“DASAR-DASAR VIROLOGI”
DI SUSUN OLEH:
REZI FEBRIANSYAH
NIM : 51121020
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena telah melimpahkan
kita rahmat kesempatan dan pengetahuan sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah virologi ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan
tugas dan proses pembelajaran yang telah kami terima.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menjadi penambah pengetahuan para
pembaca. Kami memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi terciptanya makalah
yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah
membantu tercapainya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang… ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peranan Virus Dalam Kehidupan ........................................................................ 3
2.2 Susunan Kimia Virus .......................................................................................... 5
2.3 Pengaruh Fisika Dan Kimia Terhadap Virus ...................................................... 11
2.4 Pembiakan Virus ................................................................................................. 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Peranan Virus Dalam Kehidupan
2. Untuk Mengetahui Susunan Kimia Virus
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Fisika Dan Kimia Terhadap Virus
4. Untuk Mengetahui Pembiakan Virus
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan tumbuhan. Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani
akibat ternaknya yang sakit atau hasil panenya yang berkurang.
1. Peran Virus Yang Menguntungkan
a. Pembuatan vaksin protein, yang mana memanfaatkan selubung virus
untuk digunakan sebagai protein khusu yang akan muncul
terbentuknys respons kekebalan tubuh untuk melawan suatu
penyakit.
b. Membantu produksi antitoksin, yakni zat antiracun yang
menggabungkan DNA virus dengan DNA lain yang menguntungkan
yang akan mempengaruhi bakteri yang nantinya akan diinfeksi.
c. Virus dapat dimanfaatkan untuk membantu proses genetika, seperti
terapi gen.
d. Membantu pengobatan secara biologis, yakni dengan cara membasmi
bakteri, jamur, atau protozoa yang bersifat patogen.
e. Membantu proses pemberantasan hama pada tumbuhan, contohnya
adalah Baculovirus, yaitu jenis virus yang digunakan untuk
biopestisida.
f. Virus dapat digunakan dalam proses pembuatan interferon, yaitu
sejenis senyawa yang mampu mencegah replikasi virus di dalam sel
induk.
g. Membantu produksi hormon insulin dengan cara mencangkokkan
virus penyebab kanker pada gen-gen penghasil insulin dalam tubuh
bakteri sehingga dapat menghasilkan hormon insulin.
4
c. Pada manusia, virus dapat menyebabkan beberapa macam penyakit,
seperti berbagai jenis cacar, campak, influenza, bahkan penyakit-
penyakit mematikan, seperti AIDS, Sars, dan lain-lain.
d. Virus juga dapat mengakibatkan beberapa hewan terkena penyakit.
Contoh penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus adalah
rabies, kutil, tumor, dan sebagainya.
e. Pada tumbuh-tumbuhan, virus dapat menjadi penyebab beberapa
gangguan dan penyakit, seperti penyakit tungro yang mengakibatkan
sel-sel daun mati.
Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.
Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus
diubah menjadi gen baik (penyembuh). Virus dangat dikenal sebagai penyebab
penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tumbuhan. Sejauh ini tidak ada
makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus menyerang
sel sel tertentu dan inangnya . virus yang meyebabkan selesma menyerang
saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis
menginfeksi hati dan virus rabies menyerang sel sel saraf. Begitu juga yang
terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome) yaitu suatu
penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita.
Penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel
darah putih. Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan
dan tumbuhan. Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani
akibat ternaknya yang sakit atau hasil panenya yang berkurang.
5
1. Protein Virus
Protein menentukan karakteristik antigenik suatu virus. Respon imun
pejamu memiliki target berupa determinan antigenik protein atau
glikoprotein yang terekspos pada permukaan partikel virus. Beberapa
partikel permukaan dapat pula memiliki aktitas spesifik, misalnya
hemaglutinin virus influenza mengaglutinasi sel darah merah.
Beberapa virus memiliki enzim (yang merupakan protein) di dalam
virion. Enzim-enzim tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
mungkin tidak penting dalam struktur partikel virus, tetapi mereka penting
untuk inisiasi siklus replikasi virus saat virion memasuki sel penjamu.
Contohcontohnya meliputi polimerase RNA yang dibawa oleh virus dengan
genom RNA sense negatif (misalnya orthomyxovirus dan rhabdovirus)
yang diperlukan untuk menjalin mRNA pertama, dan reserve transcriptase,
suatu enzim dalam retrovirus yang membuat salinan DNA dari RNA virus,
suatu langkah penting dalam replikasi dan trasformasi. Contoh yang ekstrim
adalah poxvirus yang bagian intinya mengandung suatu sistem transkripsi,
banyak enzim yang berbeda terdapat dalam patikel poxvirus.
Protein struktural virus mungkin merupakan molekul-molekul yang
sangat khusus dan dibuat untuk melaksanakan tugas khusus, misalnya:
6
a. Virus Vaccinia mengandung banyak enzim dalam partikelnya untuk
melaksanakan fungsi tertentu pada awal siklus infeksi.
b. Beberapa virus memiliki protein khusus untuk perlekatan pada sel-sel,
misalnya hemaglutinin virus influenza.
c. Virus tumor RNA mengandung suatu enzim reverse transcripetase yang
membuat suatu salinan DNA dari RNA virus yang merupakan suatu
langkah penting dalam transformasi virus-virus ini.
7
Asam nukleat virus dapat dikakterisasi berdasarkan kandungan G +
Cnya. Genom virus DNA dapat dianalisis dan dibandingkan dengan
menggunakan endonuklease retriks( enzim yang memutus DNA pada
sekuens nukleotida spesifik). Tiap genom akan menghasilkan pola fragmen
DNA yang khas setelah dipecah oleh enzim tersebut. Dengan menggunakan
salinan DNA yang digandakan secara molekulaer dari RNA, peta retriksi
dapat pula diperoleh dari genom virus RNA. Pemeriksaan PCR dan teknik
hibridisasi molekular (DNA ke DNA , DNA ke RNA, atau RNA ke RNA)
memungkinkan dipelajarinya transkripsi genom virus dalam sel yang
terinfeksi serta perbandingan kekerabatan berbagai virus.
8
3. Lipid Virus
Virus memiliki kadungan lipid yang berbeda sebagai bagian dari
strukturnya. Penelitian mikroskopik elektron dari virus Sindbis (virus yang
memiliki pembungkus) telah memperlihatkan suatu struktur usulan dari
virion. Virus yang mengandung lipid demikian bersifat peka terhadap
eterdan pelarut organik lainnya ,gangguan atau kehilangan lipid akan
berakibat kehilangan infektivitasnya. Umumnya virus yang tidak
mengandung lipid bersifat resisten terhadap daya kerja eter.
Pada beberapa virus murni, komposisi asam lemak dan fosfolipid
berlainan dari komposisi selaput plasma sel-sel tuan rumah. Namun pada
9
virus-virus yang lain dapat memiliki komposisi yang sama. Untuk
komposisi fosofolipid khusus dari pembungkus virion ditentukan dengan
cara penonjolan virus dalam masa pematangan. Pada virus Herpes, virus
menonjol melalui selaput inti sel tuan rumah dan komposisi fosfolipid
virion murni merupakan lipid selaput inti bagian dalam.
10
4. Karbohidrat Virus
Pembungkus virus mengandung sejumlah karbohidrat yang berarti,
biasanya dalam glikoprotein. Gula-gula yang ditambahkan pada
glikoprotein virus sering menyerupai sel tuan rumah dimana virus tersebut
tumbuh. Dengan demikian proses ini mungkin ditentukan oleh sel tuan
rumah.
Glikoprotein merupakan antigen virus yang penting. Karena posisinya
terdapat pada permukaan luar dari virion maka glikoprotein sering
merupakan protein yang terlibat dalam interaksi virus dengan antibodi yang
menetralkannya.
Berlawanan dengan lipid dalam membrane virus yang berasal dari sel
pejamu, glikoprotein virus disandi oleh virus itu sendiri. Namun gula yang
ditambahkan pada glikoprotein sering kali mencerminkan sel pejamu
tempat pertumbuhan virus. Glikoprotein permukaan virus yang berselubung
yang melekatkan partikel virus ke sel target melalui interaksi dengan
reseptor se. mereka juga sering kali terlibat dalam langkah fusi membrane
pada infeksi.
Glikoprotein juga merupakan antigen virus yang penting. Akibat
posisinya yang berada dipermukaan luar virion, glikoprotein sering kali
terlibat dalam interaksi pertikel virus dengan antibody penetral.
11
(Pasteurisasi) akan mengalami inaktivitasi dan virus akan menurun atau
hilang daya infeksinya. Hal ini karena protein (kapsid) mengalami
denaturasi. Ada virusvirus yang tahan panas seperti Hepatitis, Adenovirus
dan Scrapievirus sehingga tidak mengalami inaktivitasi.
Virus yang dibeku keringkan (liofilisasi, freeze dried) dan disimpan
pada suhu lemari es biasa (4-8oC) bisa tahan hidup beberapa bulan dan
pada suhu -70oC bisa tahan bertahun-tahun. Virus yang tahan terhadap
liofilisasi lebih tahan terhadap panas jika dipanaskan dalam kondisi
kering.
Virus yang mempunyai pembungkus cenderung kehilangan
infektivitas setelah penyimpanan lama meskipun pada suhu -90oC,
terutama peka terhadap pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.
Namun dengan adanya dimetilsulfoksid (DMSO) dalam konsentrasi
kurang dari 5%, virusvirus ini menjadi stabil.
2. Stabilisasi
Virus Dengan Garam-Garam Banyak virus dapat distabilkan dengan
garam-garam dalam konsentrasi tertentu (molar tertentu). Dengan
penambahan garam-garam tersebut virus akan tetap infektif dan tahan
terhadap pemanasan pada suhu 80oC selama 1 jam.
Mekanisme stabilisasi virus dengan cara ini belum diketahui. Misalnya :
a. MgCl2 1 mol dapat menstabilkan virus-virus Polio, Echo,
Coxsackie,Rhinovirus, Reovirus.
b. MgSO4 1 mol menstabilkan virus Influenza, Parainfluenza, Morbilli
dan Mumps.
c. Na2SO4 1 mol terhadap virus Herpes simplex, Herpes zoster.
Adakalanya efek stabilisasi dengan garam ini digunakan untuk
membunuh virus kontaminan. Misalnya pada pembuatan vaksin Polio
Sabin. Vaksin ini dibuat dengan cara menanam virus dalam biakan jaringan
ginjal kera. Kera ini mungkin saja mengandung virus SV 40 tanpa
menunjukkan gejala sakit, sedangkan menurut penelitian virus SV 40 ini
12
bisa menyebabkan sarkoma pada hamster. Dan sudah dibuktikan pula
bahwa virus SV 40 berhasil ditemukan kembali dari tinja orang yang sudah
divaksinasi. Untuk mencegahnya maka virus Polio yang sudah dipanen dari
biakan jaringan ginjal kera tadi diberi MgCl2 1 mol, panaskan 60oC 1 jam,
virus Polio tidak diinaktivasi tetapi virus SV 40 mati.
3. Derajat keasaman (pH)
Virus biasanya hidup subur pada pH 5-7,5 dan diluar suhu tersebut
virus akan mati atau inaktif, kecuali golongan Arbovirus yang tahan
sampai pH 9. Dan yang paling baik virus biasanya hidup pada pH 7,0-7,4.
Oleh karena itu setiap buffer yang digunakan untuk mengolah virus serta
untuk kepentingan tes serologis biasanya digunakan pH 7,0-7,4.
Beberapa virus (misalnya: enterovirus) bersifat resisten terhadap kondisi
asam. Semua virus dihancurkan dalam kondisi basa. Pada reaksi
hemaglutinasi, variasi sebanyak kurang dari 1 unit pH dapat
mempengaruhi hasil.
4. Radiasi
Pada umumnya sinar X (sinar Rontgen), Ultraviolet (UV) dan partikel
berenergi tinggi dapat menghilangkan aktivitas virus atau membunuh
virus. Dosisnya bervariasi untuk setiap jenis virus. Infektivitas
merupakan sifat yang paling radiosensitif karena replikasi memerlukan
ekspresi seluruh komponen genetik virus. Partikel teradiasi yang tidak
mampu bereplikasi mungkin masih dapat menekspresikan beberapa
fungsi spesifik dalam sel pejamu. 5. Pengecatan VitalVirus dapat
ditembus sampai tingkat tertentu oleh zat warna vital, seperti toluidin
blue, netral red, proflavin atau acridin orange. Zat warna ini akan diserap
dan mengikat asam nukleat virus sehingga virus akan menjadi peka
terhadap cahaya biasa dan virus akan diinaktivasi. Cara inaktivitasi
seperti ini disebut inaktivasi fotodinamik.
13
5. Kepekaan Terhadap Eter
Kepekaan terhadap eter sangat penting karena dapat menunjukkan
apakah virus di dalam amlopnya mengandung Lipida yang larut oleh eter
yang menyebabkan virus menjadi inaktif atau mati, Lipida yang tidak
dilarutkan oleh eter, envelopnya tidak mengandung lipid.
Berdasarkan kepekaan terhadap eter ini maka dapat dilakukan
pembagian virus sebagai berikut :
a. Golongan virus yang sensitif terhadap eter yaitu :GolonganArbovirus,
Influenza, Parainfluenza, Herpes simplex, Herpes zoster,
Pseudorabies, Japanese B Encephalitis (JBE virus), Cytomegalovirus.
b. Golongan yang tahan(resisten) terhadap eter yaitu : Golongan
Picornavirus, Papovavirus, Poxvirus, Adenovirus,
Parvovirus.(Depkes,1996)
14
pathogenesis penyakit virus, reaksi imun terhadap virus, pengaruh
lingkungan terhadap infeksi, dan isolasi primer terhadap beberapa jenis
virus.
Metode yang digunakan untuk mengadakan inokulasi virus bergantung
pada jenis virus yang akan dicoba dan lokasi anatomi dari sel yang
dituju dalam percobaan. Contoh virus berselubuh segera menjadi tidak
aktif jika berada pada pH asam sehingga tidak mungkin dibiakkan
dengan cara inokulasi melalui alat pencernaan. Cara yang sering
digunakan untuk melakukan inokulasi adalah melalui intravena,
intraserebral, intraperitonial, intranasal, intratrakeal, intradermal dan
melalui subkutan. Dengan demikian jenis hewan percobaan , umurnya,
jenis kelamin, serta cara penyuntikan untuk inokulasi pada hewan
percobaan sangat bergantung pada virus yang akan ditanam atau
diisolasi.
2. Inokulasi Pada Biakan Jaringan
Dengan kultur jaringan ini selain pembiakan virus dapat juga
dilakukan berbagai macam tindakan. Misalnya, penemuan berbagai
macam virus baru, penelitian sifat virus dalam jangka panjang dan juga
usaha untuk menemukan vaksin terhadap virus. Terdapat tiga dasar jenis
kultur sel hewani yaitu kultur primer dan kultur sekunder, diploid cell
strain dan continuous cell lines. Kultur primer berasal langsung dari
jaringan hewan dan merupakan sel sel satu lapis (monolayer) sedangkan
kultur sekunder merupakan subkultur dari kultur primer dengan jaringan
normal.
Sesudah melalui 30 hiongga 50 subkultur atau apabila dilakukan
subkultur ulangan, sel sel mengalami degenerasi atau mati. Kadang
kadang sel mengalami perubahan sehingga mampu hidup sesudah
melewati sub kultur lebih dari 50 kali. Sel sel ini umumnya telah
mengalami perubahan morfologi meskipun jumlah kromosomnya tidak
berubah dan disebut juga sebagai diploid cell strains.
15
Selama mengadakan kultur dari cell strain dapat terjadi continuous cell
lines yang berubah sifat sfiat khasnya, tumbuh dengan cepat, membentuk
beberapa lapis sel dan juga berubah jumlah kromosomnya. Continuous cell
lines ini dapat juga terbentuk dari kultur primer dari jaringan maligna secara
langsung atau tumbuh dari kultur primer yang diinfeksi dengan virus
onkogenik. Didalam penggunaannya, biakan jaringan yang berasal dari
manusia maupun hewan dibagi menjadi dua, yaitu biakan jaringan primer
(primary tissue culture = primary cell line) dan stable cell line.
16
Tanda adanya pertumbuhan virus dalam biakan jaringan :
a. Efek sitopatogenik, suatu perubahan morfologis sel biakan jaringan
monolayer yang semula sel selnya berbentuk kumparan dan tersusun
teratur kemudian berubah sel selnya menjadi bundar, berkelompok,
sebagian terlepas dari dinging botol, inti membesar, struktur ini menjadi
kasar, dan tampak lebih gelap(piknotis)
b. Adanya perubahan metabolisem sel biakan jaringan dan kegagalan
pembentukan asam dari biakan jaringan
c. Adanya pembentukan antigen dalam biakan jaringan bergantung pada
jenis virusnya, dapat antigen netralisasi, antigen ikatan komplemen dan
antigen hemaglutinin
d. Terjadinya hemadsorpsi, yaitu pengikatan eritrosit hewan tertentu dalam
konsentrasi tertentu oleh sel biakan jaringan yang ditandai dengan
tersusunnya eritrosit tersebut seperti kalung mutiara di sekitar sel yang
mengandung virus tersebut. Tanda ini dapat terjadi sebelum terjadinya
efek sitopatogenik atau tanpa efek sitopatogenik sama sekali.
e. Adanya interferensi , hal ini terjadi ketika virus tumbuh sehingga sel
biakan jaringan membentuk interferon yang menghalangi pertumbuhan
virus polio.
f. Adanya perubahan morfologis karena virus onkogenik (virus yang
mempunyai daya membentuk tumor) akan tampak perubahahan
morfologis dan susunan sel biakan jaringan berupa beberapa
mikrotumor. Sel sel biakan jaringan bertumpuk tumpuk tidak
merupakan suatu monolayer lagi dan tampak adanya sel sel datia
dengan banyak inti didalamnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dengan adanya makalah ini mahasiwa mampu memahami apa itu dasar-
dasar Virologi dengan mengetahui Peranan Virus Dalam Kehidupan, Susunan
Kimia Virus, Pengaruh Fisika Kimia Terhadap Virus, Pembiakan Virus.
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena tidak memiliki perlengkapan selular
untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan
di luar inangnya menjadi tak berdaya.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
21
22
23
24