Anda di halaman 1dari 21

Tugas Kelompok: Dosen Pembimbing:

Komunikasi Massa Elfiandri ,Dr . , M.Si.

Media Massa dan

Komunikasi Interaksi Sosial

Disusun oleh:

Fahrur Rahim (12204310311)

Fahry Bintang Maulana (12240311330)

M. Bintang Aditya (12240311539)

Nur Muhammad Salidin (12240314932)

Rahmat Ray Polito (12240313645)

Wildan Asykurillah (12240313576)

Lokal:1E – Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023/1444
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Media Massa dan
Komunikasi Interaksi Sosial” untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Massa ini
dengan tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Elfiandri, Dr. , M.Si, yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terimah kasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bias menyelasikan tugas ini
tepat waktu.

Kami menyandari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempuna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bias menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamualikum wr,wb

Pekanbaru,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………..........………………………………….....i

DAFTAR ISI………………………………………………….........…………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...………………………………………………..........…………….1

B. Rumusan Masalah...……………………………………………………………......2

C. Tujuan Makalah……...………………...……………………………………...........2

BAB II PEMBAHASAN

A.Definisi Media Massa………………………………………………………………3

B.Definisi Komunikasi Interaksi Sosial………………………………………………4

C.Syarat Terjadinya Interkasi Sosial………………...…..……………………………7

D.Jenis-jJenis Interkasi Sosial…………………………………….. …………………8

E.Bentuk-Bentuk Interkasi Sosial……………………………………………...……..8

F.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial……………………………….10

G.Dampak Negatif dan Dampak Positif Media dalam Interaksi Sosial………………


12

BAB III PENUTUP

A.Simpulan……………………………....…………………………………………..15

B. Saran………………………………………...………………………….………...16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………...……………………………..17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media merupakan sarana komunikasi bagi masyarakat, yang terletak di antara dua
pihak sebagai perantara atau penghubung.1 Sedangkan McLuhan bersama Quentin Fiore,
menyatakan bahwa “media setiap zamannya menjadi esensi masyarakat” hal ini menunjukkan
bahwasanya masyarakat dan media selalu berkaitan dan media menjadi bagian yang penting
dalam kehidupan masyarakat, sadar atau tidak sadar bahwa media memiliki pengaruh yang
berdampak positif maupun negatif dalam pola dan tingkah laku masyarakat.2

Media massa meliputi media cetak, media elektronik dan media online. Media cetak
terbagi menjadi beberapa macam diantaranya seperti koran, majalah, buku, dan sebagainya,
begitupula dengan media elektronik terbagi menjadi dua macam, diantaranya radio dan
televisi, sedangkan media online meliputi media internet seperti website, dan lainnya.3

Jika dilihat dari kemampuannya menarik perhatian manusia (masyarakat), ketiga


jenis media massa tersebut sama-sama memiliki strategi dalam menarik perhatian khalayak.
Mengenai menarik perhatian masyarakat, media sosial yang merupakan bagian dari media
online bisa saja lebih aktif dalam mengalihkan perhatian masyarakat dari media massa dan
hanya tertuju pada media social.4

Dalam konteks ini, penelitian tentang media massa dan komunikasi dalam interaksi
sosial menjadi relevan dan penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
peran media massa dalam membentuk pola komunikasi sosial, memahami pengaruhnya
terhadap interaksi sosial, serta menganalisis dampaknya terhadap perubahan sosial di
masyarakat. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara media massa
dan komunikasi dalam interaksi sosial, kita dapat mengidentifikasi tantangan, peluang, dan
implikasi yang timbul serta mengembangkan strategi yang tepat untuk memaksimalkan
manfaat dari media massa dalam memperkuat interaksi sosial yang sehat dan konstruktif.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan
kontribusi terhadap pemahaman kita tentang peran media massa dan komunikasi dalam
1
Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Surabaya: Serba Jaya, 2011), h 413.
2
McLuhan M & Quentin Fiore, The Medium is The Massage (New York: Bantam Books, 1967), h 464
3
Syarifuddin Yunus, Jurnalistik Terapan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),h 2
4
Dan Zarrella, The Social Media Marketing Book (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta Anggota IKAPI, 2010), h
2-3

1
interaksi sosial, serta menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat dalam mengelola pengaruh
media massa untuk kepentingan yang lebih baik bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu latar belakang diatas,penulis dapat mengungkapkan beberapa


rumusan masalah yang dapat di bahas pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud media massa?


2. Apa yang di maksud dengan komunikasi interaksi social?
3. Apa saja syarat agar terjadinya interaksi social?
4. Apa saja jenis-jenis nteraksi social?
5. Apa saja bentuk-bentuk interaksi social?
6. Apa saja factor yang mempengaruhi interkasi social?
7. Apa saja dampak positif dan dampak negatif media massa dalam komunikasi interaksi
social?

C. Tujuan Makalah

Dengan mengacu rumusan masalah diatas,penulis dapat mengungkapkan yujuan


makalah ini yaitu:

1. Pembaca dapat mengetahui definisi dari media massa.


2. Pembaca dapat mengetahui definisi komunikasi interaksi social.
3. Pembaca dapat mengetahui syarat agar terjadinya interaksi social.
4. Pembaca dapat mengetahui jenis-jenis interkasi sosial.
5. Pembaca dapat mengetahui bentuk-bentuk dari interaksi social.
6. Pembaca dapat mengetahui factor yang mempengaruhi interkasi social.
7. Pembaca dapat mengetahui dampak positif dan negatif media massa dalam
komunikasi interaksi social.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Media Massa


Media massa merupakan sarana penyebaran informasi kepada masyarakat luas.
Menurut Bungin, media massa didefinisikan sebagai sarana yang digunakan oleh banyak
orang untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi secara sinkron dan mudah diakses.
Dalam arti, media massa adalah alat atau media untuk menyebarkan konten informasi, opini,
komentar, hiburan, dan lain-lain. Menurut Cangara, media adalah alat atau media yang
digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan suatu pesan kepada khalayak umum.
Pengertian media massa adalah sarana yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan
pesan kepada masyarakat umum melalui sarana komunikasi seperti surat kabar, film, radio
dan televisi.
Perkembangan teknologi saat ini memiliki dampak yang signifikan terhadap peran
media massa, dan kebebasan media massa dan dukungan teknologi dapat memiliki dua
kondisi. Di satu sisi, ketika masyarakat memiliki akses informasi yang mudah, pada
akhirnya regulasi pemerintah yang menciptakan kondisi demokrasi, tetapi di sisi lain,
kebebasan memecahkan masalah tidak bertanggung jawab dan omnidirectional akan
terhubung. Teknologi ini memfasilitasi proses interkoneksi skala besar. Fenomena
meningkatnya hubungan ekonomi, politik, sosial dan budaya ini disebut globalisasi. Media
disajikan sebagai alat untuk mempercepat proses ini dan menghapus batas.5
Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (the extension
of man). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat
yang yang tidak kita alami secara langsung. Media massa datang untuk menyampaikan
informasi tentang lingkungan sosial politik. Realitas yang disampaikan media adalah realitas
yang sudah diseleksi, yang disebut realitas tangan kedua (second hand reality). Karena
khalayak tidak dapat dan tidak sempat mengecek apa yang disampaikan oleh media massa,
maka khalayak cenderung memperoleh informasi itu sematamata berdasarkan apa yang
dilaporkan oleh media massa.6
Massa berperan sebagai perantara antara pembuat konten (seperti wartawan, jurnalis,
penulis, produser, dan pengedit) dengan konsumen atau khalayak yang beragam. Tujuan

5
Dedi Kusuma Habibie, “Dwi Fungsi Media Massa”, Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7 No. 2 (Desember, 2019)
Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, h. 79.
6
Riswandi, Psikologi Komunikasi,( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.114

3
utama media massa adalah menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens yang luas
dan mendapatkan tanggapan serta reaksi dari mereka.
Media massa memiliki beberapa karakteristik penting,yaitu:
1) Media massa memiliki jangkauan yang luas, sehingga mampu mencapai banyak
orang di berbagai tempat dan waktu. Ini memungkinkan informasi dan pesan yang
disampaikan oleh media massa dapat memengaruhi pandangan dan perilaku
masyarakat secara signifikan.
2) Media massa berperan sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya oleh
khalayak. Media massa memiliki tanggung jawab untuk menyajikan berita dan
informasi secara akurat, objektif, dan terverifikasi. Masyarakat sering mengandalkan
media massa sebagai sumber utama informasi tentang peristiwa dan isu terkini.
3) Media massa juga berperan sebagai agen pengontrol agenda atau gatekeeper. Mereka
memiliki kekuatan untuk memilih, memilih, dan memprioritaskan berita dan topik
tertentu yang akan disampaikan kepada masyarakat. Dengan demikian, media massa
memiliki pengaruh besar dalam menentukan isu-isu yang diperbincangkan dan
dibahas oleh masyarakat.
4) Media massa juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah. Selain menyampaikan
informasi kepada khalayak, media massa juga menerima umpan balik, tanggapan,
dan partisipasi dari masyarakat melalui surat pembaca, komentar, atau interaksi di
media sosial. Ini memungkinkan adanya interaksi antara media massa dan
masyarakat yang dapat mempengaruhi konten yang disampaikan oleh media massa.

Media massa memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam
berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di
masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah
media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini,
seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan lain-lain.7

Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna
dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi, seperti halnya basis studi
komunikasi, adalah proses komunikasi, dan intinya adalah makna. Dengan kata lain,
mempelajari media adalah mempelajari makna dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh

7
Morisan, Andy Corry Wardhani, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa, (Ciawi-Bogor: PT Ghalia Indonesia,
2010), h. 1

4
tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaiman ia berkaitan dengan
pemikiran kita sendiri.8

B. Definisi Komunikasi Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara kedua belah
pihak, antara individu dengan individu atau kelompok lainnya dalam mencapai suatu tujuan.
Thibau dan Kelley mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu
sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu
sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain.9

Chaplin juga mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara


beberapa individu yang bersifat alami yang individu-individu itu saling mempengaruhi satu
sama lain secara serempak. Adapun Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian
ketika suatu aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain
diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu aktivitas
atau sentimen oleh individu lain menjadi pasangannya. 10

Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi
sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya suatu kontak sosial tidaklah
semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantung kepada adanya tanggapan
terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila
seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perilakuan orang lain.11

Menurut George Herbert Mead, agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib dan
teratur dan agar anggota masyarakat bisa berfungsi secara “normal”, maka yang diperlukan
bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga
memerlukan kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga
memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut
pandang orang lain. 12

8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdaya, 2003), h. 110.
9
Thibau dan Kelley (dalam Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 82
10
M. Ali, M. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke 8 2012), h.
87
11
J. Dwi Narwoko. Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), h. 20
12
Ibid h. 25

5
Manusia sebagai individu memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda.
Kehidupan sosial terdiri dari kelompok manusia yang beragam karakter dan kepribadian. Jika
dua orang saling mengadakan interaksi, maka dalam proses sosial tersebut akan bertemu dua
kepribadian yang berbeda. Pola-pola kelakuan manusia tentu erat kaitannya dengan tujuan
dari masing-masing individu, sehingga dalam setiap langkah atau pergerakan tentu tidak akan
lepas dari faktor kepentingan individu. Akan tetapi, hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu adalah tidak ada satu pun individu yang memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa hidup dalam kelompok. Dengan demikian, dalam kehidupan
kelompok akan ditemukan berbagai kepentingan. Dengan beragamnya kepentingan dan
tujuan masing-masing individu, maka akan lahir pola interaksi sosial, yaitu: pertama, pola-
pola hubungan sosial yang melahirkan pertentangan antar-individu maupun antarkelompok.
Kedua, pola-pola hubungan sosial yang melahirkan kerja sama antar-individu maupun
antarkelompok.13

Komunikasi interaksi sosial mengacu pada proses komunikasi yang terjadi antara
individu atau kelompok dalam konteks sosial. Ini melibatkan pertukaran informasi, ide,
emosi, dan sikap melalui berbagai bentuk komunikasi seperti bahasa verbal, bahasa tubuh,
ekspresi wajah, dan kontak mata.

Komunikasi interaksi sosial penting untuk membentuk dan mempertahankan


hubungan sosial yang sehat dan saling memahami antara individu atau kelompok. Tujuan
komunikasi interaksi sosial dapat bervariasi, mulai dari membangun keakraban, memperkuat
ikatan sosial, berbagi pengetahuan dan pengalaman, menyelesaikan konflik, hingga bekerja
sama dalam mencapai tujuan bersama.

Beberapa aspek penting dalam komunikasi interaksi sosial meliputi.

1. Verbal dan nonverbal: Komunikasi verbal melibatkan penggunaan kata-kata dan


bahasa dalam berkomunikasi, sementara komunikasi nonverbal melibatkan
penggunaan bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan, dan intonasi suara.
2. Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan dan perspektif orang
lain. Empati memungkinkan individu untuk merespons dengan empati terhadap
kebutuhan dan perasaan orang lain.
3. Keterampilan mendengarkan: Mendengarkan dengan aktif dan memperhatikan
dengan penuh perhatian adalah keterampilan penting dalam komunikasi interaksi

13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 59

6
sosial. Hal ini mencakup memberikan perhatian penuh pada pembicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberikan tanggapan yang tepat.
4. Kebijaksanaan sosial: Kemampuan untuk memahami norma-norma sosial, aturan, dan
etika yang mengatur komunikasi dalam lingkungan sosial tertentu. Kebijaksanaan
sosial membantu individu untuk berkomunikasi dengan sopan, menghargai
keberagaman, dan menghindari konflik.

Komunikasi interaksi sosial yang efektif memungkinkan individu untuk berhubungan


secara lebih baik dengan orang lain, membangun hubungan yang lebih baik, dan menciptakan
lingkungan sosial yang positif.

C. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Proses interaksi sosial dalam masyarakat terjadi apabila terpenuhi dua syarat sebagai
berikut:

a. Kontak sosial, yaitu hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain yang
bersifat langsung, seperti dengan sentuhan, percakapan, maupun tatap muka sebagai
wujud dan reaksi.

Kontak sosial berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-
sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, artinya secara harfiah adalah
bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan
badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah,
karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya,
seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain. Terjadinya suatu kontak
tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap
tindakan tersebut.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu
dengan individu, antar individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

b. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain yang
dilakukan secara langsung maupun dengan alat bantu agar orang lain memberikan
tanggapan atau tindakan tertentu.

7
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seorang individu memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerakan fisik atau
sikap), perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan
adanya komunikasi tersebut, sikap dan perasaan seorang individu dapat diketahui oleh
individu maupun kelompok lainnya. Dalam komunikasi, kemungkinan sekali terjadi
berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Dengan demikian,
komunikasi memungkinkan kerja sama antara individu dengan individu lain dan
komunikasi pun merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak
selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian bisa saja terjadi
akibat salah paham atau masing-masing tidak mau mengalah.14

D. Jenis-Jenis Interaksi Sosial.

Terdapat beberapa jenis interaksi sosial yang umum ditemui dalam masyarakat.
Berikut adalah beberapa contoh jenis-jenis interaksi social,yaitu:15

a. Interaksi antara individu dengan individu. Pada saat dua individu bertemu, interaksi
sosial sudah mulai terjadi. Walaupun kedua individu tidak melakukan apa-apa, namun
sebenarnya interaksi sudah mulai terjadi apabila masingmasing pihak sadar akan
adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini
sangat dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau minyak wangi atau bau
keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang berjalan dan hal lain yang bisa
mengundang reaksi orang lain.
b. Interaksi antara kelompok dengan kelompok. Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok
sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang
bersangkutan. Contohnya permusuhan antara Indonesia dengan Belanda pada zaman
perang fisik.
c. Interaksi antara individu dengan kelompok. Bentuk interaksi ini berbeda-beda
disesuaikan dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi
perbenturan antara kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok.

E. Bentuk-Bentuk Interkasi Sosial


14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 59
15
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Op.cit. h. 77

8
Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Soerjono Soekantao dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif.

a. Asosiatif

Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk penyatuan. Interaksi
sosial ini terdiri atas beberapa hal berikut:

1) Kerjasama (cooperation)

Kerjasama terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa mereka mempunyai


kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat untuk bekerjasama dalam
mencapai tujuan bersama, seperti gotong royong dan tolong menolong.

2) Akomodasi

Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian antara individu dengan


individu, individu dengan kelompok, ataukelompok dengan kelompok guna
mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan.

3) Asimilasi

Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha


mengurangi perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam
masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya
tujuan bersama. Asimilasi timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka
waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.16

b. Disosiatif

Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi dalam tiga bentuk
sebagai berikut:

1) Persaingan/kompetisi, adalah suatu perjuangan dilakukan perorangan atau kelompok


sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa
menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

16
Ibid, h. 81

9
2) Kontraversi, adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Wujud kontraversi antara lain sikap tidak senang, baik
secara tersembunyi maupun secara terang-terangan seperti perbuatan menghalangi,
menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi, dan intimidasi yang ditujukan terhadap
perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.
3) Konflik, adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu,
akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehigga
menimbulkan adanya semacam jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di
antara mereka yang bertingkah tersebut.17

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interkasi Sosial

Kelangsungan interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya sederhana, ternyata


merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan beberapa faktor
yang mendasarinya, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu: faktor imitasi, faktor
sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati.18

a. Faktor Imitasi

Menurut Gabriel Tarde faktor yang mendasari interaksi adalah faktor imitasi.
Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde faktor imitasi
ini merupakan satu-satunya faktor yang mendasari interaksi sosial.

Terhadap pendapat Tarde ini sukarlah orang dapat menerima seluruhnya.


Memang faktor imitasi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
masyarakat atau dalam interaksi sosial, namun demikian imitasi bukanlah merupaka
satu-satunya faktor yang mendasari interaksi sosial. Imitasi tidaklah berlangsung
dengan sendirinya, sehingga individu yang satu akan dengan sendirinya mengimitasi
individu yang lain, demikian sebaliknya. Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada
faktor psikologis yang lain yang berperan. Dengan demikian untuk mengimitasi
sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang
diimitasi itu, karena itu imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya.

17
Soerjono Soekanto, Loc. Cit, h. 81
18
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 62

10
Tetapi di samping itu juga faktor imitasi memang mempunyai peranan dalam
interaksi sosial. Misal dalam perkembangan bahasa, akan berlaku faktor imitasi ini.
Apa yang diucapkan oleh anak, anak akan mengimitasi dari keadaan sekelilingnya.
Demikian pula dalam perilaku, mode-mode dan sebagainya, imitasi banyak
memegang peranan. 19

Imitasi bukan merupakan pokok dari semua interaksi sosial seperti yang
diuraikan oleh Gabriel Tarde, melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi
sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam
pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak. Dengan cara imitasi, pandangan
dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adatistiadat dari
suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang itu
dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang-orang
lain.20

b. Faktor Sugesti

Selain dari faktor imitasi, terdapat pula suatu faktor yang memegang peranan
penting dalam kelangsungan interaksi sosial, yaitu gejala-gejala sugesti. Arti sugesti
dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya
adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya,
sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya
yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya.

Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang
memudahkan sugesti terjadi, yaitu: sugesti karena hambatan berpikir, sugesti karena
keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi), sugesti karena keadaan pikiran terpecah-
pecah (disosiasi), sugesti karena otoritas, sugesti karena mayoritas, sugesti karena
“will to believe”.

c. Faktor Identifikasi

Faktor lainnya yang juga memegang peranan penting dalam interaksi sosial
tersebut adalah identifikasi. Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh
Freud, seorang tokoh dalam psikologi, khususnya dalam psikoanalisis. Identifikasi
merupakan dorongan menjadi identik dengan orang lain. Sehubungan dengan
19
Bimo Walgito, Psikologi Sosial suatu pengantar edisi Revisi, (Yogyakarta: ANDI, 2003), h. 66
20
W. A. Gerungan. Op.Cit, h. 64

11
identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma sosial
dari orang tuanya.

d. Faktor Simpati

Selain faktor-faktor tersebut di atas faktor simpati juga memegang peranan


dalam interaksi sosial. Simpati merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain.
Oleh karena simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak atas dasar logis
rasional, melainkan atasdasar perasaan atau emosi. Dalam simpati orang merasa
tertarik kepada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa
sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Di
samping individu mempunyai kecenderungan tertarik pada orang lain, individu juga
mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain, ini yang sering disebut
antipati.21

Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Akan tetapi,
dalam hal simpati yang timbal balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama
di mana seseorang ingin lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia
dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu.
Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu
menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena
yang lain itu dianggapnya sebagai ideal.22\

G. Dampak Positif dan Dampak Negatif Media dalam Interaksi Sosial

Media memiliki dampak positif dan negatif dalam interaksi sosial. Berikut adalah
beberapa dampak yang dapat terjadi:

a.Dampak Positif:

1) Komunikasi yang lebih cepat dan mudah: Media memungkinkan komunikasi yang
cepat dan mudah antara individu yang berada di lokasi yang berbeda. Hal ini
memperluas kemampuan kita untuk terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia
dan menjaga hubungan sosial.

21
Bimo Walgito, Op.Cit, h. 72-73
22

12
2) Akses ke informasi dan pengetahuan: Media memberikan akses yang mudah terhadap
informasi dan pengetahuan. Kita dapat dengan cepat mendapatkan berita, artikel, riset,
dan sumber daya lainnya yang membantu kita memperluas pengetahuan dan
memperkaya interaksi sosial dengan berbagi informasi yang relevan.
3) Peningkatan keterhubungan sosial: Media sosial dan platform komunikasi online
memungkinkan kita untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas yang
jauh secara geografis. Ini dapat membantu mempertahankan hubungan, berbagi
pengalaman, dan memperluas jaringan sosial.
4) Pemberdayaan suara individu: Media memberikan platform untuk individu untuk
menyampaikan pendapat, gagasan, dan pengalaman mereka kepada publik secara
luas. Ini memungkinkan partisipasi yang lebih besar dalam dialog sosial, penyebaran
kesadaran, dan perubahan positif dalam masyarakat.

b. Dampak Negatif:

1) Kurangnya komunikasi langsung: Penggunaan media dapat menyebabkan


pengurangan interaksi sosial langsung antara individu. Terlalu banyak waktu yang
dihabiskan untuk media sosial atau aktivitas online dapat mengurangi komunikasi
tatap muka, yang penting untuk membangun hubungan yang kuat dan saling
memahami.
2) Isolasi sosial: Meskipun media dapat memperluas jaringan sosial, terlalu bergantung
pada interaksi online dapat menyebabkan isolasi sosial. Seseorang mungkin merasa
terhubung secara virtual, tetapi kurang terlibat dalam interaksi sosial langsung yang
mendalam dan bermakna.
3) Pengaruh negatif pada kesehatan mental: Paparan yang berlebihan terhadap media
sosial dapat berkontribusi pada stres, kecemasan, dan depresi. Perbandingan sosial
yang tidak sehat, tekanan untuk tampil sempurna, dan bullying online dapat
mempengaruhi kesehatan mental individu.
4) Penyebaran informasi yang tidak akurat: Media juga dapat menyebarkan informasi
yang tidak akurat, hoaks, atau berita palsu dengan cepat. Hal ini dapat merusak
interaksi sosial dengan menyebabkan konflik, ketidakpercayaan, dan kesalahpahaman
antara individu dan kelompok.

13
Penting untuk menggunakan media dengan bijak dan seimbang. Mengakui manfaat
dan risiko media dalam interaksi sosial memungkinkan kita untuk memanfaatkannya secara
positif sambil tetap memprioritaskan interaksi sosial yang sehat dan bermakna secara
langsung.

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam era modern ini, media massa memainkan peran penting dalam komunikasi interaksi
sosial. Melalui media massa, individu dapat terhubung dengan orang-orang dari berbagai latar
belakang, memperoleh akses cepat ke informasi, dan menyampaikan suara mereka kepada publik.
Meskipun media massa memiliki dampak positif dalam memperluas jaringan sosial dan memperkaya
interaksi sosial, ada juga dampak negatif yang perlu diwaspadai.

Media massa memungkinkan komunikasi yang cepat, mudah, dan global. Penggunaan
media sosial dan teknologi komunikasi memperluas jangkauan kita dalam berinteraksi
dengan orang-orang di seluruh dunia, mempertahankan hubungan sosial, dan berbagi
pengetahuan serta pengalaman. Hal ini memberikan manfaat besar dalam meningkatkan
keterhubungan sosial dan memperkaya interaksi antarindividu.

Namun, terlalu bergantung pada media massa juga memiliki konsekuensi negatif.
Penggunaan yang berlebihan dapat mengurangi interaksi sosial langsung, menyebabkan
isolasi sosial, dan berdampak buruk pada kesehatan mental. Terlalu banyak waktu yang
dihabiskan di media sosial dapat mengganggu komunikasi tatap muka yang mendalam dan
saling memahami antarindividu.

Selain itu, media massa juga memberikan risiko penyebaran informasi yang tidak
akurat atau berita palsu. Hoaks dan informasi yang tidak benar dapat dengan cepat menyebar
melalui media massa, yang dapat merusak interaksi sosial dan mempengaruhi persepsi dan
hubungan antara individu dan kelompok.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan media massa dengan bijak dan
seimbang. Menjaga keseimbangan antara interaksi sosial langsung dan interaksi melalui
media massa adalah kunci dalam memaksimalkan manfaat positifnya sambil menghindari
risiko negatif. Selain itu, kritis dalam mengonsumsi informasi media massa dan berpartisipasi
secara aktif dalam mempromosikan komunikasi yang bermakna dan terbuka dapat membantu
membangun hubungan sosial yang lebih kuat dan meminimalkan dampak negatif dari
penggunaan media massa.

Dalam kesimpulannya, media massa memiliki peran yang signifikan dalam


komunikasi interaksi sosial. Sementara itu memperluas kemampuan kita untuk terhubung

15
dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan memperoleh akses ke informasi yang
cepat, media massa juga memiliki dampak negatif yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu,
penting bagi individu untuk menggunakan media massa secara bijak dan seimbang, menjaga
keseimbangan antara interaksi sosial langsung dan interaksi melalui media, serta melibatkan
diri dalam mempromosikan komunikasi yang bermakna dan terbuka.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah di atas masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, besar harapan penulis agar para pembaca makalah
memberikan kritik/ saran.

Penulis pun akan melakukan perbaikan terhadap makalah berdasarkan kritik dan saran
membangun dari pembaca serta berbagai sumber lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Surabaya: Serba Jaya, 2011), h 413.

McLuhan M & Quentin Fiore, The Medium is The Massage (New York: Bantam Books,
1967), h 464
Syarifuddin Yunus, Jurnalistik Terapan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),h 2

Zarrella, The Social Media Marketing Book (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta Anggota
IKAPI, 2010),h 2-3

Dedi Kusuma Habibie, “Dwi Fungsi Media Massa”, Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7 h. 2

Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,(December : 2017) h. 79.

Riswandi, Psikologi Komunikasi,( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.114

Morisan, Andy Corry Wardhani, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa, (Ciawi-Bogor: PT
Ghalia Indonesia, 2010), h. 1

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdaya, 2003), h. 110.

Thibau dan Kelley (dalam Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press,
2011), h. 82

M. Ali, M. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. Ke 8 2012), h. 87

J. Dwi Narwoko. Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), h. 20

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 59

Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Op.cit. h. 77

Soerjono Soekanto, Loc. Cit, h. 81

W.A. Gerungan, Psikologi Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 62

Bimo Walgito, Psikologi Sosial suatu pengantar edisi Revisi, (Yogyakarta: ANDI, 2003), h.
66

W. A. Gerungan. Op.Cit, h. 64

Bimo Walgito, Op.Cit, h. 72-73

17

Anda mungkin juga menyukai