Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dzakwan Rafif Bugis

NIM : 230404128
Tugas Mekanika Fluida Tes A

1. Ketik persamaan Laplace, Navier-Stokes, dan jelaskan Notasi :

PERSAMAAN LAPLACE

Dalam matematika dan fisika, persamaan Laplace adalah persamaan diferensial parsial
orde dua yang dinamankan dengan nama Pierre-Simon Laplace, yang pertama kali mempelajari
sifat-sifatnya. Persamaan ini umum ditulis dalam bentuk :

2
∇ f =0

Atau

∇ f =0

dengan simbol ∆=∇ . ∇=∇ 2 menyatakan operator Laplace,[note 1] ∇ .Menyatakan operator


divergensi (juga disimbolkan dengan "div"), ∇ menyatakan operator gradien (juga disimbolkan
dengan "grad"), dan f (x , y , z) adalah sebuah fungsi bernilai real yang terdiferensialkan dua kali.
Persamaan ini juga mengartikan operator Laplace memetakan sebuah fungsi bernilai skalar ke
sebuah fungsi bernilai skalar yang lain. Jika ruas kanan persamaan Laplace berisi sebuah fungsi
h( x , y , z ), maka akan didapatkan bentuk
∆ f =h

Persamaan ini disebut dengan persamaan Poisson, sebuah perumuman dari persamaan Laplace.
Persamaan Laplace dan persamaan Poisson adalah contoh termudah dari persamaan diferensial
eliptik parsial. Selain itu, persamaan Laplace merupakan kasus khusus dari persamaan
Helmholtz.

Solusi kontinu dan terdiferensialkan dua kali dari persamaan Laplace akan berupa fungsi
harmonik,[1] yang memiliki peran penting dalam banyak cabang fisika, contohnya di
elektrostatika, gravitasi, dan dinamika fluida. Dalam konduksi panas, persamaan Laplace
menyatakan persamaan panas yang tunak (steady-state).[2] Secara umum, persamaan Laplace
menyatakan kondisi keseimbangan, atau kondisi yang secara eksplisit tidak bergantung pada
waktu.
Bentuk dalam sistem koordinat yang berbeda

Persamaan Laplace memiliki bentuk persamaan yang berbeda, tergantung pada sistem koordinat
yang digunakan. Dalam sistem koordinat ortogonal (Kartesius), persamaan Laplace dapat
dijabarkan menjadi[3]
2 2 2
2 ∂ f ∂ f ∂ f
∇ f = 2 + 2 + 2 =0
∂x ∂ y ∂z

Dalam sistem koordinat silinder,[3]

( )
2 2
2 1 ∂ ∂f 1 ∂ f ∂ f
∇ f= r + 2 + =0
r ∂ r ∂r r ∂ ∅ 2 ∂ z 2

Dalam sistem koordinat bola, dengan menggunakan konvensi( r , θ , φ ) ,[3]

( ) ( )
2
2 1 ∂ 2∂f 1 ∂ ∂f 1 ∂ f
∇ f= 2
r + 2 sin θ + 2 2 =0
r ∂r ∂r r sin θ ∂θ ∂ θ r sin θ ∂ φ2

Secara umum, persamaan Laplace dalam koordinat kurvilinear dapat dijabarkan menjadi bentuk

2
∇ f= j
∂ε ∂ε
k (
∂ ∂ f kj ∂ f jm
g + j g =0
∂ε )
Atau

2
∇ f=
1 ∂
√|g| ∂ ε i ( √|g| gij
∂f
∂ε
j )
=0
Kondisi batas

Persamaan Laplace pada sebuah anulus (radius dalam r = 2 dan radius luar R = 4) dengan
kondisi batas Dirichlet u(r=2) = 0 dan u(R=4) = 4 sin(5 θ).
Lihat pula: Masalah nilai batas

Masalah Dirichlet untuk persamaan Laplace menanyakan cara mendapatkan sebuah


solusi φ pada suatu domain D sehingga φ pada batas dari domain D akan sama dengan suatu
fungsi yang ditentukan sebelumnya. Karena operator Laplace muncul dalam persamaan panas,
salah satu interpretasi fisik dari masalah ini adalah sebagai berikut: Buat suhu pada batas suatu
domain sesuai spesifikasi kondisi batas. Lalu biarkan panas mengalir di domain hingga keadaan
tunak dicapai; dalam kondisi ini suhu pada tiap titik tidak akan berubah. Distribusi suhu di
domain ini adalah solusi dari masalah Dirichlet yang bersesuaian.

Solusi dari persamaan Laplace disebut dengan fungsi harmonik; fungsi ini analitik pada
domain yang memenuhi persamaan Laplace. Jika ada dua fungsi menjadi solusi persamaan
Laplace, maka penjumlahan (atau sembarang kombinasi linear) dari keduanya juga merupakan
solusi. Sifat ini, yang disebut prinsip superposisi, sangat berguna karena memungkinkan solusi
dari permasalahan yang kompleks dibuat dengan menjumlahkan solusi-solusi yang sederhana.

Catatan

Simbol delta, Δ, juga umum digunakan untuk menyatakan perubahan suatu besaran,
contohnya ∆ x=x 1−x 2. Penggunaan simbol delta untuk menyatakan operator Laplace seharusnya
tidak menimbulkan kebingungan.
PERSAMAAN NAVIER STOKES

Persamaan Navier-Stokes, dalam mekanika fluida, merupakan persamaan diferensial


parsial yang menggambarkan aliran fluida tidak dapat dimampatkan. Persamaan tersebut
merupakan generalisasi dari persamaan yang dibuat oleh ahli matematika Swiss Leonhard Euler
pada abad ke-18 untuk menggambarkan aliran fluida yang tidak dapat dimampatkan dan tidak
memiliki gesekan.

Persamaan umum Navier-Stokes untuk aliran incompressibel:

Kontinuitas dan persamaan Navier-Stokes pada koordinat kartesian :

Persamaan kontinuitas incompressible

Persamaan Navier-Stokes incompressible pada komponen x

Persamaan Navier-Stokes incompressible pada komponen y

Persamaan Navier-Stokes incompressible pada komponen z

Kontinuitas dan persamaan Navier-Stokes pada koordinat polar :


Persamaan kontinuitas incompressible

Persamaan Navier-Stokes incompressible pada komponen r

Persamaan Navier-Stokes incompressible pada komponen 𝜃

Persamaan Navier-Stokes incompressible pada komponen z

NOTASI
notasi adalah simbol-simbol untuk mewakili operasi, bilangan yang tidak
diketahui, hubungan dan objek matematika lainnya. Simbol-simbol itulah yang kemudian
dikumpul menjadi ekspresi dan rumus. Pemakaian notasi matematika sangat luas dalam
bidang matematika, sains, dan rekayasa.

Notasi matematika pertama kali diperkenalkan François Viète pada akhir abad ke-16, dan
kemudian dikembangkan lebih lanjut pada abad ke-17 dan ke-18 oleh René Descartes, Isaac
Newton, Gottfried Wilhelm Leibniz, dan hampir semuanya Leonhard Euler.

Dalam matematika, notasi dibagi menjadi beberapa antara lain:

1. Notasi ilmiah adalah cara penulisan nomor yang mengakomodasi nilai-nilai terlalu besar
atau kecil untuk dengan mudah ditulis dalam notasi desimal standar. Notasi ilmiah
memiliki sejumlah sifat yang berguna dan umumnya digunakan dalam kalkulator oleh
para ilmuwan, matematikawan, dokter, dan insinyur.
2. Notasi sigma adalah sebuah lambang yang digunakan untuk mempermudah penulisan
tentang penjumlahan dari sebuah fungsi yang ada. Rumus ini digunakan untuk
menyingkat deretan penjumlahan angka agar tidak terlalu panjang.
3. Notasi fungsi biasanya digunakan untuk menuliskan koordinat titik atau angka dari suatu
grafik.

2. Buktikan bahwa pada fluida statis, tekanan dalam segala arah besarnya
sama!

Dalam fluida statis terdapat tiga hukum yang bekerja didalamnya, salah satunya adalah hukum
pascal yang dimana dalam hukum inilah kita dapat membuktikan bahwasanya pada fluida statis
tekanan dalam segala arah besarnya sama.

Pada dasarnya, Hukum Pascal memang bagian dari berbagai hukum Fisika yang ternyata
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hukum Pascal berbunyi “Tekanan
yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup, diteruskan ke segala arah dengan sama
besar”. Hukum Pascal ini diciptakan oleh ilmuwan fisika asal Perancis bernama Blaise Pascal.

Contoh sederhananya adalah kamu memiliki kantong plastik berlubang yang berisi air
kemudian diperas, apa yang kira-kira terjadi ya? Nah, ketika kamu memeras kantong plastik
berisikan air tersebut, nantinya akan ada tekanan pada air yang ada di dalam kantong, sehingga
menyebabkan dua hal:

 Air akan memancar keluar dari lubang-lubang kantong. Itu berarti, tekanan yang kamu
berikan tadi, diteruskan melalui air dalam kantong.
 Air memancar dari setiap lubang dengan sama kuat. Itu berarti tekanan dalam air, bekerja
ke segala arah.
Berdasarkan contoh sederhana tersebut, dapat dikatakan bahwa Hukum Pascal ini adalah
sebuah hukum fisika fluida yang menjelaskan bahwa dari adanya tekanan yang diberikan pada
fluida statis di dalam ruang tertutup, nantinya akan diteruskan ke segala arah, yang tentu saja
dengan tekanan yang sama kuatnya.

Keterangan:

P1 = tekanan di penampang 1 (N/m2);

P2 = tekanan di penampang 2 (N/m2);

F1 = gaya tekan di penampang 1 (N/m2);

F2 = gaya tekan di penampang 2 (N/m2);

A1 = luas penampang pipa 1 (N/m2); dan

A2 = luas penampang pipa 2 (N/m2);

3. Buktikan titik pascal (slide pertemuan 3 hal 7)!


Persamaan tersebut menggambarkan hukum Pascal untuk fluida yang tidak bergerak dalam
konteks turunan parsial. Pembahasanya :
∂p
=0
∂x
∂p
=−γ
∂y
∂p
=0
∂z

Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa turunan parsial dari tekanan p terhadap koordinat x
dan z adalah nol, sementara turunan parsial terhadap koordinat y adalah negatif dari berat jenis γ.

Kemudian, dengan menyatakan bahwa tekanan p adalah fungsi hanya dari koordinat y, kita dapat
menuliskan:

∂p ∂y
f =fγ
∂y ∂y

Di mana f adalah suatu fungsi yang mungkin muncul dalam konteks tertentu.

Dalam konteks hukum Pascal, ini menyatakan bahwa perubahan tekanan ( ∂∂ py ) adalah sebanding
dengan berat jenis fluida (γ) dikalikan dengan perubahan ketinggian (
∂y )
∂y
=1

Persamaan ini benar-benar mencerminkan prinsip dasar hukum Pascal: tekanan dalam fluida
yang tidak bergerak akan tetap konstan pada kedalaman yang sama (dalam hal ini, perubahan
ketinggian). Dalam konteks ini, hukum Pascal berlaku tidak hanya untuk fluida inkompresibel
(yang tidak mampu mampat), tetapi juga untuk fluida mampat (yang mampu mampat), sesuai
dengan asumsi yang ada dalam persamaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai