Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN

AGEN-AGEN INFEKSIUS (VIRUS, BAKTERI, DAN JAMUR)

Disusun oleh : Kelompok 5


Ni Ketut Shinta Rezki Asih 233213586
Kadek Anggy Melda Putri 233213608
Ni Made Vitriyani 233213599
I Wayan Gede Weda Adnyana 233213593

Dosen Pengempu : Ns. Ni Luh Putu Thrisna Dewi, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
TAHUM AJARAN 2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Tidak lupa kami ingin mengucapkan
terima kasih banyak kepada ibu Ns. Ni Luh Putu Thrisna Dewi, S.Kep.,M.Kep
selaku Dosen Pengempu mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah. Semoga
kita semua selalu diberikan kemudahan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pembahasan Virus...........................................................................................3
2.2 Pembahasan Virus...........................................................................................3
2.3 Pembahasan Bakteri........................................................................................4
2.4 Pembahasan Jamur..........................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................7
3.2 Saran................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme dijumpai dimana-mana, hingga pada kulit manusia. Oleh
karena itu mikroba memiliki korelasi yang erat dan peranan yang penting dengan
seumur hidup manusia,yang bisa memberikan pengaruh positif juga negatif.
Diantaranya peran mikroba yang bersifat negatif antara lain: penyebab penyakit,
penyebab kebusukan makanan, dan penyebab keracunan makanan. Mikroba
sebagai pemegang peran penting di dalam penyebab luka menular disebut juga
sebagai agen infeksi. Agen infeksi terdiri dari : virus, ricketsia, bakteri, jamur,
protozoa, dan cacing. Mikroba tadi memiliki kemampuan menimbulkan penyakit
yang masuk melalui saluran pernafasan, pencernaan, ginjal, kulit, dan gigitan
serangga.Infeksi ditimbulkan karena adanya agen infeksius yang menyerang tubuh
manusia, baiksecara langsung maupun melalui perantara. Agen infeksius dapat
berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit. Agen infeksius yang menyerang manusia
mempunyai tingkatan tertentu dalam patogenitasnya, yaitu dapat menimbulkan
penyakit ringan sampai penyakit mematikan.Penyakit yang ringan apabila tidak
ditangani secara serius bisa menyebabkan akibat yang lebih fatal (Arias, 2003).
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai factor
yang mempengaruhinya, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara
penularan, lingkungan, portal of entry dan daya tahan hospes.
Masuknya agen infeksi dapat menyebabkan penyakit dikarenakan
melemahnya system imun. Dalam tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
penyakit (Susanti, 2010). Agen infeksius yang menyerang tubuh manusia
mempunyai tingkatan tertentu mulai dari agen yang dapat menimbulkan penyakit
mematikan sampai pada agen yang menimbulkan penyakit-penyakit ringan. Di
dalam tubuh manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan, bekerja
sebagai alat proteksi untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksi.
Mekanisme system pertahanan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu system
imunadaptif (spesifik) dan system imun alami (nonspesifik). Sistem imun
adaptif(spesifik) adalah pertahanan tubuh yang membutuhkan waktu lama untuk
mengenal antigensebelum memberikan responssnya sedangkan system imun alami
(nonspesifik) merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan
berbagai mikroorganisme, oleh karenaitu dapat memberikan respons langsung
terhadap antigen (Baratawidjaja,1991)

iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Agen-Agen Infeksius?
2. Bagaimana Pembahasan Virus?
3. Bagaimana Pembahasan Bakteri?
4. Bagaimana Pembahasan Jamur?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Agen-Agen Infeksius
2. Untuk Mengetahui Pembahasan Virus
3. Untuk Mengetahui Pembahasan Bakteri
4. Untuk Mengetahui Pembahasan Jamur

1.4 Manfaat
Dapat Mengetahui dan Memahami Definisi agen-agen infeksius yang berupa
virus,bakteri dan jamur.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Agen Infeksius


Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme
didalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan Agen Infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia,dan
clamidia. Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan
yang berbeda-beda dalam menimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai
contoh, pada satu ujung spektrum, satu mikroorganisme hidup mungkin cukup
untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan
mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan untuk
menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum
diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.
1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan
memperbanyak diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus
mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu, dan lingkungan
nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan
mekanisme pertahanan hospes yang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis
yang diperlukan sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada
gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan membantu terjadinya
proses infeksi (Herold, 1994).

2.2 Pembahasan Virus


Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung
RNA atau DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu
bermetabolisme/bereplikasi mandiri sehingga memerlukan organel sel terinfeksi
untuk berkembang biak. Virus merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit
pada manusia sering tanpa gejala dan berkembang tanpa diketahui. Hal demikian
menyebabkan perbedaan antara infeksi virus (replikasi di tubuh penjamu) dan
penyakit virus (replikasi disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyak infeksi
tanpa disertai eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap bertahun-tahun atau
seumur hidup, multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai infeksi
menahun atau hidup didalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan
kemudian, misalnyau virus herpeszoster penyebab cacar air (varicella) dapat
menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dan secara periodik diaktifkan

v
timbul sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa sakit. Infeksi
berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke dalam
sistem organ yang terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik
yang ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi
laten virus

2.3 Pembahasan Bakteri


Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom
tunggal dan tidak memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007). Bakteri adalah nama
sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu. Istilah
bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan
umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membelah diri dan bahan –
bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membrane inti. (BIMA, 2005)Bakteri
mempunyai struktur sel yang penting, antara lain:
1. Kapsul: Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel
darifagositosis dan desikasi (kekurangan).
2. Lipopolisakarida: melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang diperantarai
oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.
3. Fimbria atau Pili: Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu
dan kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria.
terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel
epitelureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi
bervariasiantarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada
Neisseriagonorrhoeae).
4. Flagela: Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu
untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela
dapat tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel (polar) ataudi
banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya Treponema),
flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.
5. Lendir: Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang
tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan
imunitas dan eradikasi oleh antibiotik.
6. Spora: Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi
lingkungan yang tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup
jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali pada
kondisi yang sesuai. (Gillespie et al, 2007)
Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain: Pemeriksaan
Mikroskopis Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan
pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang
pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan

vi
beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006). Pembiakan Bakteri Pembenihan atau
media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan bakteri,
jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan
diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi,
determinasi, atau differensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Medium pembiakan
terdiri dari:
1). Medium pembiakan dasar Pembiakan dasar adalah medium pembiakan
sederhana yang mengandung bahan yang umum diperlukan oleh sebagian
besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk
membuat medium pembiakan lain. Agar diperoleh apa yang dinamakan agar
nutrisi atau bulyon agar.
2). Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium) Medium pembiakan
penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan penambahan bahan
lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu yang pada medium
pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.
3). Medium pembiakan selektif Medium pembiakan selektif digunakan untuk
menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain
yang terdapat dalam bahan pemeriksaan.
Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai tempat, misalnya
luka, hidung, mulut, atau mata. Saat terjadi infeksi bakteri, sistem kekebalan
tubuh akan berusaha membunuh bakteri. Proses inilah yang kemudian
menyebabkan demam, menggigil, lemas, dan tanda-tanda peradangan, seperti
nyeri, bengkak, dan kemerahan.

2.4 Pembahasan Jamur


Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang
berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang
memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan
(Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding
sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat
fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien
dengan cara absorpsi (Gandjar, et al, 2006).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding
sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin
adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh
serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi
secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk)
dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

vii
Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar bagian
tubuh (kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans.
Candida Albicans adalah jenis fungi yang seperti ragi, umumnya ditemukan di
dalam mulut, kerongkongan, usus, dan saluran genital. Normalnya, bakteri baik
dalam usus akan berkompetisi dengan candida dan menjaganya agar tetap
terkendali tanpa menyebabkan masalah kesehatan apapun. Namun ketika
keseimbangan antara bakteri baik dan candida terganggu, maka
infeksi candidas tidak dapat dihindari. Contoh lain adalah infeksi jamur yang
terjadi di susunan saraf pusat, seperti meningitis, meningoensafilitis, intrakranial
tromboflebitis, dan abses otak.

viii
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agen-agen infeksius adalah organisme mikroskopis atau partikel yang
memiliki kemampuan untuk menyebabkan infeksi atau penyakit pada tuan
rumahnya. Mereka dapat mencakup virus, bakteri, jamur, dan parasit.
Kemampuan agen-agen ini untuk berkembang biak dan menyebar dapat
memengaruhi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Memahami karakteristik
dan perilaku agen-agen infeksius menjadi kunci dalam pengembangan strategi
pencegahan, pengendalian, dan pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen
infeksius itu sendiri.

3.2 Saran
Dengan terselesainya makalah ini diharapkan agar pembaca dan penulis
dapat lebih mengetahui apa saja agen-agen infeksius khususnya dalam dunia
Kesehatan juga dapat memperdalam pemahaman mengenai jenis-jenis agen-agen
infeksius. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa sesungguhnya makalah
ini jauh dari kata sempurna dan pastinya masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala
saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Staf Penagajar FK UI, (1993). Mikrobiologi Kedokter. Jakarta: Binarupa Aksara


Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi
1 (Umum). Jakarta: Sangung Seto.
DN Putri. 2014. Faktor dan agen yang mempengaruhi penyakit. UIN Malang
Iskandar,
Iskandar, farida. 2017.Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi.
Zimmerman, H.L. 2009. “Virus vs Bakteri”.
Nur, W. (2011). “Respon imun terhadap infeksi parasite”.

Anda mungkin juga menyukai