PENDAHULUAN
Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat.
Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-
perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau
bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris
sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
Perubahan yang diakibatkannya tidak membahayakan bagi sel atau bahkan
bersifat menguntungkan. Dalam beberapa kasus, apakah virus tersebut bertindak
sebagai agen penyakit atau sebagai agen pewaris sifat tergantung dari sel-sel
inangnya dan kondisi lingkungan. (Jawetz.2005)
1
BAB II
ISI
Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk
dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA or DNA.
Partikelnya secara utuh disebut “VIRION” yang terdiri dari “Capsid” yang dapat
terbungkus oleh sebuah Glycoprotein/membrane lipid. Virus resisten terhadap
antibiotics
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah
daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat
menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan,
yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga
masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang
2
dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897
setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di
dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena
kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali
ditransfer antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan
bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan
hidup pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa
penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat
dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya
adalah bakteri yang sangat kecil.
3
Ukuran virus lebih kecil dibandingkan dengan sel. Ukurannya berkisar
dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer. Unit pengukuran virus biasanya
dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1000 mikrometer dan 1 juta
milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu
berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang hanya
berukuran 28 nm. Berikut adalah gambar struktur dari tubuh virus :
Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus
dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau
RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear
tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil
sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan
virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan
adalah RNA yang beruntai tunggal.
4
Ukuran gen DNA virus antara 3,2kbp sampai 375 kbp. Sedangkan untuk
gen RNA virus antara 7 kb samapai 30 kb. Semua kelompok virus DNA
mempunyai genom molekuo DNA tunggal dan mempunyai susunan linier atau
sirkuler. Untuk kelompok virus RNA bisa linier tunggal. Sedangkan virus yang
lainnya gen terdiri dari beberpa segmen RNA yang terkait agak longgar didalam
virion.
Asam nukleat virus memiliki ciri khas dari kandungan G+C.gen virus
DNA dapata dianalisa dan dibandingkan dengan menggunakan pembatas
endonuklease. Sedangkan gen virus RNA dikerjakan dengan menggunakan DNA
klon secara molekuler sebagai salinan dari RNA dan juga dari peta terbatas.
Pengujian reaksi rantai polimerase dan teknik hibridisasi molekuler dapat
mempelajari transkripsi dari gen virus didalam sel yang terinfeksi, hal ini sama
baiknya dengan perbandingan keterkaitan dari virus virus yang berbeda (Jawetz,
Melnick & Adelberg,2005).
5
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan
tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa
bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein
virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang
dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T,
yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4,
butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid
sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein
kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
Seperti yang telah dijelaskan pada virus campak, beberapa jenis virus
memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada
hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid. Selubung
ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung
protein dan glikoprotein yang berasal dari virus. Selain protein selubung dan
protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya.
Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat
pada “kepala” kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk
menempel pada suatu bakteri.
C. ENZIM VIRUS
Telah dikatakan sebelumnya bahwa partikel virus tidak melakukan
metabolisme sendiri. Namun beberapa virus memiliki enzim yang berperan dalam
siklus infeksi. Sebagaicontoh, banyak virus yang memiliki asam nukleat
polimerase yang mentranskripsi asam nukleat virus kedalam mesengger RNA
pada saat siklus infeksi dimulai. Retrovirus memiliki enzim reverse transkriptase
yang berfungsi untuk menstanskripsikan RNA ke DNA intermediat. Enzim
neuramidase yang dimiliki oleh virus influenza berfungsi untuk memecah ikatan
glikosida dari glikoprotein dan glikolipid yang terkandung dalam jaringan ikat sel
hewan, enzim ini bekerja pada saat lisis/pelepasan. T4 bakteriophage memiliki
6
enzim lisosom yang berfungsi untuk melubangi dinding sel bakteri sehingga DNA
virus dapat masuk ke dalam sel yang diinfeksinya, dan enzim ini dihasilkan pula
pada saat lisis (Kusnadi, dkk.2014).
Reproduksi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan
siklus lisogenik.
1. SIKLUS LITIK
Siklus litik dari bakteriofage dimulai dari tahap :
1. Adsorbsi : Ujung ekor virus melekat pada dinding sel inang
2. penetrasi : berlangsung secara mekanis namun dipermudah denga enzim
lisozim. Penetrasi terjadi bila ekor virus melekat pada dinding sel inang
kemudian seludang berkontraksi mendorong inti ekor virus melekat pada
dinding sel dan membran sel. Viruskemudian menginfeksikan DNAnya ke
dalam sel inang.
3. Replikasi : setelah virus telah menginfeksikan asam nukleat yang
membawa informasi yang diperlukan bagi sintesis partikel partikel virus
baru.
4. Perakitan dan Pematangan : segera setelah menginfeksi asam nukleat
virus kedalam inang,virus mengambil alih sistem metabolik sel inang
sehingga terbentuk lebih banyak asam nukleat virus. Kira kira infeksi
25menit awal, terbentuk kurang lebih 200 bakteriofage baru.
5. Lisis dan Pembebasan: setelah terbentuk bakteriofage baru, sel bakteri
pecah melepas fage fage baru untuk menginfeksi bakteri bakteri lain dan
memulai lagi daur tersebut. Ratusan virus-virus kemudian akan berkumpul
pada membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom yang menghancurkan
membran sel dan menyediakan jalan keluar untuk virus-virus baru. Sel
yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati dan virus-virus yang
bebas akan menginvasi sel-sel lain dan siklus akan berulang kembali.
Siklus litik dalam virologi merupakan salah satu siklus reproduksi virus selain
siklus lisogenik. Siklus litik dianggap sebagai cara reproduksi virus yang utama
7
karena menyangkut penghancuran sel inangnya. Setiap siklus litik dalam
prosesnya membutuhkan waktu dari 10-60 menit (Ni Putu Restiati, 2000 : 239-240).
2. SIKLUS LISOGENIK
Tahap siklus:
1. Adsorpsi dan penetrasi
Virus menempel pada permukaan sel inang dengan reseptor protein yang
spesifik lalu menghancurkan membran sel dengan enzim lisozim, virus melakukan
8
penetrasi pada sel inang dengan menyuntikkan materi genetik yang terdapat pada
asam nukleatnya kedalam sel.
2. Penyisipan gen virus
Asam nukleat dari virus yang telah menembus sitoplasma sel inang kemudian
akan menyisip kedalam asam nukleat sel inang, tahap penyisipan tersebut
kemudian akan membentuk provirus (pada bakteriofage disebut profage).
Sebelum terjadi pembelahan sel, kromosom dan provirus akan bereplikasi.
3. Pembelahan sel inang
Sel inang yang telah disisipi kemudian melakukan pembelahan, provirus yang
telah bereplikasi akan diberikan kepada sel anakan dan siklus inipun akan kembali
berulang sehingga sel yang memiliki profage menjadi sangat banyak.
4. Hubungan dengan siklus litik
Provirus yang baru dapat memasuki keadaan Litik dalam kondisi lingkungan
yang tepat tetapi kemungkinannya sangat kecil. Kemungkinan akan bertambah
besar apabila diberi agen penginduksi. (anonim.2011)
11
B. Virus Tumbuhan
Virus tumbuhan pertama kali dipelajari ketika Dimitri Ivanoski
menemukan agen penyebab mozaik pada tembakau dimana dengan menempatkan
sedikit filtrat bakteri tumbuhan dewasa pada tembakau sehat ternyata mampu
menginfeksi penyakit.
Virus tumbuhan sebagian besar memiliki RNA rantai tunggala dan mampu
mengkode 3 – 15 protein kecuali caulkimovirus (DNA rantai Ganda), geminivirus
(DNA rantai Tunggal) dan reovirus (RNA rantai ganda). Kapsid virus tumbuhan
hampir selalu berbentuk ikosahedral atau silindris. Penyebab virus tumbuhan
terjadi melalui srangga, nematoda, fungi atau tanama induk keturunannya (Ni
Putu Ristiati, 2005 : 242).
Virus dapat menyebabkan perubahan warna, pertumbuhan warna yang
tidaksegar pada hospes. Beberapa penyakit pada tanaman dapat disebabkan oleh
viroid yaitu potongan RNA terbuka yang sangat pendek sekali, tidak mempunyai
mantel protein panjangnya kira kira 300-400 nukleoda (Uswatun Hasanah.
2014:180).
C. Virus Hewan
Hampir semua virus berbentuk ikosahedral dan memiliki envelope atau
sampul yang terdiri dari lipoprotein. Virion yang mempunyai sampul peka
terhadap pelarut lemak sperti eter dan kloroform. Kemampuan meninfeksi
dilumpuhkan oleh pelarut itu. Sebagian virus hewan memiliki sampul yang
berkaitan dengan kenyataan bahwa sel hewan merupakan sel ianga yang tidak
berdinding, untuk itu untuk masuk ke sel hewan, virus dibantu dengan sampul
karena sampu dapat berfusi dengan membran plasma sel.
Asama nukleat virus pada hewan, dapat berup[a RNA ataupun DNA baik
rantai tunggal maupun rantai ganda. Ada dua kelompok tipe virus hewan yaitu
tipe yang mengkode 5-10 macam protein dan 30-300 protein. Virus pox mampu
mengkode lebih dari 300 macam protein (Ni Putu Ristiati, 2005 : 242-243).
13
Gambar diatas adalah gambar dari virus HIV yang termasuk salah satu
retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus
adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai
suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN
(sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN
bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN
inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
(Restiati, Ni Putu. 2000)
Siklus replikasi virus influenza hampir sama dengan siklus replikasi virus
herpes. Hanya saja, pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai tunggal
ARN yang kemudian mengalami replikasi menjadi mARN.
2.5.3. Paramyxovirus
14
Gambar 2.5.3 : Paramyxovirus
(Sumber : http://pathmicro.med.sc.edu/mhunt/para-4a.gif)
Gambar diatas adalah gmbar dari virus penyebab cacar dan gondong.
Paramyxovirus adalah semacam virus ARN yang selanjutnya mengalami replikasi
menjadi mARN. Paramyxovirus merupakan penyebab penyakit campak dan
gondong.
15
2.6. PERANAN VIRUS DALAM KEHIDUPAN
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit
mosaik. Pada tahun 1883, Adolf Mayer menemukan bahwa penyakit tersebut
dapat menular. Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh
bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky menemukan bahwa getah daun tembakau
yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit
mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri
penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati
saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus
saringan. Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan
partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus.
Struktur dan anatomi virus. Model skematik virus berkapsid heliks (virus
mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid. Virus
merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Virus terkecil berdiameter
hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun
sukar dilihat dengan mikroskop cahaya. Asam nukleat genom virus dapat berupa
DNA ataupun RNA. Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai
tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Bahan genetik kebanyakan
virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan
adalah RNA yang beruntai tunggal. Reproduksi virus secara umum terbagi
menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
19
DAFTAR PUSTAKA
20