Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DIMENSI DAN PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI


Dosen Pengampu : I Putu Suparna,S.E,M.I.Kom

Oleh :
1. Chelsea Joy Jon’s Muray (821313338)
2. I Kadek Purwita Adi Santosa (821313326)
3. Gabrielle Christmast Dheo Hardyan (821313318)
4. Jonathan A Dano (821313322)
5. Nathaniel Vito Yoanbert (821313324)
6. Seia Samantha Okada (821313312)

MATA KULIAH
PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
rahmat-Nya pada akhirnya kelompok kami bisa menyelesaikan makalah dengan
judul Dimensi Dan Perspektif Ilmu Komunikasi.
Akhir-akhir ini minat orang untuk mempelajari komunikasi makin banyak,
bukan saja kalangan mahasiswa, tetapi juga di kalangan anggota
masyarakatlainya, apakah itu lewat seminar,diskusi maupun pelatihan.
Komunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental dalam
kehidupan manusia, bahkan di-tengah suasana masyarakat dimana persaingan
makin ketat dalam memperoleh peluang berusaha meningkatkan karier, Teknik-
teknik komunikasi persuasive, taktis dan diagnosis makin dbutuhkan.
Atas dasar itu, maka makalah Dimensi Dan Perspektif Ilmu Komunikasi yang
telah dipersiapkan akhirnya kami kerjakan. Makalah ini memakai pendekatan
komunikasi antarmanusia yang sangat mendasar untuk dipahami untuk setiap
pembaca.
Kelompok kami telah berusaha menyusun makalah ini secara sistematis dari
tahap ke tahap menurut kajian komunikasi antar manusia. Namun, tentu saja bisa
terjadi, ada hal-hal yang mungkin oleh pembaca dinilai kurang sempurna, dengan
senang hati kami penulis senantiasa terbuka untuk menerima saran.
Diluar dugaan penulis, makalah Dimensi Dan Perspektif Ilmu Komunikasi
telah mendapat persetujuan yang begitu besar dari setiap anggota kelompok kami,
dan kelompok lain serta semua orang yang ingin memahami Dimensi Dan
Perspektif Ilmu Komunikasi.
Diakhir kata, penulis menghaturkan ungkapan terimakasih kepada seluruh
anggota kelompok yang telah berpartisipasi dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 17 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................5
BAB IV PENUTUP.........................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan
ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa
manusia perlu berkomunikasi.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi
dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat. Pengaruh
keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya
membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu, menurut Dr.
Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan
bagian kekal dari kehidupan seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin
hidup, ia perlu berkomunikasi. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi
adalah kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup
bermasyarakat. Sifat manusia untuk menyampaikan keinginan dan mengetahui
hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara
otomatis melalui lambang isyarat, kemudian disusul kemampuan untuk
memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bahasa verbal. Komunikasi
telah memperpendek jarak, menghemat biaya, serta menembus ruang dan
waktu. Selain itu komunikasi berusaha menjadi jembatan antar pikiran,
perasaan, dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya serta membuat
cakrawala seseorang menjadi luas.
Dalam memahami komunikasi yang memiliki dimensi ini bisa kita lihat
dalam beberapa faktor, antara lain komunikasi sebagai proses, komunikasi
sebagai symbol, dan komunikasi sebagai multi-dimensional. Dengan adanya
faktor tersebut maka dalam melakukan sebuah proses komunikasi ini tidak
akan mengalami kegagalan dalam melakukan sebuah komunikasi.

B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang permasalahan diatas dapat diperoleh beberapa rumusan
masalahnya antara lain yaitu :
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengharui proses komunikasi ?
2. Apa saja dimensi Ilmu Komunikasi ?

1
2

3. Apa saja syarat komunikasi yang efektif dan efesien?


4. Bagaimana upaya yang di lakukan untuk mengatasi hambatan dalam
proses komunikasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Faktor-faktor mempengharui komunikasi
2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam proses
komunikasi
3. Syarat komunikasi efektif

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan
media pembelajaran atau penerapan media pembelajaran secara lebih
lanjut dimensi dan perspektif ilmu komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Peneliti mampu menerapkan media yang sesuai dalam materi
pembelajaran tertentu. Serta peneliti mempunyai pengetahuan dan
wawasan mengenai Dimensi dan perspektif ilmu komunikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Dimensi dan Perspektif Ilmu Komunikasi.


1. Dimensi Komunikasi
Sesuai pengertian dan model komunikasi, komunikasi dapat dilihat dari
berbagai dimensi yakni sebagai berikut :
a. Komunikasi Sebagai Proses
Komunikasi dipandang sebagai proses yang dimaksudkan disini ialah
suatu kegiatan yang berlagsung secara dinamis. Proses yang berarti unsur
– unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis.
b. Komunikasi Sebagai Simbolik
Dalam semua konteks komunikasi dimana segala sesuatunya memerlukan
dan menggunakan simbol. Simbol dapat di nyatakan dalam bentuk verbal
maupun non verbal, dalam setiap daerah, lingkungan atau kumpulan
tertentu simbol dapat berbeda–beda sesuai dengan tempat dimana
digunakanya simbol tersebut.
c. Komunikasi Sebagai Sistem
Sistem, didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen
atau unsur yang mendukung saling berinteraksi satu sama lain dalam
menghasilkan saluran (Semprivivo 1982). Dengan kata lain sistem adalah
seperangkat komponen-komponen serta unsur-unsur yang terhubung dan
saling bergantung satu sama lainya serta tidak dapat terpisahkan.
d. Komunikasi Sebagai Aksi
Komunikasi selalu menggunakan simbol dalam berbagai macam
konteksnya, selain itu tidak dapat dipungkiri dalam berbagai komunikasi
tidak pernah terjadi tanpa aksi, apakah itu diucapkan , ditulis, maupun
dilakukan dalam bentuk isyarat (non verbal), bahkan gerakan dalam
bentuk diam pun merupakan aksi.
e. Komunikasi Sebagai Aktifitas Sosial
Komunikasi menjadi jembatan dalam menghubungkan antara kepentingan
diri manusia sebagai individu dengan masyarakat disekelilingnya. Karena
sudah menjadi sifat yang mendasar pada manusia yakni selalu berusaha
untuk berhubungan dengan sesamanya, upaya ini dilakukan untuk
menghilangkan keterasingan mereka dan juga untuk mengetahui apa yang
sedang terjadi diluar dirinya.
f. Komunikasi Sebagai Multidimensional
Terdapat dua tingkatan yang dapat diidentifikasikan dalam perspektif
multidimensional ini yakni dimensi isi dan dimensi hubungan.Kedua
dimensi tersebut tidak dapat saling terpisahkan dimana dimensi isi
menunjukkan pada kata, bahasa, pesan serta informasi yang terkandung
didalamnya. Sementara itu dimensi hubungan merujuk pa da bagaimana

3
4

cara komunikator dalam menyampaikan pesanya kepada komunikan atau


bagaimana peserta komunikasi berinteraksi.

2. Perspektif Ilmu Komunikasi


a. Perspektif mekanistis
Perspektif mekanistis menekankan pada unsur saluran fisik komunikasi,
penyampaian, dan penerimaan arus pesan diantara sumber atau para
penerimannya.
b. Perspektif psikologis
Perspektif psikologis tentang komunikasi manusia memfokuskan
perhatiannya pada individu (komunikator atau penafsir) baik secara teoritis
maupun empiris.
c. Perspektif interaksional
Perspektif interaksional menunjukkan pandangan komunikasi manusia
yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang
dikenal sebagai interaksi simbolis.
d. Perspektif pragmatis
Perspektif ini didasarkan pada asumsi pokok system dan informasi.
Perspektif ini merupakan aplikasi yang sesuai dari system pada
komunikasi manusia dan jelas merupakan perkembangan baru yang
berbeda untuk penelitian komunikasi manusia.
BAB III
PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah sebuah proses dalam


menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain dengan memiliki tujuan
untuk memberitahu, mengeluarkan pendapat, mengubah suatu pola sikap atau
suatu perilaku baik secara langsung (lisan) maupun tidak langsung (melalui
media).

Adapun faktor-faktor komunikasi sebagai berikut:


1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang menjadi faktor utama dalam komunikasi.
Seseorang dapat menyampaikan pesan dengan mudah apabila ia memiliki
pengetahuan yang luas. Seorang komunikator yang memiliki tingkat
pengetahuan tinggi, ia akan lebih mudah memilih kata-kata (diksi) untuk
menyampaikan informasi baik verbal maupun non verbal kepada
komunikan. Hal ini berlaku juga untuk seorang komunikan.

2. Perkembangan
- Pertumbuhan Manusia
Pertumbuhan dapat mempengaruhi pola pikir manusia. Bagaimana
komunikan menyikapi informasi yang diberikan komunikator dan
bagaimana komunikator menyampaikan informasi kepada komunikan.
Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menyampaikan informasi
agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

- Keterampilan menguasai Bahasa

Keterampilan dalam berbahasa ini merupakan salah satu faktor yang


sangat terkait dengan pertumbuhan. Misalnya jika kita menghadapi remaja
maka kita lebih baik mengetahui bahasa-bahasa yang digunakan dalam
kesehariannya atau disebut dengan bahasa gaul.

3. Persepsi
Persepsi adalah suatu cara seseorang dalam menggambarkan atau
menafsirkan informasi yang diolah menjadi sebuah pandangan.
Pembentukan persepsi ini terjadi berdasarkan pengalaman, harapan, dan
perhatian.

4. Peran dan Hubungan

5
6

Peran dan hubungan memiliki pengaruh dari proses komunikasi


tergantung dari materi atau permasalahan yang ingin dibicarakan termasuk
cara menyampaikan informasi atau teknik komunikasi. Komunikator yang
belum menjalin hubungan dekat dengan komunikan maka akan terjadi
komunikasi secara formal.

5. Lingkungan
Lingkungan interaksi memiliki pengaruh dalam komunikasi. Lingkungan
yang nyaman dan kondusif biasanya dapat berpengaruh baik terhadap
proses komunikasi. Adapun faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah
sebagai berikut.
- Nilai dan budaya/ adat menjadi kacamata yang dijadikan tolak ukur
untuk komunikasi (pantas atau tidak pantas) agar komunikasi terjalin
dengan baik.
- Stimulus eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi dari luar. Misalnya kebisingan suara dapat mempengaruhi
respon yang kurang baik karena adanya penurunan indera pendengaran,
sehingga dapat menjadi penghambat dalam proses komunikasi.
-
6. Emosi
Stimulus eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
dari luar. Misalnya kebisingan suara dapat mempengaruhi respon yang
kurang baik karena adanya penurunan indera pendengaran, sehingga dapat
menjadi penghambat dalam proses komunikasi.

7. Kondisi Fisik
Kondisi fisik mempunyai peranan yang penting untuk berkomunikasi.
Semua indera memiliki fungsi-fungsi yang digunakan dalam kelangsungan
komunikasi.

8. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam berkomunikasi
dapat dilihat dari gaya berbicara dan interpretasi. Menurut Tannen, kaum
perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi,
meminimalkan keintiman. Sementara kaum laki-laki lebih menunjukkan
independensi dan status dalam kelompoknya.

DIMENSI ILMU KOMUNIKASI


Menurut Prof Cangara (2007: 51) mengemukakan bahwa “Komunikasi pada
dasarnya dilihat dari berbagai dimensi yakni, komunikasi sebagai proses,
komunikasi sebagai simbolik, komunikasi sebagai sistem, komunikasi sebagai
transaksional, komunikasi sebagai aktivitas sosial dan komunikasi sebagai
multidimensional”.

A. Komunikasi sebagai proses


7

Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah


suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan
sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis
dan tidak statis. Demikian Berlo dalam bukunya The Process of
Communication (1960). Dilihat dari konteks komunikasi antar pribadi, proses
menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan dari seseorang kepada orang
lain. Sementara itu, dari konteks komunikasi massa, proses dimulai dari kegiatan
pengumpulan, pengolahan dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi
kepada orang banyak.

B. Komunikasi sebagai simbolik


Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan
dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol.
Hubungan antar pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan
oleh lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi. Seorang penyair
yang mengagumi sekumtum bunga akan mengeluarkan pernyataan lewat bahasa
“alangkah indahnya bunga ini”, atau seorang polisi lalu lintas yang tidak bisa
berdiri terus di persimpangna jalan, peranannya dapat digantikan lewat rambu-
rambu jalan atau lampu pengatur lalu lintas (traffic light). Simbol merupakan
hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya
manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Proses pemberian makna
terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi
faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di terima oleh
penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja
berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda dalam cara
berfikir dan pengalaman.

C. Komunikasi sebagai sistem


Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua
komponen atau unsur yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain
dalam menghasilkan luaran (Semprivivo, 1982), atau dengan kata lain seperangkat
komponen yang saling bergantung satu sama lain. Suatu sistem senantiasa
memerlukan sifat-sifat yakni menyeluruh, saling bergantung berurutan,
mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif dan memiliki tujuan. Menyeluruh
berarti semua komponen yang membangun sistem itu merupakan satu kesatuan
yang integrative yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Saling bergantung
berarti mengikuti aturan sistem-sistem yang ada, Karena sistem melakukan
kontrol terhadap semua komponen yang mendukungnya, tidak ada jalan lain
kecuali sistem harus memiliki tujuan dan kemapuan adaptif dengan mengandalkan
kerja sama diantara komponen-komponen tersebut. Ini berarti sistem harus dilihat
secara menyeluruh dan bukannya terpisah satu sama lain.
8

Dari segi bentuknya, sistem dapat dibedakan atas dua macam, yakni:
1. Sistem terbuka (open system) adalah sistem dimana prosesnya terbuka
dari pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya. Dalam penerapannya,
sistem terbuka banyak ditemukan pada peristiwa-peristiwa sosial dimana
suatu kegiatan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, misalnya
agama, politik, ekonomi, nilai budaya dan sebagainya.
2. Sistem tertutup (closed system) adalah sistem dimana prosesnya tertutup
dari pengaruh luar (lingkungan). Dalam penerapannya, sistem
tertutup banyak ditemui dalam kegiatan uji coba laboratorium yang
berusaha mengisolasi pengaruh luar.
Komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini
tercermin dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang
integratif yang saling bergantung satu sama lain.

D. Komunikasi Sebagai Transaksional


Komunikasi boleh dikata tidak pernah terjadi tanpa melibatkan orang lain. Oleh
karena itu, dalam proses yang demikian akan timbul action dan interaction di
antara para pelaku-pelaku komunikasi. Dengan demikian, dapat dikatakan
komunikasi adalah kerja sama (cooperative) yang dilihat dari sisi relasional antara
orang-orang yang terlibat dalam bentuk komunikasi antar pribadi (lebih dari satu
orang), atau komunikasi massa yang melibatkan banyak orang sekalipun dalam
situasi diantarai oleh media.

E. Komunikasi sebagai Aktivitas Sosial


Sudah menjadi sifat manusia ingin terus berhubungan dengan sesamanya,
Komunikasi sebagai aktivitas sosial, tidak saja menjadi jembatan untuk para
pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan, tetapi juga dalam tataran yang lebih
rendah, menjadi kebutuhan masyarakat dengan membicarakan berbagai
permasalahan, mulai dari masalah kehidupan sehari-hari mereka sampai kepada
hal-hal yang terjadi di luar lingkungan sosialnya.

F. Komunikasi sebagai Multidimensional


Jika komunikasi dilihat dari perspektif Multidimensional, ada dua tingkatan yang
dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan
(relationship dimension). Dalam komunikasi antarmanusia, kedua dimensi ini
tidak terpisah satu sama lain. Dimensi ini menunjukkan pada kata, bahasa dan
informasi yang dibawa oleh pesan.
9

PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI

Bisa saja sebuah fenomena didekati dengan teori yang beragam rupa sesuai
dengan perspektif yang ada. Perspektif tentu saja berbeda dengan paradigma,
definisi dan tradisi. Karena masing-masing punya sudut pandang yang berbeda.
Perbedaan Perspektif adalah sudut pandang secara spesifik dan beragam dalam
melihat suatu fenomena atau gejala tertentu yang hendak dikaji, dari berbagai-
bagai unsur yang bisa membedakan sebuah teori satu dengan yang lain. Perspektif
memungkinkan terjadinya perbedaan teori dalam mengkaji dan menafsirkan
gejala gejala yang ada.

antara perspektif dengan definisi adalah kalau definisi merupakan suatu


penjelasan atau suatu eksplikasi dari sesuatu.

Definisi memiliki pembatasan dan keterbatasan tertentu terkait dengan pengertian


yang ada, dan tidak bersifat multi tafsir karena apabila definisi memiliki banyak
makna maka definisi ini akan justru bermasalah karena akan membingungkan
orang yang memakai atau menggunakannya. Jadi bisa dikatakan definisi memiliki
kejelasan serta kepastian yang lebih tetap ketimbang perspektif.
Perspektif justru melihat sebuah fenomena, katakanlah perilaku masyarakat akan
berbeda-beda tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Dan tidak ada satu
definisi yang bisa berlaku general dan mengikat untuk berbagai hal.

Bila dibandingkan dengan perspektif, tentunya perspektif lebih luas dalam


memandang sesuatu, tidak hanya melihat dari asal-muasal katanya (etimologi nya)
tetapi mempertimbangkan berbagai hal yang ada sehingga pemahaman seseorang
akan semakin komprehensif mengenai sesuatu.

Kehadiran Fisher manambah kajian tentang paradigma lama dan paradigma baru
dalam bidang Ilmu Komunikasi.
1. Perspektif Mekanistis
Para ahli teori sosial dan filsuf ilmu umumnya sependapat bahwa ilmu
sosial/perilaku amat banyak meminjam dari ilmu fisika, pada saat disiplin baru itu
menjalani perkembangan selama tahun-tahun pembentukannya. Perspektif
mekanistis komunikasi manusia menekankan pada unsur fisik komunikasi,
penyampaian dan penerimaan arus pesan seperti ban berjalan di antara sumber
atau para penerimanya. Semua fungsi penting dari komunikasi terjadi pada
saluran, lokus, perspektif mekanistis. Ilmu fisika yang dominant pada beberapa
10

abad ini merupakan perspektif mekanistis, umumnya dikenal sebagai “fisika


klasik”.
- Model perspektif mekanistis komunikasi manusia.
Saluran merupakan tempat untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
komunikan secara kontinu atau terus-menerus, tanpa adanya saluran maka
komponen- komponen komunikasi lainnya akan terkatung- katung secara
koseptual dalam ruangan. Karena terlalu memfokuskan kepada saluran, maka
timbul hambatan dan kegagalan dalam komunikasi. Hambatan tersebut lebih
banyak dilihat sebagai hambatan psikologis yang terdapat dalam kemampuan
kognitif dan afektif Individual dalam menyandi dan mengalih sandi pesan.
Encoding merupakan proses pentransformasian pesan dari satu bentuk ke bentuk
yang lain pada saat penyampaian. Sedangkan pengalihan sandi atau decoding
merupakan proses pentransformasian pesan dari satu bentuk ke bentuk yang lain
pada saat penerimaan atau di titik tujuan.

2. Perspektif Psikologis
Banyak penelitian komunikasi dalam tradisi empiris ilmu sosial kontemporer telah
meminjam secara besar-besaran dari psikologi, tetapi fenomena ini dapat
dimengerti. Sejak berabad-abad komunikasi meminjam dari disiplin lain seperti
filsafat, sosiologi, bahasa dan lain sebagainya. Banyak yang menganggap bahwa
tradisi meminjam ini adalah hal yang wajar karena komunikasi merupakan
disiplin yang elektik (electic).
- Karakteristik Penjelasan Psikologis
Seperti halnya komunikasi, psikologi merupakan disiplin yang beraneka ragam
dengan spesialisasi-spesialisasi yang dihubungkan secara longgar, misalnya
psikologi kepribadian, psikologi sosial, psikologi industri, dan lain sebagainya.
Sebenarnya, pandangan psikologis komunikasi tidak mencakup semua hal dari
satu teori saja dalam psikologi. Ingat bahwa peminjaman komunikasi dari
psikologi secara relatife bersifat dangkal dan sporadis.

- Model perspektif psikologi komuniksi manusia.


Pertama- tama, perspektif ini menganggap bahwa manusia berada dalam suatu
medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan informasi.
Dalam model psikologis manusia ditandai sebagai makhluk yang memiliki fungsi
ganda menghasilkan dan menerima stimuli- jadi manusia adalah seorang
komunikator/penfsir stimuli informasional. Psikologis komunikasi memiliki
model yang berbeda dari model psikologis yang menjelaskan semua perilaku
11

dalam kerangka asumsi bahwa semua manusia dalam medan stimulus


menghasilkan sejumlah besar stimulus yang ditangkap oleh orang lain. Filter
konseptual merupkan suatu “kata petunjuk”, yang ditujuan untuk mencakup
semua konstruk yang beragam yang telah dipakai untuk melukiskan secara teoritis
kegiatan internal dalam diri manusia. Penggambaran tentang perspektif psikologis
tidaklah merupakan perspektif yang menyatu secara manunggal dalam pengkajian
komunikasi. Sebaliknya, dalam kerangka perspektif ini terdapat pendekatan
metodologis, konsep yang dipakai, serta definisi operasional yang digunakan,
yang amat beranekaragam. Sampai pada tingkat tertentu, ketidaksamaan ini
mencerminkan sebagian besar kekalutan yang terdapat di dalam disiplin psikologi.

3. Perspektif Interaksional
Meskipun asal mula perspektif interaksional komunikasi manusia dapat ditelusuri
sampai kefilsafat ekstensialisme dan bahkan ke Socrates, sumbernya yang khusus
dan komprehensif dari perspektif ini secara langsung ataupun tidak langsung
adalah interaksional komunikasi manusia. Secara lebih khusus lagi, arah
perkembangan dalam masyarakat ilmiah komunikasi manusia yang
memperlakukan komunikasi sebagai dialog adalah adanya indikasi yang terang
sekali dari pendekatan interaksional pada studi komunikasi manusia. Popularitas
interaksional berasal dari reaksi humanistis terhadap mekanisme dan
psikologisme. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah pemberian penekanan
yang manusiawi pada diri sebagai unsur pokok perspektif interaksional. Tetapi
dari pada memandang diri hanya sebagai internalisasi pengalaman individual,
interasionisme lebih menerangkan perkembangan diri melalui proses “penunjukan
diri” di mana individu dapat “bergerak keluar” dari diri dan melibatkan dirinya
dalam intropeksi dari sudut pandang orang lain. Dengan cara yang sama individu
dapat melibatkan dirinya dalam pengambilan peran dan mendefinisikan diri
maupun orang lain dari sudut pandang orang lain. Perspektif interaksional
menekankan tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu perkembangan yang
bersifat proses dari komunikasi manusia. Penekanannya pada tindakan
memungkinkan pengambilan peran untuk mengembangkan tindakan bersama atau
mempersatukan tindakan individu dengan tindakan individu- individu yang lain
untuk membentuk kolektivitas. Tindakan bersama dari kolektivitas itu
mencerminkan tidak hanya pengelompokan sosial akan tetapi juga adanya
perasaan kebersamaan ataupun keadaan timbal balik dari individu- individu yang
bersangkutan, yang dilukiskan dalam model sebagai “kesearahan” orietasi
individu- individu terhadap diri orang lain, dan objek.

Model perspektif interaksional komunikasi manusia.


12

Komunikator interaksional merupakan penggabungan yang kompleks dari


individualisme sosial, yakni seorang individu yang mengembangkan potensi
kemanusiawiannya melalui interaksi sosial. Implikasi yang paling penting dari
perspektif interaksional bagi studi komunikasi manusia adalah adanya
penyempurnaan pemberian penekanan pada metodologi penelitian, Perspektif
interaksional dengan jelas merupakan sumber yang menarik perhatian orang
dalam pengertian bahwa ia berada dalam tahap perkembangan yang kontinu.
Dalam artian sebagai “revolusi yang belum tuntas”, setiap penemuan penelitian
secara relative bersifat baru dan mengarah ke banyak arah yang baru.

4. Perspektif Pragmatis
Pragmatis merupakan studi tentang bagaimana lambing- lambing itu berhubungan
dengan orang lain. Aspek pragmatis komunikasi berpusat pada perilaku
komunikator sebagai komponen fundamental komunikasi manusia. Pragmatika
berpandangan bahwa komunikasi dan perilaku sesungguhnya sama. Prinsip-
prinsip pragmatika secara langsung lebih banyak berasal dari teori system umum,
campuran, multi disipliner dari asumsi, konsep, dan prinsip- prinsip, yang
berusaha menyediakan kerangka umum bagi studiberbagai jenis fenomena- fisika,
biologi, dan sosial. Teori system merupakan seperangkat prisip yang
terorganisasikan secara longgar dan bersifat amat abstrak, yang berfungsi untuk
mengarahkan jalan pikiran kita, namun yang tergantung pada berbagai penafsiran.
Yang fundamental bagi setiap studi komunikasi manusia yang serius dalam
perspektif pragmatis adalah daftar kategori yang menyatakan fungsi yang
dilakukan oleh komunikasi manusia dan yang memungkinkan tindakan
komunikatif untuk diulang kembali pada saat yang bersamaan. Untuk
mengkonseptualisasikan komunikasi dari perspektif pragmatis sama saja dengan
memperbaharui secara drastic pola pikiran yang semula tentang komunikasi. Akan
tetapi untuk mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai suatu tindakan
“partisipasi” atau “memasuki” suatu system komunikasi ataupun hubungan
memerlukan “goncangan” pada cara berpikir kita yang tradisional.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Prof. Cangara mengatakan bahwa komunikasi memiliki dimensi yang
beragam dalam pengaplikasiannya mulai dari sebagai proses yang
dimaksud sebagai kegiatan yang berlangsung, lalu sebagai simbolik yang
banyak ditentukan oleh lambing-lambang yang digunakan dalam
berkomunikasi, sebagai simbolik yang jaman sekarang digunakan
contohnya dalam lampu lalu lintas, selanjutnya sebagai sistem yang
terbagi menjadi dua, yaitu, sistem terbuka dan sistem tertutup, komunikasi
sebagai transaksional yang melibatkan aksi dan reaksi diantara para pelaku
komunikasi, lalu komunikasi sebagai aktivitas sosial yang juga menjadi
kebutuhan masyarakat, dan yang terakhir adalah komunikasi sebagai
multidimensional yang diidentifikasikan menjadi dua tingkatan. Keenam
dimensi komunikasi tersebut memiliki hubungan antara kehidupan
manusia dari jaman ke jaman, ini membuktikan bahwa manusia
membutuhkan komunikasi dalam segala hal dalam hidupnya.
Perspektif ilmu komunikasi adalah sudut pandang yang secara spesifik dan
beragam dalam melihat suatu fenomena. Perspektif memungkinkan
terjadinya perbedaan teori dalam mengkaji dan menafsirkan gejala-gejala
yang ada. Kehadiran Fisher menambah kajian tentang paradigma lama dan
baru dalam bidang Perspektif Ilmu Komunikasi. Yang pertama adalah
perspektif mekanistis yang fokus kepada saluran untuk menyampaikan
pesan, sehingga timbul hambatan dan kegagalan dalam komunikasi.
Kedua, Perspektif Psikologis yang memiliki karakteristik, misalnya,
psikologi kepribadian, psikologi sosial, psikologi industri, dan lain
sebagainya. Ketiga, ada Perspektif Interaksional yang bersumber dari
interaksi komunikasi manusia. Yang terakhir, Perspektif Pragmatis yang
merupakan studi tentang bagaimana lambing-lambing itu berhubungan
dengan orang lain. Perspektif Ilmu Komunikasi dapat membuat pandangan
orang menjadi semakin komprehensif mengenai sesuatu, dan dapat
memiliki makna multi tafsir yang dihasilkan dari perspektif yang
dihasilkan..

12
14

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Simbiosa Rekatama Media:


Bandung.

Arifin Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi - Lembaga Kajian Inovasi Indonesia, CV.
Surya Pradana: Ujung Pandang – Indonesia.

Mufid Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Kencana: Jakarta.

Vardiansyah Dani, 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Indeks:


Jakarta.
Cangara, Hafied. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Kedua. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai