Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROSES KOMUNIKASI DAN UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur

Mata Kuliah Mediasi dan Advokasi Keluarga

Dosen Pengampu : HR. Agus Abikusna, SH, MM.

Disusun oleh Kelompok 3 :

Dhoifullah Fakhry (2008201068)

Eri Choerunisa (2008201059)

Jujun Septian (2008201044)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATICIREBON

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan dan rahmat-
Nya berupa ilmu pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
insya allah dengan baik dan benar. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus yang berupa ajaran agama.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Melalui makalah ini kami berharap bisa
memberikan pemahaman tentang “Proses Komunikasi dan Unsur-Unsur
Komunikasi".

Dengan kerendahan hati kami ucapkan terima kasih pula kepada dosen
pengampu kita, Bapak HR. Agus Abikusna, SH, MM. Selaku dosen mata kuliah
Mediasi dan Advokasi Keluarga yang telah membimbing kami dalam proses
pembuatan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami susun
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami meminta maaf apabila
banyak kekurangan dan kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Cirebon, 27 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH............................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULAN.........................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................4


B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Makalah.........................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Pengertian Komunikasi .............................................................................6

B. Unsur-Unsur Komunikasi...........................................................................7

C. Peran Komunikator..................................................................................10

D. Model-Model Komunikasi........................................................................11

E. Bentuk-Bentuk Komunikasi.....................................................................12

F. Teknik-Teknik Komunikasi......................................................................13

BAB 3 PENUTUP................................................................................................17

Kesimpulan....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, untuk membangun hubungan pribadi,


manusia membutuhkan interaksi dengan lingkungan sesamanya. Karena hal itu,
komunikasi mempunyai peran penting agar interaksi tersebut dapat berjalan.
Komunikasi bermanfaat sebagai penyalur ide atau gagasan yang ingin
disampaikan kepada orang lain dengan tujuan menyamakan pemahaman antar
sesama manusia.

Saat manusia berkomunikasi, pasti ada tujuan yang ingin dicapai pada
sasaran komunikasinya. Untuk mencapai sasaran komunikasi, manusia dituntut
untuk membangun komunikasi relasi dengan menciptakan interaksi yang
berkesinambungan. Khomsarial Romli berpendapat (dalam bukunya Komunikasi
Organisasi Lengkap, 2011:1) : “Jika komunikasi diaplikasikan dengan baik dan
benar dalam sebuah struktur organisasi perusahaan, maka komunikasi dapat
mencegah kesalahpahaman dan memperbaiki hubungan, sekaligus menciptakan
hubungan harmonis yang baik antara individu pribadi, antar diisi, ataupun bisang
usaha-usaha perusahaan lainnya”

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Proses Komunikasi?

2. Bagaimana Proses Komunikasi?

3. Bagaimana Mekanisme Unsur-Unsur Komunikasi?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Proses Komunikasi.

2. Untuk Mengetahui Strategi Proses Komunikasi.

3. Untuk Mengetahui Mekanisme Proses Komunikasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia saling berinteraksi dan melakukan


komunikasi, baik itu secara lisan atau lewat tulisan. Saat kita berbicara dengan
teman, berkirim pesan lewat sosial media, atau saat presentasi tugas, maka kita
sedang melakukan proses komunikasi, dimana kita mengirim pesan yang
diterima oleh penerima pesan.

Jika dijelaskan secara singkat, maka pengertian


komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan
antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga bisa dipahami
dengan mudah. Komunikasi bisa terjadi jika ada 2 orang atau lebih, bisa
terjadi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok lain.
Proses komunikasi merupakan bagaimana komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan
suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya.
Tujuan komunikasi adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi memiliki fungsi dan tujuan yang penting dalam interaksi
manusia sehari-hari. Beberapa fungsi komunikasi antara lain memberikan
informasi, menyampaikan pendapat, memberikan motivasi pada orang
lain, memberi saran, sugesti, dan ajakan pada orang lain, mengekspresikan
emosi, dan banyak lagi fungsi komunikasi yang lainnya.
Proses terjadinya komunikasi termasuk sebagai suatu proses
penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang
atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan
dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang
lain.

B. Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-Unsur komunikasi memiliki beberapa unsur, yaitu :

1. Sumber

5
Sumber adalah sumber utama yang dibutuhkan dalam menyampaikan
pesan dan berguna dalam memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa apa
saja, contohnya adalah seseorang, buku, lembaga, dokumen dan sebagainya.

2. Komunikator

Komunikator merupakan perorangan/kelompok/organisasi pengirim berita


yang bertugas menyampaikan isi pernyataan kepada komunikan. Tanggung jawab
utama seorang komunikator adalah mengirim pesan yang jelas, memilih channel
yang cocok untuk mengirim pesan, dan meminta kejelasan bahwa pesan telah
diterima dengan baik.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan komunikator :

1. Penampilan

Seorang komunikator harus menyesuaikan penampilannya dengan


lingkungan dan komunikan sesuai tata krama, keadaan, waktu dan tempat. Namun
unsur ini hanya berlaku pada komunikasi tatap muka yang menggunakan media
pandang dengan audio visual.

2. Penguasaan masalah

Seorang komunikator dituntut untuk dapat menguasai tema permasalahan


yang akan ditampilkan sesuai dengan tanggung jawab utama seorang
komunikator. Jika seorang komunikator tidak menguasai pokok permasalahan
yang dibicarakan, akan memunculkan rasa tidak percaya terhadap komunikator
sehingga menimbulkan keraguan terhadap isi pesan yang disampaikan. Dampak
tersebut yang merupakan penghambat dari efektivitas komunikasi.

3. Penguasaan bahasa

Penguasaan bahasa yang baik harus dimiliki oleh seorang komunikator


dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami komunikan. Sehingga pesan-
pesan yang akan disampaikan kepada audience dapat diterima dengan baik.

3. Pesan

Pesan merupakan keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh seorang


komunikator. Inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan
akhir komunikasi. Inti dari pesan itulah yang sebenarnya memiliki tujuan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.

4. Channel/ Saluran

6
Channel atau yang sering disebut dengan media merupakan sarana dalam
penyampaian pesan yang tengah dibicarakan oleh komunikator. Media
komunikasi dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu media umum dan
media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala
bentuk komunikasi seperti radio dan sebagainya. Sedangkan media massa adalah
media yang digunakan untuk komunikasi massa seperti televisi dan sebagainya.

5. Komunikan

Komunikan merupakan partner atau rekan dari komunikator yang berperan


sebagai penerima berita dalam komunikasi. Sepanjang komunikasi berlangsung,
peran komunikator dan komunikan selalu bergantian. Komunikan mungkin
mendengar, menuliskan teks, atau menginterprestasikan pesan dengan berbagai
cara.

Seorang komunikan juga memiliki tanggung jawab yaitu berkonsentrasi


pada pesan dan mengerti dengan baik pesan yang telah diterima. Selain itu,
memberikan follow up kepada komunikator untuk memastikan bahwa pesan telah
diterima dan dimengerti dengan baik juga merupakan tanggung jawab seorang
komunikan. Apabila peran yang dimiliki oleh komunikator dan komunikan
berjalan dengan baik, maka akan terjadi komunikasi dua arah atau two way traffic
atau two way flow of communication.

6. Efek

Efek merupakan hasil akhir dari suatu komunikasi. Efek tersebut dapat
berupa sikap dan tingkah laku seseorang yang akan menggambarkan sesuai atau
tidak sesuainya pesan yang tersampaikan dengan keinginan kita. Apabila efek
yang terjadi sesuai dengan yang kita inginkan, maka komunikasi tersebut dapat
dikatakan berhasil.

7. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi

1. Empat tahap proses komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:

a. Pengumpulan fakta

b. Perencanaan

c. Komunikasi

d. Evaluasi

2. Prosedur mencapai effect yang dikehendaki menurut Wilbur Schraam, yaitu:

7
a. Attention (perhatian)

b. Interest (Kepentingan)

c. Desire (Keinginan)

d. Decision (Keputusan)

e. Action (Tindakan)

Komunikasi telah di definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar


manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 5
unsur yaitu: 1. Pengirim pesan (komunikator) 2. Pesan 3. Media 4. Penerima
(komunikan) 5. Pengaruh atau efek Awal tahun 1960-an, David K. Berlo
membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan
”SMCR”, yaitu: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluranmedia) dan
Receiver (penerima).

C. Peran Komunikator

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting. Strategi


komunikasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator sebagai
pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang
mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang
seawaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa.
Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau
komponen komunikasi, sehingga efek yang diharpkan tak kunjung tercapai. Para
ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam
melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut
A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure.

A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang di


singkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut :

A Attention (Perhatian)

I Interest (Minat)

D Desire (Hasrat)

D Decision (Keputusan)

A Action (Kegiatan)

8
Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi
hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini
komunikator harus menimblkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor
daya tarik komunkator (source attractiveness), yang juga pernah di singgung di
muka. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya
tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya,
dengan lain perkataan pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara
komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk
taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator
yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan
simpati komunikan pada komunikator. Satu hal yng perlu diperhatikan dalam
membangkitkan perhatian ini ialah dihindarkannya kemunculan himbauan
(appeal) yang negatif. Himbauan yang negatif bukan attention arousing,
menumbuhkan kegelisahan. William J. McGuire, seorang ahli komunikasi
kenamaan menegaskan dalam karyanya “Persuasion” bahwa “anxiety arousing
communication” menimbulkan efek ganda. Di satu pihak ia membangkitkan rasa
takut akan bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan
preventif. Di lain pihak rasa takut tersebut flight to fight yang dalam kasus
komunikasi dapat berbentuk permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh
perhatian sama sekali.

Di mulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan


awal suksesnya komunikasi Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan,
hendaknya di susul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang
merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari
perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk
melakukan suatu kegiatan yang diharpkan komunikator. Hanya ada hasrat saja
pada diri komunikan, bagi komunikator blum berarti apa-apa, sebab harus
dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decission), yakni keputusan untuk
melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharpkan komunikator.

D. Model-Model Komunikasi

Model komunikasi adalah sebuah model konseptual untuk menjelaskan proses


komunikasi manusia dan memperlihatkan proses komunikasi dengan
menggunakan berbagai simbol. Model komunikasi membentuk perspektif
komunikasi dengan menguraikan komunikasi yang begitu kompleks menjadi lebih
sederhana tanpa menghilangkan komponen-komponen yang ada di dalamnya.

9
Jenis-jenis Model Komunikasi

Dari berbagai model komunikasi yang telah dirumuskan oleh para ahli, dapat
ditarik benang merah bahwa model komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam 3
(tiga) jenis model komunikasi, yaitu model komunikasi linear, model komunikasi
transaksional, dan model komunikasi interaksional.

a. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi linear adalah model komunikasi yang sangat sederhana dan
menggambarkan komunikasi berlangsung secara satu arah. Arus pesan
digambarkan bersifat langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan. Dalam
model komunikasi linear tidak terdapat konsep umpan balik dan penerima pesan
bersifat pasif dalam menerima pesan. Model komunikasi yang merujuk pada
model komunikasi linear diantaranya adalah model komunikasi Aristoteles, model
komunikasi Lasswell, dan model komunikasi Shannon dan Weaver.

b. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional adalah model komunikasi yang menekankan


pada pentingnya peran pengirim pesan dan penerima pesan dalam proses
komunikasi yang berlangsung dua arah. Model komunikasi transaksional
mengaitkan komunikasi dengan konteks sosial, konteks hubungan, dan konteks
budaya. Dalam model ini digambarkan bahwa kita berkomunikasi tidak hanya
sebagai ajang untuk pertukaran pesan melainkan untuk membangun hubungan.

c. Model Komunikasi Interaksi

Model komunikasi interaksi adalah model komunikasi yang menggambarkan


komunikasi berlangsung dua arah. Umumnya model komunikasi interaksi
digunakan dalam media baru seperti internet atau media komunikasi modern.
Model komunikasi yang merujuk pada model komunikasi interaksi adalah
model Osgood dan Schramm. Para ahli telah mengenalkan berbagai macam
model komunikasi sebagai upaya untuk menggambarkan dan menjelaskan proses
komunikasi serta berbagai faktor yang mempengaruhi arus serta efektivitas
komunikasi.

Berikut adalah beberapa model komunikasi menurut para ahli.

1. Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi linear


yang ditujukan untuk menggambarkan atau menjelaskan proses public

10
speaking. Model ini merupakan model komunikasi pertama dan merupakan model
komunikasi yang diterima secara luas diantara model komunikasi lainnya.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles menitikberatkan pada pembicara (speaker)


dan bicara (speech). Model ini memiliki lima elemen, yaitu speaker, speech,
occasion, audience, dan effect.

Pembicara (speaker) – orang yang berperan aktif dalam membentuk dan


mengirimkan pesan kepada khalayak.

Pesan verbal (speech) – pesan yang dibentuk dan disampaikan oleh speaker.

Situasi (occasion) – situasi saat pesan disampaikan.

Khalayak (audience) – orang yang menjadi target sasaran atau khalayak sasaran
dalam proses komunikasi.

Efek (effect) – dampak yang ditimbulkan dalam proses komunikasi.

Model komunikasi Aristoteles dikenal sebagai model komunikasi yang


berpusat pada speaker atau pembicara karena pembicara dipandang sebagai pihak
yang aktif dan berperan penting dalam proses public speaking yaitu mengirimkan
pesan kepada khalayak.

Dalam model ini, khalayak digambarkan bersifat pasif dalam menerima


pesan. Itulah mengapa proses komunikasi dalam model Aristoteles berlangsung
secara satu arah yakni dari pengirim ke penerima. Dalam menyampaikan
pesannya, pembicara harus menyiapkan pesan sedemikian rupa yang disesuaikan
dengan target sasaran dan situasi sehingga khalayak dapat dengan mudah
dilakukan persuasi maupun pengaruh melalui pesan yang disampaikan.

b. Karakteristik Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles memiliki beberapa karakteristik,


diantaranya adalah :

1. Berpusat pada pengirim pesan.


2. Khalayak bersifat pasif.
3. Tidak terlalu fokus pada komunikasi intrapersonal atau komunikasi
interpersonal.
4. Fokus pada interaksi khalayak dalam komunikasi.
5. Tidak terdapat konsep umpan balik.
6. Tidak ada konsep kegagalan komunikasi.

11
7. Komunikasi berlangsung satu arah.
8. Hanya bisa digunakan dalam public speaking.

2. Model Komunikasi Lasswell

Harold D. Lasswell (1948) mengembangkan model komunikasi yang


dikenal dengan model komunikasi Lasswell. Model komunikasi Lasswell
merupakan salah satu model komunikasi linear atau model komunikasi satu arah
dan merupakan model komunikasi yang sangat berpengaruh.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell memiliki 5 (lima) komponen, yaitu :

1. who (sender) – komunikator atau pengirim atau sumber pesan.

2. says what (message) – isi pesan.

3. channel (media) – medium atau media.

4. to whom (receiver) – penerima pesan atau khalayak.

5. with what effect (feedback) – umpan balik yang diberikan oleh penerima pesan
kepada pengirim pesan.

Kelima komponen tersebut seringkali dijadikan sebagai bahan analisis atau


kajian untuk mengevaluasi masing-masing komponen dan proses komunikasi
secara keseluruhan. Adapun analisis yang dilakukan terhadap kelima komponen
komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :

Analisis kontrol, umumnya dilakukan untuk membantu pengirim pesan


untuk memiliki seluruh kekuatan.

Analisis isi, umumnya dikaitkan dengan stereoptipe dan representasi


perbedaan kelompok politik dan berhubungan dengan tujuan pesan yang
disampaikan.

Analisis media, umumnya mengkaji pemilihan media yang akan


digunakan untuk mencapai khalayak

Analisis khalayak, umumnya mengkali siapa yang menjadi target sasaran.

Analisis efek, umumnya dilakukan sebelum proses dimulai dengan tujuan


untuk memprediksi efek pesan terhadap target sasaran.

12
Model komunikasi Lasswell awalnya dikembangkan untuk
menganalisis komunikasi massa, khususnya studi tentang media propaganda.
Namun, pada perkembangannya, model ini digunakan pula untuk menganalisis
komunikasi interpersonal atau komunikasi kelompok yang menjadi sasaran
diseminasi pesan. Selain itu, Lasswell juga membawa konsep proses komunikasi
yang efektif. Menurutnya, terdapat hubungan antara penyajian fakta-fakta dengan
bagaimana fakta-fakta tersebut dapat menyebabkan efek yang berbeda.
Penggunaan konsep efek membuat model Laswell tidak seperti namanya. Hal ini
dikarenakan efek dapat berperan juga sebagai feedback atau umpan balik.

b. Karakteristik Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

a. Komunikasi berlangsung satu arah.

b. Tidak konsisten karena menyatakan adanya konsep efek.

c. Tidak menyertakan umpan balik.

d. Mengabaikan kemungkinan adanya hambatan-hambatan komunikasi.

e. Dipandang sangat umum dan hanya mencakup tema-tema tradisional.

f. Merupakan dasar propaganda karena lebih menitik beratkan pada hasil keluaran.

g. Umumnya digunakan untuk media persuasi.

3. Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948) mengembangkan


salah satu model komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi
Shannon dan Weaver.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Dalam model komunikasi Shannon dan Weaver terdapat 6 (enam) elemen


yaitu :

1. Pengirim (Sender/Information source) – orang yang membuat pesan, memilih


media yang akan digunakan dan mengirimkan pesan.

2. Encoder (Transmitter) – orang yang menggunakan mesin yang mengubah


pesan ke dalam bentuk sinyal atau data biner. Dimungkinkan juga encoder
merujuk pada mesin itu sendiri.

13
3. Media (Channel) – media yang digunakan untuk mengirim pesan.

4. Decoder (Transmitter) – mesin yang digunakan untuk mengubah sinyal atau


data biner ke dalam bentuk pesan atau penerima pesan yang menginterpretasikan
pesan dari sinyal yang diberikan.

5. Penerima (Receiver/Destination) – orang yang menerima pesan atau tempat


dimana pesan harus dijangkau. Penerima pesan memberikan umpan balik
berdasarkan pesan yang dikirimkan oleh pengirim.

6. Gangguan (Noise) – gangguan fisik seperti lingkungan, manusia, dan lain-lain


yang tidak membiarkan pesan diterima dengan baik oleh penerima pesan.

Pengirim pesan menyandi pesan dan mengirimkannya kepada penerima


pesan melalui media. Pengirim mengubah pesan ke dalam berbagai kode yang
dapat dipahami ke dalam mesin. Pesan dikirim dalam bentuk kode melalui media.
Penerima harus menerima sandi pesan sebelum memahami dan
menginterpretasikannya. Mesin penerima dapat juga berperan sebagai penerima
sandi dalam beberapa kasus. Media dapat mengalami gangguan dan penerima bisa
saja tidak memiliki kapasitas untuk melakukan sandi-awa sehingga menyebabkan
masalah dalam proses komunikasi.

Menurut model ini, terdapat tiga macam permasalahan komunikasi, yaitu


masalah teknis, masalah semantik, dan masalah efektifitas.

1. Masalah teknis – masalah yang disebabkan oleh channel.

2. Masalah semantik – adanya perbedaan dalam mengartikan pesan yang dikirim


dan diterima.

3. Masalah efektivitas – reaksi penerima terhadap pesan yang disampaikan.

Model ini pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki teknis komunikasi


utamanya komunikasi melalui telepon dengan tujuan memaksimalkan kapasitas
telepon dan meminimalkan gangguan. Namun dalam perkembangannya, model ini
kemudian diterapkan bagi seluruh bentuk komunikasi untuk
mengembangkan komunikasi yang efektif.

b. Karakteristik Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Model komunikasi Shannon dan Weaver memiliki beberapa karakteristik,


yaitu :

a. Komunikasi berlangsung dalam dua proses yang membuatnya sebagai model


yang dapat diterapkan dalam semua bentuk komunikasi.

14
b. Konsep gangguan atau noise membantu dalam membuat komunikasi efektif
dengan cara menghilangkan gangguan atau masalah yang menyebabkan berbagai
gangguan.

c. Hanya dapat diterapkan dengan baik pada komunikasi interpersonal


dibandingkan dengan komunikasi massa atau komunikasi kelompok.

d. Penerima pesan berperan sebagai bagian yang pasif dalam proses komunikasi.

e. Pengirim pesan berperan aktif dalam mengirim pesan.

f. Umpan balik tidak begitu penting jika dibandingkan dengan pesan yang
dikirimkan oleh pengirim.

E. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Menurut Hafied Cangara, para pakar komunikasi berbeda pendapat


mengenai bentuk-bentuk komunikasi. Sebuah kelompok sarjana komunikasi
Amerika membagi bentuk komunikasi menjadi lima macam tipe yaitu komunikasi
antar pribadi (interpersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small
group communication), komunikasi organisasi (organisation communication),
komunikasi massa (mass communication), dan komunikasi publik (public
communication).

Sedangkan menurut Effendy, bentuk-bentuk komunikasi dirangkum ke


dalam tiga jenis, yaitu komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, dan
komunikasi massa.

1. Komunikasi Pribadi

Bentuk komunikasi yang pertama adalah komunikasi pribadi yang terdiri


dari dua jenis. Komunikasi pribadi yang pertama adalah komunikasi intrapribadi
(intrapersonal communication) yang merupakan komunikasi yang berlangsung
lama dalam diri seseorang. Orang yang bersangkutan berperan sebagai
komunikator maupun sebagai komunikan, yang mana ia berbicara pada dirinya
sendiri. Pada umumnya pola komunikasi degan diri sendiri terjadi karena
seseorang menginterpretasikan sebuah objek yang diamatinya dan memikirkannya
kembali hingga terjadilah komunikasi dalam dirinya sendiri.

Sedangkan yang kedua adalah komunikasi antar pribadi (interpersonal


communication), yakni merupakan komunikasi yang berlangsung secara dialogis
antara dua orang atau lebih. Karakteristik komunikasi antar pribadi yaitu:

Dimulai dari diri sendiri. Sifatnya transaksional karena berlangsung serempak.

15
Komunikasi yang dilakukan tidak hanya mencakup aspek-aspek isi pesan yang
dipertukarkan, tetapi juga meliputi hubungan antar pribadi.

Adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

Adanya saling ketergantungan antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

Tidak dapat diubah maupun diulang. Maksudnya jika salah dalam pengucapan
mungkin dapat minta maaf, tetapi itu bukan berarti menghapus apa yang sudah
diucapkan.

2. Komunikasi Kelompok

Bentuk komunikasi berikutnya adalah komunikasi kelompok yang


merupakan komunikasi tatap muka yang dilakukan tiga atau lebih individu guna
memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi,
pemeliharaan diri atau pemencahan masalah sehingga semua anggota dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggot lainnya dengan akurat.

Ada empat eleman penting dalam bentuk komunikasi ini yakni interaksi
tatap muka, jumlah partisipan, maksud dan tujuan, dan kemampuan anggota
dalam menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.

3. Komunikasi Massa

Merupakan sebuah proses penyampaian pesan melalui saluran-saluran


media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film yang dipertunjukkan
digedung-gedung bioskop. Maka dari itu dalam bentuk komunikasi yang satu ini
pesan yang disampaikan bersifat massal.

Dengan begitu karakteristik komunikasi massal bersifat umum yang


artinya pesan yang disampaikan bersifat heterogen karena ditunjukkan untuk
seluruh anggota masyarakat. Pesan yang disampaikan juga bersifat serempak dan
seragam serta hubungan antar komunikan dengan komunikator bersifat non
pribadi.

F. Teknik-Teknik Komunikasi

Komunikasi efektif terdiri asal 2 istilah: komunikasi dan efektif.


Komunikasi artinya proses menyampaikan atau mengembangkan info,
pikiran, serta perasaan melalui lisan, goresan pena, atau bahasa tubuh.
Efektif ialah “membawa yang akan terjadi atau mencapai tujuan”.

Komunikasi dikatakan efektif Jika isu, pemikiran, atau


pesan yang disampaikan dapat diterima serta dipahami dengan baik sebagai

16
akibatnya menciptakan kesamaan persepsi, mengganti sikap,atau mendapatkan isu
(menjadi memahami/paham). Komponen Komunikasi Efektif

1. Encoding

Komunikasi efektif diawali menggunakan encoding atau penetapan kode


atau simbol yang memungkinkan pesan tersampaikan
secara jelas serta bisa diterima serta dipahami menggunakan baik sang komunikan
(penerima pesan).

2. Decoding

Decoding, komponen penting lainnya dalam komunikasi efektif, yaitu


kemampuan penerima tahu pesan yang diterimanya. karenanya, pada komunikasi
efektif, pemahaman ihwal audiens sangat penting guna menentukan metode
penyampaian dan gaya bahasa yang cocok dengan mereka.

3. Konteks (Context)

Konteks komunikasi yaitu konteks komunikasi yaitu


ruang, daerah, dan pada siapa kita melakukan komunikasi. Konteks
komunikasi pula mengacu pada level komunikasi –komunikasi antarpribadi,
komunikasi grup (kelompok), komunikasi organisasi, komunikasi massa.

Konteks komunikasi mempertimbangkan usia, daerah, jenis


kelamin, dan kemampuan intelektual penerima pesan.
Berkomunikasi dengan anak kecil tentu akan tidak sinkron cara dan gaya
bahasanya dengan berkomunikasi menggunakan orang dewasa.

4. Bahasa Tubuh (Body Language)

Bahasa tubuh –dikenal juga menjadi komunikasi nonverbal (nonverbal


communication)– mencakup postur, posisi
tangan dan lengan, kontak mata, serta ekspresi paras.

Bahasa tubuh yang konsisten serta sesuai bisa menaikkan pengertian. Gerakan


anggota badan wajib sesuai dengan yg diucapkan. Bahasa tubuh
terpenting ialah senyum dan hubungan mata.

5. Gangguan/hambatan (Interference)

Emosi mampu Mengganggu terjadinya komunikasi
efektif. Jika komunikator marah, kemampuannya mengirimkan pesan efektif
mungkin berpengaruh negatif.

17
Begitu juga Jika komunikan dalam keadaan kecewa
atau tidak sepakat dengan komunikator, mungkin dia mendengar
sesuatu yg berbeda.

6. Pikiran Terbuka (Be Open-minded)

Pikiran tebuka meurpakan komponen krusial lain pada komunikasi efektif.


Jangan terburu menilai atau mengkritisi ucapan orang lain.

Kita wajib mengedepankan respek, menghargai pendapat atau pandangan


orang lain, juga menujukkan ikut
merasakan menggunakan berusaha memahami situsai atau duduk
perkara asal perspektif orang lain.

7. Mendengar Aktif (Active Listening)

Menjadi pendengar yang baik dan aktif akan menaikkan pemahaman atas


pemikiran dan perasaan orang lain.  Tunjukkan bahwa
kita penekanan mendengarkan ucapan orang
lain, misalnya dengan menganggukkan kepala dan membuat “tanda verbal” bahwa
kita putusan bulat dengan berkata —contohnya— “oh…”.

Jangan menginterupsi pembicaraan orang lain. Ini


akan merusak kelancaran dialog.
Komunikasi efektif terdiri asal 2 istilah: komunikasi dan efektif.
Komunikasi artinya proses menyampaikan atau mengembangkan info,
pikiran, serta perasaan melalui lisan, goresan pena, atau bahasa tubuh.
Efektif ialah “membawa yang akan terjadi atau mencapai tujuan”.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jenis-jenis Model Komunikasi Dari berbagai model komunikasi yang telah


dirumuskan oleh para ahli, dapat ditarik benang merah bahwa model komunikasi
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis model komunikasi, yaitu model
komunikasi linear, model komunikasi transaksional, dan model komunikasi
interaksional.
Model Komunikasi Linear Model komunikasi linear adalah model
komunikasi yang sangat sederhana dan menggambarkan komunikasi berlangsung
secara satu arah.
Model komunikasi yang merujuk pada model komunikasi linear
diantaranya adalah model komunikasi Aristoteles, model komunikasi Lasswell,
dan model komunikasi Shannon dan Weaver.
Model Komunikasi Transaksional Model komunikasi transaksional adalah
model komunikasi yang menekankan pada pentingnya peran pengirim pesan dan
penerima pesan dalam proses komunikasi yang berlangsung dua arah.
Model Komunikasi Interaksi Model komunikasi interaksi adalah model
komunikasi yang menggambarkan komunikasi berlangsung dua arah.
Model komunikasi Lasswell merupakan salah satu model komunikasi
linear atau model komunikasi satu arah dan merupakan model komunikasi yang
sangat berpengaruh.
Model Komunikasi Shannon dan Weaver Claude Elwood Shannon dan
Warren Weaver (1948) mengembangkan salah satu model komunikasi linear yang
disebut dengan Model Komunikasi Shannon dan Weaver.
Karakteristik Model Komunikasi Shannon dan Weaver Model komunikasi
Shannon dan Weaver memiliki beberapa karakteristik, yaitu : a. Komunikasi
berlangsung dalam dua proses yang membuatnya sebagai model yang dapat
diterapkan dalam semua bentuk komunikasi.
Sebuah kelompok sarjana komunikasi Amerika membagi bentuk
komunikasi menjadi lima macam tipe yaitu komunikasi antar pribadi
(interpersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small group
communication), komunikasi organisasi (organisation communication),
komunikasi massa (mass communication), dan komunikasi publik (public
communication).

19
DAFTAR PUSTAKA

[1] Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2008),
h.3.
[2] Ali Hasan, marketing Bank Syariah, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010), h.29.

[3] David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta : Selemba Empat, 2004), h. 14.

[4] Hitt michael, dkk, Manajemen Strategis (Jakarta: Erlangga, 1997) , h.137.
[5] Ali Hasan, Op, Cit, h.29.
[6] Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta : Kencana,2004), cet ke-1, h.59.

[7]https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-
Dan-Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.html (diakses pada tanggal 22 September
2022)

[8] Widijowati, Rr. Dijan. HUKUM DAGANG, ed. 1. 2012. Yogyakarta: CV.
Andi Offset

[9] Husni, Lalu. PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN


INDUSTRIAL MELALUI PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN, cet.
1. 2004. Jakarta: Raja Grafindo.

[10] Safa’at, Rachmad. ADVOKASI DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN


SENGKETA: Latar Belakang, Konsep, dan Implementasi, cet. 1. 2011. Malang:
Surya Pena Gemilang.

[11] Adolf, Huala. HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL, cet. 1. 2005.


Jakarta: Raja Grafindo.

[12] Fuady, Munir. ARBITRASE NASIONAL, ALTERNATIF


PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS. 2000. Bandung: Citra Aditya Bakti.

[13] Sembiring, Sentosa. HUKUM DAGANG, cet. 3, ed. Revisi. 2008. Bandung:
PT. Citra.

[14] Wijaja, Gunawan. ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA, cet. 2.


2002. Jakarta: Raja Grafindo.

[15] Harahap, M. Yahya. ARBITRASE, cet.3. 2004. Jakarta: Sinar Grafika.

20
[16] Usman, Rachmadi. MEDIASI DI PENGADILAN Dalam Teori dan Praktik,
cet.1. 2012.Jakarta: Sinar Grafika.

[17] Margono, Suyud. ADR, ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION DAN


ARBITRASE: Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum. 2000. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

[18] Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa

21

Anda mungkin juga menyukai