Anda di halaman 1dari 29

Definisi:Inkompatibilitas Rh

Inkompatibilitas Rh adalah suatu kondisi yang terjadi ketika seorang wanita hamil memiliki
darah Rh-negatif dan bayi dalam rahimnya memiliki darah Rh-positif.

Selama kehamilan, sel darah merah dari bayi yang belum lahir dapat menyeberang ke aliran
darah ibu melalui plasenta. Jika ibu memiliki Rh-negatif, sistem kekebalan tubuhnya
memperlakukan sel-sel Rh-positif janin seolah-olah mereka adalah substansi asing dan
membuat antibodi terhadap sel-sel darah janin. Antibodi anti-Rh ini dapat menyeberang
kembali melalui plasenta ke bayi yang sedang berkembang dan menghancurkan sel-sel darah
merah bayi.

Sel-sel darah merah yang dipecah menghasilkan bilirubin. Hal ini menyebabkan bayi menjadi
kuning (ikterus). Tingkat bilirubin dalam aliran darah bayi bisa berkisar dari ringan sampai
sangat tinggi.

Karena butuh waktu bagi ibu untuk mengembangkan antibodi, bayi sulung jarang yang
mengalami kondisi ini, kecuali ibu mengalami keguguran di masa lalu atau aborsi yang
membuat peka sistem kekebalan tubuhnya. Namun, semua anak-anaknya telah setelah itu
yang memiliki Rh-positif dapat terpengaruh.

Inkompatibilitas Rh berkembang hanya bila ibu memiliki Rh-negatif dan bayi Rh-positif.
Berkat penggunaan globulin kekebalan khusus yang disebut RhoGHAM, masalah ini telah
menjadi semakin jarang.

 Ikhtisar
 Klinik
 Dokter
 Tanya Jawab

Apa Yang Dimaksud Dengan Inkompatibilitas Rhesus?


Inkompatibilitas Rhesus adalah kondisi medis dimana ibu dengan darah rhesus negatif (Rh-
negatif) dan bayi dengan darah rhesus positif (Rh-positif) sewaktu kehamilan. Perbedaan
golongan darah yang ditandai dengan tipe protein yang ditemukan pada permukaan sel darah
merah. Apabila faktor protein Rh muncul, individu dikatakan Rh positif. Di sisi lain, tidak
ditemukannya faktor Rh mengindikasikan individu tersebut merupakan Rh-negatif.
Inkompatibilitas Rh hanya dapat terjadi ketika ibu dengan Rh-negatif dan janinnya dengan
Rh-positif. Sistem kekebalan tubuh ibu menganggap sel-sel janin sebagai benda asing,
menyebabkan antibodi anti-Rh memasuki peredaran darah bayi dan menghancurkan sel-sel
darah merah bayi. Inkompatibilitas Rh sering tidak menimbulkan masalah pada kehamilan
pertama, akan tetapi, risiko meningkat seiring dengan setiap kehamilan. Hal ini terjadi karena
darah ibu berespon terhadap antibodi anti-Rh yang dihasilkan terhadap sel darah merah Rh-
positif (darah ibu dikatakan tersensitasi) akibat percampuran darah setelah melahirkan anak
pertama. Pada kehamilan berikutnya dengan bayi Rh-positif, antibodi anti-Rh akan mengenali
janin sebagai benda asing dan menyerang sel-sel darah merah janin. Hal ini berpotensi
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa pada bayi, seperti anemia, ikterus,
kerusakan otak, kematian prematur janin di dalam kandungan ibu.

Senin, 05 Maret 2012


Golongan darah ABO dan Rhesus
Disusun oleh:
Anila Puspitasari
(30110007)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI
2011/2012

GOLONGAN DARAH
Dasar penggolongan darah adalah adanya aglutinin (zat yang menggumpal ) dalam serum dan
adanya antigen = aglutinogen (zat yang digumpalkan) dalam sel darah merah.
Menurut Karl Landsteiner (1910) , darah manusia terbagi menjadi 4 golongan yaitu golongan darah
A,B,AB, dan O. Seseorang yang mempunyai antigen A, yaitu antigen A pada sel darah merahnya,
orang tersebut mempunyai golongan A. Seseorang yang mempunyai antigen B, yaitu antigen B pada
sel darah merahnya, orang tersebut mempunyai golongan B. Seseorang yang tidak mempunyai
antigen A dan B pada sel darah merahnya, orang tersebut mempunyai golongan O, sedangkan
golongan AB adalah yang mempunyai antigen A dan antigen B pada sel darah merahnya. Selain
golongan ABO, telah ditemukan golongan-golongan darah lain pada sel darah merah manusia, yaitu
golongan Rhesus.
SISTEM GOLONGAN DARAH RHESUS
A. DEFINISI GOLONGAN DARAH RHESUS
Golongan Darah Rhesus adalah adanya suatu faktor protein pada sel darah merah. Pertama kali
ditemukan oleh Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel
darah merah. Pertama kali ditemukan melalui penyelidikan-penyelidikan darah kera”Rhesus”.
Ternyata diketahui ada orang-orang yang mengandung factor yang sama dengan sel dari darah kera
“rhesus” tersebut. Orang-orang ini disebut mempunyai golongan darah Rh positif . Dan orang-orang
yang tidak mempunyai factor tersebut golongan darah nya disebut Rh negatif .
Sistem Rh juga penting dalam transfusi darah. Pada sistem ABO, aglutinin bertanggung jawab atas
timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan. Sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin,
spontan hampir tak pernah terjadi. Manusia harus terpajan (terkena secara terus menerus) secara
masif dengan antigen Rh yang biasanya melalui transfusi darah atau melalui ibu yang memiliki bayi
dengan antigen, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfuse.
B. JENIS ANTIGEN DALAM GOLONGAN DARAH RHESUS

Sistem Rhesus ditemukan beberapa macam antigen yaitu Terdapat enam tipe antigen Rh yang salah
satunya disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d dan e dan antigen yang utama,
yaitu antigen D.
Pembagian golongan darah Rhesus berdasarkan antigen :
1. Orang rhesus positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi
positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi
Rh).Dan orang tersebut memiliki faktor protein yang cukup dalam sel darah merahnya.
2. Orang rhesus negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan
reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh
(antibodi Rh).Dan orang tersebut kekurangan faktor protein dalam sel darah merahnya.
Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini termasuk keturunan (herediter) yang diatur oleh satu
gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu Rh dan rh. Rhdominan terhadap rh sehingga terbentuknya antigen-
Rh ditentukan oleh gen dominan Rh. Orang bergolongan darah Rh+ jika mempunyai genotip RhRh
atau Rhrh, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rhrh. Faktor Rh dalam darah seseorang
mempunyai arti penting dalam klinik.
Contoh kasus Gangguan sitotoksisitas antibodi
Orang yang serum dan plasma darahnya tidak mempunyai anti-Rh dapat dipacu untuk membentuk
anti-Rh. Pembentukan anti-Rh ini dapat melalui jalan :
1. Transfusi Darah.
Dalam sistem Rhesus tidak ada anti Rh yang timbul secara alami. Bila dalam tubuh seseorang ada zat
anti, anti Rh, pasti hal itu karena immunisasi. Proses immunisasi memerlukan waktu, mungkin
beberapa minggu setelah penyuntikan antigen, sebelum zat antinya terbentuk dalam darah.
Seseorang yang mempunyai golongan Rhesus negatif ditransfusi dengan golongan Rhesus positif,
pada orang itu dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D. misalnya pada seorang
perempuan Rh- yang karena sesuatu hal harus ditolong dengan transfusi darah. Darah donor
kebetulan Rh+, berarti mengandung antigen-Rh. Antigen-Rh ini akan dipandang sebagai protein
asing sehingga perempuan itu akan dipacu membentuk anti-Rh. Serum darah perempuan yang
semula bersih dari anti-Rh akan mengandung anti-Rh.Anti-Rh akan terus bertambah jika transfusi
dilakukan lebih dari sekali. Anti-Rh akan membuat darah yang mengandung antigen-Rh menjadi
menggumpal sehingga perempuan Rh- tersebut tidak bisa menerima darah dari orang Rh+. Orang
Rh- harus selalu ditransfusi dengan darah Rh-.
2. Pernikahan dan kehamilan.
Wanita yang mempunyai golongan Rhesus negatif, menikah dengan laki-laki yang mempunyai
golongan Rhesus positif, kemudian hamil bayi golongan Rhesus positif, pada wanita tersebut dapat
berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D. Kasus ini bisa terjadi misalnya seorang perempuan
Rh-(genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+ (bergenotip homozigot RR)dan perempuan tersebut
hamil. Janin dari pasangan ini tentunya akan bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari
ayahnya. Sebagian kecil darah janin yang mengandung antigen-Rh tersebut akan menembus
plasenta dan masuk kedalam tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu distimulir untuk
membentuk anti-Rh sehinggadarah ibu yang mengalir kembali ke janin mengandung anti-Rh. Anti-Rh
ini akan merusak sel darah merah janin yang mengandung antigen-Rh sehingga janin akan
mengalami hemolisis eritrosit. Bayi yang menderita Erythroblastosis fetalis bayi kelahiran yang
kedua dan seterusnya yang selalu mati karena ibunya Rhesus negatif dan anak pertamanya Rhesus +
. Bayi dapat juga hidup, tetapi biasanya akan mengalami cacat, lumpuh, dan retardasi mental.
Hampir semua orang Indonesia mempunyai golongan Rhesus positif. Menurut kepustakaan hampir
100% orang Indonesia adalah Rhesus positif. Dan yang rhesus negative hanya sekitar 0,013%.
Sementara itu, orang kulit putih (eropa) yang mempunyai golongan Rh negative 15% dan Rh positif
85%. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Yang dimaksud
dengan cocok adalah yang sama golongan ABO-nya, tetapi kadang-kadang walaupun sudah sama
golongan ABO-nya, masih terdapat ketidakcocokan, yang disebabkan oleh golongan darah lain, yaitu
golongan Rhesus, misalnya: Orang sakit yang mempunyai golongan A Rhesus negatif harus dicarikan
golongan A Rhesus negatif lagi. Maka dari itu dalam pelayanan permintaan darah harus diberikan
darah yang cocok bagi orang sakit.

Senin, 05 Maret 2012


Golongan darah ABO dan Rhesus
Disusun oleh:
Anila Puspitasari
(30110007)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI
2011/2012

GOLONGAN DARAH
Dasar penggolongan darah adalah adanya aglutinin (zat yang menggumpal ) dalam serum dan
adanya antigen = aglutinogen (zat yang digumpalkan) dalam sel darah merah.
Menurut Karl Landsteiner (1910) , darah manusia terbagi menjadi 4 golongan yaitu golongan darah
A,B,AB, dan O. Seseorang yang mempunyai antigen A, yaitu antigen A pada sel darah merahnya,
orang tersebut mempunyai golongan A. Seseorang yang mempunyai antigen B, yaitu antigen B pada
sel darah merahnya, orang tersebut mempunyai golongan B. Seseorang yang tidak mempunyai
antigen A dan B pada sel darah merahnya, orang tersebut mempunyai golongan O, sedangkan
golongan AB adalah yang mempunyai antigen A dan antigen B pada sel darah merahnya. Selain
golongan ABO, telah ditemukan golongan-golongan darah lain pada sel darah merah manusia, yaitu
golongan Rhesus.
SISTEM GOLONGAN DARAH RHESUS
A. DEFINISI GOLONGAN DARAH RHESUS
Golongan Darah Rhesus adalah adanya suatu faktor protein pada sel darah merah. Pertama kali
ditemukan oleh Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel
darah merah. Pertama kali ditemukan melalui penyelidikan-penyelidikan darah kera”Rhesus”.
Ternyata diketahui ada orang-orang yang mengandung factor yang sama dengan sel dari darah kera
“rhesus” tersebut. Orang-orang ini disebut mempunyai golongan darah Rh positif . Dan orang-orang
yang tidak mempunyai factor tersebut golongan darah nya disebut Rh negatif .
Sistem Rh juga penting dalam transfusi darah. Pada sistem ABO, aglutinin bertanggung jawab atas
timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan. Sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin,
spontan hampir tak pernah terjadi. Manusia harus terpajan (terkena secara terus menerus) secara
masif dengan antigen Rh yang biasanya melalui transfusi darah atau melalui ibu yang memiliki bayi
dengan antigen, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfuse.
B. JENIS ANTIGEN DALAM GOLONGAN DARAH RHESUS

Sistem Rhesus ditemukan beberapa macam antigen yaitu Terdapat enam tipe antigen Rh yang salah
satunya disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d dan e dan antigen yang utama,
yaitu antigen D.
Pembagian golongan darah Rhesus berdasarkan antigen :
1. Orang rhesus positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi
positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi
Rh).Dan orang tersebut memiliki faktor protein yang cukup dalam sel darah merahnya.
2. Orang rhesus negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan
reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh
(antibodi Rh).Dan orang tersebut kekurangan faktor protein dalam sel darah merahnya.
Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini termasuk keturunan (herediter) yang diatur oleh satu
gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu Rh dan rh. Rhdominan terhadap rh sehingga terbentuknya antigen-
Rh ditentukan oleh gen dominan Rh. Orang bergolongan darah Rh+ jika mempunyai genotip RhRh
atau Rhrh, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rhrh. Faktor Rh dalam darah seseorang
mempunyai arti penting dalam klinik.
Contoh kasus Gangguan sitotoksisitas antibodi
Orang yang serum dan plasma darahnya tidak mempunyai anti-Rh dapat dipacu untuk membentuk
anti-Rh. Pembentukan anti-Rh ini dapat melalui jalan :
1. Transfusi Darah.
Dalam sistem Rhesus tidak ada anti Rh yang timbul secara alami. Bila dalam tubuh seseorang ada zat
anti, anti Rh, pasti hal itu karena immunisasi. Proses immunisasi memerlukan waktu, mungkin
beberapa minggu setelah penyuntikan antigen, sebelum zat antinya terbentuk dalam darah.
Seseorang yang mempunyai golongan Rhesus negatif ditransfusi dengan golongan Rhesus positif,
pada orang itu dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D. misalnya pada seorang
perempuan Rh- yang karena sesuatu hal harus ditolong dengan transfusi darah. Darah donor
kebetulan Rh+, berarti mengandung antigen-Rh. Antigen-Rh ini akan dipandang sebagai protein
asing sehingga perempuan itu akan dipacu membentuk anti-Rh. Serum darah perempuan yang
semula bersih dari anti-Rh akan mengandung anti-Rh.Anti-Rh akan terus bertambah jika transfusi
dilakukan lebih dari sekali. Anti-Rh akan membuat darah yang mengandung antigen-Rh menjadi
menggumpal sehingga perempuan Rh- tersebut tidak bisa menerima darah dari orang Rh+. Orang
Rh- harus selalu ditransfusi dengan darah Rh-.
2. Pernikahan dan kehamilan.
Wanita yang mempunyai golongan Rhesus negatif, menikah dengan laki-laki yang mempunyai
golongan Rhesus positif, kemudian hamil bayi golongan Rhesus positif, pada wanita tersebut dapat
berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D. Kasus ini bisa terjadi misalnya seorang perempuan
Rh-(genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+ (bergenotip homozigot RR)dan perempuan tersebut
hamil. Janin dari pasangan ini tentunya akan bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari
ayahnya. Sebagian kecil darah janin yang mengandung antigen-Rh tersebut akan menembus
plasenta dan masuk kedalam tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu distimulir untuk
membentuk anti-Rh sehinggadarah ibu yang mengalir kembali ke janin mengandung anti-Rh. Anti-Rh
ini akan merusak sel darah merah janin yang mengandung antigen-Rh sehingga janin akan
mengalami hemolisis eritrosit. Bayi yang menderita Erythroblastosis fetalis bayi kelahiran yang
kedua dan seterusnya yang selalu mati karena ibunya Rhesus negatif dan anak pertamanya Rhesus +
. Bayi dapat juga hidup, tetapi biasanya akan mengalami cacat, lumpuh, dan retardasi mental.
Hampir semua orang Indonesia mempunyai golongan Rhesus positif. Menurut kepustakaan hampir
100% orang Indonesia adalah Rhesus positif. Dan yang rhesus negative hanya sekitar 0,013%.
Sementara itu, orang kulit putih (eropa) yang mempunyai golongan Rh negative 15% dan Rh positif
85%. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Yang dimaksud
dengan cocok adalah yang sama golongan ABO-nya, tetapi kadang-kadang walaupun sudah sama
golongan ABO-nya, masih terdapat ketidakcocokan, yang disebabkan oleh golongan darah lain, yaitu
golongan Rhesus, misalnya: Orang sakit yang mempunyai golongan A Rhesus negatif harus dicarikan
golongan A Rhesus negatif lagi. Maka dari itu dalam pelayanan permintaan darah harus diberikan
darah yang cocok bagi orang sakit.

Pengertian Aglutinin adalah Antibodi dalam plasma darah yang dapat menyebabkan
penggumpalan sel-sel darah merah yang tipe aglutinogennya berlawanan.

Read more: http://www.artidefinisi.com/2012/07/pengertian-aglutinin.html#ixzz2h7YENobk

Definisi:Antigen
Antigen adalah zat yang dapat memicu respon imun yang menyebabkan produksi antibodi
sebagai bagian dari pertahanan tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Antigen mungkin zat
asing dari lingkungan seperti bahan kimia, bakteri, virus, atau serbuk sari. Antigen juga dapat
terbentuk dalam tubuh, seperti toksin bakteri atau sel-sel jaringan.

Definisi:Eritroblastosis Fetalis
Eritroblastosis fetalis adalah kelainan darah yang berpotensi mengancam nyawa pada janin
atau bayi baru lahir. Kondisi ini berkembang pada bayi yang belum lahir ketika ibu dan bayi
memiliki jenis darah yang berbeda. Sang ibu memproduksi zat yang disebut antibodi yang
menyerang sel darah merah bayi.

Bentuk paling umum dari eritroblastosis fetalis adalah ketidakcocokan ABO, yang dapat
bervariasi dalam tingkat keparahan. Bentuk yang kurang umum disebut inkompatibilitas Rh,
yang bisa menyebabkan anemia yang sangat parah pada bayi.

Gejala eritroblastosis fetalis pada bayi baru lahir dapat mencakup:


 anemia
 edema (bengkak di bawah permukaan kulit)
 pembesaran hati atau limpa
 Hidrops (cairan ke seluruh jaringan tubuh, termasuk di ruang paru-paru, jantung, dan
organ perut)
 ikterus neonatal

Istilah yang mungkin terkait dengan Eritroblastosis Fetalis :

ANTIGEN
1. Pengertian Antigen
Antigen adalah zat kimia asing yang bila masuk ke dalam tubuh dapat merasangsang tubuh kita
untuk menghasilkan suatu protein, yaitu imonoglobulin (Ig, antibody). Antibody secara spesifik dapat
bereaksi terhadap antigen tersebut.
Istilah spesifik berarti antigen A akan bereaksi dengan antibody A tetapi tidak akan bereaksi dengan
antibody B. Antigen juga dapat merangsang jaringan limfotik memproduksi sel-sel khusus yaitu T-
limfosit untuk menghancurkan antigen tersebut.

2. Sifat-sifat Antigen
Ada dua sifat antigen, yaitu :
 Imunogenisitas yang dapat merangsang pembentukan antibody khusus; dan kreativitas yang
dapat bereaksi dengan antibody khusus. Tidak mudah hancur atau terurai oleh cairan-cairan tubuh
(darah, limpah dsb).
Selalu berupa protein yang mempunyai berat molekul lebih dari 10.000 (sepulih ribu).
3. Macam-Macam Antigen
Ada dua macam antigen, yaitu :
Antigen eksogen adalah antigen yang sudah berada diluar tubuh hospes dalam bentuk organisme.
Antigen endogen
Antigen eksogen adalah antigen yang terdapat dalam tubuh individu.

2.2 ANTIBODY
1. Pengertian Antibody
Antibody (immunoglobulin, Ig) adalah suatu ptotein globulin yang di produksi oleh B-limfosit (sel
plasma), atau zat yang di hasilkan oleh tubuh, setelah dimasuki suatu antigen atau antibody dapat
berupa antibakteri, antivirus, atau antitoxin dan bergantung pada antigen yang masuk.

Antibody terdiri dari 4 rantai polipeptida, yaitu 1 pasang rantai panjang (rantai berat) masing-masing
terdiri dari 400 asam amino dan 1 pasang rantai pendek (rantai ringan) masing-masing terdiri dari
200 asm amino. Keempat polipeptida ini disatukan oleh ikatan disulfida (-S-S-) membentuk suatu
struktur kuartener.
2. Sifat-sifat Antibody
Ada beberapa sifat antibody , yaitu :
Terdiri atas suatu Zat Yang menempel pada gammaglobulin.
Berada dalam keadaan larut dalam cairan badan (serum).
Dapat direaksikan dengan antigen secara spesifik.
Dibuat dalam reticulo endotnelial system (sumsum tulang, kelenjar limfah, liver).
 Antibody bersifat thermolabil dan tidak tahan bila terkena sinar matahari, karena itu harus di
simpan pada tempat yang gelap dan dingin.
3. Antibody Terbagi Dalam Lima Kelas
Antibody terbagi menjadi lima kelas, yaitu :
a. Imunoglobulin M
IgM memiliki berat molekul yang besar, terutama terdapat dalam darah. Merupakan antibody
(imunoglobulin) yang pertama muncul atau di produksi setelah masuknya antigen pertama pada
awal respon imunitas primer. IgM ini terdapat pada permukaan semua sel B yang belum aktif.
b. Imunoglobulin G
IgG adalah antibody yang mudah berdifusi masuk kedalam cairan interestial, merupakan antibody
utama yang terdapat dalam darah, berperan sebagai antibody utama yang timbul bila tubuh
dimasuki antigen yang kedua kali atau lebih (respon sekunder) atau antibody dominan pada respon
sekunder dan menyusun pertahanan yang penting dalam melawan bakteri.
IgG merupakan satu-satunya antibody yang dapat melintasi atau menembus plasenta, sehingga
dapat melindungi janin dan bayi terhadap penyakit tertentu, merupakan antibody yang melawan
virus, bateri, dan toksin. Antibody ini yang paling ditemukan pada bayi yang baru lahir.

c. Imunoglobulin A
IgA banyak terdapat pada cairan sekresi membran mukosa dan serosa (kolestrum air susu ibu, air
mata, sekret usus dan bronkus, air ludah). Dengan demikian dapat melindungi membran
seromukosa dari serangan bakteri dan virus. IgA juga terdapat dalam darah dan merupakan antibody
utama pada air susu.
d. Imunoglobulin D
IgD konsentrasinya dalam serum sedikit, tetapi dalam darah tali pusat cukup tinggi. Sebagai reseptor
antigen ketika terdapat pada permukaan limfosit B tertentu dan berperan mengawali respon imun.
Fungsinya IgD masih belum jelas.
e. Imunoglobulin E
IgE merupakan antibody dengan jumlah sedikit (hanya 0,0004% dari kadar total), tetapi merupakan
antibody yang berperan penting dalam peristiwa alergi. IgE penting dalam pertahanan parasit dan
infeksi-infeksi lainnya.
4. Fungsi antibody
Fungsi antibody yaitu membantu imunitas melawan beberapa agen infeksi yang disebarkan melalui
darah seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.
5. Hapten
Hapten adalah suatu determinan site yang oleh suatu sebab terlepas dari satu molekul antigen.
Hapten masih dapat bereaksi dengan antibody , namun hapten tidak mampu merangsang
pembentukan antibody. Hapten menimbulkan reksi alergi, karenamemiliki sifat imunogenisitas bila
berikatan lagi dengan makromolekul lain.

Makalah Antigen dan Antibody ini di Buat Oleh Arbaya Kaber Dkk, Semester 2 Akper Manokwari

BIOLOGI – ERITROBLASTOSIS FETALIS

I. Definisi

Eritroblastosis fetalis atau dalam adalah suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya sel darah
merah) pada janin yang akan nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan
darah dengan ibunya.

Perbedaan faktor golongan darah ini akan mengakibatkan terbentuknya sistem imun
(antibodi) ibu sebagai respon terhadap sel darah bayi yang mengadung suatu antigen.
Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi apabila bayi bergolongan darah rhesus positif
sedangkan ibu bergolongan darah rhesus negatif.

Gambar di atas merupakan gambar eritrosit anak golongan Rh+ digumpalkan oleh antibodi
ibu (warna putih) yang bergolongan Rh- ketika dalam kandungan.

II. Golongan Darah Rhesus

Sistem rhesus membedakan darah menjadi dua golongan, yaitu golongan darah rhesus positif
yang mengandung antigen rhesus dan golongan darah rhesus negatif yang tidak mengandung
antigen rhesus. Apabila antigen rhesus pada darah rhesus positif masuk ke dalam sirkulasi
darah rhesus negatif, maka tubuh orang rhesus negatif akan membentuk antibodi untuk
melawan antigen dari darah rhesus positif tadi. Antibodi adalah suatu protein yang berfungsi
menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing atau membawa benda
asing atau membawa benda asing (antigen).

Contohnya adalah, apabila ada donor darah dari darah rhesus positif yang diberikan kepada
resipien yang berdarah rhesus negatif, maka pada tubuh resipien akan mengalami pembekuan
darah. Hal ini tidak membantu, tapi justru merugikan resipien karena ginjalnya akan bekerja
lebih keras membersihkan darah yang membeku.

Hal sebaliknya tidak terjadi apabila darah rhesus negatif didonorkan pada resipien berdarah
rhesus positif; tidak terjadi pembekuan darah karena darah dari donor tidak mengadung
antigen

III. Eritroblastosis Fetalis


Eritroblastosis fetalis terjadi apabila seorang laki-laki yang bergolongan darah rhesus positif
menikah dengan wanita yang bergolongan darah rhesus negatif, maka anak mereka
kemungkinan besar bergolongan darah rhesus positif karena faktor rhesus bersifat dominan
secera genetika.

Kasus Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi pada kehamilan anak kedua dan seterusnya jika
semua anak rhesusnya positif. Pada kehamilan pertama darah janin tidak banyak yang masuk
ke dalam sirkulasi darah ibu sehingga tidak terbentuk antibodi pada tubuh ibu, baru pada saat
melahirkan darah janin banyak masuk ke sistem sirkulasi darah ibu. Terbentuknya antibodi
setelahnya tidak berpengaruh karena bayi sudah terlahir.

Pada kehamilan berikutnya janin dalam keadaan yang lebih berbahaya karena antibodi ibu
yang terbentuk setelah proses kelahiran sebelumnya menyerang sel darah janin yang
mengadung antigen. Akibatnya sel-sel darah janin mengalami hemolisis (pecah) hebat.

Hemolisis menyebabkan bayi mengalami anemia. Tubuh bayi akan merespon kekurangan sel
darah merah ini dengan melepaskan sel darah merah yang masih muda yang disebut
eritroblas ke dalam sirkulasi darahnya (makanya disebut eritroblastosis fetalis; fetal = fetus =
janin).

IV. Hubungannya dengan Eritroblastosis Fetalis

Orang Asia pada umumnya bergolongan darah rhesus positif, di Indonesia hanya 0,5 % saja
yg bergolongan darah rhesus negatif. Berbeda dengan orang bule (Amerika, Eropa, dan
Australia) yang lebih banyak bergolongan darah rhesus negatif (15%-18%).

Jadi apabila laki-laki Indonesia yang mayoritas rhesus positif menikah dengan wanita bule
yang kemungkinan rhesus negatif, anaknya beresiko mengalami eritroblastosis fetalis.

V. Cara Meminimalisasi Eritroblastosis Fetalis

Apabila diketahui ayah bergolongan rhesus positif dan ibu rhesus negatif, sebaiknya
dilakukan pemantauan berkala antibodi yang terbentuk dalam darah ibu. Bila memungkinkan
dapat dilakukan amniosintesis atau pengambilan darah janin dari umbilical cord sehingga
golongan darah janin dapat diketahui. Apabila ada tanda bahaya dan kehamilan telah berusia
32-34 minggu hendaknya kehamilan segera diakhiri dengan segera melakukan kelahiran.

aglutinin yg bereaksi dng antigen hewan dr spesies yg sama


agglutination of an agglutinogen of one individual by a serum from another individual of the same
species

GLOSARIUM

Alel, Bentuk alternatif suatu gen


Aglutinogen, sejenis protein dalam eritrosit
Aglutinin, zat anti/antibodi terhadap antigen spesifik. Terdapat dalam plasma
Darah.
Aglutinasi, penggumpalan darah
Eritrosit, sel darah merah
Fenotip Ciri fisik dan fisiologis pada suatu organisme
Filial, keturunan
Genotip kandungan genetik suatu organisme
Lokus, tempat terdapatnya gen dalam suatu kromosom
Parental, induk/orang tua

ALEL GANDA
ALEL GANDA

Umumnya orang berpendirian bahwa sebuah gen itu hanya memiliki sebuah alel saja. Misalnya
gen dominan R (merah) mempunyai alel r (putih), T (tinggi) mempunyai alel t (pendek), B (bulat)
mempunyai alel b (oval). Namun kenyataan menunjukkan bahwa sebuah gen dapat memiliki lebih
dari sebuah alel. Peristiwa ini disebut multipel alelomorfi, sedangkan alel-alelnya dinamakan alel
ganda (Suryo, 2005).

Alel Ganda pada Mamalia

Dengan adanya mutasi, sering dijumpai bahwa pada suatu lokus didapatkan lebih dari satu macam
gen. jika dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel, disebut alel ganda (multiple
alelomorfi). Misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan darah sistem ABO pada manusia.

Alel Ganda pada Kelinci


Alel ganda pada bulu kelinci adalah adanya empat alel yang sama-sama mempengaruhi warna bulu
dan berada pada lokus yang sama, sebagai berikut:
c+ = gen asli yang normal, menyebabkan kelinci berwarna kelabu. Gen
ini membentuk berbagai macam alel mutan, seperti :
cch = alel yang menyebabkan kelinci berwarna kelabu muda, karena
rambutnya terdiri dari campuran rambut hitam dan putih. Kelinci
ini dinamakan kelinci chinchilla.
ch = alel yang menyebabkan kelinci berwarna putih dengan warna hitam
pada ujung-ujung hidung, telinga, kaki dan ekor. Kelinci demikian
ini dinamakan kelinci Himalaya.
c = alel yang tidak membentuk pigmen sama sekali, sehingga kelinci
berwarna putih. Kelinci ini biasa disebut kelinci albino.
Dominansi dari alel-alel tersebut mempunyai urutan sebagai berikut :
c+ dominan terhadap cch dan lain-lainnya, cch dominan terhadap ch dan c, ch dominan terhadap c.
Bila disingkat : c+ > cch > ch > c.
Berhubung dengan itu berbagai macam kelinci tersebut dapat memiliki beberapa kemungkinan
genotip, kecuali kelinci albino hanya memiliki satu genotip saja. Seperti tabel berikut :

Tabel 2. 1. Fenotip dan Genotip yang sesuai untuk alel ganda dari lokus c pada
kelinci

Fenotip Kemungkinan Genotip


Kelabu (normal) c+ c+, c+cch, c+ch, c+c
Chinchilla cch cch, cchch, cchc
Himalaya chch, chc
Albino cc

Perkawinan antara kelinci kelabu normal homozigotik (c+ c+) dengan kelinci albino (cc) akan
menghasilkan kelinci-kelinci F1 kelabu normal (c+c). Apabila kelinci-kelinci F1 dibiarkan kawin
sesamanya akan didapatkan kelinci-kelinci F2 yang memperlihatkan perbandingan kira-kira 3 kelabu
normal : 1 albino. Perbandingan 3 : 1 dalam F2 ini menunjukkan bahwa ada sepasang alel yang ikut
mengambil peranan, yaitu c+ dan c.
Contoh :
Seekor kelinci chinchilla heterozigot yang disilangkan dengan kelinci Himalaya heterozigot akan
memperoleh keturunan albino, lihat persilangan berikut:
P cchc >< chc
(chinchilla) (himalaya)
G cch ch
c c
F
cch ch = kelabu muda (chinchilla)
cch c = kelabu muda (chinchilla)
chc = Himalaya
cc = Albino

Alel Ganda Mengawasi Golongan Darah

Golongan darah pada manusia bersifat herediter (keturunan) yang ditentukan pula oleh alel ganda.
Berhubung dengan itu golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan.
Sampai saat ini telah dikenal cukup banyak sistem golongan darah. Berikut akan diterangkan
beberapa sistem golongan darah yang dianggap penting untuk diketahui sebagai pengetahuan dasar,
yaitu :
Golongan darah menurut sistem ABO

Pada permulaan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner mengemukakan bahwa
penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah)
seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi
tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi
orang menjadi 3 golongan, ialah A, B dan O. golongan yang ke empat jarang sekali dijumpai, yaitu
golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, ialah
A.V. von Decastello dan A. Sturli (Suryo, 2005).
Dikatakan bahwa antigen atau aglutinogan yang dibawa oleh eritrosit orang tertentu dapat
mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibodi atau aglutinin yang dibawa oleh serum darah.
Dikenal dua macam anti gen yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan zat antinya dibedakan atas
anti-A dan anti-B. orang ada yang memiliki antigen-A, lain lagi memiliki antigen-B. ada juga yang
memiliki kedua antigen, yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan ada pula yang tidak memiliki
antigen-A maupun antigen-B.
Orang yang memiliki antigen-A tidak memiliki anti-A, melainkan anti-B di dalam serum atau plasma
darah. Orang yang demikian dimasukkan dalam golongan darah A. orang dari golongan darah B
mempunyai antigen-B dan anti-A. Apabila antigen-A bertemu dengan anti-A, begitu pula antigen-B
dengan anti-B, maka darah akan mengalami penggumpalan (aglutinasi) dan dapat mengakibatkan
kematian pada orang yang menerima darah. Darah tipe A tidak dapat ditransfusikan kepada orang
golongan B, demikian pula sebaliknya (Suryo, 2005).

Tabel 2.2. Hubungan antara golongan darah (fenotip) seseorang dengan macam
antigen dan zat anti yang dimiliki.

Golongan darah (Fenotip) Antigen dalam eritrosit Zat anti dalam serum/plasma
darah
O - Anti-A dan Anti-B
A A Anti-B
B B Anti-A
AB A dan B -

Orang yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B, tetapi memiliki anti-A dan anti-B di
dalam serum atau plasma darah, dimasukkan dalam golongan darah O. Adapun orang yang memiliki
antigen-A dan antigen-B, tetapi tidak memiliki anti-A maupun anti-B di dalam serum atau plasma
darah, dimasukkan dalam golongan darah AB (Suryo, 2005).
Untuk menghindari terjadinya aglutinasi (penggumpalan darah), maka sebelum dilakukan
transfusi darah, baik darah si pemberi (donor) maupun darah si penerima (resipien) harus diperiksa
terlebih dahulu berdasarkan sistem ABO.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana antigen-A dan antigen-B itu diwariskan
dari orang tua kepada keturunannya?
Setelah melalui banyak penelitian, akhirnya pada tahun 1925, F. Bernstein menegaskan bahwa
antigen-antigen tersebut diwariskan oleh tiga alel dari sebuah gen. Gen ini disebut gen I, sedangkan
alel-alelnya dalah IO, IA, dan IB. Alel IO adalah resesif terhadap IA dan IB. Akan tetapi IA dan IB
merupakan alel kodominan, sehingga IA tidak dominan terhadap IB, demikian pula sebaliknya IB
tidak dominan terhadap IA.
Produk tertentu dari gen I adalah suatu molekul protein (dinamakan isoaglutinin) yang terdapat
pada permukaan sel darah merah. Orang yang memiliki alel IA mampu untuk membentuk antigen-A,
sedang yang memiliki alel IB mampu untuk membentuk antigen-B. Orang yang tidak memiliki alel IA
maupun IB, melainkan hanya memiliki alel IO saja, maka ia tidak akan memiliki antigen-A maupun
antigen-B. interaksi antara alel-alel IA, IB, dan IO menyebabkan terjadinya 4 fenotip (golongan
darah) O, A, B, dan AB (Suryo, 2005).

Tabel 2.3. Interaksi antara alel-alel IA, IB, dan IO yang menyebabkan terjadinya 4
golongan darah, yaitu O, A, B, dan AB.

Golongan darah (Fenotip) Antigen dalam eritrosit Alel dalam kromosom Genotip
O - IO IO IO
A A IA IA IA atau IA IO
B B IB IB IB atau IB IO
AB A dan B IA dan IB IA IB

Contoh :
Seorang laki-laki bergolongan darah A ingin menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah
O. Bagaimanakah kemungkinan darah anak-anak mereka?
Jawaban :
P : perempuan x laki-laki
O A
IO IO IA IA atau IA IO
F1 : IA IO = golongan darah A
IO IO = golongan darah O
Tidak mengherankan bahwa anak-anak mereka kira-kira 50% akan bergolongan darah A seperti ayah
dan kira-kira 50% O seperti ibu.

Golongan darah menurut sistem MNSs

Dalam tahun 1927, K. Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen baru yang mereka sebut
antigen-M dan antigen-N. dikatakan bahwa sel darah merah seseorang dapat mengandung salah
satu atau kedua antigen tersebut. Jika eritrosit seseorang yang mengandung antigen-M disuntikkan
ke dalam tubuh kelinci, maka darah kelinci akan membentuk zat anti-M dalam serum darah nya.
Apabila antiserum dari kelinci ini dipisahkan dan digunakan untuk menguji darah orang yang
mengandung antigen-M, maka eritrosit darah orang tersebut akan menggumpal. Dengan cara yang
sama, eritrosit seseorang yang mengandung antigen-N akan mendorong kelinci untuk membentuk
zat anti-N. Dengan menggunakan dua macam antiserum ini, tipe darah seseorang dapat ditetapkan,
yaitu apakah eritrosit seseorang bereaksi dengan (1) anti-M serum saja, (2) anti-N serum saja atau
(3) kedua-duanya anti-M dan anti-N serum. Dengan dasar inilah orang dibedakan atas yang
mempunyai golongan darah M, N, atau MN.

Tabel 2.4. Reaksi dari sel-sel darah merah dengan antiserum pada
golongan darah tipe MN

Jika eritrosit mengandung antigen Reaksi dengan antiserum Golongan darah


Anti-M Anti-N
Hanya M + - M
M dan N + + MN
Hanya N - + N

Keterangan :
+ = terjadi penggumpalan eritrosit
- = tidak terjadi penggumpalan eritrosit.

Landsteiner dan Levine menyatakan bahwa kedua jenis antigen M dan N itu ditentukan oleh
sebuah gen yang memiliki dua alel. Alel LM menentukan adanya antigen-M dalam eritrosit,
sedangkan antigen-N ditentukan oleh alel LN (Suryo, 2005).

Tabel 2.5. Kemungkinan genotip dan fenotip seseorang dalam golongan


darah sistem MN

Golongan darah (Fenotip) Antigen dalam eritrosit Alel dalam kromosom Genotip
M M LM LM LM
N N LN LN LN
MN M dan N LM dan LN LM LN

Alel LM dan LN merupakan alel kodominan, sehingga LM tidak dominan terhadap LN, demikian
pula LN tidak dominan terhadap LM (Suryo, 2005).

Golongan darah Sistem Rh

K. Landsteiner dan A.S. Wiener dalam tahun 1940 menemukan antigen baru lagi, yang dinamakan
faktor Rh (singkatan dari kata Rhesus, ialah sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk
penelitian darah orang). Kedua ahli itu telah menyuntikkan sel-sel darah merah dari kera Rhesus ke
dalam tubuh kelinci dan marmot. Kelinci dan marmot ini membentuk zat anti yang menyebabkan
sel-sel darah merah dari kera Rhesus itu menggumpal. Antiserum dari kelinci tadi kemudian
digunakan untuk menguji darah manusia. Orang dibedakan atas dua kelompok :
a. Orang Rh-positif (disingkat dengan Rh+) adalah orang yang memiliki antigen-Rh di dalam
eritrositnya,

sehingga waktu darahnya dites (diuji) dengan antiserum yang mengandung anti-Rh, maka
eritrositnya
menggumpal.
b. Orang Rh-negatif (disingkat dengan Rh-) adalah orang yang tidak memiliki antigen-Rh di dalam

eritrositnya, sehingga eritrosit tidak menggumpal pada waktu dilakukan tes dengan antiserum
anti-Rh.

Mula-mula mekanisme genetik dari sistem Rh ini tampaknya sederhana, sehingga Landsteiner
berpendapat bahwa golongan darah Rh ini diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r,
dimana R dominan terhadap r. selanjutnya ditegaskan bahwa terbentuknya antigen Rh di dalam
eritrosit itu ditentukan oleh gen dominan R. dengan demikian orang Rh positif mempunyai genotip
RR dan Rr, sedangkan orang Rh negatif mempunyai genotip rr.
Akan tetapi beberapa zat anti baru segera ditemukan, demikian pula gen-gen sehingga
menyebabkan keadaannya menjadi lebih sulit. Ternyata tidak semua orang Rh + sama dalam hal
antigen-Rh yang mereka miliki; orang Rh - pun ternyata tidak semua sama. Berhubung dengan itu
Wiener lebih condong untuk menyatakan bahwa golongan Rh itu ditentukan oleh satu seri alel
ganda, terdiri dari 8 alel, yaitu:
- Untuk Rh positif, alel-alelnya RZ, R1, R2, dan R0
- Untuk Rh negatif, alel-alelnya ry, r’, r’’, r.

Rangkuman
Alel ganda adalah terdapatnya lebih dari satu macam gen pada suatu lokus. Jika dalam satu
lokus terdapat lebih dari satu pasang alel, disebut alel ganda (multiple alelomorfi). Contoh alel ganda
dapat dilihat pada penentuan warna bulu kelinci. Warna bulu kelinci ditentukan oleh empat alel
yang sama-sama mempengaruhi warna bulu dan berada pada lokus yang sama. Contoh lainnya
adalah pada penentuan golongan darah manusia, baik pada sistem ABO, MN, juga Rhesus.

Pertanyaan

1. Seorang laki-laki bergolongan darah B menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah
B pula. Bagaimanakah kemungkinan golongan darah anak-anak mereka kelak?
Jawaban :
P : IBIB atau IBIO x IBIB atau IBIO

F1 : IBIB = golongan B
IBIO = golongan B
IBIO = golongan B
IOIO = golongan O

2. Pada sistem golongan darah ABO, jika seseorang mempunyai golongan darah AB berarti
darahnya mengandung…
a. Antibodi a dan antibodi b
b. Antigen A dan antigen B
c. Antigen A dan aglutinin a
d. Aglutinin a dan aglutinin b
e. Aglutinogen A dan aglutinin b

Jawaban : B

3. Pria rhesus positif homozigot menikah dengan perempuan rhesus negatif, maka memiliki
peluang anak rhesus positif sebanyak…
a. 0%
b. 50%
c. 100%
d. 12,5%
e. 75%

Jawaban : C (100%)

ALEL GANDA (Multiple Aleomorfi)

ALEL GANDA ( Multiple Aleomorfi)


a. Alel
- Alel adalah Gen – gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian ) dalam kromosom homolog.
Bila dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe ,

- Alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan., jadi alel adalah gen –
gen yang terletak pada lokus yang sama dan memiliki pekerjaan yang sama atau hampir sama

- Pada individu homozigot, pasangan kedua alel mempunyai symbol yang sama persis; misalnya BB,
MM.

- sedangkan genotipe heterozigot pasangan kedua alel

mempunyai symbol yang tidak sama missal Bb, Mm.

namun Bm dan bM bukan alelnya.


b. Alel Ganda (Multiple Aleomorfi)
- Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel maka disebut alel ganda,

Contoh : warna bulu pada kelinci dan golongan darah sistem A B O pada manusia.

1) Alel ganda pada kelinci.

Alel ganda pada bulu kelinci adalah adanya 4 alel yang sama – sama mempengaruhi warna bulu,
dan berada pada lokus yang sama.
Warna bulu kelinci dengan gen W memiliki beberapa alel yang berturut – turut dari yang dominan:
c+ > cch > ch > c
Gen c+ : fenotipe kelabu
Gen cch : fenotipe kelabu muda (chinchilia)
Gen ch : berfenotipe himalaya, yaitu berwarna putih dengan ujung hidung, ujung telinga, ekor
dan kaki berwarna kelabu gelap.
Gen c : berfenoripe albino (tak berpigmen)

Keterangan :

 Kelabu dominan terhadap ketiga warna yang lain (kelabu muda, Himalaya, dan albino),
 kelabu muda dominan terhadap Himalaya dan albino.
 Himalaya dominan terhadap albino
 Albino adalah gen resesif

Kemungkinan genotipenya sebagai berikut:


Fenotipe Kemungkinana Genotipe

Kelabu c+c+, c+cch,, c+ch, c+c


(normal)
Kelabu muda cchcch, cchch, cchc
(chinchilla)
Himalaya chch , chc
Albino cc

Contoh :
Seekor kelinci chinchilla heterozigot yang disilangkan dengan kelinci Himalaya heterozigot akan
memperoleh keturunan albino, lihat persilangan berikut:
P cchc >< chc
(chinchilla) (himalaya)

G; cch ch
c c

cch c

ch cch ch chc
kelabu muda (chinchilla)
Himalaya

c cch c cc
kelabu muda (chinchilla) albino 2 chinchila : 1 himalaya: 1 albino

SOAL : a. c+cch x cchch . b. c+c x cch

2) Alel ganda pada golongan darah sistem AB0


Pada golongan darah ini, ada 3 macam alel yang dominansinya berbeda dengan pada warna bulu
kelinci

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa:


Gen IA dominan terhadap i atau I0
Gen IB dominan terhadap I atau I0
Gen I (I0) adalah resesif berfenotipe golongan darah 0
Sedang IA dan IB sama – sama dominanterhadap I sehingga genotipe IAIB berfenotipe golongan
darah AB. Jadi gen I (I0) mempunyai alel IA dan alel IB.
Contoh :
Bagaimanakah kemungkinan fenotipe golongan darah anak – anak yang lahir dari perkawinan antara
pria bergolongan darah A heterozigot dengan wanita bergolongan darah B heterozigot pula?

P IAi >< IBi

G IA IB
i i
F

IA I

IB IA IB IBi
golongan darah AB golongan darah B

i IA i Ii

golongan darah A golongan darah O

SOAL : a. Perkawinan golongan darah A homozigot dan B homozigot

b. Perkawinangolongan darah O dan A heterozigo

c. Bagaimanakah kemungkinan golongan darah dari anak-anak yang lahir dari perkawinan seorang
laki-laki tidak buta warna golongan darah AB dengan seorang perempuan buta warna golongan
darah A ?

( gen yang menyebabkanbuta warna terdapat pada kromosom X sedangkan yang menentukan
golongan darah terdapat pada autosom

Oleh karena penyelidikan berlangsung terus dan pengujuan darah dapat dilakukan makin sempurna,
maka kini diketahui Sub alel untuk alel IA, yaitu I A1 , I A1 , IA 3 ,dengan demikian golongan darah A
kini dibedakan atas 3 sub-golongan A1, A2,A3.

Mungkinkan suami istri masing-masing bergolongan darah A2 dapat memiliki anak yang bergolongan
darah A3 ? coba uraikan .

fenotif genotif fenotif genotif

A1 A1B

A2 A2B

A3 A3B

B O
Golongan darah tipe MN
Dalam tahun 1927 K.Landsteiner dan P .Levine menemukan antigen baru yang mereka
sebut antigen- M dan antigen-N .

Jika misalnya eritrosit seseorang yang mengandung antigen-M disuntikan pada tubuh
kelinci ,maka darah kelinci akan membentuk zat anti – M dalam serumdarah kelinci.

Jika antiserum dari kelinci dipisahkan dan diujikan pada darah orang yang mengandung
antigen-M ,maka eritrosit orang tsb menggumpal.

Jika misalnya eritrosit seseorang yang mengandung antigen-N disuntikan pada tubuh
kelinci ,maka darah kelinci akan membentuk zat anti – N dalam serumdarah kelinci

Dengan menggunakan dua macam


antiserum ini ,type darah seseorang dapat ditetapkan sbb :

Berbeda dengan golongan darah system ABO, golongan darah Sistem MN ,

- serum atau plasma darah orang tidak mengandung ant-M dan anti-N. berhubung dengan itu

- golongan darah system MN tidak penting untuk keperluan transfuse darah karena tidak
ada bahaya penggumpalan darah.

- .Landsteiner dan P .Levine menyatakan bahwa kedua antigen M DAN n ditentukan oleh
sebuah gen yang memiliki 2 alel.
Golongan Darah Sistem Rhesus

- Menurut Roberts & Pembrey (1995: 141) sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel
darah merah kera Rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum
yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah 85% populasi Eropa Barat dan Amerika
Utara.

- Menurut Suryo (1994: 359) bahwa antigen-Rh pertama kali ditemukan dalam darah kera Macaca
rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 yang kemudian ditemukan pula antigen-Rh
dalam darah manusia.

Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua
kelompok, yaitu :

1. Orang Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi
positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh
(antibodi Rh).
2. Orang Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan
reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi
Rh).
- Menurut Landsteiner ; golongan darah Rh ini termasuk keturunan (herediter) yang diatur oleh satu
gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r. R dominan terhadap r sehingga terbentuknya antigen-Rh
ditentukan oleh gen dominan R. Orang Rh+ mempunyai genotip RR atau Rr, sedangkan orang Rh-
mempunyai genotip rr.

- Menurut Wiener : golongan darah Rh ditentukan oleh satu seri alel yang terdiri dari 8 alel. Hal ini
didasarkan pada kenyataan tidak semua orang Rh+ mempunyai antigen-Rh yang sama dan begitu
juga dengan orang Rh-.

Kedelapan alel tersebut yaitu: (1) Rh+, alel-alelnya RZ , R1 , R2 , R0 dan

(2) Rh-, alel-alelnya ry, r’, r”, r

- Menurut R.R. Race dan R.A. Fisher : golongan darah Rh ditentukan oleh 3 pasang gen

Yaitu  (C,D, dan E).

Gen-gen ini bukan alel tetapi terangkai amat berdekatan satu sama lain dan ketiga gen ini

dominan terhadap alelnya c,d, dan e.

Ada tidaknya antigen-Rh dalam eritrosit seseorang ditentukan oleh gen D.

Orang Rh+ mempunyai gen D dan bergenotip CDE atau cDe .

Orang Rh- tidak mempunyai gen D dan bergenotif cdE atau CdE .

- Ketiga sistem tersebut tetap berlaku karena belum dapat dipastikan sistem mana

yang benar sampai sekarang (Suryo, 1998: 266-267).


Peranan Faktor Rh dalam Klinik

Menurut Suryo (1994: 362-368) : faktor Rh dalam darah seseorang mempunyai arti penting dalam
klinik. Orang yang serum dan plasma darahnya tidak mempunyai anti-Rh dapat distimulir (dipacu)
untuk membentuk anti-Rh.

Pembentukan anti-Rh ini dapat melalui jalan :

1. Transfusi Darah.

Contoh kasus ini misalnya pada seorang perempuan Rh- yang kerena sesuatu hal harus ditolong
dengan transfusi darah. Darah donor kebetulan Rh+, berarti mengandung antigen-Rh. Antigen-Rh ini
akan dipandang sebagai protein asing sehingga perempuan itu akan distimulir membentuk anti-Rh.
Serum darah perempuan yang semula bersih dari anti-Rh akan mengandung anti-Rh. Anti-Rh akan
terus bertambah jika transfusi dilakukan lebih dari sekali. Anti-Rh akan membuat darah yang
mengandung antigen-Rh menjadi menggumpal sehingga perempuan Rh- tersebut tidak bisa
menerima darah dari orang Rh+. Orang Rh- harus selalu ditransfusi dengan darah Rh-. Seseorang
yang akan melakukan transfusi sebaiknya selain memeriksa golongan darah dengan sistem ABO juga
harus memeriksakan faktor Rhnya.

2. Perkawinan.

- Kasus ini bisa terjadi misalnya seorang perempuan Rh- (genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+
(bergenotip homozigotik RR) dan perempuan tersebut hamil.
- Janin dari pasangan ini tentunya akan bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari
ayahnya. Sebagian kecil darah janin yang mengandung antigen-Rh tersebut akan menembus
plasenta dan masuk kedalam tubuh ibunya.

- Serum dan plasma darah ibu distimulir untuk membentuk anti-Rh sehingga darah ibu yang mengalir
kembali ke janin mengandung anti-Rh. Anti-Rh ini akan merusak sel darah merah janin yang
mengandung antigen-Rh sehingga janin akan mengalami hemolisis eritrosit.

- Hemolisis eritrosit akan menghasilkan bilirubin indirek yang bersifat tidak larut air tetapi larut lemak
dan tentunya akan meningkatkan kadar bilirubin darah janin.

- Peningkatan ini dapat menyebabkan ikterus patologis yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kerm ikterus bila
tidak segera ditangani.

- Kern ikterus merupakan suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus sub talamus, hipokampus, nukleus merah dan
nukleus pada dasar ventrikulus IV.
- Bayi yang mengalami kern ikterus biasanya mengalami kuning disekujur tubuhnya (Mula Tarigan,
2003: 1-2). Ada 2 kemungkinan bagi janin yang mengalami ketidakcocokan Rh ini, yaitu : Bayi
pertama bisa selamat karena anti-Rh yang dibentuk oleh ibu itu masih sedikit sedangkan bayi pada
kehamilan kedua bisa meninggal jika anemia berat.

- Penyakit seperti ini dikenal dengan nama eritoblastosis fetalis. Kejadian ini akan terulang pada
waktu ibu hamil berikutnya (Campbell, dkk, 2004: 91). Bayi dapat juga hidup, tetapi biasanya akan
mengalami cacat, lumpuh, dan retardasi mental.

Inkompatibilitas dalam Golongan darah


inkompatibilitas

- ERYTHROBLASTOSIS FETALIS atau PHILIP LAVINE atau disebut juga penyakit kuning pada bayi,

merupakan suatu kelainan berupa hemolisis pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini karena
inkompatibilitas golongan darah dengan ibunya.

Inkompabilitas ini menyebabkan terbebtuknya sistem imun ibu sebagai respon terhadap sel darah
bayi yang mengandung suatu antigen.

Penyebab

- karena ketidakcocokangolongan Rh antara suami dan istri.

Rh (Rhesus) terbagi menjadi 2 macam, -rhesus positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh-)

- Apabila darah seseorang diberi dengan serum anti Rh, kemudian akan terjadi

penggumpalan, maka orang tersebut memiliki rhesus positif (Rh+).

- Sebaliknya, jika tidak terjadi penggumpalan, maka orang tersebut memiliki rhesus negatif

(Rh- Mayoritas penduduk di Indonesia termasuk golongan rhesus positif (Rh+).

B. Mekanisme

seorang ibu yang hamil bergolongan Rh- dan janinnya bergolongan Rh+,
maka terjadi proses inkompabilita golongan darah.

- Janin akan membentuk Rh antigen.

- Sel-sel eritrosit janin akan keluar ke tubuh ibu melalui plasenta.

- tubuh ibu akan memproduksi antibodi (anti Rh antibodi) yang

melawan anti Rh-. Sehingga antibodi tersebut akan menyerang Rh+

pada eritrosit janin.

- Umumnya, pada kehamilan pertama bayi yang dikandung akan selamat.

- Namun, pada kelahiran bayi kedua, jika bayi yang dikandungnya bergolongan Rh+, maka anti Rh ibu
akan masuk dalam peredaran darah janin sehingga bertemu dengan antigen Rh janin tersebut yang
mengakibatkan penggumpalan dan kelainan pembentukan sel darah merah (erythroblastosis fetalis
fetus).

C. Gejala

a. Tubuh menggembung oleh cairan.

b. Hati dan limpa membengkak.

c. Di dalam darah bayi terdapat erythroblast (penggumpalan eritrosit).

d. Kulit berwarna kuning keemasan.

D. Akibat

Jika tidak segera ditolong, akan mengakibatkan kematian pada bayi.

E. Pengobatan

Mengganti seluruh darah bayi dengan yang normal.

BO inkompatibilitas
- Apakah eritrosit bayi yang memiliki antigen-A tidak akan rusak oleh hadirnya anti A dari darah ibu ?

Contoh kasus :
- Ibu bergolongan darah O ( mempunyai anti –A dan Anti-B ) X suami A,anak yang dikandung A (
mempunyai Antigen –A )

Hasil penyelidikan :
- Berdasarkan penyelidikan sejumlah besar Anti-A dari serum darah ibu merusak eritrosit bayi dalam
kandungannya yg memiliki antigen-A.

- Dengan alasan diatas Para ahli menyatakan bahwa matinya janin ( keguguran )berkali-kali secara
spontan itu disebabkan adanya ABO Inkompatibilitas.

Ada 2 Macam Perkawinan


1. Perkawinan Inkompatibel ( perkawinan yang tidak sesuai )
- Artinya perkawinan yang mengakibatkan zat anti dari serum darah itu
bertemu dengan antigen-dari eritrosit bayi dalam kandungan.
CONTOH : Ibu O X bapa B

ii IBIB
( ada anti-A dan Anti-B )

F1 : IB i ( memiliki antigen –B )

Ket: Sehingga anti-B ibu bertemu dengan Antigen –B bayi

2. Perkawinan kompatibel ( perkawinan yang sesuai )

- Artinya perkawinan yang mengakibatkan zat anti dari serum darah


ibu tidak bertemu dengan antigen- dari eritrosit bayi dalam kandungan

CONTOH : Ibu B X Bapa O

IBIB ii
( ada anti-A)

F1 IB i ( memiliki antigen –B )

Ket : perkawinan ibu gol darah O dan bapa B mempunyai akibat yang berbeda dengan
perkawinan Ibu golongan darah B dan bapa O .

- Ada pendapat perkawinan kompatibel menyebabkan sterilitas artinya perkawinan itu


tidak menghasilkan anak .
KOMBINASI Rh inkompatibilitas dan ABO inkompatibilitas-

- Kenyataan menunjukan bahwa ABO inkompatibilitas mencegah timbulnya erythroblastosis fetalis


,Inilah yang menjadi alas an mengapa ibu-
fetus ( sebagai akibat Rh inkompatibilitas )
ibu Rh- yang mempunyai suami Rh+ tidak begitu mudah mendapatkan anak
anak yang menderita erythroblastosis fetalis

CONTOH : Ibu O,Rh- X Bapa A,Rh+

iirr IAIA RR
Memiliki anti-A,Anti-B,Anti Rh memiliki Antigen –A, Antigen Rh

F1 IAi Rr ( gol A Rh+ )


memiliki Antigen –A, Antigen Rh

Alasan : Eritrosit embrio memiliki Antigen –A, Antigen Rh apabila sel sel ini masuk dalam
sirkulasi darah ibu ,sel-sel itu dapat dirusak oleh anti-A, dari ibu
sehingga Antigen Rh di dalam eritrosit bayi tidak mungkin menstimulir ibu untuk
membentuk Anti Rh AKIBATNYA tidak akan terjadi reaksi Antigen Rh bayi dengan Anti Rh
ibu , sehingga tidak ada kemungkinan timbul erythroblastosis fetalis pada
bayi.

Anda mungkin juga menyukai