DOSEN PENGAMPU :
Dr. Masrizal Dt. Mangguang, SKM., M.Biomed
DISUSUN OLEH:
Afifa Azahra (2211212035)
Catherine Natasya Ayunda (2211213041)
Cintya Rofina Fortasya (2211212025)
Fitri Rahma Yanti (2211213021)
Khori Ramadhani (2211212061)
Nadia Ayunda (2211213037)
Reski Tri Wahyu (2211212071)
Ricci Purnama Sari (2211213039)
Salsabela Yeni Osandi (2211212045)
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini berisikan tentang
Virologi Dan Imunologi Dasar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi penyempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah yang telah kami buat. Akhir
kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
secara spesifik maupun non-spesifik baik mekanisme pertahanan
selulermaupun humoral.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batasan Virus, Morfologi Virus, Struktur, Reproduksi dan Infeksi Virus
pada Manusia
2.1.1 Batasan Virus
1) Pengertian Virus
Virus berasal dari bahasa yunani Venom yang berarti racun. Virus
adalah parasite mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik
(genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam
deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada
dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang
dan ekstraseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati.
Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya
(hanya DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya
dapat dilakukan didalam sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati
(aseluler) yaitu dapat dikristalkan dan dicairkan. Struktur berbeda dengan
sel dan tidak melakukan metabolisme sel. (Shellard & Wooten, 2020)
Virus bukan makhluk hidup. Virus merupakan objek biologi yang
menjadi batas antara kehidupan dan non-kehidupan, antara organisme dan
non- organisme. Virus dianggap bukan makhluk hidup karena tidak dapat
bereproduksi atau menggandakan diri secara mandiri dan tidak mampu
melakukan proses metabolisme. Virus menunjukkan gejala kehidupan saat
memasuki sel dan bergabung dengan materi genetic inang untuk melakukan
proses perbanyakan virus. Alasan virus tidak digolongkan ke dalam
makhluk hidup karena tidak melakukan metabolisme dan tidak
bereproduksi secara mandiri. Virus merakit diri komponennya saat berada
pada inang yang sesuai(Wakhidah, 2021).
3
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi
kimiawinya. Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang,
silindaris, dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih
kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3
mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya
dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan
sepersejuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang
ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan
virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm
4
Heliks merupakan struktur yang berbentuk spiral
melengkung (silinder) pada sekitaran sumbu. Virus heliks atau juga
dikenal sebagai virus bersampul memiliki asam nukleat yang
bergulung berbentuk silinder dengan protein kapsid melilit di bagian
dalam maupun luar asam nukleat. Protein yang mengelilingi asam
nukleat disebut dengan nukleokapsid. Virus ini akan berbentuk
tabung panjang (batang).
Ada beberapa kelebihan dari virus heliks, yakni virus hanya
terdiri atas satu jenis protein kapsid. Hal ini akan menyebabkan virus
hanya membutuhkan sedikit energi bebas dibandingkan dengan
virus yang terdiri atas > 1 jenis protein kapsid. Selain itu, satu jenis
kapsid akan memerlukan satu jenis gen saja. Hal tersebut dapat
mengurangi panjang asam nukleat yang dibutuhkan virus.
Virus heliks dapat diselimuti ataupun telanjang. Virus heliks
telanjang biasanya ditemukan pada virus tumbuhan, seperti virus
mosaiktembakau. Sedangkan virus helik berselimut biasanya
ditemukan pada virus hewan, seperti virus influenza, virus campak,
virus gondong, virus rabies, dan virus Ebola.
5
Gambar 4 Virus Ikosahedral
c. Virus Kompleks
Sebagian besar virus tidak dapat dikategorikan sebagai virus
heliks atau ikosahedral akibat strukturnya yang kompleks, seperti
poxvirus, geminivirus, dan bakteriofag. Poxvirus, termasuk virus
yang menyebabkan cacar atau cacar sapi, merupakan partikel besar
berbentuk oval atau bata dengan panjang 200–400 nm. Virus gemini
juga memiliki struktur kompleks yang terdiri dari dua kepala
6
ikosahedral yang disatukan. Bakteriofag, seperti bakteriofag P2
memiliki kepala ikosahedral, mengandung asam nukleat, melekat
pada selubung ekor silinder yang memfasilitasi pengikatan
bakteriofag ke sel bakteri.
a) Kapsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas
protein. Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikatsatu sama
lain. Bagian ini memiliki fungsi :
1. Memberi bentuk virus
2. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
3. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam
sel
b) Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul
pembawa sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki
7
satu asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-
duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut
nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage
berisi DNA.
c) Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid
tersusun oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.
d) Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk
menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala
kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus
terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari
protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang
dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi
sel eukariotik tidak memiliki ekor.
8
Reproduksi virus dibagi menjadi dua, yaitu jalur litik dan jalur
lisogenik.
a) Litik (menghancurkan sel inang)
Daur litik memiliki beberapa tahap, antara lain:
1. Adsorpsi
Tahap ini juga dinamai dengan tahap perlekatan. Serat
ekor dan seludang ekor pada virus berikatan atau melekat
dengan reseptor membrane sel.
2. Penetrasi
Selanjutnya, DNA frag tadi meninggalkan kapsidnya dan
masuk menuju sel inang.
3. Sintesis
Pada tahap ini, DNA frag tadi diproduksi Bersama
protein-protein frag lainnya. Dengan kata lain, pada
tahap ini, virus atau frag membajak sel hidup guna
membuat material genetik virus, protein-protein virus.
4. Perakitan
Pada tahap ini dilakukan perakitan tubuh virus.
5. Lisis
Pada tahap ini virus menerapkan diri dan menginfeksi ke
sel lainnya yang ada di sekitarnya.
b) Lisogenik (tidak menghancurkan sel inang tanpa lisis)
Daur lisogenik ini memiliki beberapa tahap, antara lain:
1. Perlekatan
Tahap ini ditandai dengan Fag menempel pada sel inang.
2. Penetrasi
Setelah tahap pelakatan, DNA fag masuk ke dalam sel
bakteri.
3. Penggabungan
Setelah DNA fag masuk, nantinya DNA fag tersebut
bergabung dengan DNA bakteri.
4. Replikasi
9
Tahap terjadi ketika DNA bakteri bereplikasi, profag
yang tadinya bergabung juga ikut bereplikasi. Sehingga
ketika bakteri membelah diri, virusnya juga ikut
membelah diri.
10
COVID-19, yang disebabkan oleh Coronavirus
Croup, yang disebabkan oleh virus Parainfluenza
b) Infeksi virus pada saluran pencernaan
Infeksi virus pada saluran pencernaan memengaruhi organ di sistem
pencernaan, seperti lambung dan usus. Jenis virus ini menyebar
melalui makanan atau air yang terkontaminasi feses atau tinja
penderita. Selain itu, menyentuh mulut atau makan tanpa mencuci
tangan dengan benar-benar bersih setelah buang air besar juga dapat
menyebabkan penularan. Salah satu contoh infeksi virus pada saluran
pencernaan adalah gastroenteritis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
berbagai macam jenis virus, yaitu Norovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dan Adenovirus.
c) Infeksi virus pada kulit
Infeksi virus yang menyerang kulit dapat menimbulkan ruam, luka,
atau benjolan di kulit. Umumnya, virus yang menginfeksi kulit
menyebar melalui percikan ludah atau bersin dari seseorang yang
terinfeksi. Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui sentuhan
pada cairan di kulit yang luka. Gigitan serangga, seperti nyamuk, juga
dapat menyebarkan virus yang menginfeksi kulit. Beberapa contoh
infeksi virus pada kulit dan virus penyebabnya adalah:
Cacar air, yang disebabkan oleh virus Varicella zoster
Campak, yang disebabkan oleh kelompok
virus Paramyxovirus
Molluscum contagiosum, yang disebabkan oleh
virus Molluscum contagiosum
Chikungunya, yang disebabkan oleh kelompok
virus Alphavirus dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti
d) Infeksi virus pada hati
Infeksi virus pada hati adalah penyebab umum penyakit hepatitis.
Tergantung jenis virusnya, virus ini dapat menyebar melalui makanan
yang terkontaminasi feses (tinja) seseorang yang terinfeksi. Penularan
11
juga dapat terjadi melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril,
serta kontak langsung dengan darah, urine, sperma atau cairan vagina
seseorang yang terinfeksi. Contoh penyakit hati akibat infeksi virus
adalah hepatitis A, B, C, D, dan E.
e) Infeksi virus pada sistem saraf
Sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan saraf tulang belakang
juga bisa terinfeksi virus. Beberapa tipe virus yang menginfeksi
sistem saraf pusat yaitu herpes simplex tipe 2 (HSV-2), varicella-
zoster, enterovirus, arbovirus, dan poliovirus. Virus yang menginfeksi
sistem saraf dapat menular melalui berbagai cara dan memicu
sejumlah penyakit. Sebagai contoh, enterovirus menyebar melalui
percikan ludah ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk.
Sedangkan arbovirus menular melalui gigitan serangga, seperti
nyamuk atau kutu. Beberapa penyakit akibat infeksi virus pada sistem
saraf adalah:
Polio
Ensefalitis
Meningitis
Rabies
f) Infeksi virus pada kelamin
Infeksi virus pada kelamin menular melalui hubungan seksual yang
sering berganti pasangan dan tidak menggunakan kondom. Jenis virus
ini menimbulkan ruam dan benjolan di kelamin. Beberapa penyakit
akibat infeksi virus pada kelamin adalah:
Kutil kelamin, akibat human papillomavirus (HPV
Herpes genital, akibat virus Herpes simplex (HSV)
g) Infeksi virus pada pembuluh darah
Selain sejumlah infeksi virus yang telah dijelaskan di atas, ada juga
infeksi virus yang disebut viral hemorrhagic fever (VHF). Jenis
infeksi virus ini mengakibatkan gangguan pembekuan darah dan
kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga memicu
perdarahan. Infeksi virus ini dapat menular melalui gigitan serangga,
12
seperti nyamuk, serta kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
seseorang yang terinfeksi. Beberapa contoh penyakit yang tergolong
VHF adalah:
Ebola
Demam berdarah
Demam kuning
Demam Lassa
Demam Marburg
h) Infeksi virus pada sistem kekebalan tubuh
Virus juga dapat menginfeksi sistem kekebalan tubuh, salah satunya
adalah human immunodeficiency virus (HIV). HIV adalah virus yang
merusak sistem kekebalan tubuh, yang bila tidak segera ditangani
dapat berkembang menjadi AIDS. AIDS (acquired immune deficiency
syndrome) adalah stadium akhir dari HIV yang melemahkan daya
tahan tubuh. HIV/AIDS termasuk infeksi virus yang dapat menular
melalui hubungan seks, berbagi jarum suntik, dan transfusi darah.
Virus ini bisa menyebar dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya,
atau kepada bayi melalui proses melahirkan dan menyusui.
13
c. Menghancurkan sel-sel yang rusak
d. Membersihkan sel-sel yang mati
Peran dan fungsi sistem imun dalam tubuh dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat mengganggunya, antara lain yaitu :
a. Faktor genetik (keturunan), yaitu timbulnya kerentanan
terhadap suatu penyakit terjadi karena ada riwayat
genetik atau keturunan yang dominan. Contohnya,
seseorang dengan riwayat keluarga diabetes melitus akan
lebih berisiko menderita penyakit tersebut dalam
hidupnya. Terdapat beberapa penyakit yang dipengaruhi
oleh faktor genetik yaitu kanker, alergi, penyakit jantung,
penyakit ginjal dan penyakit mental
b. Faktor fisiologis
Contohnya, berat badan yang berlebihan akan
menghambat sirkulasi darah kurang lancar sehingga
dapat meningkatkan kerentanan terhadap beberapa
penyakit seperti jantung, diabetes, hipertensi dan
berbagai penyakit lain.
c. Faktor stress
Dalam kondisi stress tubuh akan melepaskan hormon,
seperti neuroendokrin, glukokortikoid, dan katekolamin.
Adanya peningkatan hormon berdampak pada
penurunan jumlah produksi sel darah putih dan
berdampak buruk pada produksi antibodi.
d. Faktor usia
Contohnya bayi yang lahir secara prematur butuh
perawatan lebih karena lebih rentan terhadap infeksi dari
pada bayi yang normal. Pada usia 45 tahun atau lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit kanker.
e. Faktor hormone
Wanita memproduksi hormon estrogen. Sedangkan pria
memproduksi hormon androgen yang bersifat
14
memperkecil risiko penyakit autoimun, sehingga
penyakit lebih sering dijumpai pada wanita.
f. Faktor aktivitas
Faktor aktivitas dalam mempengaruhi sistem pertahanan
tergantung dari pola aktivitas keseharian. Jika dilakukan
secara teratur seperti melakukan olahraga akan
membantu meningkatkan aliran darah dan
membersihkan tubuh dari racun. Namun, olahraga yang
berlebihan meningkatkan kebutuhan suplai oksigen
sehingga memicu timbulnya radikal bebas yang dapat
merusak sel-sel tubuh.
g. Pola istirahat
Pada saat tidur tubuh akan beregenerasi memperbaiki
sistem di dalam tubuh. Gangguan pola istirahat tidur
yang terjadi pada seseorang akan menyebabkan
perubahan pada jaringan sitokin yang dapat menurunkan
imunitas seluler, sehingga kekebalan tubuh menjadi
melemah.
h. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti penggunaan
antibiotik yang berlebihan atau teratur, menyebabkan
bakteri lebih resisten, sehingga ketika bakteri menyerang
lagi maka sistem kekebalan tubuh akan gagal
melawannya (Piasecka, 2017).
Kekebalan manusia berdasarkan cara mendapatkannya dibagi dua,
yaitu :
a. Kekebalan bawaan (imunitas alami)
Imunitas alami merupakan respon tubuh terhadap zat
asing yang terjadi meskipun tubuh tidak pernah terpapar
oleh zat tersebut sebelumnya. Contohnya upaya tubuh
mempertahankan diri dari masuknya antigen berupa
bakteri, maka tubuh menghancurkan bakteri tersebut
15
dengan cara non spesifik melalui berbagai mekanisme,
seperti proses fagositosis ataupun reaksi peradangan atau
inflamasi.
b. Kekebalan adaptif (imunitas didapat)
Imunitas didapat merupakan respon imun yang
timbul akibat adanya rangsangan dari antigen tertentu
yang tubuh pernah terpapar sebelumnya. Contohnya
pemberian vaksinasi untuk pencegahan penularan
COVID-19.
16
IgG berjumlah paling banyak (80%) dan akan lebih besar
pada kontak ke 2, 3, dan seterusnya. IgG dapat menembus
plasenta dan memberikan imunitas pada bayi. Selain itu, IgG
juga merupakan pelindung terhadap mikroorganisme dan
toksin, dapat mengaktivasi komplemen, dan dapat
meningkatkan efektivitas sel fagositik.
b. IgA
Berjumlah 15%, IgA dapat ditemukan pada zat eksresi
seperti keringat, ludah, air mata, ASI, dan eksresi usus. IgA
berfungsi untuk melawan mikroorganisme yang masuk ke
dalam tubuh.
c. IgM
IgM adalah antibodi yang pertama kali tiba di lokasi infeksi,
menetap di pembuluh darah dan tidak masuk ke jaringan.
IgM berumur pendek dan berfungsi untuk mengaktivitasi
komplemen dan memperbanyak fagositosis.
d. IgD
IgD memiliki fungsi memicu respons imunitas dan banyak
ditemukan di limfosit B. Meskipun demikian, IgD berjumlah
sedikit pada limpa dan serum darah.
e. IgE
Antibodi ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil. IgE
menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia
lainnya. Selain itu, IgE banyak ditemukan dalam darah
dengan konsentrasi rendah dan kadarnya meningkat ketika
bereaksi terhadap alergi.
17
serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar
dapat menginfeksi organisme.
Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang
berbahaya meliputi:
1. Pertahanan fisik dan kimiawi, seperti kulit, sekresi asam lemak
dan asam laktat melalui kelenjar keringat, sekresi lendir,
pergerakan silia, sekresi air mata, air liur, urin, asam lambung
serta lisosom dalam air mata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat
yang dapat mencegah invasi mikroorganisme.
3. Innate immunity (mekanisme non-spesifik), seperti sel
polimorfonuklear (PMN) dan makrofag, aktivasi komplemen,
sel mast, protein fase akut, interferon, sel NK (natural killer) dan
mediator eosinophil.
4. Imunitas spesifik, yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler.
Secara umum pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi
virus, protozoa, jamur dan beberapa bakteri intraselular
fakultatif terutama membutuhkan imunitas yang diperani oleh
sel yang dinamakan imunitas selular, sedangkan bakteri
ekstraselular dan toksin membutuhkan imunitas yang diperani
oleh antibodi yang dinamakan imunitas humoral. Secara
keseluruhan pertahanan imunologik dan nonimunologik
(nonspesifik) bertanggung jawab bersama dalam pengontrolan
terjadinya penyakit infeksi.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Virus berasal dari bahasa yunani Venom yang berarti racun. Secara umum
virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung
salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat
(RNA). Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi
kimiawinya. Virus sangat kecil berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3
mikrometer (1 μm = 1/1000 mm).
Secara morfologi, virus dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian
berdasarkan bentuk kapsidnya, yakni virus berselubung, virus polihedral, dan virus
kompleks. Virus memiliki struktur, diantaranya: kapsid yang berfungsi sebagai
pemberi bentuk virus, isi kepala (asam nukleat) meliputi DNA dan atau RNA,
kepala, serta ekor yang berfungsi sebagai alat menempel pada inang.
Virus dapat bereproduksi secara Litik (menghancurkan sel inang) dan
Lisogenik (tidak menghancurkan sel inang tanpa lisis). Virus dapat menginfeksi
saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit, hati, saraf, kelamin, kekebalan tubuh,
dan pembuluh darah.
Kata imun berasal dari bahasa Latin immunis yang berarti bebas dari beban
(Benjamini et. al.,2012). Imunitas adalah perlindungan terhadap penyakit infeksi.
Antigen merupakan zat yang merangsang respons imunitas, terutama dalam
menghasilkan antibodi. Antibodi atau imunoglobulin adalah protein larut yang
dihasilkan oleh sistem imunitas sebagai respons terhadap keberadaan suatu antigen
dan akan bereaksi dengan antigen tersebut.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dan besar harapan kami agar makalah
ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan kita bersama. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kami meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
nantinya dapat diperbaiki sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. S., & Anasagi, T. (2019). Bahan Ajar Teknologi Bank Darah (TBD)
Immunologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Hayati, Z., Maulina, N., & KA, R. A. (2021). Dasar-Dasar Imunologi dan Infeksi.
(D. Alia, Penyunt.) Banda Aceh, Aceh: Syiah Kuala University Press.
Indonesia, A.K. (2022, Februari 14). Infeksi Virus.
Jatmiko, S. W. (2018). Imunologi Dasar. Surakarta: Muhammadiyah University
Press.
Louten, J. (2016). Virus Structure and Classification. In Essential Human Virology
(pp. 19-29). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-800947-5.00002-8
Nayak, D. P. (2000). Virus Morphology, Replication, and Assembly. In Viral
Ecology (pp.63–124). https://doi.org/10.1016/B978-012362675-2/50004-5
Shellard, B., & Wooten, N. R. (2020). Economic Of Scale in China Because Virus
n-Cov 2019. Journal of Economic Theory, 1–16.
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf
Siti Zainatun W, Z. (2017). Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri.
MATA KULIAH.
Wakhidah, N. (2021). Pemahaman mahasiswa tentang struktur dan sifat virus:
Telaah awal pada mahasiswa calon guru. Edu Sains: Jurnal Pendidikan
Sains & Matematika, 9(2), 198–209.
https://doi.org/10.23971/eds.v9i2.2790
Wardani, H. K., Indang, N., NurAsrinawaty, A., Sahli, I. T., Atmaja, R. F.,
Nurtimasia, W. O., et al. (2022). Imunologi Dasar. (N. S. Wahyuni,
Penyunt.) Padang, Sumatera Barat: PT. Global Eksekutif Teknologi.
Zaitun, Z. S. (2017). Mata Kuliah. Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri.
20