Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PRATIKUM ILMU DASAR KEPERAWATAN II

MIKROSKOPIS AGEN INFEKSI

DISUSUN OLEH

NAMA : CANTIKA DWI PUTRI

KELAS : 2A

NIM : 1911312065

KELOMPOK :C

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
1. Mikroskopis
Adalah sebutan untuk makhluk hidup yang tidak bisa di lihat secara langsung
dan perlu bantuan alat untuk dapat kita lihat. Untuk mengamati hewan atau benda
mikroskopis, kita perlu menggunakan alat bantu untuk dapat memperjelas objek
pengamatan. Alat bantu tersebut dapat berupa kaca pembesar (lup) maupun
mikroskop. Mikroskop (bahasa Yunani: micron= kecil dan scopos= tujuan) adalah
sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Tanpa bantuan mikroskop kita tidak dapat mengamati bagian-bagian
sel/jaringan dengan jelas dan terperinci.
Mikroskop dapat membuat objek pengamatan yang kecil terlihat lebih besar.
Mikroskop awalnya dibuat tahun 1590 oleh Zaccharias Janssen dan Hans, seorang
tukang kacamata dari Belanda. Selanjutnya pada tahun 1610, Galileo, ahli fisika
modern dan astronomi menggunakan mikroskop untuk mengamati gejala alam.
Beberapa tahun kemudian Antonie van Leuwenhoek dari Belanda membuat
mikroskop dengan satu lensa yang dapat membesarkan objek yang diamati sampai
300 kali. Tahun 1663 Robert Hooke, ilmuwan Inggris meneliti serangga dan
tumbuhan dengan mikroskop. Ia menemukan sel-sel kecil pada gabus.
2. Definisi Agen-agen infeksius
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam
tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk
dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh,
pada satu ujung spektrum, satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk
menimbulkan penyakit (misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba
lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan untuk menimbulkan
penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh suatu agen
infeksi agar menimbulkan penyakit.
1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak
diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan
tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu, danlingkungan nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme
pertahanan hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan
sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari
mekanisme pertahanan hospes jelas akan membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold,
1994).
a. Virus
1. Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus
adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara
umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang
mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)
atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang
berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar
tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu
memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat
bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel inang
(parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan
dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel
2. Bentuk dan Ukuran Virus
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi
kimiawinya. Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang,
silindariis, dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih
kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3
mikrometer (1 µm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan
dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta
milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar
yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang
hanya berukuran 28 nm
3. Susunan Tubuh
 Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas
protein. Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.
Fungsi:
a. Memberi bentuk virus
b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel
 Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul
pembawa sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu
asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya.
Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut nukleoprotein.
Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.
  Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid
tersusun oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.
  Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk
menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala
kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus
terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari
protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang
dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak memiliki ekor.
4.  Pengembangbiakan Virus
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis
protein virus dan virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat
sedikit dapat banyak. Untuk tujuan diagnosti, sebagian besar virus ditumbuhkan
dalam biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu; pemakaian telur
embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk
investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal
dari jaringan tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.
5. Klasifikasi Virus
Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi
akhiran virinae Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne &
Tournier adl ahli dlm taksonomi virus, berdasarkan criteria:
1. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.
2. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.
3. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bagi
replikasi genom.
4. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.
5. Cara penyebaran alamiah.
6. Gejala2 yang timbul.
7. Ada tidaknya selubung.
8. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk virus
helikoidal.
Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya
mempunyai anggota yang mampu menyerang mns & binatang.
Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:
- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:
- Adenoviridae - Papovaviridae
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae
Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified
virus) karena banyak sifat biologiknya belum diketahui.
6.  Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai
mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang merugikan.

1. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa


genetika karena dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang
secara genetis identik). Sebagai contoh adalah virus yang membawa gen untuk
mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga digunakan untuk terapi gen
manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan kanker
dapat disembuhkan.

2. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan


berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan
7. Penyakit-penyakit Akibat Virus
Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.
1. Melalui saluran pernafasan
contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab
campak, ronavirus penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit
cacar, virus varicella penyebab penyakit cacar air.

2. Melalui saluran pencernaan


contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus
penyebab diare

3. Melalui kulit & mukosa genitalia


contoh : virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus
penyebab DBD, rabies penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab
hepatitis
4. Melalui plasenta
contoh : virus rubella, cytomegalovirus
8. Beberapa Virus yang Merugikan
1. Virus Hepatitis
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat
disebabkan oleh berbagai virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E.
Karena perkembangan penyakit kuning merupakan fitur karakteristik penyakit
hati.

2. Human Immunodeficiency Virus (HIV)


Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus
RNA berselubung. Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirusyang
biasanya menyerang organ vital system kekebalan manusia sepertisel T CD4+
(sejenissel T), makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi melalui DNA perantana
menggunakan DNA polimer yang dikendalikan oleh RNA (reverse transcriptase).
Terdapat 2 tipe yaitu: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi 3 kelompok:
kelompok M, O, N.
b. Bakteri
1.  Definisi
Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom
tunggal dan tidak memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007) Bakteri adalah
nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel
satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau
batang dan umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela
diri dan bahan – bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti.
(BIMA, 2005)
2. Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain:
1. Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari
fagositosis dan desikasi (kekurangan).
2. Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang
diperantarai oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.
3. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel
pejamu dan kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria
terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel
ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi bervariasi antarstatin
sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria gonorrhoeae).
4. Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu
untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela
dapat tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel (polar) atau di
banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya Treponema),
flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.
5. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang
tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan
imunitas dan eradikasi oleh antibiotik.
6. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi
lingkungan yang tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup
jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali pada
kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)
3. Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan
pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang
pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan
mengakibatkan beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006).

b. Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang
dapat menumbuhkan bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman
dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri
untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi jenis-
jenis yang ditemukan.

Medium pembiakan terdiri dari :


1) Medium pembiakan dasar
Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang
mengandung bahan yang umum diperlukan oleh sebagian besar
mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat
medium pembiakan lain. agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau
bulyon agar.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)


Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar
dengan penambahan bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri
tertentu yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.

3) Medium pembiakan selektif


Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang
diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam
bahan pemeriksaan.
c. Jamur
1. Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom)
yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada
jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau
pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang disebut jamur bersifat
heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak
berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al.,
2006).
2. Klasifikasi Jamur
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu
dari kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan
siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk
deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik.
Berikut ini disajikan Tabel 1 untuk membedakan 5 kelompok jamur.
a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup
di air atau di dekat badan air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya
terdiri atas hifa yang tidak bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti.
Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit. Pembiakan aseksualnya
dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk yang hidup di darat.
Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini
antara lain: Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan
Mimms, 1979).
b. Zygomycetes
Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah”
yang dicirikan dengan hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang
biak secara aseksual dengan zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini
adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia, Phycomyces termasuk kelompok
ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh dari anggota
kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga
berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans juga
mempunyaisporangiospora.
c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam
kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di
dalamnya terbentuk spora yang disebut askuspora. Setiap askus biasanya
menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini umumnya
memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium
aseksual.
d. Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut
basidiospora. Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur
payung dan cendawan berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang
spora seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda dari jamur
berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari
dua hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki
kedua inti yang disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-
sel yang diploid membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang
haploid.

e. Deuteromycetes
Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum
diketahui siklus reproduksi seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini
“tidak sempurna” karena belum ada spora seksual mereka yang ditemukan.
Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora, arthrospora,
konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa
yang bersekat (Tortora, et al., 2001).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan
yaitu dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora.
Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang
dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki
karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur
terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan
tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan
Mimms, 1979).
3. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
a. Suhu
b. Intesitas cahaya
c. Ph
d.  Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas
pertahanan yang berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam
host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel
host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada
antibodi spesifik. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme
untuk masing-masing parasit
e. Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang
sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim
yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan
glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh
dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh
dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di
dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam
tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada
umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan
atau oleh bahan-bahan bakterisid
f. Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel
dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan
Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron,
berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia
berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius,
berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan
sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan
kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-
48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen
spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam
dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon
atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan
jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah

1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar secara


difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada
manusia, omitosisi pada burung dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan
mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada
manusia dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-
spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.
g. Agen Infeksi Opportunistik
Definisi Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang
sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya
terganggu, termasuk infeksi HIV. Organisme-organisme penyakit ini sering hadir
dalam tubuh tetapi umumnya dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh yang
sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV mengembangkan infeksi oportunistik,
tahapannya masuk ke diagnosis AIDS.
Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium
lanjutinfeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi
agen yang jarang menyebabkan penyakit serius pada individu yang
imunikompeten. Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi pada pasien yang
terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000
sel/μl menjadi kurang dari 200 sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering
terjadi pada pasien AIDS yang tidak dapatdiobati yaitu :
1. Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.
2. Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes
immitis,Histoplasma capsulatum, Pneumocytis jiroveci.
3. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium
intracellulare,Listeria monocytogenes, spesies salmonella.
4. Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus,
virus poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C

Anda mungkin juga menyukai