Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Struktur Mata Kuliah Komunikasi Publik&
Massa
Oleh:
DOSEN PENGAMPU:
RETNA DWI EUSTUNINGTYIAS, M.Kom.I
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya penjatkan kehadirat Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Efek Komuikasi
Massa”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Komunikasi Publik dan Massa Oleh Retna Dwi Euningtyias M.kom.I
Dalam Penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen saya yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
A.Ardhi Fatoni
2
Daftar Isi
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................ 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ini disebut abad komunikasi massa. Komunikasi telah mencapai suatu tingkat
dimana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.
Teknologi komunikasi mutakhir telah menciptakan apa yang disebut “public dunia” atau
“Woltoffentlichkeit” (Dofivat, 1967). Bersamaan dengan perkembangan teknologi
komunikasi, meningkat pula kecemasan tentang efek media massa terhadap khalayaknya.
Di Negara-negara maju, efek komunikasi massa telah beralih dari ruang kuliah ke
ruang pengadilan, dari polemik ilmiah diantara para professor ke debat perlamenter di antara
anggota badan legislatif. Walaupun semua orang menyadari efek media komunikasi massa,
sedikit sekali orang yang memahami gejala komunikasai massa. Akibatnya komunikasi
massa dipandang secara ambivalen.
Psikologi telah lama menelaah efek komunikasi massa pada perilaku penerima
pesannya. Annual Review of Psychology hampir selalu menyajikan berbagai hasil penelitian
psikologi tentang efek komunikasi massa.kita akan melihat bagaimana karakteristik individu
individu mempengaruhi pengguna media, disamping meneliti pengaruh media massa pada
system kognitif dan system efektif khalayaknya. Kita akan berusaha menjawab pertanyaan:
betulkah media massa ini amat kuat dalam mengubah sikap dan perilaku khalayak? Betulkah
media massa tidak hanya sanggup memperkokoh nilai, sikap, dan perilaku, tetapi juga
sanggup membentuk, mengarahkan, dan mengubahnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
perlu terlebih dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi massa. Barulah
kemudian kita menjenguk secara khusus efek komunikasi dalam menambah pengetahuan
khalayak dan mempengaruhi sikap mereka.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah mengenai peran kepemimpinan dalam
penentuan perencanaan dan penentuan tujuan organisasi.
4
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang Sistem Komunikasi
Massa dan penulis dapat mendapat nilai yang terbaik dalam mata kuliah Psikologi
Komunikasi.
BAB II
5
PEMBAHASAN
Perbandingan antara pengendalian arus informasi dalam komunikasi massa dan komunikasi
interpersonal:
6
KOMUNIKASI MASSA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Kita tidak dapat mengendalikan arus Kita bersama-sama dapat mengendalikan arus
informasi seperti yang dikehendaki informasi seperti yang dikehendaki.
(dikendalikan komunikator)
Situasi komunikasi dapat menunjang Situasi komunikasi akan mendorong belajar yang
persuasi yang efektif efektif
Komunikator sukar menyesuaikan pesannya Komunikator mudah menyesuaikan pesannya
dengan reaksi komunikan, reaksi khalayak dengan reaksi komunikan
dijadikan proses untuk komunikasi
berikutnya (feedback)
Umpan Balik
Umpan balik berasal dari teori sibernetika (Norbet Wiener). Dalam sibernetika,
umpan balik adalah keluaran (output) system yang dibalikkan kembali kepada system
masukan (input) tambahan dan berfungsi mengatur keluaran berikutnya.
Dalam komunikasi umpan balik diartikan sebagai respon, peneguhan, dan
servomekanisme internal. Sebagai Respon, umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali
dari penerima ke sumber, memberi tahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan
landasan kepada sumber untuk menentukan perilaku selanjutnya. Dalam pengertian ini
umpan balik bermacam-macam jumlah dan salurannya. Umpan balik sebagai peneguhan,
respon yang diperteguh akan mendorong orang untuk mengulangi respon tersebut.
sebaliknya, respon yang tidak diperteguh akan dihilangkan. Umpan balik
sebagai servomekanisme. Dalam setiap sistem, selalu ada aparat yang memberikan respon
pada jalannya sistem. Belajar menimbulkan servomekanisme dalam diri individu. Sikap yang
diperoleh melalui belajar, diinternalisasikan dalam diri individu sebagai mekanisme yang
menstabilkan perilaku individu.
7
PEMBEDA KOMUNIKASI MASSA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Sebagai respon Hanyalah zero feedback, Volume tidak terbatas dan lewat
berlangsung satu arah berbagai saluran komunikasi
Sebagai Delayed feedback Umpan balik cepat
peneguhan (terlambat)
Sebagai Kendala ekonomi, nilai, Sikap berfungsi sebagai
servomekanisme teknologi, dan servomekanisme
organisasi berfungsi
sebagai servomekanisme
8
Carl I Hovland melakukan penelitian untuk menguji efek film terhadap tentara, dan hasilnya
ternyata film hanya efektif dalam menyampaikan informasi, tetapi tidak mengubah sikap.
1960
Joseph Klapper dengan The Effects of Mass Communicationnya menyimpulkan bahwa efek
komunikasi massa terjadi lewat serangkaian faktor perantara yaitu proses selektif ( persepsi
seletif, terpaan selektif, ingatan selektif, proses kelompok, norma kelompok, dan
kepemimpinan opini).
1973
Mendelson menunjukkan bagaimana kampanye CBS perihal keselamatan pengemudi telah
mendorong 35ribu pemirsa mendaftarkan diri pada kursus latihan mengemudi.
1990
Pasca Perang Dunia I, Harold Laswell & The Institute for Propaganda Analysis melahirkan
Melvin DeFleur(1975) sebagai instinctive S R theory yag mengasumsikan massa yang tidak
berdaya ditembaki oleh stimulus media massa, disebut juga Teori Peluru.
50 Tahun Kemudian
Terjadi kemajuan komunikasi yang jauh lebih cepat daripada apa yang terjadi selama puluhan
ribu tahun sebelumnya.
9
mereka lebih menyukai tayangan-tayangan seperti acara gosip dan sinetron-sinetron.
Sedangkan untuk para laki-laki mereka lebih menyukai atau memilih tentang tayangan
olahraga, seperti tinju dan sepak bola. Untuk golongan sosial berdasarkan tingkat pendapatan,
mereka yang pendapatannya lebih dari standar atau tinggi maka tayangan dalam media TV
mereka lebih menyukai tentang acara yang menayangkan ada tempat-tempat perbelanjaan.
Dari masing-masing sebagian golongan sosial tersebut apabila masing-masing golongan
sosial seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan yang lainnya maka apabila mereka
cenderung memilih isi komunikasi yang sama maka bila mereka berkomunikasi maka akan
memberi respon dengan cara hampir sama juga.
5. Teori DeFleur dan Ball-Rokeach tentang Pertemuan dengan Media
DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan
tiga kerangka teoretis, yaitu perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan
perspektif hubungan sosial.
Perspektif Perbedaan Individual
Memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan
bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada
stimuli tersebut.
Perspektif Kategori Sosial
Berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya
pada stimuli tertentu cenderung sama.
Perspektif Hubungan Sosial
Menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam memengaruhi reaksi
orang terhadap media massa.
Secara singkat, berbagai faktor akan memengaruhi reaksi orang terhadap media
massa. Faktor-faktor ini meliputi:
Organisasi personal-psikologis individu (potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta
bidang pengalaman).
Kelompok-kelompok sosial di mana individu menjadi anggota.
Hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian
informasi.
10
6. Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification
Uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial,
yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang
membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan akan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang
tidak kita inginkan (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974:20).
Asumsi dasar teori uses and gratifications:
Khalayak dianggap aktif.
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan
dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak.
Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih
dahulu orientasi khalayak.
Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk
mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif menekankan aspek perasaan dan
kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.
Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan,
menekankan aspek kognitif dari kebutuhan manusia, yang bertitik tolak dari individu sebagai
makhluk yang memelihara stabilitas psikologisnya, McGuire menyebut empat teori, yaitu:
Teori Konsistensi
Memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Komunikasi
massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan kestabilan
psikologis individu. Tetapi, pada saat yang sama karena individu mempunyai kebebasan
untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi
kebutuhan akan konsistensi.
Teori Atribusi
Memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang
terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Komunikasi massa memberikan validasi
atau pembenaran pada teori kita dengan penyajian realitas yang disimplifikasikan, dan
didasarkan stereotip.
11
Teori Kategorisasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengelompokkan pengalamannya dalam
kategorisasi yang sudah dipersiapkannya. Komunikasi massa disusun berdasarkan alur-alur
cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang ada.
Teori Objektifitas
Memandang manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak berpikir, yang selalu
mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu.
Terpaan isi media dapat memberikan petunjuk kepada individu untuk menafsirkan atau
mengidentifikasi kondisi perasaan yang tidak jelas, untuk mengatribusikan perasaan-perasaan
negatif pada faktor eksternal, atau memberikan kriteria pembanding yang ekstrem untuk
perilakunya yang kurang baik.
Teori kognitif yang melukiskan individu sebagai makhluk yang berusaha
mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya.
Teori Otonomi
Melihat manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga
mencapai identitas kepribadian yang otonom. Komunikasi massa sangat sedikit memuaskan
kebutuhan humanistik ini.
Teori Stimulasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang senantiasa mencari
pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya
pemikirannya. Komunikasi massa menyajikan hal-hal baru, aneh, spektakuler, yang
menjangkau pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari.
Teori Teleologis
Memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang
situasi sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dikehendaki. Media massa
merupakan sumber pemuasan kebutuhan yang subur.
Teori Utilitarian
Memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang
untuk memperoleh informasi yang berguna atau ketrampilan baru yang diperlukan dalam
menghadapi tantangan hidup. Komunikasi massa dapat memberikan informasi, pengetahuan
dan ketrampilan seperti apa yang dapat diberikan oleh lembaga pendidikan.
12
Motif Afektif dan Gratifikasi Media
Teori-teori pada motif afektif ditandai oleh kondisi perasaan atau dinamika yang
menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu.
Teori Reduksi Tegangan
Memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan
ketegangan. Komunikasi massa menyalurkan kecenderungan destruktif manusia dengan
menyajikan peristiwa atau adegan kekerasan.
Teori Ekspresif
Menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya
(menampakkan perasaan dan keyakinannya). Komunikasi massa mempermudah orang untuk
berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara
tidak langsung mengungkapkan perasaannya.
Teori Ego-Defensif
Beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita
berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan
dunia kita. Dari media massa kita memperoleh informasi untuk membangun konsep diri kita,
pandangan dunia kita, dan pandangan kita tentang sifat manusia dan hubungan sosial.
Teori Peneguhan
Memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang
membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu. Orang
menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan,
hubungan dengan orang lain, dan sebagainya.
Teori Penonjolan
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya
untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain. Komunikasi massa
merupakan institusi pendidikan yang menyediakan informasi dan ketrampilan yang
membantu orang untuk menaklukkan dunia.
Teori Afiliasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang
lain. Komunikasi massa digunakan individu untuk menghubungkan dirinya dengan orang
lain. Isi media massa digunakan orang sebagai bahan percakapan dalam membina interaksi
sosial.
13
Teori Identifikasi
Melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan
menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep dirinya. Komunikasi massa tidak
secara eksplisit dirancang untuk menampilkan tokoh yang memainkan peranan atraktif,
media cenderung menggambarkan orang dalam berbagai situasi dramatis yang melibatkan
respon menarik dan memperkenalkan khalayak pada berbagai peranan dan gaya hidup,
sehingga memberikan bahan alternatif identitas peranan untuk memperkaya konsep diri.
Teori Peniruan
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya.
Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya.
Kita dapat menyimpulkan bahwa orang menggunakan media massa karena didorong
oleh beraneka ragam motif. Pada setiap orang motif yang mendorong konsumsi media itu
tidak sama. Menurut aliran uses and gratification, perbedaan motif dalam konsumsi media
massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Efek media massa
juga berlainan pada setiap anggota khalayaknya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi massa telah mencapai public dunia secara langsung dan serentak. Melalui
satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis kita akn mampu memperlihatkan sutu gambar,
memperdengarkan satu suara kepada milyaran umat di dunia secara stimultan. Komunikator
hanya tinggal menyambungkan alat pemancaar dan jutaan orang tinggal menyetel alat
penerima.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Effendi Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Tori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Citra Aditya
Bakti.
16