DISUSUN OLEH:
LARA DELVIA SYAFNITA
20200010
DOSEN PENGAMPU :
Ns.Marizki Putri,S.Kep,M.Kep
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia-Nya yang
dicurahkan bagi kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Konsep Komunikasi Umun”.
Penulisan makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
dalam Keperawatan yang dibimbing oleh Ibu Ns.Marizki Putri S.Kep, M.Kep., selaku dosen
Komunikasi Keperawatan di tingkat 2 .
Kelancaran penyusunan makalah ini tidak lepas dari budi baik orang-orang yang dengan
sabar membimbing dan memotivasi baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu tiada kata
yang dapat dipilih yang mampu mengungkapkan rasa terima kasih tiada terhingga kepada :
1. Ibu Ns.Marizki putri. S.Kep, M.Kep selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Komunikasi Keperawatan
2. Rekan-rekan satu kelompok.
3. Rekan-rekan tingkat 2
4. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
5. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Konsep
Komunikasi secara Umum”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Dengan kebesaran
jiwa, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk menjadi lebih
baik di masa yang akan datang.
Sebagai penutup, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
yang berkepentingan dengan materi yang telah disusun ini, serta dapat menjadi sumbangsih
ilmu yang berharga.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................... 1
Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
Tujuan............................................................................................................................ 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk menjelaskan pengertian, tingkatan, tujuan, fungsi dan elemen dari
komunikasi.
b. Untuk menjelaskan proses, karakteristik, jenis dan model komunikasi.
c. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi.
d. Untuk menjelaskan hambatan dalam proses komunikasi dan upaya untuk
mengatasinya.
e. Untuk menjelaskan pengembangan komunikasi terapeutik dalam hubungan
perawat dan klien.
f. Untuk menjelaskan teknik-teknik dalam komunikasi.
g. Untuk menjelaskan konsep komunikasi terapeutik
2
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP KOMUNIKASI UMUM
5
d. Berdasarkan jumlah peserta
1. Perorangan: melibatkan dua orang.
2. Kelompok: biasanya 3-10 orang.
3. Massa: ceramah
8
2.4 Teknik Komunikasi
2.4.1 Teknik-teknik yang Mampu Meningkatkan Komunikasi Efektif
1. Memberikan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka membantu klienuntuk dapat memberikan jawaban
seluas-luasnya untuk mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.
Dengan pertanyaan terbuka, diharapkan klien dapat dengan leluasa
mengutarakan masalah yang dialaminya.
Contoh:
a. Bagaimana kabar anda hari ini?
b. Bagaimana perasaan ibu setelah masuk rumah sakit?
c. Bisakah anda menceritakan masalah yang anda alami?
2. Fokus
Pertanyaan yang fokus membatasi area yang akan dijawab klien, tapi tetap
lebih dari sekedar jawaban “ya” atau “tidak”. Dengan fokus, maka masalah
klien akan lebih jelas terlihat dan dapat diselesaikan secara tepat dan
tuntas.
3. Pendekatan tidak langsung
Dimaksudkan agar klien tidak merasa privacinya disinggung. Hendaknya
diawali dulu dari pertanyaan-pertanyaan ringan, baru setelah terbina trust
dari klien, dapat diajukan pertanyaan yang lebih kompleks.
4. Inisiatif
Perawat memancing klien untuk dapat mengutarakan masalahnya. Ini
bertujuan untuk menggali potensi dalam memecahkan maslah.
5. Penggunaan komunikasi verbal dengan baik dan benar
Komunikasi verbal seperti kata-kata yang jelas, artikulasi yang jelas,
intonasi yang tepat dalam pemilihan kata yang tepat akan mempengaruhi
juga keefektifan komunikasi.
6. Penggunaan komunikasi non verbal dengan tepat
Komunikasi non verbal seperti gerak tubuh, sentuhan, raut muka, sorot
mata akan mempengaruhi pula keefektifan komunikasi.
9
2.4.2 Teknik-teknik yang Menghambat Komunikasi Efektif
1. Penggunaan pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup tidak mampu mengembangkan klien. Jawaban klien
hanya akan dalam lingkup sempit saja sehingga masalah klien tidak dapat
teratasi dengan sempurna.
2. Tidak fokus
Pembicaraan yang tidak fokus dan meluas tidak akan mampu
menyelesaikan masalah dengan tepat karena terlalu luasnya pembicaraan.
Masalah klien justru menjadi tidak jelas.
3. Sikap kurang tepat
4. Kecakapan yang kurang dalam komunikasi
5. Kurangnya pengetahuan
6. Kurangnya mengetahui sistem sosial
7. Prasangka buruk yang tidak beralasan
8. Jarak fisik
9. Tidak ada persamaan persepsi
10. Indera yang rusak
11. Berbicara yang berlebihan
12. Mendominasi pembicaraan
11
2. Mendengar pasif
Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal
untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga
keikutsertaan secara verbal.
3. Penerimaan
Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan
tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan
bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan
mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
4. Klarifikasi
Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabula
pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat
mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh klien.
5. Fokusing
Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area
diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart &
Sundeen, cit Nurjanah (2001).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat
tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart
& Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa
sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi
klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001).
Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien
tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada
saat memberikan informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini
akan bermanfaat pada saat klien mengalami kesulitan untuk membagi
persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga
diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan
kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan
berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain
merasa cemas.
9. Assertive
Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak
orang lain, Nurjanah, 2001.
10. Menyimpulkan
Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan pemahaman.
Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama denga ide
dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001.
11. Giving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan)
Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan
menandakan kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
12. Offering Sel (menawarakan diri)
Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau
respon yang diharapkan, Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001.
13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum)
Mendukung klien untuk meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001
14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka)
Mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini
bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif
klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi interaksi dan
menolak res[pon klien, Stuart % Sundeen, cit, Nurjanah, 2001.
15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu)
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian
dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat
mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi
tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat, meyakinkan atau tidak
mengakui klien.
16. Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari
persepsi)
Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau
diterima, Schulz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan)
Menanyakan kepada klien mengenai persamaan atau perbedaan.
18. Restating (mengulang) Restating
adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresiakn klien, Stuart & Sundeen,
Cit Nurjanah, 2001.
19. Reflekting (Refleksi)
Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang peneliaian atau
kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk tetap memelihara
pendekatan yang tidak menilai, Boyd & Nihart, cit, Nurjanah.
20. Eksploring (Eksporasi)
Mempelajari suatu topik lebih mendalam.
21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan)
Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai.
22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan)
Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan
sangat berhati-hati dan hanya pada saat perawat merasa yakin tentang suatu
yang detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien
mengenai penjelasan lain.
23. Seeking consensual validation
Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun klien.
Membantu klien lebih jelas terhadap apa yang mereka pikirkan.
24. Verbalizing the implied
Memverbalisasikan kata-kata yang klien tunjukkan atau anjuran.
25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi)
Perawat membantu klien mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai
dirinya.
26. Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan)
Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan
kejadian atau pernyataan .
27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi)
Penekanan kegiatan kerja dengan klien tidak menekan melakukan sesuatu
untuk klien. Mendukung pandangan bahwa terdapat kemungkinan perubahan
melalui kolaborasi.
28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya
rencana tindakan)
Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi alternative dari
tindakan untuk masa yang akan datang.
29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk)
Statemen yang menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini
akan menolong klien untuk mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.
30. Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup)
Komentar secara umum untuk menentukan arah dari interaksi yang seharusnya
dilakukan. Hal ini akan mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi
yang paling relevan dan mendukung klien untuk meneruskan interaksi.
31. Reducing distant (penurunan jarak)
Menurunkan jarak fisik antara perawat dank lien. Hal ini menunjukkan
komunikasi non verbal dimana perawat ingin terlibat dengan klien.
32. Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam
komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit
akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan.
15
2.7 Tingkatan Komunikasi
2.7.1 Komunikasi pada Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara
berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak
tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta
peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga
bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan
melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi
yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara
non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara
bayi.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada
mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan
aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi
dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari
anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan
perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
16
3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-
kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti
atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang
dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa.
19
MODEL-MODEL KONSEP KOMUNIKASI DAN PENERAPANNYA PADA
KLIEN DEWASA:
1. MODEL SHANON&WEAVER
tidak ada hubungan transakasional antara klien dan perawat. Tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
(klien dewasa lebih mudah untuk menerima penjelasan=komunikasi
tanpa perantara).
2. MODEL KOMUNIKASI LEARY
menekankan pentingnya relationship.
3. MODEL INTERAKSI KING
menggunakan sistem perspektif (perawat) dalam memberi bantuan
pada klien.
4. MODEL KOMUNIKASI KESEHATAN
memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi keperawatan adalah cabang ilmu yang berfokus pada pembahasan
tentang prinsip-prinsip komunikasi dalam memelihara hubungan antar manusia
yang diterapkan dalam memberikan pelajaran atau asuhan keperawatan yang
di dalamnya akan membahas tentang konsep komunikasi secara umum,
komunikasi terapeutik dan penerapannya pada berbagai kasus dan tingkat usia,
serta kemampuan mengenali diri sendiri menggunakan teori Jauhari Window.
Cabang ilmu ini memberikan dasar bagi mahasiswa keperawatan dalam
menjalankan tugasnya secara profesional dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan di tatanan klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Bradley, Jean C. 1990. Communication in The Nursing Context Third Edition. United
State of America: Appleton & Lange.
Tamsuri, Anas. 2005. Buku Saku Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Uchjana, Onong. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdatarya.
http//harisuprayitno.blogspot.con/2010/10/konsep-komunikasi-terapeutik.html
http//wikimedya.blogspot.com/2010/03/fungsi-dan-tujuan-komunikasi-terapeutik.html
23