Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II


METODE MECHANICAL MILLING MENGGUNAKAN SHAKER MILL
PPF-UG
(ACARA – 1)

Disusun oleh :
Nama : 1. Sri Mulyawiningsih K1C015026
2. Dita Putri Saraswati K1C015059
Asisten : Nugraheni Puspita Rini

Hari/Tanggal :
Pelaksanaan Praktikum : Senin, 16 April 2018
Pengumpulan Laporan : Selasa, 24 April 2018

LABORATORIUM FISIKA INTI DAN MATERIAL


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
METODE MECHANICAL MILLING MENGGUNAKAN SHAKER MILL
PPF-UG
Sri Mulyawiningsih (K1C015026) dan Dita Putri Saraswati (K1C015059)
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jenderal Soedirman
Email: Winingsihs@gmail.com dan ditapsaraswati@gmail.com

ABSTRAK

Praktikum Metode Mechanical Milling Menggunakan Shaker Mill PPF-UG


bertujuan untuk mendeskripsikan mekanisme metode mechanical milling dalam
proses memperkecil ukuran partikel menggunakan alat Shaker Mill PPF-UG, serta
menentukan perubahan ukuran partikel dan lama waktu milling yang efesien
setelah di-milling dengan variasi waktu yang sudah ditentukan. Dalam eksperimen
ini menggunakan sampel bahan Fe3O4 alam (pasir besi) dijadikan 3 sampel
masing-masing sampel ditimbang seberat 15 gram. Ball mill dengan perbandingan
1:5 yaitu seberat 75 gram dimasukan ke dalam Shaker Mill PPF-UG dengan
variasi waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Selanjutnya disaring menggunakan
saringan ukuran 80 mesh, 120 mesh dan 250 mesh. Hasil proses tersebut
menunjukkan berat Fe3O4 alam (pasir besi) pada masing masing proses
penyaringan memiliki berat yang berbeda-beda. Hasil yang diperoleh menyatakan
bahwa waktu milling yang efisien penggunaannya adalah 15 menit karena
menghasilkan massa pasir besi di akhir penyaringan sebesar 7.510 gram dan
perubahan ukuran partikel akan mengecil apabila waktu milling semakin lama.

Kata Kunci: Mechanical milling, Shaker Mill PPF-UG, ball mill, pasir besi
(Fe3O4).
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mechanical milling adalah proses solid state serbuk dengan teknik
menyertakan pengulangan penggabungan, penghancuran dan penggabungan
kembali (rewelding) untuk butiran serbuk pada high energy ball mill.
Mechanical milling juga disebut proses penggilingan bola yakni suatu
campuran serbuk yang ditempatkan dalam suatu wadah penggilingan
dipadukan dengan cara dikenai benturan bola-bola berenergi tinggi. Ada
beberapa variabel yang harus dipertimbangkan, yaitu tipe milling, kecepatan
milling, waktu milling, tipe dan ukuran bola giling, rasio bola-serbuk,
temperatur milling, dan pelumas (process control agent ).
Pasir besi (Fe3O4) adalah salah satu hasil dari sumber daya alam yang
ada di Indonesia dan merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri
besi baja dimana ketersediaannya dapat dijumpai di daerah pesisir seperti di
pesisir pantai Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kabupaten Lombok Timur.
Selain sebagai bahan baku industri baja, pasir besi juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri semen dalam pembuatan beton. Pasir besi yang
ada di alam umumnya memiliki ukuran 80-100 mesh (Suryanarana, 2001).
Untuk mengolah pasir besi tersebut dalam praktikum ini dilakukan
percobaan metode mechanical milling dengan menggunakan alat Shaker
Mill PPF-UG untuk menentukan perubahan ukuran dari Pasir besi (Fe3O4).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Metode Mechanical Milling menggunakan
Shaker Mill PPF-UG adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan mekanisme metode mechanical milling dalam proses


memperkecil ukuran partikel menggunakan alat Shaker Mill PPF-UG.
2. Menentukan perubahan ukuran partikel dan lama waktu millinig yang
efesien setelah di-milling dengan variasi waktu yang sudah ditentukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasir Besi


Pasir besi (Fe3O4) adalah endapan pasir yang mengandung partikel
besi (magnetit) yang terdapat di sepanjang pantai. Pasir besi terbentuk
karena proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan, dan gelombang
terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit,
ilmenit, dan oksida besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh
gelombang air laut (Bates and Jackson, 1980). Utamanya berasal dari batuan
basaltik dan andesitik volkanik. Secara umum, banyak dipakai dalam
industri diantaranya sebagai bahan baku pabrik baja dan bahan magnet
dengan mengambil bijih besinya, pabrik keramik, pabrik semen dan bahan
refractory dengan mengambil silikatnya (Austin, 1985).

Gambar 2.1 Deposit pasir besi


(https://1.bp.blogspot.com/WjZGaWEKrNI/WDW0aS0isEI/AAAAAAAAC
mw/ haSxBPZXktkkwesGHA7MGyHnSse9n-Y2QCLcB/s1600/pasir-besi.
jpg)
2.1 Proses Milling

Mechanical alloying adalah proses pencampuran serbuk yang meliputi


pengulangan pengelasan dingin dan penghancuran partikel serbuk pada
energi tinggi ball mill yang dihasilkan dari tumbukkan dari bola-bola.
Proses sebenarnya dari mechanical alloying adalah mencampurkan serbuk
dan medium gerinda (biasanya bola besi/baja). Campuran ini kemudian
dimilling beberapa lama sehingga keadaan tetap dari serbuk tercapai dimana
komposisi serbuk semuanya sama seperti ukuran elemen-elemen pada awal
pencampuran serbuk. Hal-hal yang mempengaruhi proses milling antara lain
adalah bahan baku, tipe milling dan variabel proses milling. Disini akan di
jelaskan bagian-bagian dari proses mechanical alloying satu persatu.
2.2.1 Tipe-tipe Milling
Tipe-tipe berbeda dari peralatan high energy milling digunakan untuk
memproduksi serbuk mechanical alloying. Perbedaannya pada kapasitasnya,
efesiansi milling, dan pengaturan dingin, panas dan lain-lain. Gambaran
lengkap dari perbedaan milling yang dapat digunakan untuk mechanical
alloying akan dijelaskan di bawah ini:
a. SPEX Shaker Mills Shaker
Shaker mill seperti SPEX mills, yang dapat memilling kir-kira 10-20 g
serbuk dalam satu kali milling. biasanya SPEX mill digunakan untuk
penelitian di laboratorium dan untuk tujuan skenering alloy. SPEX
mengerakkan serbuk dan bola-bola pada tiga gerakan yang saling tegak
lurus, kira-kira pada 1200 rpm. Kapasitas wadah bisa mencapai 55x10 -6
m3 persamaan pengurangan dan getaran bola-bola mill adalah energi
yang tinngi. Energi tinggi milling bisa diperoleh dengan frekuensi yang
tinggi dan amplitude yang besar dari getaran (Septiyan, 2010).
Gambar 2.1 SPEX Shaker Mill

b. Planetary ball mill


Planetary ball mill (PBM) adalah alat yang sering digunakan untuk
mechanical alloying. Khususnya di Eropa. Karena Planetary ball mill
bisa memilling seratus gram dalam satu kali milling Nama planetary ball
mill diambil dari seperti pergerakan palnet, dimana prinsiap kerja dari
planetary ball mill adalah didasarkan pada rotasi relatif pergerakan antara
jar grinda dan putaran disk (Suryanarayana, 2001). Ball mill terdiri dari
satu putaran disk (kadang disebut putaran meja) dan dua atau empat
mangkok (vial). Putaran disk dalam satu arah sementara itu mangkok
(vial) berotasi pada arah yang berlawanan. Gaya sentrifugal dibuat dari
vial yang mengelilingi sumbunya bersama-sama dengan rotasi arah yang
dipakai oleh serbuk dan bola-bola mill didalam mangkok. Campuran
serbuk mengalami penghancuran dan pengelasan dingin di bawah impek
energi tinggi.
Gambar 2.2 Pergerakan Bola dan Serbuk dalam Vial
Gambar 2.2 melihatkan gerakkan bola-bola dan serbuk selama arah rotasi
mangkok dan putaran disk berlawanan, gaya sentifugal bertukaran secara
singkron. Hasil gesekan dari bola-bola milling dan campuran serbuk
digiling bergantian berputar terhadap dinding mangkok, dan hasil impek
ketika bola-bola dan sebuk terangkat dan terlempar menyilang wadah
yang menumbuk secara berlawanan. Impek menguat ketika bola-bola
menubruk bola-bola yang lainnya. Energi impek bola-bola milling pada
arah normal mencapai 40 kali lebih dari akselarasi gravitasi. Oleh karena
itu planetary ball mill bisa digunakan untuk milling berkecepatan tinggi.

Gambar 2.3 PBM4 Buatan LIPI


2.2.2 Parameter Milling
Mechanical alloying adalah proses yang komplek dan karenanya
melibatkan optimasi dari beberapa variable untuk mencapai tahap produk
yang diinginkan dan ukuran mikrostruktur. Beberapa parameter yang
penting yang mempengaruhi hasil dari proses milling diantarnya: tipe
milling, wadah milling, kecepatan milling, lama penggilingan, media
penggilingan, ruang pada vial, perbandingan bubuk dengan bola, atsmofir
milling, control agen, dan temperatur milling.
a. Waktu milling
Waktu milling adalah parameter yang penting, bisaanya waktu dipilih
untuk mencapai keadaan yang tetap antar penghancuran dan pengelasan
dingin dari partikel. Waktu yang dibutuhkan tergantung dari tipe milling
yang digunakan, intesitas milling, rasio bola-serbuk, dan temperatur
milling. Waktu milling yang lama dari waktu yang diperlukan akan
meningkatkan kontaminasi dan beberapa fase yang tidak diinginkan akan
terbentuk. Oleh karena itu memilling serbuk untuk waktu yang
diperlukan saja dan jangan terlalu lama (Septiyan, 2010).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Metode Mechanical Milling menggunakan Shaker Mill
PPF-UG dilakukan di Laboratorium Fisika Inti dan Material Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman,
16 April 2018 pukul 09.00-13.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Metode Mechanical
Milling menggunakan Shaker Mill PPF-UG adalah:
1. Shaker Mill PPF-UG
2. Vial
3. Kunci Inggris
4. Ball Mill
5. Spatula
6. Timbangan digital Ohaus model TP 2KS
7. Gelas ukur kapasitas 10 ml
8. Saringan 80,120, dan 250 mesh
9. Palstik sampel
10. Label kertas
11. Fe3O4 alam (Kec. Binangun Kab. Cilacap)

3.3 Prosedur kerja


Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Metode Mechanical
Milling menggunakan Shaker Mill PPF-UG adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pasir besi (Fe3O4 ) alam ditimbang sebanyak 15 gram.
3. Ball mill ditimbang sebanyak 75 gram
4. Sampel (pasir besi) dan ball mill dimasukan ke vial, dipasang dalam alat
Shaker Mill PPF-UG kemudian di milling selama 5 menit.
5. Sampel disaring dengan ukuran 80 mesh.
6. Sampel ditimbang dan perubahan ukuran dicatat dengan persetase
masing-masing sampel.
7. Langkah 5 dan 6 diulang dengan menggunakan saringan berukuran 120
mesh dan 250 mesh.
8. Langkah 2 sampai langkah 6 diulang dengan variasi waktu 10 menit dan
15 menit.
3.4 Flowchart
Mulai

Alat yang digunakan:


1. Shaker Mill PPF-UG
2. Vial
3. Kunci Inggris
4. Ball Mill
5. Spatula
6. Timbangan digital Ohaus model TP2KS
7. Saringan 80mesh, 120 mesh, dan 250 mesh
8. Kertas
Bahan yang digunakan: Pasir besi alam (Fe3O4)
Menimbang pasir besi (Fe3O4 alam) sebanyak 15 gram
menggunakan neraca digital dan ball mill 75 gram

Memasukan sampel dan ball mill ke dalam vial kemudian


dipasang pada alat Shaker Mill PPF-UG

Milling sampel selama 5 menit

Menyaring sampel hasil milling menggunakan saringan


ukuran 80, 120 dan 250 mesh.

Mencatat perubahan ukuran sampel setelah disaring untuk


masing-masing mesh

Selesai Mulai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


Massa sampel : 15gram x 3
Massa bola : 74.645 gram
Variasi Waktu 80 mesh 120 mesh 250 mesh
No
Milling gram % gram % gram %
1 5 menit 13.869 1.131 9.952 5.048 7.321 7.679
2 10 menit 14.377 0.623 13.55 1.45 7.491 7.509
3 15 menit 14.777 0.223 14.315 0.685 7.51 7.49
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan massa pasir besi setelah milling dan
penyaringan
Presentase error :

1. Saringan 80 mesh 3. Saringan 250 mesh


- Waktu 5 menit - Waktu 5 menit
15−13.869 x ( 100 )=1 . 131 15−7.321 x ( 100 )=7.679

- Waktu 10 menit - Waktu 10 menit


15−14.377 x ( 100 )=0.623 15−7.491 x ( 100 )=7.509
- Waktu 15 menit - Waktu 15 menit
15−14.777 x ( 100 )=0.223 15−7.510 x (100 )=7.49

2. Saringan 120 mesh


- Waktu 5 menit
15−9.952 x (100 )=5.048

- Waktu 10 menit
15−13.550 x (100 )=1.45

- Waktu 15 menit
15−14.315 x ( 100 )=0.685
4.2 Pembahasan

Pada percobaan milling, alat yang digunakan adalah shaker mill


dengan menggunakan ball mill. Metode ball mill ini berprinsip pada
penghancuran bahan menggunakan sejumlah bola penumbuk dalam sebuah
tabung horizontal yang berputar sehingga bola-bola akan terangkat pada sisi
tabung kemudian jatuh ke bahan yang ditumbuk dan menyebabkan
fragmentasi pada stuktur bahan menjadi ukuran yang sangat halus (Simon
Bambang Widjanarko, 2014).
Selama proses milling, partikel campuran serbuk akan mengalami
proses pengelasan dingin dan penghancuran berulang ulang. Ketika bola
saling bertumbukan sejumlah serbuk akan terjebak di antara kedua bola
tersebut. Beban impact yang di berikan oleh bola tersebut akan membuat
serbuk terdeformasi dan akhirnya hancur. Permukaan partikel serbuk
campuran yang baru terbentuk memungkinkan terjadinya proses pengelasan
dingin kembali antara sesama partikel sehingga membentuk pertikel baru
yang ukurannya lebih besar dari ukuran semula. Kemudian partikel tersebut
akan kembali mengalami tumbukan dan akhirnya kembali hancur, begitu
seterusnya hingga mencapai ukuran yang nano (Budi Amin Simanjuntak,
2012)
Ball mill terdiri dari beberapa ukuran dan mutu bahan yang berdeda-
beda. Penggilingan kasar biasanya digunakan ball mill dengan ukuran
diameter 50 mm sampai 100 mm, dan penggilingan halus dengan ball mill
yang ukuran diameternya antara 15 mm sampai 50 mm. Ukuran ball mill
maksimum dan minimum dan komposisinya tergantung dari beberapa
faktor, antara lain :
a. Ukuran maksimum material yang akan digiling
b. Kehalusan produk
c. Diameter dan panjang mill
d. Grindability dan struktur mineral dari umpan material
e. Sistem mill, yaitu sirkulasi terbuka/tertutup, banyaknya ruang dan beban
sirkulasi.
Pada proses penggilingan, ball mill harus dapat menahan :
a. Gaya pukul oleh bola itu sendiri, terutama pada penggilingan kasar
dengan ukuran bola besar.
b. Keausan disebabkan oleh gaya gesek antara bola dengan liner.
c. Keausan yang disebabkan oleh material abrasive Korosi pada penggilingan
kering (Yusuf Umardani, 2007)
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi, grafik yang dihasilkan dari
proses milling adalah sebagai berikut :

Grafik Massa terhadap Ukuran (saringan)


16
14
12
Massa (gram)

10
8
6
4
2
0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Ukuran (mesh)

Gambar 4.1. Grafik ukuran saringan (mesh) terhadap massa Fe3O4 alam
(gram)
Berdasarkan grafik 4.1. Menunjukan bahwa massa pasir besi setelah
di-milling dengan variasi waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit mengalami
penurunan massa yang berbeda-beda. Penurunan untuk lama milling 5 menit
sebesar 1.131 dari massa awal dengan saringan 80 mesh. Untuk saringan
120 mesh penurunan massa sebesar 5.048 dan untuk saringan 250 mesh
sebesar 7.679 . Sedangakan untuk lama milling 10 menit penurunan
massa pada saringan 80 mesh sebesar 0.623 %, untuk saringan 120 mesh
sebesar 1.45 % dan penurunan massa untuk saringan 250 mesh sebesar
7.509 %. Yang terakhir, untuk waktu lama milling 15 menit penurunan
massa pada saringan 80 mesh sebesar 0.223 %, untuk saringan 120 mesh
sebesar 0.685 % dan penurunan massa untuk saringan 250 mesh sebesar
7.49 %. Perbedaan nilai massa pasir besi tersebut menunjukkan bahwa
semakin lama waktu milling semakin kecil pula ukuran partikel yang
dihasilkan. Penurunan massa terjadi karena setelah di-milling pasir besi ada
yang menempel pada vial dan bebrapa pasir besi yang berukuran lebih dari
nano tertahan di saringan.

Grafik Massa terhadap Waktu


16
14
12
Waktu (menit)

10
8
6
4
2
0
4 6 8 10 12 14 16
Massa (gram)

Gambar 4.2. Grafik waktu terhadap massa Fe3O4 alam

Pada gambar 4.2. Grafik Hubungan massa (m) dengan waktu (t)
menunjukan bahwa lama waktu milling yang paling efisien adalah pada saat
15 menit. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada nilai hasil saringan 80 mesh,
120 mesh dan 250 mesh berturut turut adalah sebesar 14.774 gram, 14.315
gram, dan 7.510 gram. Pada waktu miling 15 menit ini jumlahnya pasir besi
lebih banyak dibandingkan dengan waktu milling 5 menit dan 10 menit. Hal
etrsebut dikarenakan semakin besar mesh dari saringan (semakin kecil
lubang saringan) maka akan semakin sedikit pula partikel pasir besi yang
akan jatuh melewati lubang-lubang saringan dan sisanya tertahan
disaringan. Yang lolos pada 250 mesh dapat dipastikan memiliki ukuran
partikel sebesar nano.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Mechanical milling adalah bentuk umum untuk suatu proses yang
digunakan untuk memperkecil ukuran serbuk, dan digunakan untuk
pencampuran (alloying) dari dua serbuk material yang berbeda. Dalam
Mechanical alloying (mechanical milling) serbuk akan dicampur dalam
suatu chamber (ruangan) dan dikenai energi agar terjadi deformasi yang
berulang-ulang sehingga akan terjadi partikel-partikel yang lebih kecil
dari sebelumnya.
2. Penggunaan waktu milling yang efektif adalah 15 menit dan ukuran
partikel yang efisien adalah 80 mesh,120 mesh, dan 250 mesh berturut-
turut sebanyak 14.774 gram, 14.315 gram, dan 7.510 gram

5.2 Saran

Dalam praktikum mechanical milling ini, sebaiknya bahan yang


diperlukan pada saat praktikumsudah di sediakan d lab agar praktikan
tinggal menggunakan bahan tersebut. Adapun diantara bahan tersebut adalah
masker, sarung tangan, serta kertas untuk alas / wadah serbuk pada saat
serbuk di saring.
DAFTAR PUSTAKA

Austin, J. L. (1962). How to do Things with Words. Oxford.


Bates and Jackson. (1980). Glossary of geology (3ded.): Alexandria. Va.,
American Geological Institut.788 p.
C. Suryanarayana. (2001). Mechanical Alloying and Milling. Departemen of
Metalurgi and Materials, Colorado School of Mines, Golden, CO 8040-
1887. USA.
https://1.bp.blogspot.com/WjZGaWEKrNI/WDW0aS0isEI/AAAAAAAACmw/h
aSxBPZXktkkwesGHA7MGyHnSse9n-Y2QCLcB/s1600/pasir-besi.jpg.
Diakses pada tanggal 24 April 2018 pukul 14.14 WIB.
Septiyan, I. (2010). Pengaruh milling terhadap peningkatan kualitas pasir besi
sebagai bahan baku industri logam. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Simanjuntak , Budi Amin & Hariyati Purwaningsih. 2012. Pengaruh Kecepatan
Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al3Ti.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1
Umardani, Yusuf & Misbah Bukhori. 2007. Karakterisasi Material Ball Mill pada Proses
Pembuatan Semen dengan Metoda Pengujian Kekerasan, Mikrografi Dan Keausan.
ROTASI – Volume 9 Nomor 4.
Widjanarko, Simon Bambang & Thabah Sigit Suwasito. 2014. Pengaruh Lama
Penggilingan dengan Metode Ball Mill Terhadap Rendemen dan Kemampuan
Hidrasi Tepung Porang (Amorphophallus muelleri Blume). Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol.2 No.1 p.79-85.

.
DOKUMENTASI

Menimbang Pasir Besi Menyaring Pasir Besi

Vial Ball Mill

Data Pengamatan Tombol Pengatur Waktu On-Off

Anda mungkin juga menyukai