Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN VIROLOGI

ISOLASI VIRUS

NAMA : HASRAWATI
NIM : A202102009
KELAS : E3 Non Reguler
KELOMPOK :

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tata cara pengambilan dan penanganan specimen biakan
klinis virus
2. Untuk mengetahui tata cara biakan kultur oertumbuhan virus.
3. Untuk mengetahui manfaat untuk melakukan inokulasi dan isolasi virus
serta tahapan inokulasinya.
4. Mengetahui tata cara melakukan inokulasi dan isolasi virus pada media
telur ayam bertunas (TAB).

B. TINJAUAN PUSTAKA
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya
apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda
mati karena ia dapat dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup,
karena virus dapatmemperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang. Para ahli
biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel
tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu
virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memilki
kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah diri
sendiri (Subhan, 2017)
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus
adalah parasit mikroskopik yang menginfeksiselorganisme biologis. Secara
umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang
mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)
atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang
berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar
tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu
memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat
bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel inang
(parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan
dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel
(Subhan, 2017)
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang
terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama
virion. Virion tidak melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat
virion memasuki sel inang, baru kemudian akan terjadi proses reproduksi.
Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas inang untuk
menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus (Subhan, 2017).
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi
kimiawinya. Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang,
silindariis, dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih
kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3
mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan
dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta
milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar
yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang
hanya berukuran 28 nm (Subhan, 2017).
Susunan Tubuh

1. Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein.
Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain. Fungsi:
1) Memberi bentuk virus
2) Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
3) Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel
2. Isi, terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul
pembawa sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki
satu asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-
duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut
nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi
DNA.
3. Kepala, pada kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid.
Kapsid tersusun oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.
4. Ekor Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk
menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala
kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus
terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari
protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang
dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak memiliki ekor.
Ayam (Gallus sp.) merupakan salah satu ternak unggas yang
sudahkomersial untuk dipelihara. Bangsa-bangsa ayam yang dipelihara dan
berkembangdiseluruh dunia sangat banyak ragamnya. Tetapi, pada dasarnya
ayam memiliki 4nenek moyang yaitu: gallus gallus (ayam hutan merah),
gallus varius (ayam hutanhijau), gallus sonerrati (ayam hutan kelabu) dan
gallus lafayeti (ayam hutanCeylon). Masing-masing dari ayam tersebut
memiliki ciri-ciri eksterior yang berbeda dan temperamen yang berbeda
juga.Secara garis besar, ayam dapat dibedakan menjadi ayam buras dan ayam
ras.Ayam buras (bukan ras) merupakan ayam lokal, sedangkan ayam ras
merupakanhasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang mampunyai
produktivitas yang tinggi (Emelia et al,2015).
Penyakit tetelo atau Newcastle disease (ND) merupakan salah satu
penyakit unggas yang sangat penting di industri peternakan. Distribusi ND
sudah terjadi di seluruh dunia antara lain Asia, Afrika, dan Amerika. Hanya
negara-negara Oceania relatif bebas dari penyakit ini, meskipun wabah yang
serius pernah terjadi di Australia selama tahun 1998-2000 (Kirkland, 2000).
Newcastle disease juga merupakan penyakit unggas yang sangat merugikan
secara ekonomi karena infeksi yang diakibatkan dapat menyebabkan
kematian mencapai 100%. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE)
memasukkan penyakit ini dalam kategori notifiable diseases, yang pada
sistem lama dikategori-kan sebagai penyakit “list A” (Emelia et al,2015).
Newcastle disease (ND) merupakan penyakit virus yang sangat
kontagius yang menyebabkan penurunan produksi dan kerugian ekonomi
pada peternakan ayam. Penyakit ND bersifat endemik di Indonesia dan
ditemukan di berbagai daerah. Sejauh ini penanggulangan wabah ND
dilakukan dengan program vaksinasi namun sampai sekarang wabah ND
tetap menjadi masalah yang serius di industri peternakan ayam Sesuai
dampak yang ditimbulkan maka Newcastle disease merupakan salah satu
penyakit unggas yang termasuk daftar A oleh Office International des
Epizooties (OIE) (Fedry et al, 2015).
Penyakit ND disebabkan oleh virus Newcastle disease (VND) yang
disebut Avian paramyxovirus serotype 1 (APMV-1), genus Avulavirus, famili
Paramyxoviridae. Genom virus ND tersusun atas RNA berserat tunggal,
polaritas negatif dengan panjang ± 15.200 nukleotida (nt). Genom itu
menyandi 6 protein struktural, yaitu nukleoprotein(NP), phosphoprotein (P),
matrix protein (M), fusion protein (F), hemaglutinin-neuraminidase protein
(HN) dan large polymerase (L). Selain protein struktural diatas, terdapat dua
protein non struktural yang disandi oleh gen P, yaitu protein V dan M (Fedry
et al, 2015).
Avian paramyxovirus serotype1 menginfeksi sebagian besar spesies
unggas, namun ayam merupakan spesies yang paling peka. Berdasarkan
virulensi VND dalam membunuh ayam dan telur ayam bertunas, virus ini
dikelompokan menjadi lima subtipe yaitu : 1) tipe velogenik viscerotropik
adalah tipe VND yang menyebabkan kematian akut dengan perdarahan pada
saluran pencernaan dan banyak ditemukan di Asia; 2) tipe velogenik
neurotropik yang menimbulkan gangguan pernapasan dan saraf dengan
tingkat kematian yang tinggi pada kebanyakan unggas di Amerika; 3) tipe
mesogenik yang menimbulkan gangguan pernapasan dan saraf dengan
mortalitas rendah; 4) tipe lentogenik yang menimbulkan penyakit ringan
dengan gangguan pernapasan; 5) tipe asimptomatik enterik yang bereplikasi
pada saluran pencernaan namun tidak menimbulkan kematian (Fedry et al,
2015).
Standar referensi untuk mendiagnosis virus ND adalah isolasi virus,
meskipun banyak metode lain yang dapat digunakan. Isolasi virus penting
untuk mengonfirmasi keberadaan virus dan untuk karakterisasi virus
selanjutnya. Telur ayam berembrio (TAB) spesific pathogen free (SPF) umur
9-11 hari dan chicken embrio fibroblast (CEF) sering digunakan untuk
isolasi, sedangkan untuk identifikasi virus digunakan uji haemagglutination
(HA) dan haemagglutination inhibition (HI) dengan spesifik antisera (Emelia
et al,2015).
Virus adalah penyebab infeksi terkecil berdiameter 20-300
nm. Genomvirus hanya mengandung satu macam asam nukleat yaitu
RNA/DNA. Asam nukleat virus terbungkus dalam suatu kulit
protein yang dapat dikelilingi oleh selaput yang mengandung lemak.
Seluruh unit infektif disebut virion. Virus hanya bereplikasi dalam sel
hidup. Replikasinya dapat intranuklear atau intrasitoplasmik. Virus tidak
dapat melakukan sintesis komponen genetik dan struktural selvirus
dengan sendiri, karena sangat tergantung pada perangkat replikasi
selnya. Proses replikasi virus menggunakan komponen
makromolekular dan energi selhospes, sehingga mengganggu fungsi
sel hospes yang mengakibatkan kerusakan selhospes dan penyakit
infeksi. Efek sitopatogenik merupakan salah satu kelainan selhospes
yan g di sebabkan ol eh t erj adin ya r epli kasi vi rus. Efek
pat ogeni s yai t u perubahan bentuk sel dan pelepasan dari sel-sel
yang berdekatan atau dari tempat perkembangbiakannya.
Paramyxovirus menyebabkan terbentuknya sel berinti banyak yang
sangat besar (giant cell) yang disebut sinsitium. Sinsitium dapat terdiri dari 4-
100 nukleus dalam sitoplasma. Newcastle disease juga merupakan penyakit
unggas yang sangat merugikan secara ekonomi karena infeksi yang
diakibatkan dapat menyebabkan kematian mencapai 100%.
Penularan Virus ND dapat terjadi secara langsung antar ayam
dalam satu kelompok ternak tertular. Sumber virus biasanya berasal
dari ekskreta ayam terinfeksi baik melalui pakan, air minum, lendir,
feses,maupun udara yang tercemar virus, peralatan, dan pekerja
kandang. Patogenisitas VND dipengaruhi oleh galur virus, rute infeksi,
umur ayam, lingkungan, dan status kebal ayam saat terinfeksi virus.
Selama sakit, ayam mengeluarkan virus dalam jumlah besar melalui
feses (Rianzani, 2015).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat dan bahan pengambilan swab kloaka dan trache/nasofaring serta
isolasi dan inokulasi Telur Ayam Berembrio (TAB)
Alat Bahan
 Flocked/swab  2 Buah telur ayam umur 8-12 hari
 NaCl
 Handscond  Sampel darah
 Jarum pentul  Sampel kloaka dan trachea Hewan
 Petrik disk rak Unggas (Ayam)
penyimpanan telur  Sterptomycin Sulfate
 Selotip  Penicillin G
 Spidol  Tabung EDTA (Antikoalgulan)
 Spoit 0,1 mL  VTM (viral media transport)
 Spoit 3 mL

2. Alat dan bahan uji serologis Hemaglutinasi TAB


Alat Bahan
 Batang pengaduk  Larutan antibiotic
(untuk menghomogenkan)  Suspense eritrosit 1%
 Beaker/Botol steril  Telur ayam berembrio (TAB)
(untuk penyimpanan cairan
alantois)
 Kaca objek/laca slide yang
bersih.
 Pipet Pasteur
D. PROSEDUR KERJA
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Dilihat telur ayam berembrio, apakah masih hidup atau tidak dengan
menggunakan senter.
3) Dilihat ruang kosong pada bagian telur kemudian dibuat lingkaran
mengikuti ruang kosong tersebut.
4) Dibuat lubang kecil pada telur ayam dengan menggunakan bor telur atau
dengan menggunakan jarum spoit dilakukan secara hati-hati.
5) Dibuat larutan antibiotic dengan melarutkan antibiotic streptomycin
sulfate dan penicillin masing-masing 0,01 gr dengan aquades sebanyak 1
mL.
6) Divorteks larutan antibiotic hingga larut.
7) Dilakukan swab kloaka dan nasofaring pada ayam dan swabnya disimpan
dalam tabung vtm.
8) Dimasukkan antibiotic sebanyak 0,1 ml ke dalam telur berembrio.
9) Ditutup lubang pada telur dengan menggunakan selotip/kuteks atau lilin.
10) Diinkubasi dalam suhu ruang.
11) Diamati setiap 4 jam untuk melihat apakah embrionya masih bergerak
atau tidak.
12) Apabila embrio di dalam telur sudah tidka bergerak selanjutnya
dimasukkan ke dalam kulkas.
Prosedur kerja selanjutnya setelah dilakukan inkubasi dan pengamatan
setiap 4 jam dan emrio Sudha tidka bergerak maka dilanjutkan dengan Uji
Hemaglutinasi (HA) cepat pada kaca benda atau objek gelas, sebagai berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil sampel darah kemudian disentrifuge kemudian dipisahkan
serumnya.
3. Dibuat suspens sel darah merah 1 %.
4. Setelah itu kemudian kulit telur dipotong diatas batas rongga udara lalu
cairan alanto aminionic diambil dengan menggunakan pipet Pasteur atau
spoit.
5. Embrio dikeluarkan dan diletakkan didalam cawan petri.
6. Setelah smeuanya sudah disiapkan makan akan dilanjutkna uji
hemaglutinasi (HA) yaitu sebagai berikut:
1) Diteteskan 1 tetes suspense antigen (cairan allantois) diatas objek gelas
dan didekatnya diteteskan pula satu tetes suspense sel darah merah 1%.
2) Dicampurkan kedua tetesan tersebut dengan menggunakan batang
korek api, lalu diaduk beberapa saatb smapai merata.
3) Diamati terjadinya butiran berpasir warna merah atau terjadinya
aglutinasi pada objek gelas sebagai tanda reaksi tersebut positif.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil pengamatan

No Pengamatan Hasil pengamatan Keterangan


1 Inokulasi telur 18 Juni 2022
ayam bertunas (dilakukan inokukasi)
20 Juni 2022
(Telur I mati pukul 10:00
WITA)
20 Juni 2022
(Telur II mati pukul
14:00 WITA)

2 Pemanenan telur Gambar embrio yang Ditemukan bercak putih


ayam bertunas sudah dikeluarkan dari Tidak ada pendarahan
cangkang dan dibawah kulit embrio
diletakkan pada cawan Terjadi penebalan selaput
petri korioalantois
3 Uji Tidak terjadi aglutinasi =
Hemaglutinasi negative

2. Pembahasan
Standar referensi untuk mendiagnosis virus ND adalah isolasi
virus, meskipun banyak metode lain yang dapat digunakan. Isolasi virus
penting untuk mengonfirmasi keberadaan virus dan untuk karakterisasi
virus selanjutnya. Telur ayam berembrio (TAB) spesific pathogen free
(SPF) umur 9-11 hari dan chicken embrio fibroblast (CEF) sering
digunakan untuk isolasi, sedangkan untuk identifikasi virus digunakan uji
haemagglutination (HA) dan haemagglutination inhibition (HI) dengan
spesifik antisera.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji rapid hambatan
hemaglutinasi (HA) adalah uji cepat untuk mengetahui adanya hambatan
hemaglutinasi virus oleh serum VND. Sampel yang positif ditandai
dengan adanya gumpalan SDM pada dasar sumuran mikroplat.
Praktikum dilakukan di laboratorium DIV Teknologi
Laboratorium Medis Universitas Mandala Waluya, di temukan hasil tidak
terjadinya aglutinasi yang berarti tidak ditemukan virus pada media telur
ayam bertunas (TAB).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktikum
ialah harus memperhatikan kebersihan dalam melaksanakan praktikum,
penambahan larutan yang digunakan agar hasil yang didapatkan akurat
apabila terjadi kekurangan atau kelebihan hal tersebut dapat menghambat
dalam proses praktikum serta hasil yang didapatkan tidak akurat dan
melakukan setiap tahapan praktikum dengan teliti.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum ditemukan hasil ialah tidak terjadinya
aglutinasi yang berarti tidak ditemukan virus pada media telur ayam bertunas
(TAB).
DAFTAR PUSTAKA
Emilia, Surachmi Setiyaningsih, Retno Damayanti Soejoedono. (2015). Isolasi
Dan Karakterisasi Biologik Virus Newcastle Disease. Jurnal Kedokteran
Hewan Vol. 9 No. 1
Fedry Rell, Anak Agung Mirah Adi, I Gusti Ngurah Kade Mahardika. (2015).
Virulensi Virus Newcastle Disease Isolat Lapang Berdasarkan Analisis
Bioinformatika Gen Protein Hemaglutinin – Neuraminidase Jurnal Ilmu
Dan Kesehatan Hewan, Vol 3 No 1: 17-28 17
Rianzani Octavia. (2015). Inokulasi Virus Pada Telur Ayam Berembrio. Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto.
https://www.coursehero.com/file/120566862/inokulasi-virus-pada-telur-ayam-
berembriopdf/
Subhan Yanto, 2017. Virus. Universitas Of Serang Raya
https://unsera.academia.edu/SubhandYanto?swp=tc-au-37714769

Anda mungkin juga menyukai