WAhyu Marliyani ( 14 )
Choti Lusiana ( 19 )
Nur Aini Ika Sakti ( 23 )
Rina Ambarwati ( 29 )
Kelas: XI IPA 1
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................1
C. Tujuan Penelitian.................................................................2
D. Manfaat Penelitian...............................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................3
A. Kajian Teori (Dasar Teori)......................................................3
B. Hipotesis...........................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN....................................................7
A. Rancangan Penelitian............................................................7
B. Alat dan Bahan...................................................................7
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian..............................................7
D. Rencana Analisis Data..........................................................8
E. Jadwal Penelitian.................................................................8
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN..............................................9
A. Deskripsi Data....................................................................9
B. Pembahasan.......................................................................9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................11
A. Kesimpulan......................................................................11
B. Saran..............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................12
LAMPIRAN.............................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi kimia berlangsung dengan menyerap atau membebaskan kalor.
Reaksi yang membebaskan kalor dan mengakibatkan pertambahan atau
peningkatan suhu disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang menyerap
kalor dan mengakibatkan pengurangan atau penurunan suhu disebut reaksi
endoterm. Contoh reaksi eksoterm yaitu pembakaran gas alam dalam
kompor, sedangkan contoh reaksi endoterm yaitu beras yang berubah
menjadi nasi. Reaksi eksoterm umumnya berlangsung lebih dramatis
daripada reaksi endoterm. Jumlah kalor yang menyertai ( dibebaskan atau
diserap ) suatu reaksi kita sebut kalor reaksi. Termokimia adalah cabang dari
ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi. Focus bahasan dalam
termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah
tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi tersebut.
Kalor reaksi dapat ditentukan dengan melalui percobaan, yaitu
dengan calorimeter. Namun demikian, penentuan kalor reaksi melalui
percobaan bukanlah pekerjaan yang mudah. Henry Hess, seorang ahli kimia
dari Rusia kelahiran Swiss, menentukan cara lain untuk dapat menentukan
kalor reaksi, yaitu berdasarkan data termokimia yang ada, jadi tidak harus
melalui percobaan. Kita akan membahas penentuan kalor reaksi, melalui
percobaan dan berdasarkan penemuan Hess.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Berapakah mol NaOH dan HCl ?
2. Berapakah perubahan entalpi ( H ) reaksi NaOH dan HCl ?
3. Berapakah perubahan entalpi ( H ) reaksi penetralan 1 mol NaOH
dan HCl ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori (Dasar Teori)
1. NaCl (Natrium Clorida)
Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai
garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada
proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai
medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih
sehingga perkecambahan pada benih recalsitran dapat terhambat. Dengan
kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut di
dalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi
yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah)/low
concentrate yang terdapat di dalam tubuh benih sehingga akan diperoleh
keseimbangan kadar air pada benih tersebut. Hal ini dapat terjadi karena H2O
akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki
konsentrasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan
bagi benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran
yaitu benih yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka
terhadap penurunan kadar air yang rendah. Kadar air yang tinggi
menyebabkan benih recalsitran selalu mengalami perkecambahan dan
berjamur selama masa penyimpanan atau pengiriman ketempat tujuan.
Namun dengan perlakuan konsentrasi sodium chlorida (NaCl) maka hal ini
dapat teratasi.
2. NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam
air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling
umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan
pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan
noda kuning pada kain dan kertas.
3. HCl ( Asam Clorida )
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia
dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam
klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium,
H3O+:
HCl + H2O H3O+ + Cl
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium
klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam
air.
Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang
mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat
seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah
dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl. Ketika garam klorida seperti NaCl
ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl adalah konjugat basa yang
sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut.
Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa molaritas H+ sama
dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat digit
angka bermakna.
Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan
asam monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga
merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani
dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion
klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi
menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan
konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan reagen
pengasam yang sangat baik.
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan
jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik
oleh karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%)
dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun
konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat.
Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna"
sampel-sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam
dan menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia juga bereaksi dengan
senyawa dasar semacam kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida,
menghasilkan klorida terlarut yang dapat dianalisa.
4. H2O ( Air )
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tidak di planet lain. Air menutupi hampir
71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil)
tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada
B. Hipotesis
Rumusan Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan
masalah yang diajukan . Rumusan Hipotesis disusun berdasarkan teori yang
diuraikan pada tinjauan pustaka sehingga rumusan hipotesis bersifat teoritis.
Hipotesis akan dibuktikan kebenarannya setelah memperoleh data dari hasil
penelitian. Hipotesis pada praktikum ini yaitu Terjadi perubahan entalpi
( H ) reaksi penetralan NaOH dan HCl dan reaksi tersebut merupakan
senyawa eksoterm .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
a. Gelas kimia 100 mL diisi larutan NaOH 3 M sebanyak 10 mL.
b. Gelas kimia 100 mL diisi larutan HCl 3 M sebanyak 10 mL.
c. Kalorimetri diisi campuran kedua larutan tersebut.
B. Alat dan Bahan
1) Alat :
Kalorimetri
Gelas kimia 100 mL
Gelas ukur 25 mL
Thermometer
Pipet tetes
2) Bahan :
Larutan NaOH 3 M
Larutan HCl 3 M
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan
Melakukan penelitian atau praktikum
Membuat laporan
Pengumpulan laporan
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
No.
Perhitungan
NaOH
HCl
NaOH + HCl
1.
Suhu awal
3.
4.
5.
6.
Molaritas molekul
33C
32C
10 mL
3M
10 mL
3M
33 + 32
=32,5
2
B. Pembahasan
Dari tabel diatas dapat dicari:
1.
2.
3.
4.
Dijawab:
1. Mol NaOH dan HCl
mol = M V
Diketahui:
M NaOH =3 M
M HCl =3 M
V NaOh =10 ml=0,1l
V HCl =10 ml=0,1 l
a.
b.
40C
20 mL
-
Diketahui:
c=4,2 J gr
T =T 2T 1=40 32,5=7,5
a.
q=m c T
1
20 ml 4,2 J gr 7,5
630 J
b.
H =q
630 J
q
mol
Catatan:
Mol yang dipakai dipilih salah satu dari mol NaOH atau HCl, mol kedua
molekul sama apabila tidak, dipilih mol yang terkecil.
H penetralan 1 mol=
q
mol
630 J
0,3mol
21.000
21
J
mol
KJ
mol
10
KJ
mol
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan antara pencampuran molekul
NaOH dengan HCl dapat disimpulkan:
1. Perubahan entapi ( H ) reaksi sebesar 630 J .
2. Perubahan entalpi ( H ) reaksi penetralan antara NaOH dengan
HCl sebesar 21 KJ mol-1.
3. Reaksi tersebut merupakan reaksi eksoterm karena reaksi tersebut
mengakibatkan peningkatan suhu atau pertambahan suhu yaitu dari
32,50C sampai 400C .
4. Reaksi antara NaOH dengan HCl menghasilkan senyawa NaCl dan
H20.
B. Saran
kenaikan suhunya.
Cek terlebih dahulu semua peralatan yang digunakan.
Persiapkan bahan pengamatan secara maksimal.
Obyektif dalam melakukan penelitian karena dapat mempengaruhi
hasil penelitian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, D. A., Maryati Sri, Srikini, Suharno, S. Bambang. 2006. Kimia SMA
kelas 2. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Dkk, Samsyuri Istamar. 2006. Kimia SMP kelas 1. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Gahalia Indonesia.
Sujadi, Bagad. 2004. Sains dalam Kehidupan. Jakarta: Yuhdistira.
http://wikipedia.com
http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ntbr0111.pd
http://kucingganteng.multiply.com/journal/item/5
http://muhammadbetha.blog.uns.ac.id/NaOH_HCl.htm/
12
LAMPIRAN
13