Oleh
Ardika Satria
NIM 11116084
Februari 2019
DAFTAR ISI
ii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Secara umum persamaan Laplace merupakan persamaan diferensial parsial (PDP) orde dua, yang
dikembangkan oleh Pierre-Simon Laplace. Persamaan tersebut digunakan untuk memecahkan
persoalan matematika yang rumit, terutama dalam menjelaskan fenomena fisika yang terjadi pada
partikel. Pada penerapan fisika umumnya teori ini juga disebut teori potensial. Penyelesaian
persamaan ini berupa fungsi harmonik, yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu sains.
Salah satunya yaitu, elektromagnetik, astronomi, dinamika fluida, dll. penggunaan persamaan
Laplace dapat memprediksi sebuah model matematika secara akurat pada sifat listrik, gaya
gravitasi, dan potensial dalam fluida [1]. Sedangkan pada ruang lingkup konduksi panas,
persamaan Laplace menggambarkan persamaan steady-state heat dalam logam. Bentuk umum
persamaan Laplace adalah ditunjukkan pada persamaan (1) dan (2) [2]:
= 0 (1)
2 = 0 (2)
Di mana ∆ merupakan opertor Laplace dan φ merupakan fungsi skalar. Biasanya operator ∆
tersebut di tulis sebagai 2 karena merupakan pengembangan oleh Laplace-Beltrami [1]. Setelah
persamaan Laplace digunakan dalam berbagai pengolahan model matematika, kemudian
ditemukan juga persamaan lain, akibat dari terdapat muatan atau distribusi densitas yaitu
Persamaan Poisson. Persamaan ini merupakan PDP eliptik, dan bentuk umum distribusi dari
persamaan Laplace. Bentuk umum persamaan poisson dikembangkan oleh Simeon Denis Poisson,
yang ditunjukkan pada persamaan (3) dan (4) [2]
= f (3)
2 = f (4)
Penyelesaian persamaan Poisson biasanya menggunakan fungsi Green secara analitik. Terdapat
penyelesaian lainnya untuk persamaan Laplace maupun persamaan Poisson yaitu secara numerik,
dengan pendekatan relaksasi dan iterasi logaritma [3]. Dengan berkembangnya aplikasi PDP,
penggunaan persamaan Laplace dan Poisson pada model matematika yang bergantung ruang dan
waktu, dapat menggambarkan besaran fisis pada berbagai koordinat. Sesuai dengan pendekatan
dan penggunaannya dalam ruang, maka perlu dilakukan studi yang disusun dalam makalah ini
untuk memahami persamaan Laplace dan Poisson pada aplikasinya dalam komputasi sistem fisis.
2
A. Persamaan Laplace
Untuk mendefinisikan dalam penyelesaian persamaan Laplace pada PDP orde dua, digunakan
metode separasi variabel dengan menggunakan transformasi pada berbagai koordinat. Pada ruang
3D digunakan fungsi f untuk variabel x, y dan z [3, 4].
Sedangkan penulisan umum untuk fungsi f pada persamaan Laplace ditunjukkan pada persamaan
(9) dan (10) [2]
2 f = 0 (9)
f = 0 (10)
Operator ∆ = ∇2 disebut juga operator Laplacian. Kemudian persamaan Laplace dalam dua
dimensi dapat dinyatakan pada persamaan berikut
2 2
+ xx + yy = 0 (11)
x 2 y 2
Untuk itu terdapat penyelesaian lain secara fungsi analitik. Melalui persamaan kompleks, jika 𝑧 =
𝑥 + 𝑖𝑦 dan jika
f ( z ) = u( x, y) + iv( x, y) (12)
3
Maka dari itu diperlukan 𝑓(𝑧) yang merujuk pada persamaan Cauchy-Riemann, dinyatakan
ux = vy
(13)
v x = −u y
Di mana 𝑢𝑥 merupakan turunan pertama PDP dari fungsi u terhadap variabel x, kemudian
u yy = (−vx ) y = −(vy ) x = −(ux ) x (14)
Dari penyelesaian di atas menunjukkan bahwa 𝑢 merupakan persamaan Laplace yang juga sama
terhadap fungsi 𝑣. Konservasi dari fungsi di atas menghasilkan fungsi harmonik, yang merupakan
bagian fungsi analitik. Kembali ke persamaan (12) jika fungsi 𝑢 dan 𝑣 diganti menjadi φ dan ψ ,
di mana penyelesaian Cauchy-Riemann [1] menjadi
x = − y
(15)
y = x
Persamaan (17) di atas merupakan pasangan persamaan Laplace yang disebut dengan konjugat
fungsi harmonik. Pada daerah yang merupakan luasan integral dari persamaan tersebut
menunjukkan bahwa arah dari garis luasan tidak hanya berputar pada singularitas daerah tersebut.
Maka pada pendekatan fungsi analitik dengan persamaan Laplace menghasilkan penyelesaian
turunan pada semua orde PDP, dengan perluasan deret pangkat, dan memperlihatkan daerah luasan
tidak singularitas. Jika dilakukan perluasan pada daerah yang memiliki radius ℛ, maka
f ( z ) = cn z n (18)
n =0
cn = an + ibn (19)
Sehingga didapat deret Fourier untuk 𝑓 yang dinyatakan pada persamaan (20), dengan fungsi
trigonometri yang dapat dikembangkan kembali melalui multiple angle formula [5].
f ( z ) = an r n cos n − bn r n sin n + i an r n sin n + bn r n cos n (20)
n =0 n =1
4
Kembali pada persamaan (1), ketika φ memenuhi 2 = 0 dan berada dalam volume V dengan
permukaan S. Maka dapat diperkirakan terdapat nilai maksimum dan minimum di antara
permukaan daerah atau di dalam volume. Jika didapat nilai maksimum pada daerah di dalam
volume V, kemudian didapat titik stationary yang ditunjukkan pada persamaan (21) [6].
= = =0 (21)
x y z
Sedangkan prinsip maksimum persamaan Laplace adalah
2 2 2
0, 2 0, 2 0 (22)
x 2 y z
2 2 2
Dan tidak akan terjadi seperti 0 = 2 = + + , juga berlaku pada prinsip minimum.
x 2 y 2 z 2
B. Persamaan Poisson
Pada pendahuluan telah didefinisikan persamaan Poisson, kembali ke persamaan (3) dan (4) jika
dinyatakan pada volume V dengan permukaan S, maka penyelesaian daerah itu disebut Dirichlet
Boundary Condition. Ketika ( x) = f ( x) pada permukaan S, maka 𝑓 adalah fungsi yang
memberikan batas daerah luasan [7].
Dari sudut pandang fisika, persamaan Poisson memberikan penyelesaian distribusi panas saat
steady-state, melalui fungsi V, dan sumber panas didefinisikan pada fungsi σ(x). Tidak banyak
pilihan untuk menyelesaikan permasalahan di atas, karena hanya memiliki satu solusi. Hal ini
secara matematika menjelaskan keunikan dari persamaan Poisson. Andai terdapat dua solusi pada
dua persamaan 1 ( x) dan 2 ( x) , kemudian dinyatakan = 1 − 2 , [4] maka
r Ɵ-ɸ
x0 x
Dari pernyataan sebelumnya dalam menyelesaikan persamaan Laplace, bahwa persamaan Poisson
menyajikan solusi persamaan Laplace dengan syarat batas tipe Dirichlet secara eksplisit. Pada
gambar menunjukkan daerah penyelesaian koordinat polar. Berikut perumusan persamaan Poisson
secara geometris [8]
a 2 − | x |2 ( x ')
( x) =
2 a
| x '| = a | x − x ' |2
ds ' (26)
Misalkan terdapat sebuah daerah yang memiliki batas Dirichlet dalam penyelesaian persamaan
Poisson ataupun Laplace. Terdapat dua variabel pada daerah yang memiliki fungsi pada persamaan
Poisson, sehingga dapat disebut fungsi Green, komponen yang dapat dilihat adalah dua variabel,
dan posisi vektor [7]. Jika didefinisikan pada persamaan berikut
2G( x, x0 ) = ( x − x0 ) dalam 𝑉 (27)
1. Penyelesaian 3D
Pada penyelesain dalam ruang 3D, maka koordinat yang biasa digunakan adalah koordinat bola,
sehingga pergeseran luasan hingga nilai tidak nol pada x0 adalah [5]
1
G ( x, x0 ) = − (29)
4 | x − x0 |
2. Penyelesaian 2D
Pada penyelesaian 2G = ( x) , terdapat fungsi delta pada ruang 2D. Maka solusi untuk fungsi
Green adalah | G |→ 0 . Sama seperti pernyataan di sebelumnya [5], Kemudian didapat
persamaan
1
G( x, x0 ) = ln | x − x0 | + konstanta (30)
2
7
A. Elektrostatika
Penyelesaian PDP, terutama persamaan Laplace dan Poisson sudah dikembangkan dalam aplikasi
fisika yang mendeskripsikan fenomena muatan listrik. Penggunaan persamaan tersebut telah di
kembangkan oleh Maxwell, dalam persamaan Maxwell. Tidak hanya listrik, Maxwell juga
mendeskripsikan fenomena magnet. Persamaan Maxwell terdiri dari empat persamaan diferensial
parsial yang terbagi dalam Hukum Gauss, Hukum Gauss untuk magnetisme, Hukum Induksi
Faraday, dan Hukum Ampere [9]. Berikut persamaan Maxwell dalam muatan arus total
1. Hukum Gauss
2 .E = (31)
0
2. Hukum Gauss untuk Magnetisme
.B = 0 (32)
3. Hukum Induksi Faraday
B
xE = − (33)
t
4. Hukum Ampere
E
xB = 0 J + 0 0 (34)
t
Misalkan terdapat kuantitas, 𝑢 dan 𝑣 serta komponen kecepatan horizontal dan vertikal tak
termampatkan, bergerak pada aliran irasional dalam dua dimensi [4]. Maka kondisi tersebut
ux + v y = 0 (35)
xV = vx − u y = 0 (36)
x = v
(38)
y = −u
Keadaan irasional pada aliran fluida ini, memenuhi persamaan Laplace. Fungsi harmonik φ
merupakan konjugat dari ψ yang disebut kecepatan potensial.
C. Persamaan Difusi
Terdapat kuantitas φ(x), yang merupakan difusi. Persamaan difusi ini merupakan PDP yang
menjelaskan perilaku penjumlahan seluruh partikel mikro dalam material, partikel tersebut
bergerak acak. Kemudian didapat flux, F, dan jumlah kuantitas dalam luas per unit waktu.
Sehingga pada eksperimen, persamaan flux diberikan adalah pada persamaan (39) dan k
merupakan kuantitas difusi [7].
F = −k (39)
Sedangkan pada temperatur, ditunjukkan pada persamaan (40), di mana k adalah koefisien
konduktivitas panas
F = −kT (40)
Untuk mengetahui prosesnya maka persamaan-persamaan di atas dijelaskan menjadi
= k2 (41)
t
Jika dalam keadaan steady-state, persamaan (41), akan berubah menjadi = 0 dan persamaan
t
Laplace yang terbentuk adalah 2 = 0 . Ketika terdapat sumber 𝑆(𝑥) dari konsentrasi atau panas
pada keadaan tersebut, maka berlaku persamaan Poisson [2] yaitu
S ( x)
2 = − (42)
k
9
Studi Kasus : Permodelan Dua Dimensi Hidrodinamika Rekonstruksi Daerah Sungai [10]
Penulis memilih contoh permodelan secara numerik, karena alogaritma persamaan Laplace dan
Poisson dapat memberikan solusi koordinat dari titik grid dengan daerah secara fisik, dengan
menghasilkan bentuk mesh yang memberikan batas body-fitted, artinya dapat membentuk aliran
sungai. Aliran streamline yang terbentuk akan mengikuti bentuk fisik sungai sehingga
memudahkan permodelan. Untuk memudah kan permodelan, maka pengaturan jumlah air di tepi
merupakan batas luar yang tidak dihitung, dengan menyederhanakan daerah yang dilalui
streamline. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.
2 2
+ =0 (43)
x 2 y 2
2 2
+ =0 (44)
x 2 y 2
Melalui transformasi Laplace, persamaan (43) dan (44) maka
2 x 2 x 2 x
− 2 + =0 (45)
2 2 2
2 y 2 y 2 y
− 2 + =0 (46)
2 2 2
10
Di mana
2 2
x y
= + (47)
x x y y
= + (48)
2 2
x y
= + (49)
Sistem pada persamaan diselesaikan dengan menggunakan Computational Fluid Dynamic (CFD),
pada daerah domain (ξ,η) untuk membentuk lokasi titik grid pada domain fisika yang ditunjukkan
pada gambar 2. Untuk penyelesaian secara komputasi pada persamaan (43) dan (44) digunakan
metode numerik dengan skema finite-diference mengikuti pendekatan central berikut
xi +1, j − 2 xij + xi −1 j x −x +x −x
− 2 i +1, j +1 i +1, j −1 i −1, j −1 x −1, j +1
( )
2
4
(50)
x − 2 xij + xi , j −1
+ i , j +1 =0
( 2 )
xi +1, j − 2 xij + yi −1, j y −y +y −y
− 2 i +1, j +1 i +1, j −1 i −1, j −1 x −1, j +1
( )
2
4
(51)
y − 2 yij + yi , j −1
+ i , j +1 =0
( 2 )
Penyelesaian pada persamaan (50) dan (51) dilakukan dengan menggunakan metode iterasi Gauss-
Seidel. Hasil Interpolasi ditunjukkan pada gambar 3
BAB 4 KESIMPULAN
1. Persamaan Laplace dan Poisson merupakan PDP eksplisit yang dapat diselesaikan
menggunakan fungsi harmonik
2. Fungsi Green dapat digunakan sebagai penyelesaian dari persamaan Poisson
3. Aplikasi dari persamaan Laplace dan Poisson berada dalam ruang lingkup elektrostatika
dan magnetisme, astronomi, dinamika fluida dll.
4. Penyelesaian persamaan Laplace dan Poisson dapat menggunakan metode numerik
12
DAFTAR PUSTAKA
[3] A. D. Polyanin, Handbook of Linear Partial Differential Equations for Engineers and
Scientists, Boca Raton: Chapman & Hall/CRC Press, 2002.
[4] A. Sommerfeld, Partial Differential Equations in Physics, New York: Academic Press.,
1949.
[5] T.Hillen, I.E.Leonard dan H. Roessel, Partial Differential Equations Theory Completely
Solved Problem, US: John Wiley and Sons, 2012.
[9] D. J. Griffiths, Introduction to Elecrodynamics Third Editon, UK: Prentice Hall, 1999.
[10] R. Lai, M. Wang, M. Yang dan C. Zhang, “Method based on the Laplace equations to
reconstruct the river terrain for two-dimensional hydrodynamic numerical modeling,”
Computer and Geoscience, vol. 111, pp. 26-39, 2018.