Anda di halaman 1dari 19

Komunikasi Massa

“Fungsi-fungsi Komunikasi Massa”

Dosen Pengampu:

Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D.

Oleh:
Kelompok 2
Meylinda Pangestika Gunawan (190904004)
Marsha Zafirah Pohan (190904022)
Micky Akbar Harahap (190904038)
Esra Natalia Margaretha (190904064)
Sherenika Azalia (190904076)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Fungsi-fungsi Komunikasi Massa”.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai apa sajakah fungsi-fungsi dari komunikasi
massa, apakah ada hubungan yang terjalin antara komunikasi massa dengan media massa dan
bagaimanakah perkembangan fungsi-fungsi komunikasi massa saat ini.

Tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas terstruktur
Mata Kuliah Komunikasi Massa sekaligus untuk menambah pengetahuan para penulis.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan berbagai masalah, baik yang
bersumber dari penulis sendiri maupun yang datang dari faktor dari luar diri penulis. Namun,
dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan dukungan yang tak henti-hentinya dari
beberapa pihak. Oleh sebab itu, penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang mendukung dan berpartisipasi dalam penulisan makalah ini kepada dosen pengampu mata
kuliah Komunikasi Massa dan juga rekan-rekan.

Penulis mengakui dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena penulis
masih dalam proses belajar. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna sebagai salah satu pedoman dan menambah
pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Medan, 2 Maret 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I ........................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 5

BAB II ........................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6

2.1 Fungsi Informasi ................................................................................................................ 6

2.2 Fungsi Hiburan .................................................................................................................. 8

2.3 Fungsi Persuasi ................................................................................................................. 10

2.4 Fungsi Transmisi Budaya ................................................................................................. 11

2.5 Fungsi Mendorong Kohesi Sosial ..................................................................................... 12

2.6 Fungsi Pengawasan ........................................................................................................... 13

2.7 Fungsi Korelasi ................................................................................................................. 15

2.8 Fungsi Pewarisan Sosial ................................................................................................... 17

BAB III ...................................................................................................................................... 19

PENUTUP ................................................................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 19

3.2 Saran .................................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terdapat banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas mengenai fungsi-fungsi
komunikasi massa. Sama halnya dengan definisi komunikasi massa, fungsi komunikasi massa juga
memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Meskipun satu pendapat dengan
pendapat yang lain berbeda, tetapi titik tekan mereka kemungkinan sama. Contohnya, ada yang
mengatakan bahwa fungsi media massa itu untuk mendidik, hiburan tetapi ada yang mengatakan
hal yang berbeda. Apapun yang dikemukakan, sebenarnya tetap terdapat benang merah yang
menyatakan bahwa fungsi komunikasi massa secara umum nisa dikemukakan, seperti informasi,
pendidikan dan hiburan.
Dalam membicarakan fungsi-fungsi komunikasi massa, terdapat satu hal yang perlu
disepakati terlebih dahulu. Ketika membicarakan mengenai fungsi-fungsi komunikasi massa harus
ada dalam benak kita adalah kita juga sedang membicarakan hal terkait yaitu media massa. Dengan
melakukan komunikasi massa, tentunya media massa juga memiliki peran. Dengan begitu, makna
dari komunikasi massa tidak akan ditemukan jika tidak adanya peran media massa. Media massa
merupakan elemen penting dalam melakukan komunikasi massa, sebab tidak akan ada komunikasi
massa tanpa adanya media massa.
Beberapa fungsi komunikasi massa yang akan kita bicarakan bisa dijadikan bukti bahwa
masing-masing orang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain dalam hal memberikan
istilah, meskipun dapat dilihat terdapat beberapa kesamaan. Fungsi komunikasi massa menurut
Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain: to inform (meng informasi), to entertain
(memberi hiburan), to persuade (membujuk) dan transmission of the culture (transmisi budaya).
Ada pula fungsi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yakni, surveillance
of the environment (fungsi pengawasan), correlation of the part of society in responding to the
environment (fungsi korelasi) dan transmission of the social heritage from one generation to the
next (fungsi pewarisan sosial).
Sejalan dengan perkembangan masyarakat pada masa kini dan teknologi dalam
berkomunikasi, beberapa fungsi komunikasi mungkin sudah terbilang usang, untuk tidak
mengatakan sudah ketinggalan zaman. Serta dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa

4
dapat ditambahkan sebagai melawan kekuasaan dan kekuatan represif serta menggugat hubungan
trikotomi antara pemerintah, pers dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Penulisan makalah ini dibatasi pada permasalahan:
1. Apa sajakah fungsi-fungsi komunikasi massa?
2. Apakah terdapat hubungan antara fungsi-fungsi komunikasi massa dengan media massa?
3. Bagaimanakan perkembangan fungsi-fungsi komunikasi massa saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk:
1. Mengetahui apa sajakah fungsi-fungsi dari komunikasi massa
2. Mengetahui apakah ada hubungan antara fungsi-fungsi komunikasi massa dengan media
massa
3. Mengetahui bagaimana perkembangan fungsi-fungsi komunikasi saat ini

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Informasi


Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa.
Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang
disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi di samping fungsi-
fungsi yang lain.
Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkan dalam tulisan juga
merupakan informasi. Fakta yang dimaksud adalah adanya kejadian yang benar-benar terjadi di
masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5 W + 1 H
(What, Where, Who, When, Why, + How) atau Apa, Di mana, Siapa, Kapan, Mengapa, dan
Bagaimana. Misalnya terjadi kecelakaan sepeda motor. Fakta tersebut bisa dipertanyakan seperti
berikut. Siapa yang bertabrakan? Di mana peristiwa itu terjadi? Apa akibat yang ditimbulkannya?
Kapan tabrakan itu terjadi? Mengapa terjadi? Bagaimana tabrakan itu bisa terjadi? Serangkaian
pertanyaan tersebut merupakan fakta di lapangan yang bisa menjadi informasi yang dibutuhkan
pembaca surat kabar.
Saat ini, konsep 5 W + 1 H atau straight news (berita singkat) sudah dikembangkan dengan
peliputan jurnalisme investigasi (investigative journalism). Yakni, suatu bentuk peliputan yang
dilakukan secara mendalam. Jadi tidak sekadar menampilkan unsur berita 5 W + 1 H saja. Ada
banyak dana pendukung yang ada dalam berita tersebut, baik berupa angka-angka maupun
wawancara yang dilakukan pada menyajikan informasi. Faktanya tetap ada, yakni 5 W + 1 H hanya
dikupas secara mendalam.
Bahkan sekarang, banyak media kita (terutama majalah) mengembangkan penulisan
feature, sebuah gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah jurnalistik. Kaidah sastra
berhubungan dengan teknik penulisan. Artinya, agar tulisan itu menarik dan enak untuk dibaca.
Sementara, kaidah jurnalistik mendukung dimunculkannya fakta-fakta yang didapat di lapangan.
Penulisan feature tanpa kaidah sastra akan menghasilkan tulisan yang keras, kering, dan tidak enak
dibaca. Sementara itu, tulisan yang hanya berlandaskan kaidah sastra, hanya menemukan khayalan
yang dituang dalam sebuah tulisan dan tidak ada fakta yang disajikan. Oleh karena itu, feature
menggabungkan keduanya.

6
Dalam paradigma lama, buku termasuk dalam media komunikasi massa yang juga
mempunyai fungsi informasi. Buku yang dimaksud tentu bukan sekadar buku fiksi, tetapi buku
yang ditulis berdasarkan fakta-fakta pula. Sebab, informasi yang dimaksud di sini adalah informasi
yang berdasarkan fakta. Alasannya, informasi yang tidak berdasarkan fakta sama dengan isu, kabar
bohong, atau desas-desus.
Buku yang dimaksud di sini bukan buku fiksi, tetapi buku lain yang bisa
dipertanggungjawabkan keilmiahannya, misal-nya buku petunjuk atau kiat-kiat tertentu. Buku kiat
memasak jelas termasuk dalam wilayah ini sebab buku tersebut memberikan informasi
berdasarkan fakta. Buku-buku tentang cara menjadi pembicara sukses, mengajar yang baik, dan
menjadi wartawan yang cerdas termasuk di sini karena data, fakta, serta petunjuk yang
dikeluarkan.
Film-film sejarah pun termasuk media komunikasi massa.mengapa? Sebab, faktanya ada.
Hanya proses pembuatannya dilakukan prinsip-prinsip yang berlaku dalam pembuatan film.
Tokoh dapat ditambahkan agar film itu menarik. Prinsip ini hampir sama dengan pembuatan
feature dalam majalah atau surat kabar. Sebagai contoh, film-film perang kemerdekaan di
Indonesia. Terlepas dari propaganda yang dilakukan dalam film ini, fakta bahwa kita pernah
terlibat perang kemerdekaan, termasuk munculnya nama-nama yang selama ini kita kenal sebagai
pahlawan nasional sudah bisa menjadi bukti. Selain film, sinetron pun termasuk media
komunikasi. Sinetron juga memberikan informasi. Sinetron yang tidak memberikan informasi
biasanya hanya mementingkan aspek hiburan. Pokoknya asal penonton terhibur, target pembuatan
sinetron itu tercapai.
Dalam perkembangan jurnalistik saat ini, media massa yang hanya menulis atau
menyajikan berita dengan mengemukakan fakta-fakta tidak mencukupi lagi. Di mana Jakob
Oetama (2001) sebuah berita bukanlah kejadiannya, tetapi laporan tentang suatu kejadian yang
aktual dan bermakna. Kejadianya sendiri merupakan sesuatu yang objektif, sedangkan bagaimana
kejadian itu dipilih menjadi berita atau dilaporkan sebagai berita, jelas sesuatu yang subjektif. Hal
apa yang terungkap dari pernyataan tersebut adalah bahwa harus ada perkembangan baru dalam
proses pencarian dan pembuatan berita untuk surat kabar. Fakta di lapangan yang disajikan surat
kabar tidak akan memiliki bobot nilai tinggi jika tidak ada makna yang terkandung dalam berita
tersebut.

7
Membicarakan sebuah berita yang bermakna C.P. Scott dari The Manchester Guardian
(Jakob, 2003) pernah mengatakan bahwa reportase yang berkembang saat ini adalah reportase
faktual, yakni laporan yang memisahkan fakta dan opini berkembang sebagai reportase
interpretasi, reportase yang mendalam, yang investigative, dan reportase yang komprehensif.
Bukan sekadar fakta menurut urutan kejadiannya, bukan fakta secara linier, melainkan fakta yang
mencakup, disertai latar belakang, proses, dan riwayatnya. Fakta tersebut dicari interaksi tali
temalinya, diberi interpretasi atas dasar interaksi fakta dan latar belakangnya ditemukan variabel-
variabelnya. Dengan cara itu, berita bukan sekadar informasi tentang fakta, berita sekaligus
menyajikan interpretasi akan arti dan makna dari peristiwa. Bahkan, pencarian serta penyajian
makna berita itulah yang merupakan pekerjaan rumah dan tantangan media. The search of meaning
dan the production of meaning.
Dengan demikian, jurnalisme makna sudah seharusnya dijalankan pers untuk menjelaskan
lebih lanjut fungsi informasi. Artinya, fungsi pers adalah melaporkan peristiwa di dalam
masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.
Seharusnya pers mengumpulkan sebanyak-banyaknya materi yang diperlukan untuk membuat
kejadian dan makna kejadian bersangkutan bisa dipahami oleh publik. Ini berarti pers tidak lagi
melaporkan sesuatu dengan satu dimensi (dari satu sudut pandang saja), tetapi multidimensi, dan
mengungkapkan latar belakangnya. Oleh karena itu, Jakob menekankan, masa lalu, keadaan masa
kini, harus tetap aktual dan berperspektif masa depan (Jakob Oetama, 2001)

2.2 Fungsi Hiburan


Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan
dengan fungsi-fungsi lain. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media
hiburan. Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu karena
masing-masing anggota punya kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan istri kerja seharian
sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan aktivitas masing-masing, ketika malam
hari berada di rumah, kemungkinan besar mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan
sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat
utama hiburan (untuk melepaskan lelah). Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena
dapat ditonton bersama-sama sambil bercanda atau “ngemil”.

8
Oleh karena itu, jangan heran jika jam-jam prime time (pukul 19.00 sampai 21.00) akan
disajikan acara-acara hiburan, entah sinetron, kuis atau acara jenaka lainnya. Sangat sulit untuk
diterima penonton seandainya pada jam prime time televisi menyiarkan acara “Dialog Politik”.
Jelas acara itu akan menimbulkan penolakan masyarakat. Sebagai contoh, Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI), televisi swasta nasional yang di awal perkembangannya mengklaim diri sebagai
televisi pendidikan. Persentase terbesarnya diisi acara pendidikan. Hiburan ada, tetapi relatif
sedikit. Pukul 9.00 sampai pukul 12.00 diisi acara pendidikan, tetapi siapa yang melihat? Guru dan
murid yang dijadikan sasaran acara jam tersebut sedang melakukan proses belajar mengajar di
sekolah.
Oleh karena itu, TPI mengubah format sajiannya. Ini dilakukan karena acara yang selama
ini dimunculkan dipandang sinis oleh penonton. TPI mengubah format menjadi Televisi Keluarga
Indonesia (TKI), dengan nama tetap TPI. Dalam jingle iklannya mengklaim sebagai televisi
keluarga Indonesia. Apakah TPI lalu menjadi televisi keluarga Indonesia? Terjauh berbeda dengan
televisi swasta lainnya yang fungsi hiburannya lebih besar dibandingkan fungsi lainnya.
Apakah TPI salah memformat acara pendidikan? Tidak. Hanya masalahnya, tingkat melek
huruf yang belum menggembirakan pada masyarakat Indonesia menjadi kendala itu semua.
Termasuk di sini, masyarakat menjadikan televisi sebagai barang hiburan dan bukan untuk belajar
layaknya di sekolah atau di bangku kuliah.
Hal ini sangat berbeda dengan media cetak. Media cetak biasanya tidak menempatkan
hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun demikian, media cetak pun tetap harus
memfungsikan hiburan. Gambar-gambar berwarna yang muncul di setiap halaman, adanya teka-
teki, dan cerita bergambar (cergam) menjadi beberapa ciri bahwa media cetak juga memberikan
layanan hiburan. Hal itu pula mengapa, terbitan hari Minggu untuk harian sangat berbeda jauh
dengan hari yang lain. Hari Minggu akan diisi rubrik-rubrik yang lebih menghibur. Mengapa?
Pembaca surat kabar menikmati hari minggu untuk santai bersama keluarga. Jika koran minggu
sama dengan terbitan hari biasanya, kemungkinan tidak akan laku. Membuat koran untuk hiburan
pada hari minggu menjadi bukti bahwa masyarakat menikmati hari minggu untuk mencari hiburan.

9
2.3 Fungsi Persuasi
Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan
hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika
diperhatikan secara jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel, dan
surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif.
Aktivitas Public Relations (PR) dan promosi khusus dalam komunikasi tatap muka juga
menjadi bentuk dari fungsi persuasi. Bahkan, jika aktivitas PR dan promosi khusus dilakukan
melalui media massa, semua itu tidak lepas dari usaha untuk memengaruhi orang lain, misalnya
iklan shampo di televisi yang mengatakan boleh keramas setiap hari. Tujuan iklan ini jelas, yaitu
memengaruhi penonton untuk mengikuti apa yang dikatakan iklan tersebut. Lebih khusus lagi
adalah memengaruhi agar penonton memakai shampo yang diiklankan tersebut dan tidak memakai
shampo lain sebab dengan memakai shampo itu penonton boleh keramas tiap hari.
Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi yang paling penting
dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk; (1) mengukuhkan atau
memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai
seseorang; (3) menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan (4) mempekenalkan etika,
atau menawarkan system nilai tertentu.
Media massa juga mampu menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu hal dan tidak
berbuat hal lain, misalnya dalam iklan. Tujuan utama iklan adalah menggerakkan konsumen untuk
membeli barang yang diiklankan. Mengapa seseorang memilih barang “A” dan tidak memilih
barang “B”? dalam masyarakat industri sekarang hal itu sedikit banyak dipengaruhi oleh
keberadaan media massa.
Media massa dalam beberapa kasus dapat menunjukkan sebuah etika. Media massa mampu
menunjukkan mana etika yang baik dan mana yang tidak baik. Pemberitaaan media massa tentang
suatu kasus korupsi yang menimpa seorang pejabat pemerintah, sama artinya media massa sedang
menawarkan etika lain bahwa mereka yang korupsi itu tidak baik dan jangan diikuti. Itu semua
mengandung pembujukan.
Tanpa publikasi massa, skandal Watergate di amerika tidaklah mungkin memunculkan
tuntutan masyarakat amerika terhadap Presiden Richard Nixon. Pemberitaan tentang skandal
tersebut akhirnya menjatuhkan dirinya. Hal demikian perah diakui oleh Lazarfeld dan Merton
(1951). Mereka mengatakan, “Dalam masyarakat, fungsi pemaparan terbuka ini dilembagakan

10
dalam komunikasi media massa Pers, radio, dan televisi memaparkan penyimpangan dan opini
public secara cukup terbuka, dan akibatnya, pemaparan ini menggerakkan masyarakat untuk
bertindak menantang apa yang secara pribadi dapat ditoleransi. Media massa dapat
mengungkapkan ketegangan akibat diskriminasi rasial dengan menarik perhatian masyaraka atas
praktik-praktik yang bertentangan dengan norma-norma nondiskriminasi. Ada kalanya, media
dapat mengorganisasikan kegiatan-kegiatan terbuka menjadi suatu “perang suci” (holly war).

2.4 Fungsi Transmisi Budaya


Media lokal memiliki potensi lebih dalam mentransmisikan budaya lokal. Transmisi
budaya berkaitan dengan fungsi media dalam meningkatkan kohesivitas sosial seperti memperluas
norma bersama, melestarikan budaya, serta melanjutkan sosialisasi budaya dari berbagai generasi.
Fungsi ini akan memperkuat integrasi sosial di sebuah wilayah serta terus memelihara budaya
lokal di suatu tempat.
Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis. Dua
tingkatan tersebut tidak dipisahkan, tetapi terjalin secara konstan. Di dalam tingkatan kontemporer,
media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan bibit
perubahan secara terus-menerus, televisi contohnya. Televisi tidak hanya sebagai cermin, tetapi
juga pengikat waktu. Sebagaimana program televisi atau film yang mempertontonkan tema-tema
tabu seperti telanjang dan seks. Hal ini merefleksikan perubahan di dalam struktur sosial
(perubahan di mana televisi bertanggung jawab terhadap semua sebab itu).
Secara historis umat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru
dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan. Manusia tidak hanya dapat mengakumulasi
pengalamannya, tetapi mereka telah membuktikan dapat menyortir dan menyaring di antara
ingatan, membuang yang tidak dibutuhkan, dan pemesanan istirahat untuk kesenangan dalam
tarnsmisi, baik kepaada teman sebaya maupun anak cucu.

2.5 Fungsi Mendorong Kohesi Sosial


Kohesi yang dimaksud adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat
untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya
bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Contohnya adalah ketika
media massa memberitakan tentang kerukunan yang terjadi antara umat beragama, kerukunan

11
aneka ragam suku bangsa, dan kerukunan yang terjalin dalam perbedaan lainnya sama saja media
massa sudah mendorong kohesi sosial.
Dalam bahasa yang populer, kohesi sosial sama artinya dengan integrasi. Ketika media
massa mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, media massa juga memiliki peluang
untuk menciptakan disintegrasi sosial. Sebab media massa yang tidak bisa menerapkan prinsip
berita berimbang, tidak dapat mendorong penyatuan masyarakat atau dengan kata lain, media
nassa hanya menciptakan disintegrasi sosial.
Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton pernah mengatakan bahwa media juga mempunyai
fungsi narcotising dysfunction (racun pembius). Maksudnya apabila media massa tidak dikelola
atau dipergunakan secara bijak dan hanya mengejar keuntungan semata, media massa dapat
menjadi “racun” bagi masyarakat. Hal ini hanya akan menimbulkan konflik antara masyarakat.
Seperti halnya banyak hoax yang bertebaran dalam media dan menyebabkan masyarakat
cenderung menerima tanpa mengetahui yang sebenarnya terjadi. Ini menyebabkan masyarakat
akan mengalami kebodohan dan tidak akan maju.

2.6 Fungsi Pengawasan


Fungsi pengawasan dalam komunikasi massa menurut Laswell adalah pada pengumpulan
dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi
pengawasan dapat dibagi dua, yaitu pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) dan
pengawasan instrumental (instrumental surveillance).
Dalam fungsi pengawasan peringatan dapat dilihat dari pemberitaan-pemberitaan
mengenai munculnya bencana-bencana seperti badai, topan, gelombang laut yang ganas, angin
ribut yang disertai hujan lebat, dan sebagainya. Dari berita-berita tersebut dapat meningkatkan
kewaspadaan masyarakat akan datangnya bencana yang lebih dahsyat. Sehingga dengan adanya
kewaspadaan, masyarakat dapat segera melakukan pengungsian atau bahkan diharapkan adanya
tindakan cepat dari pemerintah setempat untuk memberikan peringatan terhadap masyarakat dan
juga segera menyediakan berbagai macam pertolongan pertama. Contoh fungsi pengawasan
peringatan dalam komunikasi massa dapat dilihat dari berita di bawah ini:
Gunung Sinabung Meletus, Tinggi Kolom Abu Mencapai Setinggi 5.000 Meter
Selasa, 2 Maret 2021 | 08:51 WIB

12
KOMPAS.com - Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali
mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan pada Selasa (2/3/2021).
Kali ini, gunung api tertinggi di Sumatera Utara ini kembali mengeluarkan awan panas guguran.
Saat dikonfirmasi, Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung Armen Putra mengatakan, awan
panas guguran Gunung Sinabung terjadi pada pukul 07.11 WIB.
"Iya benar, sampai saat ini masih berlangsung awan panas guguran disertai dengan erupsi," ujar
Armen saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (2/3/2021).
Awan panas Gunung Sinabung dengan jarak luncur mencapai 4.500meter ke arah timur tenggara
dan tinggi kolom abu 5.000 meter.
Armen mengatakan, pada aktivitas guguran dan erupsi kali ini terlihat secara visual dari puncak
Gunung Sinabung.
Meksipun mengalami peningkatan aktivitas, status dari Gunung Sinabung masih tetap sama, yakni
berada di level siaga.
"Untuk abu sebarannya sesuai arah angin saat ini ke arah barat-baratdaya," tutur Armen.
Imbauan PVMBG
Terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi
Andiani mengimbau kepada masyarakat dan wisatawan untuk tidak masuk zona merah.
Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung
agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
"Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa
yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 km dari puncak Gunung Sinabung,
serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara," terang
Andiani saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/3/2021).
Jika terjadi hujan abu, lanjutnya, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah
untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.
"Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat
agar tidak roboh," imbau Andiani.
Pada contoh berita di atas, dapat dilihat bagaimana Kompas sebagai media massa sedang
melakukan fungsi pengawasan peringatan. Berita tersebut menghimbau masyarakat ataupun
wisatawan untuk tidak memasuki zona merah dan tetap memakai masker jika keluar rumah untuk
meminimalisir dampak kesehatan dari abu vulkanik tersebut.

13
Tidak hanya pada pemberitaan mengenai bencana, fungsi pengawasan peringatan juga
berlaku dalam bidang ekonomi, kesehatan atau pun politik. Misalnya dalam bidang ekonomi
adalah ketika pascakejatuhan Presiden Soekarno, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
serikat yang awalnya Rp. 2.000,- kemudian mencapai hingga angka Rp. 16.000,-. Keadaan tersebut
merupakan salah satu indikasi akan munculnya krisis ekonomi. Sehingga media massa pada saat
itu berperan dalam memberikan peringatan terhadap terjadinya kemerosotan nilai mata uang
rupiah saat itu.
Kemudian dalam bidang kesehatan, fungsi pengawasan peringatan yang dilakukan oleh
media massa adalah ketika munculnya wabah penyakit. Salah satu contohnya ketika terjadinya
wabah virus Corona yang terjadi di hampir seluruh dunia termasuk Indonesia. Pada saat virus ini
mulai terdeteksi untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu pada 2 Maret 2020, media massa mulai
memberitakannya. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat lebih waspada terhadap virus ini, dan
dihimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak dan juga masyarakat
dihimbau untuk selalu menaati protokol kesehatan jika sedang berada di luar rumah.
Fungsi pengawasan peringatan dalam bidang politik dapat dilihat ketika terjadinya
serangan militer. Contohnya adalah ketika peristiwa meninggalnya Qasem Soleimani, seorang
Jenderal Iran akibat serangan rudal dari Amerika Serikat pada Jumat (3/1/2020) lalu. Hal ini
memicu aksi balas dendam oleh Iran dengan melakukan serangan rudal ke markas pasukan
Amerika Serikat yang ada di Irak pada Selasa (7/1/2020) lalu. Dengan adanya pemberitaan-
pemberitaan dari media massa mengenai kedua peristiwa tersebut, maka terlihat juga media massa
sedang melakukan fungsi pengawasan peringatan.
Selain fungsi pengawasan peringatan, terdapat juga fungsi pengawasan instrumental.
Pengawasan instrumental itu sendiri adalah penyebaran informasi yang berguna bagi masyarakat.
Harga kebutuhan sehari-hari merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Dan juga informasi mengenai produk-produk baru yang ada di pasaran atau berita
tentang jadwal acara televisi dan film-film yang diputar di bioskop.

2.7 Fungsi Korelasi


Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagian-bagian dari
masyarakat dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini
adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Sebuah

14
berita yang disajikan oleh seorang reporter akan menghubungkan antara narasumber dengan
pembaca surat kabar (unsur bagian masyarakat lain).
Antar unsur dalam masyarakat ini bisa saling berkomunikasi satu sama lain melalui media
massa. Misalnya, masyarakat menginginkan agar pemerintah dijalankan dengan prinsip – prinsip
demokrasi yang benar. Banyak hal yang sudah dilakukan, baik melalui pernyataan sikap, unjuk
rasa, maupun demonstrasi. Fakta – fakta yang dilakukan masyarakat ini kemudian disiarkan lewat
media massa untuk ditunjukkan kepada khalayak lebih luas. Kemudian pemerintah membaca atau
menonton aksi yang dilakukan masyarakat tersebut, dan menanggapinya bahwa selama ini
pemerintah sudah melaksanakan prinsip – prinsip itu walaupun masih banyak kekurangan atau
menanggapi dan berjanji akan melaksanakan apa yang diproteskan masyarakatnya. Dalam posisi
ini media menjadi penghubung (korelasi) antara masyarakat dengan pemerintah. Ketika
pemerintah mengumumkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Tariff telfon, dan harga bahan bakar
minyak (BBM), yang menimbulkan kecaman dan penolakan dari masyarakat sehingga pemerintah
perlu menunda kenaikan tiga kebutuhan dasar masyarakat itu, secara tidak langsung media sudah
berperan dalam melaksanakan fungsi korelasi itu. Bahkan, ketika pemerintah tidak peduli dengan
penolakan itu dan terus melaksanakam kebijakan tersebut, itu juga merupakan dampak dari fungsi
korelasi yang dilaksanakan media massa.
Hal itu juga berlaku dengan iklan. Iklan akan menghubungkan antara pemasang iklan
dengan sasaran iklan tersebut, misalnya iklan kosmetik. Iklan dalam media massa akan
menghubungkan antara produsen kosmetika, biro iklan dengan para ibu, remaja putri atau sasaran
lainnya.

2.8 Fungsi Pewarisan Sosial


Dalam hal ini, media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik menyangkut
pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu
pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Contohnya seperti media cetak yang pada saat ulang tahun bung Hatta (proklamator RI)
memberikan ulasan yang disertai ide – ide brilian wakil presiden RI pertama ide atau gagasan
tentang koperasi yang saat ini sudah disalahgunakan untuk kepentingan politik. Dengan hal
tersebut, berarti media cetak itu sedang mewariskan ide dan gagasan bung Hatta kepada generasi
selanjutnya.

15
Media televisi yang selalu memberitakan sinetron dengan tema yang nyaris seragam,
misalnya hanya seputar konflik orang tua dan anak atau hamil diluar nikah yang sering
digambarkan dalam sinetron televisi di Indonesia itu secara tidak langsung sedang melaksanakan
fungsi pewarisan. Kalau selama ini hamil diluar nikah masih dianggap tabu, sementara banyak
sinentron yang menceritakan kasus serupa di dalam ceritanya, dampaknya lambat atau cepat hamil
diluar nikah akan dianggap sebagai hal yang biasa dan bukan tabu lagi. Masalahnya, sinetron
merupakan cerminan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Artinya, masyarakat akan
menanggapi apa yang ditampilkan sinetron yang merupakan cermin realitas masyarakat
sebenarnya meskipun tidak sesederhana itu.
Bahkan cara berpakaian yang sudah sedemikian berubah pada anak muda juga dampak dari
apa yang dipertontonkan dalam televisi. Dengan demikian, media massa memiliki peran pewarisan
sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Bukan mustahil pula, jika kita membaca buku –
buku “aliran kiri”, secara tidak langsung kita sedang melaksanakan proses pewarisan atau
menransfer ide itu ke dalam benak kita. Hal ini juga termasuk fungsi pewarisan dari buku.
Ada juga yang mengatakan fungsi pewarisan sosial ini dengan transmisi budaya. Jay Black
dan Fredrick C.Whitney (1988) dua di antara ilmuan komunikasi yang mengatakan itu, tetapi
fungsi ini sama dengan pewarisan sosial. Sebab, yang namanya budaya meliputi tiga hal, yakni ide
atau gagasan, aktifitas, dan benda – benda hasil kegiatan. Ide yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi selanjutnya termasuk budaya. Artinya, ide sebagai sebuah warisan merupakan unsur
dalam budaya. Dengan kata lain, media massa yang sedang membahas ide – ide proklamator Bung
Karno itu sama saja melakukan pewarisan budaya pada generasi selanjutnya (generasi yang
diwakili Bung Karno ke pembaca generasi berikutnya). Media massa seperti itu sedang
melakukam transmisi (penerusan) ide bung Karno ke generasi selanjutnya.
Bagi Black dan Whitney transmisi budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai
– nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Di samping itu, media juga berperan untuk selalu
memperkenalkan ide – ide perubahan yang perlu dilakukan masyarakat secara terus – menerus.
Televisi misalnya, tidak hanya menjadi cermin masyarakat tetapi juga pembentuk (sikap dan
perilaku audience). Acara – acara yang menyuguhkan perilaku tabu seperti telanjang dan masalah
seks secara kuat akan merefleksikan perubahan yang terjadi di masyarakat. Televisi merupakan
cermin yang ada di masyarakat karena menayangkan acara yang menyuguhkan perilaku tabu
kemungkinan terjadi di masyarakat.

16
Ada kemungkinan media massa akan mengukuhkan nilai – nilai sosial yang ada dalam
masyarakat. Namun, media menawarkan ide – ide baru yang justru bertolak belakang dengan nilai
– nilai yang sudah disepakati, juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan beberapa film atau
sinetron justru lebih banyak melawan budaya yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
Semua film India, nyaris melakukan hal serupa. Misalnya, digambarkan bagaimana anak
orang kaya dari kasta tinggi mencintai seorang gadis miskin dari kasta rendah. Meskipun awalnya
banyak ditentang oleh para orang tua mereka, toh akhir cerita menginformasikan bahwa akhirnya
orang tua menerima keinginan anaknya untuk menikah dengan gadis miskin dari kasta rendah
tersebut. Dalam hal ini televisi melakukan suatu proses menawarkan atau memperkenalkan nilai –
nilai perubahan yang justru bertolak belakang dengan nilai – nilai yang berkembang di masyarakat.

17
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas fungsi – fungsi komunikasi
massa. Sama dengan definisi komunikasi massa, fungsi komunikasi massa juga mempunyai latar
belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain.
Fungsi yang paling utama adalah fungsi informasi, dimana media massa berperan sebagai
penyebar informasi yang dibutuhkan oleh khalayak sesuai dengan kepentingannya. Lalu fungsi
kedua ialah fungsi hiburan yang menduduki posisi paling tinggi pada media elektronik, yaitu tv
sebagai alat utama hiburan untuk melepas lelah. Fungsi ketiga ialah fungsi persuasif yang memiliki
berbagai macam bentuk seperti mengukuhkan kepercayaan seseorang, mengubah sikap seseorang,
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu dan untuk menawarkan sistem nilai tertentu.
Yang keempat adalah transmisi budaya yang mengambil tempat dalam dua tingkatan yaitu,
kontemporer dan historis. Lalu yang keenam fungsi kohesi yaitu artinya media massa mendorong
masyarakat untuk bersatu. Yang ketujuh fungsi pengawasan yang artinya menunjuk pada
pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian – kejadian yang ada di sekitar kita.
Dan yang terakhir ialah fungsi pewarisan sosial dimana dalam hal ini media massa berfungsi
sebagai seorang pendidik baik menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba
meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya.

3.2 Saran
Begitu banyak fungsi dari komunikasi massa yang dapat dimanfaatkan secara maksimal
oleh khalayaknya. Sebagai khalayak yang bijak kita harus bisa menentukan dan memilih media
sesuai dengan kebutuhan karena program-program yang ada di media massa tidak semuanya
bermanfaat baik diliat dari segi pendidik ataupun pewaris sosial budaya, bahkan beberapa program
bisa merusak pola pikir anak-anak, seperti program gosip, dan sinetron.
Oleh karena itu, peran kita sebagai mahasiswa sangat diharapkan dalam mengarahkan atau
mengedukasi orang sekitar terutama keluarga tentang bagaimana pemanfaatan media massa yang
baik sehingga fungsi komunikasi massa dapat dirasakan manfaat positifnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Raja Gafindo Persada: Jakarta.


Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR.
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
Simbiosa Rekatam Media, Bandung, 2007

19

Anda mungkin juga menyukai