Anda di halaman 1dari 26

KONSEP KOMUNIKASI SECARA UMUM

DISUSUN OLEH:
LARA DELVIA SYAFNITA
20200010

DOSEN PENGAMPU :
Ns.Marizki Putri,S.Kep,M.Kep

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia-Nya yang
dicurahkan bagi kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Konsep Komunikasi Umun”.
Penulisan makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
dalam Keperawatan yang dibimbing oleh Ibu Ns.Marizki Putri S.Kep, M.Kep., selaku dosen
Komunikasi Keperawatan di tingkat 2 .
Kelancaran penyusunan makalah ini tidak lepas dari budi baik orang-orang yang dengan
sabar membimbing dan memotivasi baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu tiada kata
yang dapat dipilih yang mampu mengungkapkan rasa terima kasih tiada terhingga kepada :
1. Ibu Ns.Marizki putri. S.Kep, M.Kep selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Komunikasi Keperawatan
2. Rekan-rekan satu kelompok.
3. Rekan-rekan tingkat 2
4. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
5. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Konsep
Komunikasi secara Umum”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Dengan kebesaran
jiwa, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk menjadi lebih
baik di masa yang akan datang.
Sebagai penutup, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
yang berkepentingan dengan materi yang telah disusun ini, serta dapat menjadi sumbangsih
ilmu yang berharga.

Bukittinggi,18 Oktober 2021

Penyusun
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

Latar Belakang............................................................................................................... 1
Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
Tujuan............................................................................................................................ 2

BAB II KONSEP KOMUNIKASI UMUM..........................................................................3

Konsep Komunikasi Umum............................................................................................3


Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi........................................................................6
Pengembangan Keterampilan Komunikasi Terapeutik...................................................8
Teknik Komunikasi......................................................................................................... 9
Komunikasi Terapeutik.................................................................................................10
Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik...........................................................................11
Tingkatan Komunikasi..................................................................................................16

BAB III PENUTUP........................................................................................................22


DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
ketrampilan intelektual, ehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
“caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara
terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan
klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan
serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Pada penulisan makalah ini, kami akan memcoba membatasi masalah yang
mencakup tentang:
a. Bagaimana pengertian, tingkatan, tujuan, fungsi dan elemen dari
komunikasi?
b. Bagaimana proses, karakteristik, jenis dan model komunikasi?
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi?
d. Apa hambatan dalam proses komunikasi dan bagaimana upaya untuk
mengatasinya?
e. Bagaimana pengembangan komunikasi terapeutik dalam hubungan
perawat dan klien?
f. Apa saja teknik-teknik dalam komunikasi?
g. Bagaimana konsep komunikasi terapeutik?

1
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk menjelaskan pengertian, tingkatan, tujuan, fungsi dan elemen dari
komunikasi.
b. Untuk menjelaskan proses, karakteristik, jenis dan model komunikasi.
c. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi.
d. Untuk menjelaskan hambatan dalam proses komunikasi dan upaya untuk
mengatasinya.
e. Untuk menjelaskan pengembangan komunikasi terapeutik dalam hubungan
perawat dan klien.
f. Untuk menjelaskan teknik-teknik dalam komunikasi.
g. Untuk menjelaskan konsep komunikasi terapeutik

2
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP KOMUNIKASI UMUM

2.1 Konsep Komunikasi Umum


2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk
perilaku komunikan atau penerima berita ke pola dan pemahaman yang
dikehendaki bersama.

2.1.2 Tingkatan Komunikasi


Ada tiga tingkatan dalam komunikasi, yaitu:
1. Intrapersonal
Dalam tingkatan interpersonal ada 4 metode, yaitu:
a. Refleksi : menanyakan kepada diri sendiri apakah tujuan hidup sudah
tercapai atau belum.
b. Renungan : melakukan tanya jawab pada diri sendiri.
c. Curhat : menuliskan semua perasaan dalam hati.
d. Kontemplasi : berdialog dengan diri sendiri.
2. Interpersonal
Dalam tinkatan interpersonal ada 2 metode, yaitu:
a. Komunikasi Searah : pembicara memberikan informasi dan pendengar
menyimak informasi.
b. Komunikasi Dua Arah : pembicara dan pendengar saling melakukan
resicprokal.
3. Massa

2.1.3 Tujuan Komunikasi


Komunikasi memiliki tujuan untuk memudahkan, memperlancar, dan
membina hubungan dengan orang lain.
2.1.4 Fungsi Komunikasi
a. Sebagai informasi
b. Sebagai sarana pendidikan
c. Sebagai komunikasi ekspresif
d. Sebagai komunikasi ritual
e. Untuk melaksanakan kelangsungan hidup

2.1.5 Elemen Komunikasi


Komunikasi memiliki beberapa elemen, antara lain:
a. Pengirim atau komunikator atau sender
b. Pesan atau message
c. Tanda atau simbol (signal)
d. Saluran atau chanel
e. Penerima atau komunikan (receiver)
f. Suara atau kebisingan (noice)
g. Umpan balik (feedback)

2.1.6 Proses Komunikasi


Ada 2 proses komunikasi, yaitu:
a. Secara Primer
Proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang atau simbol, yaitu bahasa, bahasa tubuh,
isyarat, dan gambar.
b. Secara Sekunder
Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebaga media pertama. Media kedua tersebut dapat berupa surat,
telepon, radio, teleks, surta kabar, majalah, TV.
2.1.7 Karakteristik Komunikasi
Karakteristik-karakteristik dalam komunikasi, antara lain:
a. Komunikasi sedikitnya perlu dua orang.
b. Hubungan yang terbentuk merupakan hasil dari kegiatan komunikasi.
c. Terjadi secara kontinue dan berulang-ulang.
d. Melakukan pertukaran pesan.
e. Terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal.
f. Seorang yang melakukan komunikasi berespon terhadap pesan yang
mereka dapat.
g. Pesan yang diterima oleh komunikan tidak selalu sama dengan arti pesan
yang dimaksud sebelumnya.
h. Pertukaran pesan perlu pengetahuan.
i. Pengalaman masa lalu mempengaruhi pengiriman pesan.
j. Komunikasi dipengaruhi oleh cara seseorang menilai dirinya sendiri dan oleh
materi yang dikomunikasikan.

2.1.8 Jenis-jenis Komunikasi


a. Berdasarkan bentuk, ada 2:
1. Komunikasi Verbal (dengan kata-kata)
2. Komunkasi non-verbal (seperti ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan,
postur tubuh, gaya berjalan, suara, gerak isyarat)
b. Berdasarkan konteks:
1. Komunikasi formal
2. Komunikasi non formal
c. Berdasarkan umpan balik:
1. Komunikasi satu arah: melalui TV, media cetak atau komunkasi secara
langsung.
2. Komunikasi dua arah: diskusi dan panel.

5
d. Berdasarkan jumlah peserta
1. Perorangan: melibatkan dua orang.
2. Kelompok: biasanya 3-10 orang.
3. Massa: ceramah

2.1.9 Model Komunikasi


a. Model komunikasi satu arah
b. Model Komunikasi dua arah
c. Model Komunikasi Heliks
Komunikasi yang dilakukan manusia dapat dilakukan terus menerus,
sehingga komunikasi komunikasi yang terbentuk antar satu manusia
dengan manusia lain dapat berkembang.
d. Model komunikasi Ellis dan Mc. Clintok (1990)
Komunikasi tidak hanya melibatkan unsur penyampaian pesan tapi juga ada
pesan tambahan yang menyertainya. Pada proses pertukaran pesan dalam
komunikasi tidak selamanya pesan diterima secara utuh oleh penerima.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi


2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
1. Ditinjau dari komunikator
a. Kecakapan komunikator
b. Sikap komunikator
c. Pengetahuan komunkator
d. Sistem sosial (kedudukan dalam masyarakat)
e. Pengaruh komunikasi
2. Ditinjau dari komunikan
a. Kecakapan menerima komunikasi
b. Sikap komunikan
c. Pengetahuan komunikan
d. Sistem sosial
e. Saluran komunikasi
2.2.2 Hambatan dalam Proses Komunikasi
a. Hambatan teknis
Disebabkan karena keterbatasan fasilitas dan perawatan komunikasi. Dari
sisi teknologi, hambatan tersebut brkurang dengan adanya kemajuan
zaman. Menurut Crudden dan Sherman dalam bukunya “Personal
Managemen” tahun 1996 jenis hambatan komunikasi ada 4, yaitu:
1. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas.
2. Kurang informasi dan penjelasan.
3. Kurang terampil membaca.
4. Pemilihan media yang kurang tepat.
b. Hambatan sistematik
Orang menyebutnya misscomunication.
c. Hambatan manusiawi
Karena faktor emosi, prasangka pribadi, presepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan.
d. Latar belakang sosial budaya
e. Pengetahuan
f. Peran dan hubungan
Komunikasi itu efektif apabila antara perawat dan klien punya efek atau
dampak yang positif dalam menjalin hubungan sesuai dengan peran
masing-masing.

2.2.3 Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi


a. Membuat suatu pesan secara hati-hati.
b. Meminimalkan gangguan umpan balik antara pengirim dan penerima pesan.
c. Mengecek atau maksud yang disampaikan.
d. Meminta kejelasan lebih lanjut.
e. Mengecek umpan balik atau hasil.
f. Mengulangi pesan yang telah disampaikan dan diperkuat dengan bahasa
isyarat.
g. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima.
h. Membuat pesan singkat, jelas dan tepat.
2.3 Pengembangan Keterampilan Komunikasi Terapeutik
2.3.1 Teori Jauhari Window
Teori ini merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari Self Awarness
yang berkaitan dengan perasaan, perilaku dan motif kita.
Jauhari Awareness model terdiri dari sebuah persegi yang terbagi 4 kwadran,
yaitu:
1. Kwadran 1
Open : merujuk kepada perilaku, perasaan dan motivasi yang diketahui oleh
diri sendiri atau orang lain.
2. Kwadran 2
Blind : merujuk pada perilaku perasaan dan motivasi yang diketahui oleh
orang lain namun diri sendiri tidak mengetahuinya.
3. Kwadran 3
Hidden : merujuk pada perilaku perasaan dan mitivasi yang diketahui oleh
diri sendiri tapi orang lain tidak mengetahuinya.
4. Kwadran 4
Unknown : merujuk pada perilaku perasaan dan motivasi yang tidak
diketahui oleh diri sendiri maupun orang lain.

2.3.2 Klarifikasi Nilai


Klarifikasi nilai merupakan suatu faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengkaji, mengembangkan nilai individual mereka. Prinsip klarifikasi nilai
adalah tak ada satupun dari kelompok nilai yang tepat bagi setiap orang.
Proses Klarifikasi Nilai
a. Memilih
b. Menghargai
c. Bertindak

2.3.3 Eksplorasi Perasaan


Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang
muncul sebelum atau sesudah berinteraksi dengan orang lain, dimana
eksplorasi perasaan ini membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif
yang komplit yang sangat mempengaruhi.

8
2.4 Teknik Komunikasi
2.4.1 Teknik-teknik yang Mampu Meningkatkan Komunikasi Efektif
1. Memberikan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka membantu klienuntuk dapat memberikan jawaban
seluas-luasnya untuk mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.
Dengan pertanyaan terbuka, diharapkan klien dapat dengan leluasa
mengutarakan masalah yang dialaminya.
Contoh:
a. Bagaimana kabar anda hari ini?
b. Bagaimana perasaan ibu setelah masuk rumah sakit?
c. Bisakah anda menceritakan masalah yang anda alami?
2. Fokus
Pertanyaan yang fokus membatasi area yang akan dijawab klien, tapi tetap
lebih dari sekedar jawaban “ya” atau “tidak”. Dengan fokus, maka masalah
klien akan lebih jelas terlihat dan dapat diselesaikan secara tepat dan
tuntas.
3. Pendekatan tidak langsung
Dimaksudkan agar klien tidak merasa privacinya disinggung. Hendaknya
diawali dulu dari pertanyaan-pertanyaan ringan, baru setelah terbina trust
dari klien, dapat diajukan pertanyaan yang lebih kompleks.
4. Inisiatif
Perawat memancing klien untuk dapat mengutarakan masalahnya. Ini
bertujuan untuk menggali potensi dalam memecahkan maslah.
5. Penggunaan komunikasi verbal dengan baik dan benar
Komunikasi verbal seperti kata-kata yang jelas, artikulasi yang jelas,
intonasi yang tepat dalam pemilihan kata yang tepat akan mempengaruhi
juga keefektifan komunikasi.
6. Penggunaan komunikasi non verbal dengan tepat
Komunikasi non verbal seperti gerak tubuh, sentuhan, raut muka, sorot
mata akan mempengaruhi pula keefektifan komunikasi.

9
2.4.2 Teknik-teknik yang Menghambat Komunikasi Efektif
1. Penggunaan pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup tidak mampu mengembangkan klien. Jawaban klien
hanya akan dalam lingkup sempit saja sehingga masalah klien tidak dapat
teratasi dengan sempurna.
2. Tidak fokus
Pembicaraan yang tidak fokus dan meluas tidak akan mampu
menyelesaikan masalah dengan tepat karena terlalu luasnya pembicaraan.
Masalah klien justru menjadi tidak jelas.
3. Sikap kurang tepat
4. Kecakapan yang kurang dalam komunikasi
5. Kurangnya pengetahuan
6. Kurangnya mengetahui sistem sosial
7. Prasangka buruk yang tidak beralasan
8. Jarak fisik
9. Tidak ada persamaan persepsi
10. Indera yang rusak
11. Berbicara yang berlebihan
12. Mendominasi pembicaraan

2.5 Komunikasi Terapeutik


2.5.1 Pengertian
Komunikasi hubungan terapeutik merupakan serangkaian situasi/suasana yang
tercipta antara individu yang memerlukan dan individu yang memberi bantuan
pada suatu setting pelayanan kesehatan yang dilandasi tujuan tertentu.

2.5.2 Tujuan dan Fungsi


a. Tujuan:
1. Meningkatkan kemandirian klien melalui proses yang memungkinkan
realisasi diri, penerimaan diri, dan penghargaan sendiri.
2. Meningkatkan penghargaan terhadap klien.
3. Meningkatkan kesejahteraan klien dengan meningkatkan fungsi dan
kemampuan perawat untuk memuaskan kebutuhan dan mencapai
tujuan personal yang realistis.
10
b. Fungsi:
1. Untuk mempertahankan hubungan perawat-klien.
2. Mempengaruhi perilaku klien menuju pola-pola kesehatan.
3. Meningkatkan integritas klien.
4. Mengatasi masalah klien.

2.5.3 Interaksi Sosial


Usaha pertama dalam komunikasi dengan klien adalah melakukan interaksi
sosial. Perawat sering kali menggunakan interaksi social superficial pada awal
pembicaraan dengan klien untuk memberikan dasar bagi hubungan yang lebih
dekat.

2.5.4 Interaksi Formasi


Dalam melakukan interaksi dan membina hubungan antara pasien dengan
klien, maka perawat harus dapat memperoleh informasi ataupun bertukar
informasi dengan klien.

2.5.5 Pengembangan Konsep Helping Relationship


Peran perawat merupakan bentuk bantuan bagi klien yang mengalami masalah
kesehatan. Ketika seseorang masuk kesetting pelayanan kesehatan, ia
memerlukan bantuan dari oranglain. Ada suatu motif yang mendasari hubungan
yang terbentuk antara klien dan petugas kesehatan, termasuk perawat; yaitu
hubungan saling membantu dengan tujuan mangatasi masalah kesehatan.
Situasi ini dikenal sebagai hubungan yang berfokus membantu (helping
relationship).

2.6 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik


Menurut Stuart and Sundeen (1995) :
1. Mendengar aktif
Mendengar mempunyai arti : konsentrasi aktif dan persepsi terhadap
pesan orang lain yang menggunakan semua indra. (Liendberg et al, cit
Nurjanah (2001))

11
2. Mendengar pasif
Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal
untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga
keikutsertaan secara verbal.
3. Penerimaan
Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan
tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan
bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan
mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
4. Klarifikasi
Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabula
pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat
mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh klien.
5. Fokusing
Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area
diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart &
Sundeen, cit Nurjanah (2001).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat
tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart
& Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa
sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi
klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001).
Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien
tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada
saat memberikan informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini
akan bermanfaat pada saat klien mengalami kesulitan untuk membagi
persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga
diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan
kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan
berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain
merasa cemas.
9. Assertive
Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak
orang lain, Nurjanah, 2001.
10. Menyimpulkan
Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan pemahaman.
Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama denga ide
dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001.
11. Giving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan)
Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan
menandakan kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
12. Offering Sel (menawarakan diri)
Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau
respon yang diharapkan, Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001.
13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum)
Mendukung klien untuk meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001
14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka)
Mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini
bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif
klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi interaksi dan
menolak res[pon klien, Stuart % Sundeen, cit, Nurjanah, 2001.
15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu)
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian
dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat
mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi
tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat, meyakinkan atau tidak
mengakui klien.
16. Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari
persepsi)
Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau
diterima, Schulz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan)
Menanyakan kepada klien mengenai persamaan atau perbedaan.
18. Restating (mengulang) Restating
adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresiakn klien, Stuart & Sundeen,
Cit Nurjanah, 2001.
19. Reflekting (Refleksi)
Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang peneliaian atau
kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk tetap memelihara
pendekatan yang tidak menilai, Boyd & Nihart, cit, Nurjanah.
20. Eksploring (Eksporasi)
Mempelajari suatu topik lebih mendalam.
21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan)
Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai.
22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan)
Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan
sangat berhati-hati dan hanya pada saat perawat merasa yakin tentang suatu
yang detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien
mengenai penjelasan lain.
23. Seeking consensual validation
Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun klien.
Membantu klien lebih jelas terhadap apa yang mereka pikirkan.
24. Verbalizing the implied
Memverbalisasikan kata-kata yang klien tunjukkan atau anjuran.
25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi)
Perawat membantu klien mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai
dirinya.
26. Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan)
Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan
kejadian atau pernyataan .
27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi)
Penekanan kegiatan kerja dengan klien tidak menekan melakukan sesuatu
untuk klien. Mendukung pandangan bahwa terdapat kemungkinan perubahan
melalui kolaborasi.
28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya
rencana tindakan)
Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi alternative dari
tindakan untuk masa yang akan datang.
29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk)
Statemen yang menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini
akan menolong klien untuk mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.
30. Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup)
Komentar secara umum untuk menentukan arah dari interaksi yang seharusnya
dilakukan. Hal ini akan mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi
yang paling relevan dan mendukung klien untuk meneruskan interaksi.
31. Reducing distant (penurunan jarak)
Menurunkan jarak fisik antara perawat dank lien. Hal ini menunjukkan
komunikasi non verbal dimana perawat ingin terlibat dengan klien.
32. Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam
komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit
akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan.

15
2.7 Tingkatan Komunikasi
2.7.1 Komunikasi pada Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara
berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak
tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta
peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga
bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan
melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi
yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara
non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara
bayi.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada
mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan
aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi
dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari
anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan
perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

16
3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-
kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti
atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang
dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa.

Cara komunikasi dengan anak


Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang
sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta
hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita
yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi
anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak
boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada
anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah
yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi
yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan
pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas,
sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan
perasaan sakitnya.
8. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada
anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak
sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk
mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya
dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan
perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang
ditulisnya.
10. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui
ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya
dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

2.7.2 Komunikasi pada Dewasa


1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan fikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
menyampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

19
MODEL-MODEL KONSEP KOMUNIKASI DAN PENERAPANNYA PADA
KLIEN DEWASA:

1. MODEL SHANON&WEAVER
tidak ada hubungan transakasional antara klien dan perawat. Tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
(klien dewasa lebih mudah untuk menerima penjelasan=komunikasi
tanpa perantara).
2. MODEL KOMUNIKASI LEARY
menekankan pentingnya relationship.
3. MODEL INTERAKSI KING
menggunakan sistem perspektif (perawat) dalam memberi bantuan
pada klien.
4. MODEL KOMUNIKASI KESEHATAN
memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain.

2.7.2 Komunikasi pada Lansia


Komunikasi pada lansia berbeda dengan komunikasi dengan individu lain
karena lansia itu pada dasarnya adalah unik. Lansia itu unik pada nilai,
kepercayaan, persepsi, budaya dan pemahaman serta lingkungan sosial yang
berbeda. Perbedaan tersebut dapat menghasilkan komunikasi yang tidak efektif
antara perawat dengan lansia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia antara lain:
1. perubahan fisik lansia, seperti penurunan pendengaran
2. normal agging process
3. perubahan sosial
4. pengalaman hidup dan latar belakang budaya.

Tips Berkomunikasi dengan Lansia:


1. menyediakan waktu ekstra
2. mengurangi kebisingan
3. duduk berhadapan
4. menjaga kontak mata
5. mendengar aktif
20
6. berbicara pelan, jelas dan keras
7. gunakan kata-kata atu kalimat yang sederhana dan pendek
8. menetapkan satu topik dalam satu waktu
9. awali percakapan dengan topik sederhana
10. bicarakan tentang topik yang familiar dan menarik bagi lansia.
11. beri kesempatan lansia untuk mengenang masa lalu.
12. menyampaikan instruksi secara tertulis dan sederhana.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi keperawatan adalah cabang ilmu yang berfokus pada pembahasan
tentang prinsip-prinsip komunikasi dalam memelihara hubungan antar manusia
yang diterapkan dalam memberikan pelajaran atau asuhan keperawatan yang
di dalamnya akan membahas tentang konsep komunikasi secara umum,
komunikasi terapeutik dan penerapannya pada berbagai kasus dan tingkat usia,
serta kemampuan mengenali diri sendiri menggunakan teori Jauhari Window.
Cabang ilmu ini memberikan dasar bagi mahasiswa keperawatan dalam
menjalankan tugasnya secara profesional dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan di tatanan klinik.
DAFTAR PUSTAKA

Bradley, Jean C. 1990. Communication in The Nursing Context Third Edition. United
State of America: Appleton & Lange.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Kariyoso. 1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Tamsuri, Anas. 2005. Buku Saku Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Uchjana, Onong. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdatarya.

http//harisuprayitno.blogspot.con/2010/10/konsep-komunikasi-terapeutik.html

http//wikimedya.blogspot.com/2010/03/fungsi-dan-tujuan-komunikasi-terapeutik.html

23

Anda mungkin juga menyukai