Hukum Raoult
Dua asumsi utama yang diperlukan untuk mereduksi perhitungan VLE terhadap
hukum Raoult adalah:
Fasa uap adalah gas ideal
Fasa cair adalah larutan ideal
Asumsi pertama berarti bahwa hukum Raoult dapat diterapkan untuk tekanan
rendah sampai menengah. Penerapan kedua bahwa ini memiliki perkiraan validitas
hanya ketika komponen yang menyusun sistem sama secara kimia. Hanya saja
sebagai gas ideal yang menjalani prilaku seperti prilaku gas nyata pada keadaan
standar yang dapat diperbandingkan, larutan ideal merepresentasikan prilaku
menuju prilaku larutan nyata yang dapat diperbandingkan. Prilaku larutan ideal
(i = 1, 2, . . . ,N) (1)
yi P xi Pisat
dimana xi adalah mol fraksi fase cair, yi adalah mol fraksi fase uap dan
Pisa adalah
t
tekanan uap murni spesies i pada temperature sistem. Produk yi P pada sisi kiri (1)
dkenal sebagai tekanan parsial spesies i.
Model sederhana untuk VLE persamaan (1) menyediakan deskripsi realistis
prilaku aktual untuk kelas sistem yang relatif kecil. Namun demikian, ini berguna
untuk menampilkan sistem yang lebih kompleks.
Batasan hukum Raoult adalah bahwa ini dapat diterapkan hanya terhadap spesies
untuk yang tekanan uapnya diketahui dan ini memerlukan bahwa spesies adalah
subkritikal, yaitu temperature aplikasi di bawah temperature kritis spesies.
Penampakan penting dan berguna hukum Rault adalah bahwa hal ini valid
untuk beberapa spesies yang ada pada kesatuan pendekatan mol fraksi,
menyediakan hanya bahwa fasa gas adalah gas ideal.
Fraksi-fraksi mol dalam tiap fasa berjumlah satu. Karena untuk fasa uap yi = 1,
i
P P1sat x1 Psat x
2
2
PP
sat
x1 P
sat
1 -x1
1 2
P 2
P 1sa P
sat
x 1
Psat t
2
dan plot P vs x1 pada temperature konstan adalah garis lurus yang menghubungkan
Psat
2 pada x1 = 0 dengan Psat
1 pada x1 = 1.
Pers. (1) juga dapat diselesaikan untuk xi dan menjumlahkan semua spesies .
1
P
(3)
i yi Pisat
persamaan tersebut berlaku dalam perhitungan titik embun, dimana komposisi fase
cair tidak diketahui.
Contoh 1. Sistem biner asetonitril (1)/nitrometana (2) memenuhi hokum Raoult.
Tekanan uap untuk spesies murni diberikan dengan persamaan Antoine berikut:
sat 2.945,47
ln P1 /kPa 14,2724
t oC 224
sat 2.972,47
ln P2 /kPa 14,2043
t oC 209
Penyelesaian
(a) Untuk memperoleh hubungan P vs xi diperlukan perhitungan BUBL P. dasarnya adalah
bentuk persamaan sistem biner dimana:
P 2
P 1sa P2
sat
x 1 (A)
Psat t
x Psat 0,683,21
1 1
y1 = 66,72
= 0,7483
P
Hasil ini berarti bahwa pada temperature 75 oC campuran cairan 60%mol asetonitril dan 40%
mol nitrimetana adalah dalam kesetimbangan dengan uap yang mengandung 74,83% mol
asetonitril pada tekanan 66,72 kPa. Hasil perhitungan untuk 75 oC pada sejumlah nila x1
ditabulasikan berikut:
x1 y1 p/kPa x1 y1 P/kPa
0,0 0,0000 41,98 0,6 0,7483 66,72
0,2 0,3313 50,23 0,8 0,8880 74,96
0,4 0,5692 58,47 1,0 1,0000 83,21
Hasil yang sama juga ditunjukkan dengan diagram P-x1 -y1 Gambar 1. Gambar ini adalah
diagram fasa yang mana garis lurus ditandai P-x1 merepresentasikan keadaan cairan jenuh
(saturated liquid); daerah cairan subcoolid (subcoolid liquid) terletak di atas garis ini. Kurva yang
ditandai P-y1 merepresentasikan keadaan uap jenuh (saturated vapor); daerah uap superjenuh
(superheated vapor) terletak di bawah kurva. Titik-tik yang terletak antara garis cairan jenuh
dan uap jenuh adalah daerah dua fasa , dimana cairan jenuh dan uap jenuh berada dalam
kesetimbangan. Garis P-x1 dan P-y1 bertemu pada tepi/ujung diagram, dimana cairan jenuh
sat sat
dan uap jenuh spesies murni berada dalam tekanan uap P dan P .
1 2
Untuk mengilustrasikan sifat prilaku fasa dalam system biner ini kita mengikuti kursus
proses temperature konstan pada diagram P-x1 -y1. Bayangkan campuran cairan subcooled
60%mol asetonitril dan 40% nitrometana berada dalam susunan piston pada 75 oC.
Keadannya direpresentasikan dengan titik a pada gambar 1. Penganbilan piston secara cukup
pelan menurunkan tekanan sementara penjagaan sistem pada kesetimbangan pada 75 oC.
Karena sistem tertutup, komposisi keseluruhan tetap konstan selama proses, dan keadaan
sistem sebagai keseluruhan jatuh pada garis vertikal yang menurun dari titik a. Ketika tekanan
mencapai nilai pada titik b, sistem adalah cairan jenuh pada ambang penguapan. Penurunan
tekanan yang amat kecil menghasilkan gelembung uap yang direpresentasikan oleh titik b’.
Dua titik b dan b’ (x1 = 0,6, P = 66,72 kPa, dan y1 = 0,7483) bersama-sama merepresentasikan
keadaan yang ditentukan dengan perhitungan terdahulu. Titik b adalah titik gelembung, dan
garis P-x1 adalah garis titik gelembung.
Sebagaimana tekanan diturunkan, jumlah uap meningkat dan jumlah cairan menurun,
dengan kadaan dua fasa mengikuti jalur b’c dan bc’. Garis putus-putus dari titik b ke titik c
merepresentasikan keadaan keluruhan sistem dua fasa. Akhirnya, sebagaimana titik c didekati,
fasa cairan, direpresentasikan titik c’, hampir tidak terlihat, dengan hanya tetesan (dew) yang
tertinggal. Titik c adalah titik embun, dan kurva P-y1 adalah garis titik embun. Sekali lagi embun
telah teruapkan, hanya uap jenuh pada titik c yang tertingggal, penurunan tekanan berikutnya
menghasilkn uap superjenuh pada titik d.
Komposisi uap pada titik c adalah y1 = 0,6, namun komposisi cairan pada titik c’ dan
tekanan harus dibaca dari grafik atau dihitung.
1
P
y1 P1sat y 2 P2sat
untuk y1 = 0,6 dan t = 75oC,
1
P
0,6 83,21 0,4 41,98
= 59,74 kPa
diberikan, range temperatur dibatasi oleh temperature t sat dan t sat , temperature yang
1 2
mana spesies murni mendesak tekanan uap sama dengan P. Untuk system yang ada,
temperature ini dihitung dari persamaan Antoine:
sat
t1 Bi Ci
Ai ln
P
untuk P = 70 kPa, t1sat = 69,84oC dan t
sat
= 89,58oC. Cara paling sederhana untuk
2
mentiapkan diagram t–x1-y1 adalah memilih nilai t antara kedua temperature, dan evaluasi
x1 dengan pers (A), ditulis
P P2sat
x1 sat
P1 P2sat
sat sat
sebagai contoh, pada 78oC, P = 91,76 kPa, P = 46,84 dan
1 2
70 48,84
x1 91,76 46,84
= 0,5156
x Psat 0,515691,76
y1 1 1 = = 0,6759
P 70
hasil perhitungan yang sama untuk P = 70 kPa adalah berikut:
x1 y1 t/oC x1 y1 t/oC
0,0000
0,0000 0,6759 78
89,58(2t sat ) 0,5156
0,1424
0,2401 0,7378 0,7378 74
0,3184 86
0,4742 1,0000 1,0000 sat
82 69,84 ( t1 )
keadaan uap jenuh, dengan keadaan uap superjenuh terletak di atasnya. Kurva t-x1
merepresentasikan keadaan cairan jenuh, dengan keadaan cairan subcooled terletak
dibawahnya. Daerah dua fasa terletak antara kurva ini.
Dengan referensi Gambar (2) anggaplah proses pemanasan pada tekanan konstan yang
dihasilkan dari keadaan cairan subcooled pada titik a menuju keadaan uap superjenuh pada
titik d. Jalur yang ditunjukkan pada gambar adalah untuk komposisi konstan keseluruhan
60% mol asetonitril. Temperatur cairan naik sebagai hasil pemanasan dari
t =75 oC
100
P1sat = 83,21
a
80
P /kPa
60
d
40
P2sat = 41,98
uap superjenuh
20
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
x 1, y 1
titik a ke titik b, dimana gelembung uap pertama nampak. Oleh karena itu titik b adalah titik
gelembung dan kurva t-x1 adalah garis titik gelembung.
P =70 kPa
90
t2sat = 89,58
uap superjenuh
85 d
80 c
c'
t/ oC
b b'
75
cairan subcoolid
a
70
tsat 1 = 89,58
65
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
x 1, y 1
Untuk x1 = 0,6 dan P = 70 kPa, t ditentukan dengan perhitungan BUBL T yang memerlukan
iterasi. Persamaan (2) ditulis:
sat
P2 P (B)
x αx
1 2
sat
dimana α P sat sat
P . Pengurangan ln P dari ln
P1sat sebagaimana diberikan oleh
1 2 2
persamaan Antoin menghasilkan :
2.945,47 2.972,64
ln α 0,0681 (C)
t 224 t 209
Alasan memperkenalkan α adalah bahwa sebagai variable pengontrol ini jauh kurang
sensitif terhadap t daripada tekanan uap individual. Nilai awal α ditemukan untuk
temperature pertengahan yang berubah-ubah. Iterasi kemudian mengikuti:
sat
Dengan nilai langsung α hitung P 2 dengan pers (B).
2.972,64
t 209
14,2043 ln 2
sat
P
x Psat 0,687,17
1 1
y1 = = 0,7472
P 70
Penguapan campuran pada tekanan konstan, tidak sepertipenguapan spesies murni, tidak
terjadi pada temperature konstan. Sebagaimana proses pemanasan berlanjut diluar titik b,
temperature naik, jumlah uap meningkat, dan jumlah cairan menurun. Sepanjang proses ini
komposisi fase uap dan fase cair berubah sebagimana didindikasikan dengan jalur b’c dan
bc’, sampai titik embun dicapai pada titik c, dimana tetesan cairan tidak nampak. Kurva t-y1
adalah garis titik embun.
Komposisi uap pada titik c adalah y = 0,6 ; karena tekanan juga diketahui (P = 70 kPa),
sat
1
P Py1 y2 α
2.945,47
t 224
14,2724 ln 1
sat
P
sat
hasilnya adalah t = 79,58oC, temperetur titik c dan c’. dari pers. Antoine P = 96,53 kPa dan
1
y1 P1sat = 0,670
x1 = 0,4351
P 96,53
oleh karena itu tempertur naik dari 76,42 menjadi 79,58oC selama tahap penguapan dari titik
b menuju titik c. Pemanasan sederhana berlanjut menyuperjenuhkan uap ke titik d.
Hukum Henry
aplikasi, dan oleh karena itu tidak sesuai untuk spesies yang memiliki temperatur
kritis kurang dari temperatur aplikasi. Jika suatu sistem udara kontak dengan cairan
air diperkirakan pada kesetimbangan, selanjutnya udara dijenuhkan dengan air.
Fraksi mol uap air dalam udara biasanya ditemukan dari hukum Rault yang
diterapkan ke air dengan asumsi bahwa tidak ada udara yang terlarut dalam fasa
cair. Oleh karena itu, cairan air dianggap murni (x2 =1) dan hukum Rault untuk air
(spesies 2) menjadi y2 P Psat . Pada 25oC dan tekanan atmosferik, persamaan ini
2
menghasilkan:
Psat
y2 2 3,166
P 0,0312
101,33
Jika kita akan menghitung fraksi mol udara yang terlarut dalam air, hukum
Rault tidak dapat diterapkan, karena temperatur kritis udara lebih rendah dari 25 oC.
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan hukum Henry, diterapkan untuk
tekanan cukup rendah yang fasa uapnya dapat diasumsikan sebagai gas ideal.
Untuk spesies yang ada sangat encer dalam fasa cair, hukum Henry kemudian
menyatakan bahwa tekanan parsial spesies dalam fasa uap adalah perbandingan
langsung terhadap mol fraksi cairannya. Oleh karena itu;
yi P xiΗi (4)
diamana Hi adalah konstanta Henry. Nilai Hi diperoleh dari eksperimen, dan pada
Tabel 1 terdaftar nilai pada 25 oC untuk sedikit gas yang terlarut dalam air. Untuk
sistem udara/air pada 25 oC dan tekanan atmosfer, hukum Henry diterapkan
terhadap udara (spesies 1) dengan y1 = 1 – 0,0312 = 0,9688 menghasilkan:
x1 y P 0,9688101,33
1 5
= 1,35 x10
H1 72.950
Hasil ini membenarkan asumsi yang dibuat dalam aplikasi hukum Rault terhadap
air.
Contoh 2. Asumsikan bahwa air karbonat hanya mengandung CO 2 dan H2O, tentukan komposisi uap
dan cairan dalam kaleng soda tersegel dan tekanan yang mendorong kaleng pada 10 oC.
Konstanta Henry untuk CO2 dan air pada 10oC sekitar 990 bar.
Penyelesaian :
Ambil spesies 1 sebagai CO2 dan spesies 2 sebagai air. Hukum Henry untuk spesies 1 dan
hukum Rault untuk spesies 2 ditulis:
sat
yi P xiΗi y2 P x2 P2
sat
bar dan P2 = 0,01227 bar (dari tabel steam pada 10oC),
x1
P 9,912
H1 = 990 0,01
yang sesuai dengan asumsi awal.Selanjutnya dengan hukum Rault persamaan (1) untuk
spesies 2 ditulis,
y2 x Psat
2 2 0,0012
P 0,990,01227
9,912
Selanjuynya y1 = 1- y2 = 1 – 0,0012 = 0,9988, dan fasa uapmendekati CO2 murni, sebagaimana
yang diasumsikan.
2. VLE Hukum Rault Termodifikasi
Untuk takanan rendah sampai moderat persamaan lebih realistis untuk hasil VLE
ketika asumsi dasar kedua hukum Rault ditingalkan dan perhitungan diambil
deviasi-deviasi dari keidealan larutan dalam fasa cair dengan faktor yang disisipkan
kedalam hukum Rault,
yi P x i γ i (i = 1,2, …,N) (5)
sat
Pi
Faktor
γi disebut sebagai koefisien aktivitas. Perhitungan titik gelembung dan titik
embun dibuat dengan persamaan ini hanya sedikit lebih kompleks daripada
perhitungan yang sama yang dibuat dengan Hukum Rault. Koefisien aktivitas
adalah fungsi temperatur dan komposisi fasa cair dan berdasarkan ekperimen.
Karena,
i yi 1 , persamaan (5) dapat dijumlahkan keseluruhan spesies
menghasilkan:
P xiγ i (6)
sat
Pi
i
P 1
(7)
γi
yi i
Pisat
Contoh 3. Untuk sistem metanol (1)/metil asetat (2), persamaan berikut menyediakan korelasi
koefisien aktivitas:
2 2
ln γ1 Ax 2 ln Ax dimana A 2,771 0,00523T
γ1
2
Tambahan pula, persamaan Antoin berikut menyediakan tekanan uap:
ln 3.643,31 2.6665,54
sat1 16,59158 dan ln 14,25326
P T 33,424 T 53,424
Psat2
dimana T dalam Kelvin dan tekanan uap dalam satuan kPa. Hitunglah:
(a) P dan {yi}, untuk T = 318,15 K dan x1 = 0,25
(b) P dan {xi}, untuk T = 318,15 K dan y1 = 0,06
(c) T dan {yi}, untuk P = 101,33 kPa dan xi = 0,85
(d) T dan {xi}, untuk P = 101,33 kPa dan yi = 0,40
(e) Tekanan azeotrop, dan komposisi azeotrop untuk T =318,15 K
Penyelesaian :
(a) Perhitungan BUBL P. untuk T = 318,15 K, persamaan antoin menghasilkan
sat sat
P1 = 44,51 dan P1 = 65,64 kPa
x γ P sat
yi i i i
P
y1 =
0,251,86444,51 = 0,282 dan y2 = 1- 0,282 = 0,718
73,50
(b) Perhitungan DEW P. Ddengan T tidak berubah dari (a), nilai untuk T = 318,15 K,
komposisi uap-cair di sini tidak diketahui, tapi dibutuhkan dalam perhitungan koefisien
1
P
y1 γ1Psat y2 γ2 Psat
1 2
x1
y1P
selanjutnya x2 = 1- x1
γt 1P1sa
Psat P
1
x1γ1 x2γ2 /α
Dapatkan nilai baru T dari persamaan antoinyang ditulis untuk spesies 1:
B
T
sat C1
A1 ln P1
Kembali ke tahap awal, ulangi sampai nilai T konvergen.
Proses iterasi menghasilkan nilai akhir :
x1
y1P
selanjutnya x2 = 1- x1
γt 1P1sa
y2
P1sat P γy γ α
1 2
Dapatkan nilai baru T dari persamaan Antoin yang ditulis untuk spesies 1:
B
T
sat
C1
A1 ln P1
Kembali ke tahap awal dan ulangi dengan nilai γ1 dan γ2 sampai proses
konvergen pada nilai akhir T.
Proses iterasi menghasilkan nilai akhir:
sat sat
T = 326,7 K P = 64,63 P = 90,89 kPa
kPa
1 2
A = 1,0624 γ1 = 1,3629 γ2 = 1,2523
x1 = 0,4602 x2 = 0,5398
(e) Pertama kali tentukan apakah keadaan azeotrop terjadi atau tidak pada temperatur yang
diketahui. Perhitungan ini didukung dengan definisi kuantitas yang disebut dengan
volativitas relatif (relative volativity), yaitu
α12 y1 x1 (8)
y2 x2
yi γi Pisat
xi P
Oleh karena itu,
γ1P1sat
α12 (9)
γ2 P2sat
Hubungan persamaan untuk koefisien aktivitas menunjukkan bahwa ketika x1 = 0, γ2 =
1, dan γ2 = exp(A); ketika x1 =1, γ1 = 1 dan γ2 = exp(A). Oleh karena itu pada batasan ini,
expA
sat
α12 P Psat
1 dan α12 1
x1 0
P1sat
1 sat
P
x1 2
exp
sat
Nilai Psat , P , dan Air diberikan pada bagian (a) untuk temperatur yang sama.
1 2
Batasan nilai α12 adalah sebagai berikut:
α12 44,15exp1,107
x1 65,64 = 2,052
0
x
α12 1 1
44,51
65,64exp1,107 = 0,224
Karena nilai pada salah satu batas lebih besar dari 1, sementara nilai batas yang lain
kurang dari 1, maka kondisi azeotrop terjadi, karena α12 merupakan fungsi kontinyu x1
dan harus melewati nilai 1 pada beberapa komposisi intermediate.
Untuk azeotrop, α12 = 1, dan persamaan (9) menjadi:
Oleh karena itu komposisi azeotrop adalah nilai x1 yang cocok untuk persamaan ini dan
ketika rasio koefisien aktivitas memiliki nilai azeotrop 1,4747, yang mana:
γ
ln 1 ln 1,4747 = 0,388 = A(1 – 2x1)
γ2
az az az
Oleh karena itu, P 73,76 kPa dan x =1 y = 10,325
Contoh 4. Buatlah diagram P-x-y untuk sistem sikloheksana (1)/benzena (2) pada 40 oC. Tekanan uap
untuk spesies murni diberikan dengan persamaan Antoine berikut:
sat 2.945,47
ln P1 /kPa 14,2724
t oC 224
sat 2.773,78
ln P2 /kPa 13,8594
t oC 220,07
ln 1 ln 2
2
0,458x2 0,458x2
1
Penyelesaian :
Perrsamaan VLE:
yPx
1 111 Psat
yP
1 2 P2sat
x
2 1
P
x Psat 1 Psat
1
x
1 1 1
2 2
P
x Psat 1 Psat
1
x
1 1 1
2 2
P
Psat x
P sat
Psat
P (kPa)
2 2 1 1 1 2 2
exp 0,548x P x
P 2 sat
exp 1 x 2 exp 0,548x 2
sat
0,548 γ P
1 2 1
1 2 2
1
T konstan = 40oC
28
27
26
25
Kurva titik gelembung dari hukum Rault
24
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
fraksi mol sikloheksana
yi (10)
Ki
xi
Manfaat Ki untuk mewakili rasio yi/xi sangat umum bahwa besaran ini biasanya
disebut sebuah nilai K keseimbangan (K-value); nama lainnya yaitu koefisien
distribusi uap/cair. Meskipun pengenalan nilai K tidak menambah apa-apa pada
pengetahuan termodinamik kita tentang VLE, sebuah nilai K berlaku sebagai
ukuran “keringanan” sebuah komponen, yaitu kecenderungannya untuk
terkonsentrasi dalam fasa uap. Jika Ki lebih besar dari satu, komponen i
terkonsentrasi dalam fasa uap; jika Ki kurang dari satu, komponen i terkonsentrasi
dalam fasa cair, dan dianggap sebagai sebuah komponen berat. Lebih dari itu,
Pisat
(11)
dan menurut persamaan (5) menunjukkan bahwa untuk hukum Rault termodifikasi
persamaan nilai K adalah:
i Pisat
(12)
Ki x i 1 (13)
i
y
Kii =1 (14)
i
Etana Propana
0,80 0,92 0,65 1,077 0,762 0,919
0,761
∑(yi/Ki) = 0,828 ∑(yi/Ki) = 1,174 ∑(yi/Ki) = 1,000
Hasil yang diberikan pada dua kolom terakhir menunjukkan bahwa persamaan (14)
sesuai ketika P =126(psia). Ini adalah tekanan dewpoint, komposisi dew diberikan oleh
nilai xi = yi/Ki tertera di kolom terakhir tabel.
(b) Ketika sistem hampir terkondensasi seluruhnya , kondisi ini merupakan titik
gelembungnya, dan fraksi mol yang diberikan sebagai nilai xi. Dalam kasusu ini kita
mencari dengan trial nilai P yang nilai K-nya sesuai persamaan (13). Hasil untuk
beberapaP diberikan pada tabel berikut:
P = 380(psia) P = 400(psia) P = 385(psia)
Spesies xi Ki Ki x i Ki Kixi Ki Ki x i
Metana 0,10 5,60 0,560 5,25 0,525 5,49 0,549
Etana 0,20 1,11 0,222 1,07 0,214 1,10 0,220
Propana 0,80 0,335 0,235 0,32 0,224 0,33 0,231
∑(Kixi) = 1,017 ∑(Kixi) = 0,963 ∑(Kixi) = 1,000
Persamaan (13) sesuai ketika P = 385(psia). Ini adalah tekanan bubbepoint. Komposisi
gelembung uap diberikan dengan yi = Kixi , ditunjukkan pada kolom terakhir.
Pehitungan Kilat
Teorma Duhem menyatakan bahwa keadaan keseimbangan sebuah sistem
PVT tertutup, yang terbentuk dari jumlah awal tertentu zat kimia yang
dicampurkan, ditentukan sepenuhnya oleh dua sifat sistem sembarang, asalkan dua
sifat ini merupakan variabel bebas pada keseimbangan. Suhu dan tekanan
memenuhi syarat sebagi sifat seperti itu, untuk semua sistem yang terdiri dari lebih
satu komponen. Maka, menurut teorema Duhem, secara prinsip kita dapat
menghitung komposisi fase-fase keseimbangan pada t dan P tertentu, jika kita tahu
seluruh fraksi mol z1, z2, …,zm dari m komponen. Komputasi jenis ini apabila
dikerjakan untuk sebuah VLE disebut perhitungan kilat (flash calculation). Istilah ini
lahir dari kenyataan bahwa sebuah campuran cair pada suatu tekanan di atas
tekanan titik gelembungnyaakan “berkilat” atau teruapkan sebagain jika
tekanannya diturunkan sampai suatu harga antara tekanan titik gelembung dan
titik embun. Proses seperti ini dapat dikerjakan terus menerus, jika suatu cairan
disemburkan
melalui sebuah lubang ke dalam sebuah tangki yang dijaga pada tekanan yang
sesuai. Fase-fase cair dan uap yang terbentuk di dalam tangki kilat yaitu fase-fasa
keseimbangan yang berada pada T dan P tertentu.
Nilai xi dan yi yang dihasilkan dari sebuah perhitungan kilat pasti memenuhi
kriteria keseimbangan seperti yang dinyatakan oleh persamaan (10); sebagai
tambahan nilai–nilai itu harus memenuhi syarat-syarat keseimbangan material
tertentu, yang diturunkan sebagai berikut. Pada T dan P tertentu, satu mol
campuran dengan komposisi z1, z2, . . . , zN, akan dipisahkan menjadi L mol cairan
dengan komposisi x1, x2, . . . , xN, dan V mol uap dengan komposisi y1, y2, . . . , yN.
Suatu keseimbangan mol menyeluruh menyaratkan bahwa
1=L +V (m)
dan keseimbangan mol komponen yaitu:
zi = xiL + yi V (i = 1, 2, . . . , N) (15)
Elimiasi L antara kedua persamaan menghasilkan :
zi = xi(1 – V) + yiV (i = 1, 2, . . . , N)
Kini dengan mensubtitusikan xi = yi/Ki dan menyelesaikan untuk yi, kita peroleh:
z i Ki
yi (i = 1, 2, . . . , N) (16)
1 V K
1
zi K i
1
i 1 V Ki 1 (17)
Dengan analog yang sama eliminasi V persamaan (15) diperoleh:
zi = yi(1 – L) +xiL (i = 1, 2, . . . , N)
Kini dengan mensubtitusikan yi = Kixi dan menyelesaikan untuk xi, kita peroleh:
zi
xi (i = 1, 2, . . . , N) (18)
L K i 1
L
Pbubl x P x P sat
x1 P 2 3
sat sat
1 2 3
= (0,45)(197,75) +1(0,35)(97,84) + (0,20)(50,32 = 132, 40 kPa
Kedua lakukan perhitungan DEW dengan {zi} = {yi} untuk menemukan Pdew. Dengan
Persamaan (3) :
1
Pdew =
y1 Psat y2 Psat y3 Psat
1 2 3
1
= =101,52 kPa
(0,45) (195,75) (0,35) (97,84) (0,20) (50,32)
Karena tekanan yang diberikan terletak antara Pdew dan Pbubl, sistem dalam dua fasa dan
perhitungan kilat dapat dilakukan .
sat
Dengan persamaan (11), Ki Pi P ; sehingga,
K1 = 1,7795 K2 = 0,8895 K3 = 0,4575
Subtitusi persamaan yang diketahui ke persamaan (17)
Karena i yi
i
1 . Prosedur contoh ini valid untuk sejumlah spesies yang ada.
xi
Contoh 7. Untuk sistem pada contoh 4, berapa fraksi sistem uap ketika tekanan 200 (psia) dan
berapa komposisi kesetimbangan fasa uap dan cair.
Penyelesaian:
Tekanan yang diberikan terletak antara tekanan titik embun dan titik gelembung sesuai
untuk sistem dalam contoh 4. Oleh karena itu sistem terdiri dua fasa. Nilai K diperoleh dari
Gambar 4, prosedur adalah menacari nilai V dengan trial yang sesuai dengan persamaan
(17). Hasil untuk beberapa trial ditunjukkan di tabel berikut. Kolom yang bagian yi
memberikan nilai istilah dalam penjumlahan persamaan (17), karena setiap istilah
Persamaan (17) sesuai pada saat V = 0,273. Komposisi fasa diberikan di kolom terakhir tabel.