategi Manajemen Krisis Yang Dilakukan Pihak Cinepolis Di Kota Medan .......... 11

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 15

4.1 Simpulan ................................................................................................................. 15

4.2 Saran ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 18

Lampiran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Manajemen krisis dan komunikasi krisis adalah dua hal yang sangat penting dalam
Manajemen Public Relations. Betapa tidak, krisis menempatkan brand, baik individu maupun
perusahaan di bawah “lampu sorot”. Banyak studi kasus yang telah membuktikan bahwa
krisis membangun perhatian luar biasa, dan komunikasi krisis yang baik membuka
kesempatan yang sangat besar untuk membangun citra dan reputasi.

Seperti yang diketahui, kemajuan teknologi media akan dengan mudah dan cepat
menyampaikan informasi krisis ke seluruh penjuru dunia. Berita mengenai krisis, isu miring,
ataupun berita negatif akan dengan cepat menyebar kemana-mana. Teknologi internet yang
kini menjadi bagian dari kehidupan kita menyebabkan mudahnya memperoleh informasi.
Penyebab terjadinya krisis adalah karena keterbatasan manusia mengatasi berbagai tuntutan
lingkungan atau kegagalan teknologi tinggi. Musibah lainnya yang dapat menyebabkan krisis
adalah bencana alam, pemogokan massal, kebakaran, kecelakaan, ancaman pengambilalihan
perusahaan, kebijakan baru yang merugikan, skandal, resesi ekonomi, dan sebagainya.

Seperti halnya dengan Cinepolis di Kota Medan saat pandemi Covid-19 melanda
negara ini. Pemerintah kota memerintahkan agar pengurangan mobilitas masyarakat dan
menghindari kerumunan. Imbasnya, tempat-tempat yang biasa terdapat kerumunan massa di
dalamnya agar ditutup sementara selama pandemi Covid-19 ini masih berlangsung. Cinepolis
yang notabene perusahaannya bergerak dalam bidang jasa penyediaan nonton film layar lebar
ini pun mau tidak mau harus memberhentikan seluruh kegiatannya di Kota Medan ini selama
pandemi masih berlangsung. Hal itu pulalah yang menimbulkan krisis bagi Cinepolis di Kota
Medan. Imbas dari krisis tersebut menyebabkan perusahaan tidak mendapat uang masuk
untuk keberlangsungan bisnisnya. Hal tersebut memaksa pihak manajemen untuk dapat
memutar otak mereka agar perusahaan tidak bangkrut dan tetap eksis di Kota Medan. Untuk
itu, makalah ini mengungkap bagaimana pihak manajemen Cinepolis di Kota Medan
menangani krisis ini. Serta kami sebagai penulis makalah ini pun memberi masukan kepada
pihak manajemen Cinepolis di Kota Medan tentang bagaimana cara manajemen krisis yang
lebih baik menurut kami.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah profil perusahaan Cinepolis?

2. Bagaimanakah strategi manajemen krisis yang dipakai oleh Cinepolis di Kota Medan
dalam menangani krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui profil perusahaan Cinepolis

2. Untuk mengetahui strategi manajemen krisis yang dipakai oleh Cinepolis di Kota Medan
dalam menangani krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19

1.4 MANFAAT

1. Menambah dan memperluas kajian tentang manajemen krisis yang diterapkan suatu
perusahaan

2. Memberi referensi berupa saran untuk manajemen krisis yang lebih baik kepada
perusahaan demi kemajuan perusahaan ke depannya

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI PUBLIC RELATIONS

Pengertian public memang luas, tetapi dalam konteks public relations maknanya harus
dikaitkan dengan faktor “kepentingan yang sama" (common interest). Menurut Public
Relations Associations, public relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara
terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan menjaga nilai baik dan
saling pengertian antara organisasi dengan publiknya. Dengan demikian, public relations
merupakan upaya yang terencana dan dilakukan secara terus menerus. Setiap kegiatan
dilakukan melalui proses perencanaan sehingga dapat menciptakan sebuah nilai baik dan
saling pengertian antara organisasi dengan publiknya.

Scott M. Cutlip dan Allen H. Center dalam bukunya yang berjudul Effective Public
Relations menjelaskan, publik yaitu "A publicis simply a collective noun for a group- a group
of individuals tied together some common bound of interest - and sharing a sense of
togetherness". (Publik merupakan sebuah kata benda kolektif bagi suatu kelompok-kelompok
orang yang sama-sama terikat oleh suatu kepentingan yang sama dan menunjukkan perasaan
kebersamaan). Jadi, kelompok-kelompok orang dalam suatu masyarakat yang secara
bersama-sama terikat oleh suatu kepentingan yang sama itulah yang dinamakan public yang
dapat diterjemahkan menjadi publik dalam konteks public relations.

Dengan demikian, sasaran kegiatan public relations dari sebuah organisasi bukan saja
orang-orang di luar organisasi yang berkepentingan dengan organisasi itu, tetapi juga orang-
orang yang berada di dalam organisasi. Dalam ilmu public relations, orang-orang di luar
organisasi disebut external public, yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
publik ekstern. Sedangkan mereka yang di dalam organisasi, antara lain para karyawan,
dinamakan internal public atau publik intern.

3
2.2 PERAN PUBLIC RELATIONS

Citra atau image menjadi satu hal yang sangat penting untuk dijual kepada calon
konsumen. Seperti yang dikatakan Kotler (1997:208), citra adalah seperangkat keyakinan, ide
dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Dengan kata lain, cara
mengkomunikasikan suatu pesan tentang suatu objek akan menghasilkan efek yang positif
dan menimbulkan citra yang positif dibenak calon konsumen apabila penyampaian pesan itu
menggunakan kemasan yang tepat

Pada tataran ini, pendekatan terhadap khalayak tidak bisa dilakukan melalui
pendekatan yang sifatnya masif, dibutuhkan satu cara berkomunikasi yang lebih personal.
Membangun image bukan dengan pendekatan massa, tetapi dengan pendekatan yang lebih
memanusiakan manusia, menggunakan sentuhan emosi dan memperlakukan setiap manusia
sebagai seorang individu yang istimewa. Public Relations melalui fungsi dan karyanya
merupakan satu jawaban untuk kebutuhan ini

2.3 JENIS-JENIS KRISIS

Krisis merupakan suatu ketidaknormalan dari konsekuensi negatif yang mengganggu


operasi sehari-hari sebuah organisasi/perusahaan. Krisis mungkin bisa berakibat pada
kematian, menurunnya kualitas kehidupan, berkurangnya tingkat kesejahteraan, dan
menurunnya reputasi perusahaan. Krisis juga dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis
berdasarkan penyebabnya, seperti krisis teknologi, krisis konfrontasi, krisis malevolance,
krisis manajemen dan perilaku karyawan, krisis yang terjadi di lingkungan kerja, krisis
produk dan terakhir adalah kirisis bencana alam. Saat ini krisis yang dialami oleh banyak
perusahaan disebabkan adanya wabah virus covid-19, hal ini merupakan wujud nyata yang
memberikan dampak berkepanjangan kepada sebuah perusahaan, dengan adanya hal ini
membuat banyak perusahaan langsung masuk kedalam tahap krisis.

4
2.4 TAHAPAN TERJADINYA KRISIS

Edward Devlin (2007), melalui buku Crisis Management: Planning for the Inevitable,
menyampaikan tiga tahap krisis, yaitu :

1. Pra-Krisis (Pre-Crisis)

Tahap ini adalah kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Benih krisis sudah ada
sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi. Pra krisis lebih
berfokus dalam persiapan dan pencegahan, dan terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan
organisasi menyadarinya. Masa ini juga disebut prodromal karena adanya kemunculan tanda-
tanda, baik langsung atau tidak langsung. Kesiapan menghadapi krisis adalah faktor yang
utama. Biasanya tahap pra krisis dapat berubah ke tahap krisis karena gagal melakukan
pencegahan.

2. Krisis (Acute Crisis)

Pada tahap ini krisis mulai terbentuk, media dan publik mulai mengetahui adanya
masalah. Jika krisis sudah sampai pada tahap ini, perusahaan tidak dapat berdiam diri karena
sudah mulai menimbulkan kerugian. Saat inilah berbagai dokumen dan modul untuk
menghadapi krisis harus dikeluarkan dan digunakan.

3. Pasca Krisis (Post-Crisis)

Pada tahap ini krisis telah terakumulasi dan organisasi berusaha mempertahankan
citra positif atau kehilangan citra tersebut. Pada periode ini organisasi berusaha untuk
memperbaiki reputasi yang sempat hilang akibat terjadinya krisis. Organisasi dapat
mengevaluasi krisis sebagai langkah lanjutan mempersiapkan diri di masa yang akan datang
dengan memulihkan aktivitas bisnis, menginventarisasi kerusakan, melakukan evaluasi pada
sistem perencanaan dan penanggulangan krisis.

2.5 TAHAPAN MANAJEMEN KRISIS

1. Perencanaan Pra-krisis

Perencanaan pra-krisis dapat dilakukan dengan membentuk tim yang bertanggung


jawab dalam mengelola krisis. Masing-masing orang di dalam tim memiliki tanggung jawab
yang spesifik dan tugas yang jelas. Lebih dari itu, kontak akan dibuat agar komunikasi bisa

5
terjadi dengan cara dan waktu yang tepat, tanpa perlu mencari tau siapa yang harus dihubungi
dan bagaimana menghubungi mereka di saat krisis.

2. Peramalan Krisis (forecasting)

Manajemen krisis yang bertujuan untuk menekan faktor-faktor resiko dan faktor
ketidakpastian seminimal mungkin. Setiap perusahaan menghadapi masa depan yang selalu
berubah dan arah perubahannya tidak bisa diduga. Untuk itu peramalan terhadap krisis
dilakukan pada situasi pra-krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengindentifikasi dan
menganalisa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang terjadi di dunia bisnis. Untuk
memudahkan manajemen, dapat melakukan peramalan dengan memetakan krisis.

3. Pencegahan Krisis (prevention)

Langkah-langkah pencegahan sebaiknya diterapkan pada situasi pra-krisis. Untuk


mencegah kemungkinan terjadinya krisis. Namun, jika krisis tidak dapat dicegah, manajemen
harus mengupayakan agar krisis tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar. Untuk itu,
begitu terlihat tanda-tanda kritis, segera arahkan ke tahap penyelesaian.

4. Intervensi Krisis (intervention)

Langkah intervensi dalam situasi krisis bertujuan untuk mengakhiri krisis yang
menyebabkan kerusakan pada tahap akut. Langkah-langkah pengendalian terhadap kerusakan
diawali dengan identifikasi, isolasi (pengucilan), membatasi (limitation), menekan
(reduction) dan pemulihan (recovery).

5. Penyelesaian Krisis

Manajemen harus memiliki crisis management plans yang didesain secara teliti untuk
menghadapi berbagai level krisis yang mungkin terjadi. Oleh karena itu jika terjadi kondisi
kritis, perusahaan dapat mengidentifikasi dan merespon dengan baik. Ketika terjadi krisis,
hal-hal yang harus dilakukan oleh Public Relation Officer antara lain mengemas informasi
terhadap publik yang dapat dilakukan dengan cara :

 Instructing Information, yakni informasi yang pada dasarnya berisi petunjuk atau
pedoman apa yang harus dilakukan oleh publik atau bagaimana publik bertindak
dalam krisis.

6
 Adjusting Information, yaitu informasi yang memungkinkan publik untuk mengatasi
masalah-masalah emosional mereka.
 Internalizing Information, yaitu informasi yang akan diserap khalayak yang pada
akhirnya akan membentuk penilaian publik terhadap sebuah organisasi dalam jangka
panjang. Isi komunikasi biasanya menyangkut inti krisis yang sedang dihadapi
organisasi.

6. Komunikasi Krisis

Komunikasi krisis merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk
merespon adanya krisis. Sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tidak terduga dan secara
potensial berdampak negatif terhadap organisasi dan publiknya. Kejadian ini bisa saja
merusak organisasi, karyawan, produk atau jasa yang dihasilkan organisasi, kondisi keuangan
hingga reputasi perusahaan. Hal tersebut bisa terjadi karena dalam situasi krisis, organisasi
yang ada selalu menjadi sasaran pertama yang dimintai pertanggungjawaban. Komunikasi
dalam sebuah krisis berarti menyampaikan segala bentuk informasi, keterangan yang sejelas-
jelasnya, tepat dan memiliki sifat segera atau urgent. Dalam merespon krisis, pemenuhan
akan informasi yang terkontrol dengan baik dan informasi yang cepat dan tepat merupakan
prioritas utama. Komunikasi krisis dirancang melalui program-program untuk meminimalisir
kerusakan terhadap citra organisasi, dimana program-program tersebut merupakan bentuk
dari strategi manajemen krisis yang diterapkan untuk menghilangkan sebagian risiko dan
ketidakpastian dari kejadian negatif yang ada agar memungkinkan organisasi untuk
mengendalikan nasibnya sendiri (Fearn-Banks, 2007:7).

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PROFIL CINEPOLIS

a. Sejarah Perusahaan

Cinépolis awalnya didirikan sebagai Cine Morelos oleh pengusaha Enrique Ramírez
Villalón di Morelia, Michoacán, Meksiko pada tahun 1947. Beberapa tahun kemudian,
perusahaan ini berganti nama menjadi Cinematográfica Cadena de Oro, S.A., dengan
membuka jaringan bioskopnya di Salamanca, Acámbaro, dan Guanajuato. Pada tahun 1971,
perusahaan ini membuka cabangnya di Kota Meksiko sebagai bioskop Cine La Raza. Pada
tahun 1972, perusahaan ini memutuskan untuk membuka cabang bioskopnya secara besar-
besaran dengan merek Cinemas Gemelos. Pada tahun 1994, perusahaan ini menggunakan
nama Cinépolis sebagai merek dagang jaringan bioskop mereka Hingga saat ini, Cinépolis
menjadi salah satu pemain utama bisnis gedung bioskop di Meksiko.

Cinépolis di Indonesia sebelumnya beroperasi dengan nama Cinemaxx (di bawah


nama perusahaan PT Cinemaxx Global Pasifik Tbk). Dahulu, Cinemaxx adalah sebuah
jaringan bioskop berskala nasional di Indonesia yang dimiliki oleh Lippo Group dan dipimpin
oleh Gerald Dibbayawan. Cinemaxx membuka bioskop pertamanya di Plaza Semanggi,
Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2014 yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia ke-69. Target Cinemaxx saat itu adalah membuka dua ribu layar bioskop di seluruh
penjuru Indonesia.

Pada tahun 2018 lalu, Cinépolis membeli sebagian kecil saham Cinemaxx dengan
tujuan mendorong pertumbuhan dan membantu Cinemaxx mencapai visinya untuk menjadi
pemain utama di industri bioskop Indonesia. Pada tahun 2019, perusahaan ini menaikkan
persentase saham mereka hingga mencapai 40% sehingga dapat mengakuisisi saham
mayoritas Cinemaxx. Saat itu, Cinemaxx membuka cabangnya di 45 tempat berbeda di
Indonesia dengan jumlah 225 layar. Pasca akuisisi, Cinépolis membuka cabang pertamanya
di Mataram Mall, pada 18 September 2019. Perusahaan ini kemudian melakukan rebrand
Cinemaxx menjadi Cinépolis di seluruh cabang lainnya di Indonesia hingga akhir tahun 2019.

8
b. Logo Perusahaan

c. Visi Misi Perusahaan

Visinya adalah untuk menjadi pemain utama di industri bioskop Indonesia. Sementara
misinya adalah berkomitmen untuk memberikan pengalaman menonton film terbaik bagi
pelanggan.

d. Produk Perusahaan

Cinépolis adalah perusahaan asal Meksiko yang menjalankan bisnis di bidang bioskop
di lebih dari 18 negara. Perusahaan ini berlokasi di Guatemala, Honduras, El Salvador,
Inggris, Kosta Rika, Panama, Chili, Kolombia, Brasil, Peru, Spanyol, India, Indonesia, Oman,
Bahrain, Arab Saudi, dan Amerika. Mencakup 427 jaringan bioskop di 97 wilayah daratan
Meksiko.

3.2 TAHAPAN KRISIS YANG DIALAMI CINEPOLIS DI KOTA


MEDAN

Krisis yang dialami oleh Cinepolis dimulai sejak awal tahun 2020 tepatnya pada bulan
maret yang ditandai dengan seluruh kegiatan di gedung bioskop berhenti beroperasi pada
tanggal 10 Maret 2021. Tahapan tahapan krisis yang di alami oleh Cinepolis dapat dijabarkan
melalui tahapan krisis yang dijelaskan oleh Darwin Devlin (2007) melalui buku Crisis
Management yang berjudul Planning for the Inevitable, dimana tahapan krisis dibagi menjadi
3 tahapan yaitu :

9
1. Pra-Krisis (Pre-Crisis)

Dalam tahap ini, Cinepolis mengalami tahapan krisis yang dimulai dengan munculnya
pemberitaan kasus virus Covid-19 pertama kali muncul di Indonesia. Setelah masuknya kasus
virus Covid-19 pertama di Indonesia, pemerintah pusat memberi instruksi agar menutup
tempat hiburan seperti mall, bioskop, rumah makan dll. Dikarenakan kebanyakan Bioskop
Cinepolis berada di dalam mall, maka mau tidak mau pihak Cinepolis harus menutup usaha
mereka. Hal itupun didukung oleh pernyataan narasumber kami yang merupakan karyawan
full-time cinepolis dimana ia mengatakan Bioskop Cinepolis yang berada di Sun Plaza medan
telah tutup sejak tanggal 10 Maret 2020.

2. Krisis (Acute Crisis)

Pada tahap krisis ini, pihak perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa melainkan harus
berhenti beroperasi. Banyak media dan khalayak publik yang sudah mengetahui bahwa
bioskop Cinepolis sudah berhenti beroperasi sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.
Dalam teori tahapan krisis menurut Edward Devlin (2007), dalam bukunya dikatakan bahwa
dalam tahap krisis ini, tidak ada lagi upaya preventif yang dapat dilakukan untuk menghindari
krisis, melainkan hanya meminimalisir akibat krisis. Teori tersebut berhubungan dengan
kriris yang dialami pihak Cinepolis, dimana saat wawancara dikatakan bahwa pihak
perusahaan hanya berserah kepada pemerintahan daerah (pemda). Namun untuk
meminimalisir krisis, pihak perusahaan melakukan kegiatan berjualan marchendise seperti
botol tumbler dan popcorn di area bioskop.

Pihak perusahaan yang sudah mengalami krisis ini berusaha keras dalam
menyediakan informasi dan tetap berusaha agar krisis tidak meluas (damage control) dan agar
nama perusahan tidak hilang dari benak masyarakat. Pihak perusahaan pun pada tahap krisis
ini berfokus pada prioritas utama untuk menjamin keselamatan publik. Hal itulah mengapa
bioskop Cinepolis masih belum beroperasi sampai saat ini.

Krisis yang dialami oleh perusahaan Cinepolis ini sebenarnya bisa diatasi dengan
upaya-upaya yang telah direncanakan seperti hasil wawancara yang telah kami dilakukan
dimana narasumber mengatakan bahwa perusahaan sudah siap untuk beroperasi dengan
penanganan seperti protokol kesehatan yang sangat ketat, mengurangi kapasitas pengunjung,
dan mengurangi jam tunggu di area bioskop. Namun yang menjadikan krisis tak kunjung
selesai adalah belum keluarnya surat edaran yang mengizinkan Cinepolis untuk membuka

10
kembali bioskopnya. Dalam tahap ini juga, Cinepolis melakukan manajemen krisis dengan
tidak melakukan PHK terhadap pegawai full-time. Ini dilakukan agar mencegah adanya isu-
isu yang mungkin terjadi di kemudian hari.

3. Pasca Krisis (Post-Crisis)

Akhir-akhir ini sudah dijumpai di sebagian kota-kota besar di Indonesia bahwa


bioskop Cinepolis mulai beroperasi namun bioskop Cinepolis yang ada di Kota Medan masih
juga belum beroperasi. Pada tahap pasca krisis inilah kesempatan perusahaan berusaha
mempertahankan citra positif mereka. Walaupun bioskop Cinepolis di Kota Medan belum
juga beroperasi, tetapi perusahaan menginformasikan upaya-upaya yang akan dilakukan ke
depannya dan tetap melakukan manajemen krisis seperti berjualan marchendise dan popcorn
di area bioskop.

Masa kesembuhan krisis Cinepolis di Kota Medan adalah masa dimana perusahaan
mulai berusaha bangkit kembali dan mulai muncul ke publik dengan proses perbaikan dan
peningkatan kinerja. Sudah mulai banyak media memberitakan pihak perusahaan akan segera
beroperasi dengan upaya-upaya yang dianggap akan menangani krisis. Hal ini mendukung
tahap pasca krisis Cinepolis karena kepercayaan publik kembali terbangun. Dalam teori yang
dibawakan oleh Edward Devlin (2007), tahap pasca krisis inilah dimana perusahaan mulai
mengevaluasi krisis yang telah dialami untuk dijadikan rekapitalisasi dan antisipasi agar citra
dan nama perusahaan tetap diingat oleh masyarakat.

3.3 STRATEGI MANAJEMEN KRISIS YANG DILAKUKAN PIHAK


CINEPOLIS DI KOTA MEDAN

1. Perencanaan Pra-Krisis

Pada kasus ini, krisis yang dialami oleh bioskop Cinepolis jatuh kedalam kategori
krisis bencana alam. Hal ini disebabkan oleh pandemi virus Covid-19 yang masuk ke negara
Indonesia pada awal 2020, memaksa terhentinya operasi kegiatan untuk meminimalisir
interaksi di masyarakat. Akibatnya tidak banyak yang bisa dilakukan oleh stakeholder
perusahaan atas keputusan pemerintah. Cinepolis sendiri secara serentak menutup gedung
bioskop pada bulan Maret di tahun yang sama untuk mencegah penyebaran virus.

11
2. Peramalan Krisis (forecasting)

Tanda-tanda krisis sudah mulai muncul saat pemerintah melaporkan kondisi virus
yang mematikan ini, dan mendeklarasikan status pandemi di Indonesia. Pemerintah juga
mulai menghimbau masyarakat untuk tetap di rumah saja sebisa mungkin. Jelas hal ini akan
berdampak pada pengurangan pengunjung yang akan mengakibatkan ketidakseimbangan
pada revenue gain dan revenue loss. Melihat dari interval kasus Covid-19 pertama dan
keputusan penutupan gedung bioskop Cinepolis, peramalan yang seharusnya dilakukan pada
tahap ini gagal dilakukan karena faktor ketidakpastian yang terjadi, sehingga tidak dapat
melihat titik terang akibat urgensi situasi yang ada, dan belum dapat ditentukan apakah krisis
yang terjadi akan berdampak panjang atau sementara.

3. Pencegahan Krisis (prevention)

Tahap ini, pada umumnya dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya krisis.
Namun saat krisis tidak lagi dapat dicegah seperti yang dialami oleh Cinepolis, manajemen
harus mengupayakan agar krisis tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar. Dalam hal ini,
keputusan pertama yang dilakukan oleh pihak Cinepolis adalah merumahkan karyawan-
karyawannya sementara, merujuk pada himbauan pemerintah. Jika Cinepolis memaksa untuk
tetap beroperasi dan berdiri sendiri, akan timbul kerugian yang lebih besar dari ‘sekedar’ arus
cash flow yang berantakan, seperti stigma yang buruk di kalangan masyakarat. Satu hal yang
dapat diapresiasi dalam keputusan ini adalah, pihak Cinepolis tidak memecat karyawan-
karyawannya walaupun kondisi yang masih abu-abu. Seluruh karyawan full-timer dibiarkan
libur, sementara para part-timer kemungkinan besar sudah habis sendiri kontrak masa
magangnya.

4. Intervensi Krisis (intervention)

Tahap ini bertujuan untuk mengakhiri krisis yang terjadi. Cinepolis layaknya seperti
perusahaan lain, tetap stay calm selama pandemi berlangsung, dan baru mulai memanaskan
mesin operasinya pada pertengahan paruh kedua tahun 2020 saat negara pelan-pelan mulai
beradaptasi dengan kondisi pandemi yang ada.

Karyawan Cinepolis mengatakan bahwa perusahaan sendiri sudah siap beroperasi jika
tidak ada lagi intervensi dari pemerintah daerah. Layaknya bioskop Cinepolis di kota lainnya,
pengoperasian bioskop akan berjalan sesuai dengan prokol kesehatan yang ada seperti
pengecekan suhu dan mencuci tangan sebelum masuk ke area bioskop, pembelian tiket secara

12
online, serta hanya mengizinkan penonton yang memiliki tiket yang boleh berada di bioskop
untuk meminimalisir kontak fisik yang terjadi. Promo-promo juga sedang dalam tahap
pengerjaan untuk meningkatkan antusias masyarakat saat nanti bioskop dibuka.

5. Penyelesaian Krisis

Saat mall sudah diperbolehkan buka, perusahaan lalu melihat celah peluang yang
dapat dimasuki. Walaupun belum diizinkan beroperasi, ruangan masih tetap dibersihkan oleh
para karyawan. Dalam upaya bangkit dari keterpurukan krisis yang ada, pihak Cinepolis lalu
mulai unjuk gigi kembali dengan membuka stand kecil-kecilan di beberapa gerainya dengan
menjual pasokan merchandise film berupa tumbler yang selama ini belum sempat terjual.
Tumbler-tumbler ini lalu dijual dengan harga miring dari harga biasanya. Tindakan ‘kecil’ ini
membuat nama perusahaan kembali disebut-sebut di kalangan pengunjung mall.

Sayangnya sampai saat ini hanya satu gerai yang masih aktif menjual tumbler, yaitu
gerai yang berada pada mall Sun Plaza di jalan K.H. Zainul Arifin. Kegagalan penjualan di
gerai-gerai Cinepolis disebabkan oleh sepinya pengunjung mall. Tapi kegagalan tersebut
tidak mematahkan semangat juang perusahaan, dan justru melancarkan strategi lainnya. Pada
bulan Februari 2021, bersama dengan stand penjualan tumbler, Cinepolis juga mengeluarkan
mesin popcorn mereka dan mulai menjual popcorn dan air mineral. Aroma popcorn yang
khas menjadi pemicu dan daya tarik bagi para pengunjung yang merindukan suasana dalam
bioskop dan meningkatkan keuntungan serta nilai jual perusahaan di masyarakat. Pembukaan
stand ini juga menggerakkan kembali lapangan kerja para karyawannya, karena dalam
penjagaan stand ini, setiap harinya tiga karyawan ditugaskan dan diputar setiap harinya untuk
memaksimalkan kesempatan kerja seluruh karyawan.

6. Komunikasi Krisis

Pada kasus ini, strategi-strategi yang digencarkan pihak Cinepolis seperti yang
terlampir, walau mulai membalikkan keadaan, belum bisa dibilang sukses sepenuhnya karena
belum kembali beroperasi selayaknya fungsi awal perusahaan, yaitu menyuguhkan film-film
baru yang dapat dinikmati para pengunjung di layar lebar. Cinepolis di kota-kota besar
lainnya sudah memperoleh izin beroperasi dengan mengaplikasikan protokol kesehatan yang
berlaku, sedangkan Cinepolis di Kota Medan masih juga belum buka walaupun terdaftar
sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia. Terkait hal ini, ternyata sudah banyak
dipertanyakan oleh masyarakat Kota Medan. Pihak Cinepolis pun mengatakan sedang

13
melakukan langkah persuasi dengan pemerintah daerah untuk mengizinkan pengoperasian
bioskop.

Cinepolis sendiri beberapa kali melakukan komunikasi krisis. Yang pertama pada saat
awal terjadinya pandemi Covid-19, melalui laman situsnya Cinepolis menuliskan pernyataan
yang berbunyi, "Demi memprioritaskan kesehatan dan keamanan pengunjung serta pegawai
kami, dengan berat hati kami informasikan bahwa bioskop Cinepolis akan ditutup sementara
hingga waktu yang belum ditentukan”. Yang kedua kepada banyak media berita lainnya yang
mempertanyakan kepastian pengoperasian Bioskop Cinepolis di Kota Medan.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Cinépolis di Indonesia sebelumnya beroperasi dengan nama Cinemaxx (di bawah


nama perusahaan PT Cinemaxx Global Pasifik Tbk). Pada tahun 2018 lalu, Cinépolis
membeli sebagian kecil saham Cinemaxx dengan tujuan mendorong pertumbuhan dan
membantu Cinemaxx mencapai visinya untuk menjadi pemain utama di industri bioskop
Indonesia. Pada tahun 2019, perusahaan ini menaikkan persentase saham mereka hingga
mencapai 40% sehingga dapat mengakuisisi saham mayoritas Cinemaxx. Cinepolis
mengalami 3 tahapan krisis, yakni pra-krisis, krisis, dan pasca krisis. Pada tahap pra-krisis
ditandai dengan munculnya pemberitaan kasus virus Covid-19 pertama kali muncul di
Indonesia. Setelah masuknya kasus virus Covid-19 pertama di Indonesia, pemerintah pusat
memberi instruksi agar menutup tempat hiburan seperti mall, bioskop, rumah makan dll.

Lalu masuk ke tahap krisis, yakni ketika pihak perusahaan tidak dapat berbuat apa-
apa melainkan harus berhenti beroperasi. Banyak media dan khalayak publik yang sudah
mengetahui bahwa bioskop Cinepolis sudah berhenti beroperasi sampai waktu yang tidak
dapat ditentukan. Selanjutnya masuk ke tahap pasca krisis, yakni kesempatan perusahaan
berusaha mempertahankan citra positif mereka. Walaupun bioskop Cinepolis di Kota Medan
belum juga beroperasi, tetapi perusahaan menginformasikan upaya-upaya yang akan
dilakukan ke depannya dan tetap melakukan manajemen krisis seperti berjualan marchendise
dan popcorn di area bioskop.

Setelah itu pihak manajemen Cinepolis berusaha keras agar bioskop Cinepolis tidak
dilupakan oleh masyarakat, untuk itu mereka menerapkan beberapa strategi manajemn krisis.
Strategi pertama yaitu dengan perencanaan pra-krisis, yakni Cinepolis menutup gedung
bioskop secara serentak pada bulan Maret ketika virus Covid-19 masuk ke Indonesia untuk
mencegah penyebaran virus. Lalu masuk ke tahap peramalan krisis, yaitu ketika melihat dari
interval kasus COVID-19 pertama dan keputusan penutupan gedung bioskop Cinepolis,
peramalan yang seharusnya dilakukan pada tahap ini gagal dilakukan karena faktor
ketidakpastian yang terjadi, sehingga tidak dapat melihat titik terang akibat urgensi situasi

15
yang ada, dan belum dapat ditentukan apakah krisis yang terjadi akan berdampak panjang
atau sementara.

Selanjutnya ke tahap pencegahan krisis, keputusan pertama yang dilakukan oleh pihak
Cinepolis adalah merumahkan karyawan-karyawannya sementara, merujuk pada himbauan
pemerintah. Lalu masuk ke tahap intervensi krisis, Cinepolis layaknya seperti perusahaan
lain, tetap stay calm selama pandemi berlangsung, dan baru mulai memanaskan mesin
operasinya pada pertengahan paruh kedua tahun 2020 saat negara pelan-pelan mulai
beradaptasi dengan kondisi pandemi yang ada. Selanjutnya ke tahap penyelesaian krisis.
dalam upaya bangkit dari keterpurukan krisis yang ada, pihak Cinepolis lalu mulai unjuk gigi
kembali dengan membuka stand kecil-kecilan di beberapa gerainya dengan menjual pasokan
merchandise film berupa tumbler yang selama ini belum sempat terjual. Tumbler-tumbler ini
lalu dijual dengan harga miring dari harga biasanya. Tindakan ‘kecil’ ini membuat nama
perusahaan kembali disebut-sebut di kalangan pengunjung mall.

Lalu yang terakhir masuk ke tahap komunikasi krisis, Cinepolis sendiri beberapa kali
melakukan komunikasi krisis. Yang pertama pada saat awal terjadinya pandemi Covid-19,
melalui laman situsnya Cinepolis menuliskan pernyataan yang berbunyi, "Demi
memprioritaskan kesehatan dan keamanan pengunjung serta pegawai kami, dengan berat hati
kami informasikan bahwa bioskop Cinepolis akan ditutup sementara hingga waktu yang
belum ditentukan”. Yang kedua kepada banyak media berita lainnya yang mempertanyakan
kepastian pengoperasian Bioskop Cinepolis di Kota Medan.

4.2 SARAN

Mengoptimalkan penggunaan aplikasi Tix ID yang sebelumnya hanya digunakan


untuk melihat jadwal penayangan film dan memesan tiket masuk bioskop. Meskipun saat ini
pemesanan tiket dilakukan secara online, pihak manajemen dapat mengupayakan agar
masyarakat dapat mengakses dan menonton film terbaru yang dirilis melalui aplikasi tersebut
sehingga masyarakat dapat menonton dari rumah untuk menghindari kerumunan. Menonton
melalui aplikasi ini dapat dilakukan dengan penyewaan setiap film yang akan ditonton dan
melakukan pembayaran secara digital juga.

Karena tidak adanya tanggapan pemerintah daerah terkait dengan pemberian izin
beroperasi kembali di tengah pandemi, manajemen Cinepolis dapat bekerja sama dengan XXI
dan CGV agar lebih meyakinkan mereka untuk meminta perizinan mengenai trial fase atau

16
masa percobaan. Masa percobaan ini dilakukan dengan memberi izin perusahaan untuk
beroperasi kembali selama 2-3 minggu dengan tidak mengesampingkan protokol kesehatan
seperti kapasitas maksimal hanya 50% dari kapasitas total, melakukan pengecekan suhu
sebelum memasuki ruang bioskop, dan melakukan social distancing atau jaga jarak.
Tentunya, hal ini dilakukan dalam pengawasan ketat pihak terkait.

Pihak manajamen Cinepolis dan pemerintah daerah harus tetap memonitoring dan
melakukan evaluasi di kemudian hari untuk melihat apakah terjadi kenaikan kasus dengan
adanya klaster bioskop atau tidak. Jika tidak ada kenaikan kasus, tentunya hal ini akan
memberi peluang kepada pihak Cinepolis agar diberikan kesempatan untuk beroperasi
kembali. Namun, perlu ditegaskan agar hal ini dilakukan secara ketat dan sungguh-sungguh
sehingga tidak ada kasus positif Covid-19 yang terjadi.

Cinepolis juga dapat mengubah metode kerja dengan mengefisiensikan tenaga


manusia. Kemudian, metode kerja juga akan difokuskan pada kebersihan karyawan maupun
pelanggan. Sebelum masuk ke dalam bioskop, dapat melakukan scan identitas penonton agar
jika terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, dan dapat dilakukan pelacakan atau
tracking. Pihak manajemen Cinepolis dapat mengajak para pejabat pemerintah daerah Kota
Medan sebagai percobaan nonton film di bioskop untuk meyakinkan masyarakat tentang
keamanan nonton film di bioskop.

Pihak manajemen Cinepolis dapat membuat akun resmi mereka di YouTube ataupun
TikTok dan membuat konten tentang bagaimana cara nonton di bioskop selama pandemi
Covid-19 ini guna dapat meningkatkan rasa percaya masyarakat. Manajemen Cinepolis juga
dapat membuat kampanye di akun sosial media resmi mereka tentang
#AyoBeraniKeBioskop, guna memancing antusiasme masyarakat. Serta ketika nanti bioskop
sudah dibuka, pihak manajemen Cinepolis dapat menayangkan lebih banyak lagi film
nasional untuk dapat meningkatkan minat masyarakat pedesaan datang ke bioskop.

17
DAFTAR PUSTAKA

Assumta, Sr Maria Rumanti. 2002. Dasar-Dasar Public Relations : Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Grasindo.

Maulin Purwaningwulan, M. (2013). Public Relations dan Manajemen Krisis. Majalah Ilmiah
UNIKOM.

Sinatra, L., & Darmastuti, R. (2008). Kajian peran public relations dalam meningkatkan citra
perguruan tinggi swasta di Jawa Tengah. Scriptura, 2(2), 95-105.

Wasesa, Silih Agun. (2005). Strategi Public Relations. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

18
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai