Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AGEN-AGEN INFEKSIUS: VIRUS, BAKTERI, JAMUR, PARASIT,


RIKETSIA, DAN CLAMIDIA

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2
Dosen : Bapak Ns. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
1. Ayesa Fadilah
2. Elisa Fitriyani
3. Fikri Rijaldi
4. Lulu Rida Fadilah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA (STKINDO)
WIRAUTAMA

Jalan Andir No. 17B Pakutandang, Ciparay, Bandung, Jawa Barat 40381
Telp. (022) 5959809

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmatnya berupa
kesehatan dan pengetahuan sehingga kami semua dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
Bapak Asep Solihat, S.Kep, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu dasar keperawataan .
selain itu, tujuan penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang materi yang dibahas.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Asep Solihat, S.Kep, M.Kep selaku dosen
pengampu mata kuliah ilmu dasar keperawatan yang telah memberikan tugas membuat makalah ini
dan teman-teman dari kelompok 5 yang telah berkontribusi dalam menulis dan menyusun makalah
ini.

Kami akui makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami harap kepada
para pembaca untuk memberi masukan yang berupa kritik dan saran dalam menyempurnakan
makalah ini.

Cianjur, 23 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A. Agen – agen Infeksius

B. Virus

C. Bakteri
D. Jamur
E. Parasite
F. Riketsia
G. Clamidia
H. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tranmisi Agen – agen Infeksius

BAB II

PENUTUP

a. kesimpulan

b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Agen-agen infeksius

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh pejamu
(Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan
infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit,
riketsia, dan clamidia.

Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum, satu
mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia
tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan
untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh
suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.

1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di
dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen,
pH yang sesuai, suhu, danlingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.

2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme


pertahanan hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan
sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme
pertahanan hospes jelas akan membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).

B. Virus

1. Sejarah

Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk
makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan, sedangkan
virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang.

Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya panikel tersebut
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan
organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan
tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil di mulai
sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan
mikroskop inmendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya partikel
mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam penemuan Virus pertama yaitu

2. Definisi

Virus berasal dari bahasa yunani "Venom" yang berarti racun. Virus adalah parasit
mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum Virus merupakan partikel
tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam
deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang
berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus
memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak
keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan
didalam sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan
dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.

3. Bentuk dan Ukuran Virus

Bentuk Virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya. Bentuk Virus
ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada 4 juga yang berbentuk T. Ukuran
Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus
lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1
um 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah
1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang
ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang hanya
berukuran 28 nm.

4. Susunan Tubuh

a. Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid terdiri dari
sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.

Fungsi:

- Memberi bentuk virus


- Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
- Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel

b. Isi

Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat keturunan
yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu
RNA saja, tidak kedua-duanya Asam nukleat sering beigabung dengan protein disebut
nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.

b. Kepala

Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu unit
protein yang disebut kapsomer.

c. Ekor

Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh
virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam
yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang
terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi
benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki
ekor.

5. Pengembangbiakan Virus

Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis protein virus dan
virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat banyak. Untuk tujuan
diagnosti, sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik tunłnan sel sekunder atau
kontinu; pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus hanya
dilakukan untuk investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering
bemsal dari jaringan tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.

6. Klasifikasi Virus

Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran virinae Nama
akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm taksonomi virus,
berdasarkan criteria:
a. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.
b. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.

c. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bagi replikasi
genom.
d. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.

e. Cara penyebaran alamiah.

f. GejaIa2 yang timbul.

g. Ada tidaknya selubung.

h. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk virus


helikoidal.

Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai anggota
yang mampu menyerang mns & binatang.
Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:
1) Picontohrnaviridae
2) Orthomyxoviridae
3) Rhabdoviridae - Bunyaviridae - Caliciviridae - Reoviridae
4) Filoviridae - Arenaviridae
5) Togaviridae - Retroviridae
6) Paramyxoviridae - Contohronaviridae
7) Flaviviridae

Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:


1) Adenoviridae - Papovaviridae - Herpesviridae - Parvoviridae

2) Hepadnaviridae - Poxviridae
Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified virus) karena
banyak sifat biologiknya belum diketahui.

7. Peran Virus

Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran Vitus sebagai mikroorganisme yang
menguntungkan, maupun yang merugikan.
a. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika
karena dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik).
Sebagai contoh adalah Vitus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan
serangga. Virus juga digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit
genetis, seperti diabetes dan kanker dapat disembuhkan.

b. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan berbagai jenis
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan

8. Penyakit-penyakit Akibat Virus

Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.

a. Melalui saluran pernafasan contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola
penyebab campak, ronavirus penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus
varicella penyebab penyakit cacar air.
b. Melalui saluran pencernaan contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio,
rotavirus penyebab diare

c. Melalui kulit & mukosa genitalia contoh : virus herpes simplexl penyebab stomatitis,
flavivirus penyebab DBD, rabies penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis
d. Melalui plasenta contoh : virus rubella, cytomegalovirus

9. Beberapa Virus yang Merugikan

a. Virus Hepatitis
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh berbagai
virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E. Karena perkembangan penyakit
kuning merupakan fitur karakteristik penyakit hati.
b. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA


berselubung. Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirusyang biasanya
menyerang organ vital system kekebalan manusia sepertisel T CD4+ (sejenissel T),
makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi melalui DNA perantana menggunakan DNA
polimer yang dikendalikan oleh RNA (reverse transcriptase). Terdapat 2 tipe yaitu: HIV-I
dan HIV-2. HIV-I dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok M, O, N.
c. Virus Dengue

Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus yang
termasuk dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan
diameter nukleokapsid dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion kira-kira
50 nm. Genon virus Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya
kira-kira I l kilibasa. Genon terdiri dari protein structural dan protein non structural,
yaitugen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein
M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein selubung (Envelope). Virus dengue
mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-I, DEN 2, DEN-3, dan DEN-4 Masing-masing tipe
mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daeraah atau asal virus itu.
Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara.
Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes
aegyptidan Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh
hospes (manusia, monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta serangga
khususnya nyamuk).

Kontrol dan pencegahan Virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk
dengan menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida. Kontrol
epidemi yang terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina dewasa.
Menghambat perkemabangan nyamuk.

d. Virus Polio
Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama menyerang pada
anak-anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala, muntah,sakit perut,nyeri
otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan
pulih,namun dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan
kematian, Penyakit ini sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama
melalui rute dari tinja ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya
menyerang system saraf pusat, Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35
hari. Orang yang diduga terinfeksi harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.

B. Bakteri

1. Pengertian

Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak
memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007)

Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel
satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan
umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan — bahan
genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara Iain:

a. Kapsul : Metupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari fagositosis dan
desikasi (kekurangan).

b. Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang diperantarai oleh


komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.

c. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu dan
kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria terspesialisasi (fimbria P) yang
terikat ke reseptor manosa pada sel epitel ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik
tetapi bervariasi antarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria
gonorrhoeae).
d. Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu untuk
menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela dapat tunggal atau
multipel, dapat berada di salah satu ujung sel (polar) atau di banyak tempat (peritrik). Pada
beberapa spesies (misalnya Treponema), flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel
bakteri.

e. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang tumbuh dalam
lapisan biofllm, melindungi organisme tersebut dari serangan imunitas dan eradikasi oleh
antibiotik.

f. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi lingkungan yang
tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga
memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali pada kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)

2. Klasifikasi

Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari patogeniknya.
Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di komunitas dan
menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-sifat,
imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.

a. Reaksi Gram : Bakteri Gram-B)sitif dan bakteri Gram-negatifmember respons


terhadap antibiotik yang berbeda. Bakteri Iain (misalnya Mikobakteria) mungkin
memerlukan teknik pewarnaan khusus.

b. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.

c. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal, subterminal,
atau sentral).

d. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob


memerlukan atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.

e. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan


intraselular khusus.
f. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi salmonela, urease
membantu identifikasi Helicobacter.

g. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan (misalnya subtipe
dari Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak Iagi)

h. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci dalam
klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)

3. Identifikasi Bakteri

Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain

a. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan secara biner,
mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta
selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006).

b. Pembiakan Bakteri

Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan
bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan
untuk mempelajali sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi
jenisjenis yang ditemukan.

Medium pembiakan terdiri dari :

1) Medium pembiakan dasar

Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung bahan yang umum
diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk
membuat medium pembiakan lain. agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau bulyon
agar.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)


Medium pernbiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan penambahan
bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu yang pada medium pembiakan
dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.

3) Medium pembiakan selektif

Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari
campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan.

C. Jamur
1. Pengertian

Istilah jamur berasal dari bahasa yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh
buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (tjitrosoepomo, 1991).
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak
berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotmf, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (gandjar, et al., 2006).

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel
yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas
selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino
yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Spora
jamur tetutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi
secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

2. Klasiflkasi Jamur

Me-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori
taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-
kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan
Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual
yang spesifik. Berikut ini disajikan Tabel I untuk membedalcan 5 kelompokjamur.

a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di
dekat badan air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak
bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti. I-Iidup sebagai saprofit dan ada juga yang
parasit. Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk yang hidup
di darat. Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini antara
Iain: Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
b. Zygomycetes
Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai "jamur rendah" yang dicirikan
dengan hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan
zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia,
Phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et al., 1986). Rhizopus nigricans adalah contoh
dari anggota kelompok ini, berkembang

biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus
nigricans juga mempunyai sporangiospora.
c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang
disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang
disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978).
Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium
aseksual.
d. Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora.
Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan
berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara
dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah
fusi (penyatuan) dari dua hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang
memiliki kedua inti yang disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang
diploid membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.
e. Deuteromycetes
Me-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus
reproduksi seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini "tidak sempurna" karena belum ada
spora seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan
klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga
memiliki hifa yang bersekat (Tortora, et al., 2001).

2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kelembaban

Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio
aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di lingkungan
sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini
menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas
permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).

b. Suhu

Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk
tumbuh berkisar 30 0C sampai 400C dan optimalnya pada suhu 200 C sampai 300 C. Jamur- jamur
kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal
pada suhu 22 oc (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur Coprinus
spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25 0C sampai 280C (Kitomoro, et al., 1999).

c. Intensitas cahaya

Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan


struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun prosesreproduksi memerlukan
cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda
di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya.

d. pH

Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran
pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi
pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang
dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.
D. Parasit

Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat


respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan Yang berbeda.

1. Parasit mengubah permukaan antigen merelea selama siklus hidup dalam host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel
antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit menghambat
respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.

E. Riketsia

Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama dengan
bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting
untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia
prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab
spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes
dalam tingkat yang
rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya riketsia dapat
dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahanbahan bakterisid.

F. Clamidia

Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari peptidoglikan
yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk
Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit
intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang
infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah
ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan
intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2
jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel.
Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan
fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan jenis
hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah

1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tetsebar secara difus dan
tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada manusia, omitosisi pada
burung dan lain-lain.

2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung
glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan
penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-spesifik, salpingitis, servistik, dan
pneumonitis.

G. Agen Infeksi Opportunistik

Definisi Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi
menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV.
Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh tetapi umumnya dikendalikan oleh
sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV mengembangkan infeksi
oportunistik, tahapannya masuk ke diagnosis AIDS.

Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium lanjutinfeksi HIV
adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen yang jarang menyebabkan
penyakit serius pada individu yang imunikompeten. Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi pada
pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000 sel/gl
menjadi kurang dari 200 sel/gl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien AIDS
yang tidak dapatdiobati yaitu :

1) Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.


2) Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes immitis,Histoplasma
capsulatum, Pneumocytis jiroveci.
3) Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium intracellulare,Listeria
monocytogenes, spesies salmonella.
4) Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus, virus
poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius

1. PENGERTIAN INFEKSI

Infeksi adalah invasi pejamu Yang rentan (misalnya manusia) Oleh patogen atau
mikroorganisme, yang mengakibatkan penyakit. (Potter & Perry, 2017). Agen infeksius
adalah mikroorganisme Yang dapat menyebabkan infeksi. Agen infeksius pada manusia
dapat bentpa bakteri, Vitus, jamur, dan juga parasit.

Agen infeksius dipengaruhi Oleh 3 faktor. Patoginitas patogenitas adalah kemampuan


organisme untuk menimbulkan penyakit.

2. Virulensi
virulensi adalah kekuatan suatu mikroorganisme atau ganasnya mikroorganisme.
Virulensi adalah derajat patogenitas suatu agen infeksius kemampuan untuk dapat
menyebabkan penyakit yang berat atau bahkan kematian.
3. Mikroorganisme

Jumlah mikroorganisme antara vinulensi dengan jumlah mikroorganisme itu saling


berhubungan di mana semakin banyak mikroorganisme yang menyerang tubuh maka
mikroorganisme itu lebih vilulensi. Jumlah mikroorganisme yang masuk tergantung dari cara
penularan. Dosis infeksius adalah banyaknya air yang dibutuhkan untuk menyebabkan suatu
penyakit

2. RESERVOIR

Reservoir adalah tempat di mana mikroorganisme bertahan hidup, berkembang biak,


dan menunggu transfer ke inang yang rentan. Reservoir umum adalah manusia dan hewan
(inang), serangga, makanan, air, dan bahan organik pada permukaan mati (fomites). Untuk
berkembang organisme memerlukan lingkungan yang tepat, termasuk makanan yang sesuai,
oksigen, air, suhu, ph, dan cahaya.

Contoh:

- Makanan.

Mikroorganisme membutuhkan makanan. Misalnya seperti Clostridium perfringens,


mikroba yang menyebabkan gas gangrene, tumbuh subur pada bahan organik. Lalu
seperti Escherichia coli mengkonsumsi bahan makanan yang tidak tercema di usus.
Karbon dioksida dan bahan anorganik yang ada di tanah menjadi makanan untuk
organisme Iain.

- Oksigen.

Bakteri aerobik membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup dan untuk multiplikasi
yang cukup untuk menyebabkan penyakit. Organisme aerobik menyebabkan lebih
banyak infeksi pada manusia daripada organisme anaerobik. Contoh dari sebuah
organisme aerobik adalah Staphylococcus aureus.

Bakteri anaerob berkembang biak dengan sedikit atau tak ada oksigen bebas Yang
tersedia. Anaerob biasanya menyebabkan infeksi jauh di dalam rongga Pleura, di sendi,
atau di dalam saluran sinus. Contoh organisme anaerobik adalah Bacteroides fragilis.

Sebagian besar organisme membutuhkan air atau kelembaban untuk bertahan hidup.
Misalnya, tempat yang sering ditinggali mikroorganisme adalah drainase lembab dari
luka bedah.

- Suhu.

Mikroorganisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Setiap spesies bakteri
memiliki suhu di mana ia tumbuh paling baik. Suhu ideal untuk sebagian besar patogen
manusia adalah 20 0 hingga 43 0 C.

- pH.

Keasaman lingkungan menentukan kelangsungan hidup mikroorganisme. Kebanyakan


mikroorganisme lebih suka lingkungan dalam kisaran pH 5,0 hingga 7,0. Bakteri
khususnya berkembang dalam urin dengan pH basa.

- Cahaya

Mikroorganisme tumbuh subur di lingkungan yang gelap seperti di bawah balutan dan
di dalam rongga tubuh (Potter, Perry, Stockert, Hall, & Ostendorf, 2017).

3. PINTU KELUAR (PORTAL OFEXIT)

Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak,


mereka perlu menemukan portal keluar jika mereka ingin memasuki inang Iain dan
menyebabkan penyakit. Portal keluar tennasuk Situs seperti darah, kulit dan selaput lendir,
saluran pemapasan, saluran genitourinari (GU), saluran gastrointestinal (GI), dan
transplasenta (ibu ke janin).

Contoh:

- Kulit dan Membran Mukosa.

Kulit dianggap sebagai Pintu keluar karena setiap kerusakan integritas kulit dan mukosa
membran memungkinkan patogen untuk keluar dari tubuh. Ini mungkin ditunjukkan
dengan adanya purulen drainase.

- Saluran pernafasan.

Patogen yang menginfeksi saluran pernapasan sepelti virus influenza dikeluarkan dari
tubuh ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk.

- Saluran kemih.

Biasanya urin steril. Namun, ketika pasien mengalami infeksi saluran kemih (ISK),
mikroorganisme keluar saat buang air kecil.

- Saluran pencemaan.

Mulut adalah salah satu tempat tubuh manusia yang paling terkontaminasi bakteri,
tetapi sebagian besar organisme adalah flora normal. Organisme yang mempakan flora
nonnal pada satu orang dapat menjadi patogen bagi orang lain. Misalnya, organisme
keluar ketika seseorang mengeluarkan air liur. Tambahan, Pintu keluar gastrointestinal
meliputi emesis, eliminasi usus, drainase empedu melalui pembedahan luka, atau selang
drainase.

- Saluran reproduksi.

Organisme seperti Neisseria gonorhea dan HIV keluar melalui meatus uretra pria atau
wanita saluran vagina selama kontak seksual.

- Darah.

Darah biasanya mempakan cairan tubuh yang steril; Namun, dalam kasus penyakit
menular seperti: HBV, HCV, atau HIV, menjadi reservoir patogen. Organisme keluar
dali luka, situs pungsi vena, hematemesis, dan tinja berdarah (Potter et al. , 2017)
4. SARANAPENULARAN (MODE OF TRANSMITION)

Jalur Penyebaran mekanisme bagaimana transpor agen infeksi clari reservoir ke


penderita.

Cara penularan mikroorganisme

Kontak (langsung & tidak langsung), droplet, airbome, kendaraan dan vektor.

- Kontak langsung

Kontak fisik orang-ke-orang (feses, oral) antara sumber dan pejamu yang rentan (mis.
menyentuh

kotoran pasien dan kemudian menyentuh mulut bagian dalam atau mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi).

- Tidak langsung

Kontak pribadi pejamu yang rentan dengan benda mati yang terkontaminasi (misalnya
jarum atau benda taj am) benda, pakaian, lingkungan).

- Droplet

Partikel besar yang bergerak hingga 3 kaki saat batuk, bersin, atau berbicara dan
bersentuhan dengan pejamu yang rentan.

- Airbome

Droplet yang menguap tersuspensi di udara selama batuk atau bersin atau membawa
pattikel debu.

- Kendaraan (perantara)

Barang yang terkontaminasi, air, obat-obatan, darah, makanan (tidak ditangani,


disimpan, atau dimasak dengan benar; daging segar atau dicairkan).

- Vektor

Transfer mekanis eksternal (lalat), penularan intemal seperti kondisi parasit antara
vektor dan inang seperti: nyamuk, kutu,centang (Potter et al., 2017).
5. PINTU MASUK (PORTAL OF ENTRY)

Sebelum seseorang dapat terinfeksi, mikroorganisme harus masuk tubuh. Kulit adalah
penghalang untuk agen infeksi; Namun, setiap kemsakan pada kulit dapat dengan mudah
berfungsi sebagai pintu masuk. Seringnya, mikroorganisme memasuki tubuh inang dengan
rute yang sama mereka gunakan untuk meninggalkan sumbemya (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2008).

6. PEJAMU YANG RENTAN

Kerentanan mengacu pada kemampuan individu yang tełpapar (atau sekelompok


individu) untuk melawan infeksi atau membatasi penyakit sebagai akibat dari susunan
biologis mereka. Faktor yang mempengałuhi kerentanan termasuk bawaan, faktor genetik dan
faktor yang didapat seperti kekebalan spesiflk yang berkembang setelah paparan atau
vaksinasi (van seventer & hochberg, 2016).

Pejamu rentan adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk
melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Kerentanan host bagaimana
individu mendapatkan infeksi tergantung pada kerentanannya terhadap agen infeksius.

Mikroorganisme dapat menyebar ke orang iain tetapi tidak berkembang menjadi infeksi jika
sistem kekebalan tubuh seseorang dapat melawannya. Mereka mungkin menjadi pembawa
(carrier) tanpa gejala, selanjutnya menjadi mode transmisi ke host rentan yang iain. Setelah
host terinfeksi, ia mungkin menjadi reservoir untuk transmisi penyakit ke depannya.

Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, mereka yang
mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak kecil atau bayi, lanjut usia, orang
dengan penyakit kronis, orang yang menerima terapi medis seperti kemoterapi, atau steroid
dosis tinggi, orang dengan luka terbuka. Jadi kerentanan ini dapat disebabkan sebagai akibat
dari proses penyakit, pengobatan, atau tindakan medis. Sistem kekebalan tubuh yang tidak
efektif ini membuat mereka rentan terhadap agen infeksi dalam lingkungan pelayanan
kesehatan.

Faktor yang mempengamhinya yaitu

• Umur Status Gizi, Status Imunisasi, Penyakit Kronis.

• Luka Bakar Yang Luas Atau Trauma Akibat Pembedahan.

Faktor Lain Yang Mempengatuhi Pejamu Rentan Adalah


• Jenis Kelamin,

• Ras Atau Etnis Tertentu, Status Ekonomi, Gaya Hidup, Pekerjaan Dan Herediter.

7. JUMLAH MIKROORGANISME

Jumlah mikroorganisme adalah banyaknya mikroorganisme. Banyaknya


mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi tergantung pada vilulensi
organisme, kerentanan inang, dan bagian tubuh yang terkena (potter et al., 2017)

8. VIRULENSI

Vimlensi adalah kemampuan organisme untuk menghasilkan penyakit dengan cepat.

Potensi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit tergantung pada: pada
jumlah mikroorganisme yang ada; virulensi mereka, atau kemampuan untuk menghasilkan
penyakit; kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam suatu inang; dan kerentanan
pejamu (potter et al., 2017).

Organisme dan Reservoirnya

Patogen yang ditemukan dan infeksi yang di akibatkan

Organisme Reservior utama Infeksi Utama/ Penyakit

Bakteri
Eschericia coli
Kolom Gastroentritis, infeksi saluran kemih

Streptococcus 6 Genetalia orang Infeksi perkemihan, infeksi luka, sepsis

Hemolitikus Dewasa pasca melahirkan

Stophylococcus Kulit, rambut,


Mulut Infeksi tenggorokan, demam rheuma,
Aureus
infeksi luka

Neisseria Traktus genetourina

Gonorrhoeae rius, rektum Gonorea, konjnctivitis, infeksi panggul.


Virus
Hepatitis Virus A
Feses Hepatitis A
Hepatitis Virus B
Darah,cairan tubuh Hepatitis B

Virus herpes simpleks tertentu kontak


Meningitis aseptik, penyakit menular
seksual

Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan

Patogen yang banyak ditemukan dan infeksi yang di akibatkan

Organisme Reservoir utama Infeksi utama / penyakit

Human Lesi mulut/kulit ludah Seksual, infeksi her pes.


genital. Darah, cairan
Immunodeficiency Aquired immunodeficiency Syndrome
semen, sekret vagina
(HIV) Virus (AIDS)
melalui kontak
seksual

Jamur

Aspergilus Sampah, debu, mulut, Pneumonia, sepsis


kulit,kolon,traktus
urogenitalis
Condida albicans Kandidiasis, pneumonia, sepsis
Traktus urogenitalis,
mulut, kulit, kolon

Protozoa

Plasmodium Darah Malaria

alciparum
Beberapa tindakan umum untuk mencegah penularan infeksi yaitu :

1. Aseptik yaitu suatu tindakan untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam


tubuh yang mungkin akan mengakibatkan infeksi. Tujuannya untuk mengurangi atau
menghilangkan sejumlah mikroorgamsme yang akan masuk.

2. Antiseptik yaitu cara pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh.

3. Dekontaminasi merupakan langkah penting dalam penanganan peralatan, perlengkapan,


sarung tangan, dan semua benda yang terkontaminasi oleh cairan ataupun darah pasien.
Contohnya adalah alat-alat kesehatan, dan santng tangan.

4. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua kotoran yang kasat mata sepelti
darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing sepelti debu dengan sabun atau diterjen, air dan
sikat. Tujuan dari pencucian untuk membantu menurunkan mikroorganisme yang berada di
pennukaan benda.

5. Sterilisasi yaitu tindakan menghilangkan semua mikroolganisme.

6. Desinfeksi mentpakan tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme


penyebab penyakit dari benda
BAB II

PENUTUP

a. Kesimpulan

Agen-agen infeksius adalah mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain
virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia. Agen pencetus infeksi terdiri atas
beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam menimbulkan infeksi progresif
dan penyakit. Agen infeksius patogen harus mampu melakukan metabolisme dan
memperbanyak diri di dalam jaringan hospes. Agen tersebut harus mendapatkan tekanan
oksigen, pH yang sesuai, suhu, dan lingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis.

Secara umum Virus merupakan partikel yang tersusun atas unsur genetik (genom) yang
mengandung salah satu asam nukleat. Bentuk Virus ada berbentuk bulat, oval, memanjang,
silindariis, dan ada 4 juga yang berbentuk T. Satuan ukuran virus biasanya dinyatakan dalam
nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer

b. Saran

Sampai saat ini masih banyak infeksi virus yang belum dapat disembuhkan karena itu
penelitian mengenai mekanisme molekular infeksi virus dan pengaruhnya terhadap sistem
imun manusia perlu ditingkatkan sehingga penanganan mampu pencegahan infeksi virus
dapat dilakukan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B. , Erb, G. , Berman, A. , & Snyder, S. J. (2008). Fundamentals OfNursing:


Concepts, Pyocess, and Practice (8th ed.). Upper Saddle River, New Jersey: Prentice
Hall Health. https://doi.org/10.1097/00000446-19SIS1110-0004

Padoli. (2016). Mikrobiologi clan parasitologi keperawatan. Kemenkes RI.

Potter, P. A., Peny, A. G., Stockert, P. A., Hall, A. M., & Ostendorf, W. R. (2017).
Fundamentals ofNursing (9th ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier Health Sciences.
https://doi.org/10.2307/346124S

Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi I (Umum). Jakarta:
Sangung Seto. http:
/repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/Chapter002011.pdf http:
dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BABIVvirus.pdf https:
mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf http:
digi1ib.uni1a.ac.id/5690/11/13.BAB%2011.pdfhttp:
/repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/ChapterO02011.pdf,http:/
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4 Chapter%02011.pdf

Siregar, E N (2020)_ UPAYA PERAWAT DALAM MEMUTUS RANTAI INFEKSI


UNTIJK KESELAMATAN PASIEN DI SAKIT_

Staf Penagajar FK UI, (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

van Seventer, J. M. , & Hochberg, N. S. (2016). Principles of Infectious Diseases:


Transmission, Diagnosis, Prevention, and Control. International Encyclopedia
ofPublic Health. https://doi.or$10.1016/B978-O-12-803678-5.00516-6

Anda mungkin juga menyukai