Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Ilmu Dasar Keperawatan


( Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius )

Dosen Pengampu
Vivin Nur Hafifah, S.Kep.,Ns.,M.,Kes

Disusun oleh

(Kelompok 08)
Shelsa Aprilia Putri
Gilva Dwi Farisman
Riska Dewi Talia
Cholilatul Kamila

UNIVERSITAS NURUL JADID


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perbedaan Proses Infeksi
Berbagai Agen Infeksius” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah ilmu dasar keperawatan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik “Proses Infeksi” bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
ii
Cover …………………………………………………………………………………………………………………………...…………..i
Kata Pengantar .......................................................................................................................................ii

Daftar Isi .................................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ....................................................................................................................................1

B. Tujuan ................................................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Infeksi agen agen infeksius

A. Virus ...................................................................................................................................................3

B. Bakteri ................................................................................................................................................4

C. Jamur ..................................................................................................................................................5

D. Parasit ................................................................................................................................................6

E. Riketsia................................................................................................................................................7

F. Clamidia ..............................................................................................................................................8

2. Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius ..............................................................................8

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan..............................................................................................................................................9

Daftar pustaka........................................................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kedokteran yang dari
waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan
dari satu orang ke orang lain atau dari hewan kemanusia. Infeksi dapat disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Organisme-
organisme tersebut dapat menyerang seluruh tubuh atau sebagian dari padanya
(Mutsaqof et al., 2016). Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu organisme
(agen infeksius) dalam tubuh inang. Suatu agen infeksius (patogen) belum tentu
menyebabkan penyakit pada manusia. Apabila mikroorganisme menginvasi dan
berkembang biak di dalam tubuh tetapi tidak menyebabkan gejala, maka disebut
kolonisasi. Penyakit infeksius yang dapat ditularkan dari satu individu ke individu
lainnya disebut penyakit menular. Mikroorganisme patogen berkembang biak dan
menyebabkan tanda dan gejala klinis maka infeksi tersebut bersifat simptomatis,
sebaliknya jika tidak ada gejala yang timbul, maka penyakit bersifat asimptomatis
(Padoli, 2016). Staphylococcus aureus merupakan mikroba dengan habitat alami pada
manusia di daerah kulit, mukosa hidung, mulut dan usus besar, dimana dalam kondisi
sistem imun normal, Staphylococcus aureus tidak bersifat pathogen (mikroflora normal
manusia) (Ekawati, 2017).
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang
mempengaruhinya, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan,
lingkungan, portal of entry dan daya tahan hospes. Masuknya agen infeksi dapat
menyebabkan penyakitdikarenakan melemahnya system imun. Dalam tubuh sehingga
tubuh menjadi rentan terhadap penyakit (Susanti, 2010).
Saat ini banyak masyarakat mulai beralih pada pengobatan tradisional karena tidak
memiliki efek samping dan dapat memperbaiki keseluruhan sistem tubuh yakni
memperbaiki sel-sel, jaringan, dan organ-organ tubuh yang rusak serta meningkatkan
sistem kekebalan tubuh untuk berperang melawan penyakit.Berbeda dengan obat-
obatan kimia yang tujuannya hanya untuk mengobati gejala penyakit (menghilangkan
rasa sakit), selain itu memiliki efek samping apabila digunakan dalam jangka waktu
yang lama (Utami, 2013).

1
b. Tujuan
Untuk mengetahui infeksi agen agen infeksius yang terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit,
riketsia, dan clamidia. Juga serta mengetahui tentang perbedaan proses infeksi berbagai agen
infeksius.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Infeksi Pada Agen-Agen Infeksius

A. Virus

Virus merupakan suatu partikel yang mengandung bahan genetik berupa DNA atau
RNA yang diselubungi oleh protein yang disebut kapsid dan pada beberapa virus ada juga
komponen lain, misalnya lemak. Satuan dasar virus disebut virion. Virus hanya dapat
memperbanyak diri jika berada di dalam suatu sel inang yang sesuai. Jika berada di luar
sistem selular, virus tidak mampu memperbanyak diri karena tidak mempunyai sistem
enzim yang dapat digunakan untuk sintesis partikel virus yang baru. Oleh karena itu, virus
disebut sebagai parasit obligat dan seringkali juga dianggap sebagai batas antara jasad
hidup dan jasad mati. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat.
Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang
membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan
kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan
tinggal di dalam sel tersebut secara permanen (Darmono, 2014).
Cara virus menginfeksi manusia melalui proses yang agak Panjang karena tubuh
manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda asing dan patogen yang
disebut sebagai sistem imun. Respon imun timbul karena adanya reaksi yang dikoordinasi
sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya. Sistem imun terdiri atas
sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/inmate/native). Dan didapat atau spesifik
(adaptive/acruired). Baik sistem imun nonspesifik maupun spesifik memiliki peran masing-
masing, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan namun sebenarnya kedua system
tersebut memiliki kerja sama yang erat (Hermiyanti, 2011).
Virus menginfeksi manusia mempunyai mekanisme yang berbeda- beda, namun
secara umum virus menginvasi tubuh dengan cara mengambil alih nucleus sel dan
menjadikannya inang untuk menciptakan lebih banyak virus. Virus yang dapat
menyebabkan penyakit tersebut sangat bergantung pada spesies/ jenisvirus. Mekanisme
patogenesitas pada tingkat seluler dimulai dengan lisisnya sel, sel pecah dan
mengakibatkan kematian sel. Pada hewan dan manusia, bila terjadi kematian banyak sel
dalam tubuh karena infeksi virus, maka efek penyakit virus akan terjadi. Walaupun virus
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, pada kondisi tertentu kehadiran virus dalam
3
tubuh tidak menyebabkan gejala apapun (periode laten). Beberapa jenis virus dapat hidup
lama dalam tubuh penderita atau disebut infeksi kronis. Pada kondisi tersebut virus terus
bereplikasi sehingga menimbulkan reaksi pertahanan tubuh dalam tubuh penderita, hal ini
terjadi pada beberapa virus seperti: HIV, virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Orang yang
menderita penyakit tersebut dinamakan karier, dia menyimpan virus dalam tubuhnya dan
dapat ditularkan pada orang lain yang peka (Hermiyanti, 2011).
B. Bakteri
Cara bakteri menginfeksi organisme adalah dengan melakukan penetrasi yaitu dengan cara
melubangi membran sel dengan menggunakan enzim, setelah itu bakteri akan memulai
mereplikasi materi genetik dan selubung protein, kemudian bakteri akan memanfaatkan organel-
organel sel, kemudian sel mengalami lisis. Proses-proses pada siklus lisogenik: reduksi dari siklus
litik ke profage (dimana materi genetiak bakteri dan sel inang bergabung), bakteri mengalami
pembelan binner, dan profage keluar dari kromosom bakteri. (Nurhayati, 2012).
Siklus litik:
1. Waktu relatif singkat
2. Menonaktifkan bakteri
3. Berproduksi dengan bebas tanpa terikat pada kromosom bakteri
Siklus lisogenik:
1. Waktu relatif lama
2. Mengkominasi materi genetic bakteri dengn virus
3. Terikat pada kromosom bakteri (Nurhayati, 2012).
Cara Kerja Bakteri Menyerang Tubuh Manusia Bakteri tidak mampu untuk
menyerang sistem imun dalam tubuh manusia jika hanya satu bakteri saja, karena bakteri
hidup berkelompok sehingga mudah untuk menyerang atau menginfeksi organisme.
Mikroorganisme ini bisa berada di kulit atau dalam organ tubuh lainnya. Bakteri
berkomunikasi dengan menggunakan bahan kimia, yaitu melepaskan molekul kecil ke
dalam media di sekitarnya yang dapat dideteksi melalui reseptor pada permukaan sel
bakteri lainnya. Ketika sejumlah sinyal molekul ini tercapai, maka masing-masing individu
dari bakteri ini sudah mengetahui bahwa teman-teman didekatnya sudah memulai suatu
tindakan. Proses ini dikenal sebagai penginderaan quorum. Penginderaan quorum ini
digunakan oleh bakteri virulen (bakteri jahat) untuk menginfeksi inangnya, misalnya
bakteri vibrio cholerae yang menyebabkan penyakit kolera, mengandalkan penginderaan
quorum untuk mengkoordinasikan penyerangan ke tubuh inangnya. Selain itu komunikasi
4
ini juga dilakukan mikroba lainnya untuk Tindakan terkoordinasi yang lebih ramah. Jenis
penginderaan quorum yang dilakukan tiap bakteri kadang berbeda-beda, misalnya bakteri
vibrio fischeri menggunakan alat komunikasi berupa cahaya yang bisa dihasilkan oleh
tubuhnya sendiri. Jika jumlahnya sudah memadai, maka bakteri ini akan berkumpul untuk
membuat cahaya yang lebih terang. Dengan mengetahui bagaimana bakteri ini
berkomunikasi, maka bisa membantu para ilmuwan untuk merancang jenis antibiotik baru.
Obat-obatan ini diharapkan bisa menghalangi pelepasan sinyal molekul sehingga
menghambat kemampuan bakteri untuk berbicara atau mendengar, (ungkap Bassler).
Dengan cara ini bakteri tidak akan pernah tahu apakah jumlahnya sudah cukup atau belum
untuk melepaskan racun, sehingga infeksi bisa dihindari (Fielare dan Hadea, 2011).
C. Jamur
Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman dan
jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora bakteri yang
memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak
atau keseimbangan mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan
mudah mengakibatkan infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak
dikeringkan dengan baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu
tertutup. Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis bersamaan
dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu rumah dan
juga di udara, dilingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang
berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan spora paling sering terjadi misalnya di kolam
renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan kamar madi. Setelah terjadi infeksi,
spora tumbuh menjadi mycellium dengan menggunakan serpihan kulit sebagai makanan.
Benang-benangnya menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi meluas. Infeksi fungi
yang menembus ke bagian dalam kulit dan mengakibatkan suatu reaksi peradangan.
Peradangan tersebut terlihat seperti bercak-bercak merah bundar dengan batas-batas
tajam yang melepaskan serpihan kulit dan menimbulkan rasa gatal-gatal (Darmono, 2014).
D. Parasit
Penularan Parasit tergantung pada sumber atau reservoir infeksi, dan cara penularannya.
a. sumber infeksi
1. Manusia

5
Manusia merupakan sumber atau perantara terbesar infeksi parasitik (contohnya taeniasis,
amoebiasis, dan lain-lain) . Suatu kondisi dimana infeksi ditularkan dari satu orang ke orang lain
disebut antroponisis.
2. Hewan
Dalam banyak penyakit parasit, hewan berperan sebagai sumberinfeksi. Suatu keadaan dimana
infeksi ditularkan dari hewan ke manusia disebut zoonosis (misalnya, hidatidiasis).
b.Cara Penularan
Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh bentuk parasit tertentu
dikenal sebagai stadium infeksi. Stadium infeksi pada berbagai parasit ditularkan dari satu host ke
host yang lain dalam beberapa cara berikut:
1. Rute oral Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang terkontaminasi oleh stadium
infeksi parasit. Cara penularan ini pada beberapa parasit dikenal sebagai rute fecal oral
(misalnya kista Giardiaintestinalis dan Entamoeba histolytica, telur Ascaris lumbricoides,
dan
Trichuris trichura)
 Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi dapat ditularkan secara oral
bila konsumsi daging mentah atau setengah matang yang mengandung parasit infektif
(misalnya: daging babi mengandung selulosa cysticercus, tahap larva Taenia solium)
 Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau mentah.Infeksi juga dapat
ditularkan dengan konsumsi ikan dan kepiting mentah atau setengah matang yang
mengandung stadium infektif parasit (misalnya: kepiting mengandung mikrobiologi dan
parasitologi stadium parasit infektif, kepiting atau udang air tawar mengandung
metasercaria paragonimus westermani, ikan mengandung metaserkaria clonorchis
sinensis, dan lain lain) (Soewarlan dan Lady Cindy, 2016).
 Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat ditularkan lewat makanan
mentah atau air belum masak yang menyembunyikan bentuk parasit infektif (misalnya: air
kacang dada,dll) mengandung metaserkaria pada Fasciolopsis buski dan Fasciolahepatica).
2. Penetrasi kulit dan membran mukosa Infeksi ditransmisikan dengan;
 Penetrasi kulit oleh larva filaria ( filariformy larva) pada cacing tambang,Strongyloides
stercoralis yang kontak dengan tanah tercemarfeces.
 Tusukan kulit oleh serkaria pada Schistosoma japonicum, S. Mansoni,dan S. haematobium
yang kontak dengan air yang terinfeksi. Bagian kulit yang dipenetrasi adalah bagian kulit
yang tipis, misalnya: didaerah jari jemari, kulit perianal, dan kulit perineum.
6
3. Infeksi Inokulasivektor arthropoda juga dapat ditularkan dengan inokulasi kedalam darah
melalui nyamuk, seperti pada penyakit malaria dan filariasis.
4. Kontak seksual Trichomoniais dapat ditularkan melalui kontak seksual Entamoebiasis dapat
ditularkan melalui kontak seksual anal oral, seperti pada kalangan homoseksual
E. Riketsia
Penyakit Riketsia berkembang setelah menginfeksi melalui kulit atau sistem
pernapasan. Caplak tunggau menularkan agen penyebab spott fever dan scrubtyphus
melalui gigitan secara langsung ke dalam kulit. Kutu dan pinjal menularkan epidemik dan
murine typhus melalui feses yang terinfeksi kemudian masuk ke kulit. Rickettsiae dari Q-
Fever masuk melalui sistem pernapasan ketika debu yang terinfeksi terhirup. Rickettsiae
memperbanyak diri dalam sel endotel pembuluh darah kecil dan menghasilkan vaskulitis.
Sel menjadi bengkak dan nekrosis. Luka vascular menonjol di kulit tetapi vaskulitis terajdi
pada banyak organ seperti otot, jantung, paru, dan otak. Kematian dapat terjadi karena
kerusakan sel endotel, menghasilkan kebocoran plasma, menurunnya volume darah dan
eshock.

F. Clamedia
Chlamydophila mempunyai siklus hidup cukup unik dengan tidak memiliki sistem
enzim, sehingga kuman ini merupakan parasite intraseluler yang obligat. Bentuk infeksius
mikroorganisme ini disebut badan elemen, berukuran kecil, tebal dan bundar berdiameter
250 – 300 nm. Beberapa jam setelah fagositosis oleh sel inang, Chlamydophila membesar
menghasilkan suatu badan retikuler berdiameter kira-kira 400 – 600 nm. Badan retikuler
memperbanyak diri di dalam sel inang melalui pembelahan, menghasilkan unit lebih kecil
yang merupakan cikal bakal dari badan elemen yang infeksius. Pada umumnya
Chlamydophila ungags membutuhkan waktu ± 30 jam untuk melangsungkan seluruh fase
daur hidupnya, namun ada beberapa galur yang mempunyai kecepatan reproduksi yang
beragam. Berdasarkan virulensinya, serotipe atau galur yang berasala dari isolat burung
merpati tergolong bervirulensi rendah, dan galur yang berasal dari kelompok burung
Psittacideae bervirulensi tinggi. Sedangkan ya ng berasal dari kalkun ada yang bervirulensi
rendah da nada yang bervirulensi tinggi. Semua galur Chlamydophila memiliki antigen
bersama yang spesifik karena zat kebal terhadap suatu galur akan mampu mengadakan
reaksi netralisasi dengan semua galur lainnya, dengan metode pewarnaan Machiavello

7
atau Gimenez, Chlamydophila akan terlihat sebagai bentuk-bentuk berwarna merah dalam
sel (Darmono, 2014)

2. Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius


Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan dan mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama diperankan oleh kulit yang utuh,
membran mukosa permukaan dan sekret yang diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak
peptidoglikan dinding bakteri. Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit,
riketsia, dan clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam
sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang
ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi-infeksi laten virus. Infeksi
yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok
pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem kekbalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi
bakteri. Masing-masing faktor – faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur
menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-
daerah yang serig berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha, dan lengan.
Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi kontak langsung maupun tidak
langsung. Riketsia menginfeksi dengan masuk ke kulit manusia melalui gigitan atau kontak dengan
kotoran yang terdapat hewan atau serangan terinfeksi bakteri tersebut menyebar mengikuti
peredaran darah lalu menginfeksi sel-sel tubuh dan membelah diri di sana. Sedangkan, Clamidia
menginfeksi dengan mencari inang untuk membantu reproduksi parasit karena dia tidak dapat
hidup jika tidak menempel pada inangnya, karena Clamidia bersifat parasit intraseluler obligat
(2020, Devita Berliana)

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses penyebaran atau mekanisme agen-agen infeksius yang dapat menginfeksi atau
menimbulkan penyakit pada manusia maupun hewan dengan cara menularnya seperti virus hanya
dapat memperbanyak diri jika berada di dalam suatu sel inang yang sesuai. Jika berada di luar
sistem selular, virus tidak mampu memperbanyak diri karena tidak mempunyai sistem enzim yang
dapat digunakan untuk sintesis partikel virus yang baru. Bakteri mneginfeksi organisme dengan
melakukan penetrasi cara melubangi membran sel dengan menggunakan enzim, setelah itu
bakteri memulai mereplikasi materi genetik dan selubang protein, kemudian bakteri akan
memanfaatkan organel-oranel sel, kemudian sel mengalami lisis. Pada jamur yang menyerang
kulit, bila lapisan lemak pelindung rusak atau keseimbangan mikroorganisme terganggu, maka
spora-spora dan fungsi dapat dengan mudah mengakibatkan infeksi terutama pada kulit yang
lembab. Penularan parasit tergantung pada sumber atau reservoir infeksi, dan cara penularannya.
Penyakit liketsial berkembang setelah menginfeksi melalui kulit atau sistem pernapasan. Pada
clamedia badan retikuler memperbanyak diri di dalam sel inang melalui pembelahan,
menghasilkan unit lebih kecil yang merupakan cikal bakal dari badan elemen yang infeksius.

9
Daftar Pustaka

Darmono. 2014. Infeksi Virus Pada Manusia. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, UI Press
Fielare, Hadea. 2011. Cara Kerja Bakteri Menyeramg Tubuh Manusia. Makalah.
Hermiyanti, E. 2011. Biologimolekul Virus. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran,
Bandung
Kusnadi. 2010. Virus. Fpmipa, Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Sumatera Selatan : Unsri Press. 294 hal.
Soewarlan, Lady Cildy. 2016. Potensi Alergi Akibat Infeksi Anisakis Typica pada Daging Ikan
Cakalan. Fakultas Kelautan dan Perikanan Nusa Cendana. Kupang
Htpps//xdocs.pl/doc/makalah-perbedaan-infeksi-dalam-agen-infeksius-k5docx-3nremy550v8j
di akses pada tahun 2020, Devita Berliana

10

Anda mungkin juga menyukai