Pendahuluan
Keberhasilan suatu operasi distilasi, sangat tergantung pada pemahaman
serta tersedianya data-data kesetimbangan antara phasa uap dan phasa cair dari
suatu campuran yang akan di destilasi. Pada sistem campuran biner tekanan dan
temperatur sistem sangat menentukan komposisi kesetimbangan dari campuran
tersebut untuk masing-masing phasanya. Bab ini membahas prinsip-prinsip dasar
dari campuran biner dan multikomponen. Pemahaman tentang karakteristik
campuran yang berada dalam kesetimbangan fasa uap-cair adalah hal pokok yang
harus dimegerti sebelum mempelajari lebih lanjut pemisahan secara destilasi yang
akan dibahas pada bab 2 dan bab 3 dalam bahan ajar ini.
Setelah selesai mempelajari materi ini anda akan mampu memprediksi titik
didih campuran (bubble point), dan titik embun (dew point) untuk larutan biner
dan multi komponen dari data tekanan uap zat murni dan dari data grafik
kesetimbangan (K). Materi ini diperlukan karena merupakan dasar untuk
memahami materi pada berikutnya khususnya pembahasan tentang distilasi, baik
distilasi tahap tunggal (single stage) maupun tahap banyak (multi stage).
Setiap titik pada kurva (misal titik e), absisnya menunjukkan komposisi
campuran uap (y) dan ordinatnya adalah suhu dimana campuran tersebut mulai
mengembun (T1). Kurva bagian bawah menggambarkan hubungan komposisi
phase cair dengan titik didihnya (bubble point). Misal titik “d” absisnya absisnya
menunjukkan komposisi campuran cairan (x) dan ordinatnya menunjukkan suhu
dimana cairan tersebut mulai mendidih (T 1). Setiap dua titik pada garis horizontal
yang sama (seperti titik d dan e) menyatakan komposisi cairan dan uap yang
berada pada kesetimbangan. Untuk semua titik di atas kurva bagian atas, seperti
pada titik “a” campuran adalah seluruhnya uap. Untuk semua titik di bawah kurva,
seperti titik “b” campuran adalah seluruhnya cair, dan untuk setiap titik yang
berada di antara kedua kurva tersebut (titik ‘c”) maka campuran adalah sebagian
cairan dan sebagian uap, dimana cairan dengan kompoisis x 1 dan uap dengan
komposisi y1.
Diagram titik didih komposisi ini harus ditentukan dengan percobaan-
percobaan. Bentuknya akan sedikit berubah dengan perubahan tekanan. Gambar
1.2 memperlihatkan beberapa diagram temperatur vs komposisi pada perubahan
tekanan. Semakin besar tekanan sistem, maka kurva titik didih akan semakin naik
dan makin pipih. Hal ini menunjukkan bahwa makin besar tekanan yang diberikan
maka titik didih suatu komponen dalam larutan makin besar.
(1-2)
di mana :
P = Tekanan total (mmHg)
Pi = Tekanan parsial komponen i ( i = A, B, ..., N)
1.2.2 Hukum Henry
Hukum Henry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu komponen (A) di
atas larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut dalam larutan.
Penyataan ini dapat dituliskan :
PA H . X A (1-3)
dimana :
PA = Tekanan parsial komponen A di atas larutan
XA = Fraksi mol komponen A
H = Konstanta hukum Henry
Harga konstanta hukum Henry berubah terhadap perubahan temperatur.
Berdasarkan kurva hubungan tekanan parsial terhadap temperatur,
ditunjukkan bahwa kurva tekanan parsial dari tiap-tiap komponen menjadi lurus
pada ujung kurva, dimana komponen dalam larutan tersebut sedikit. Melalui
penggunaan hukum Henry pada perubahan temperatur yang kecil, sehingga
konstanta hukum Henry masih dianggap konstan, maka perubahan tekanan parsial
terhadap fraksi mol pada ujung kurva tersebut dapat dianggap megikuti hukum
Henry secara tepat.
1.2.3 Hukum Raoult
Hukum Raoult juga memberikan hubungan antar tekanan parsial suatu zat
di atas larutan dengan fraksi molnya. Hukum Raoult dapat didefinisikan untuk
phase uap-cair dalam kesetimbangan, sebagai berikut :
PA PAo . X A (1-4)
A adalah XA dan PAo adalah tekanan uap komponen A dalam keadaan murni pada
temperatur larutan tersebut.
Untuk komponen kedua dari campuran binair (komponen B), dapat dituliskan :
PB PBo . (1 X A ) (1-5)
PAo = 1050 mmHg dan Tekanan uap n-oktana, PBo = 484 mmHg, dan tekanan
total sistem, P = 760 mmHg.
Dari hubungan persamaan 1.6 diperoleh :
P PBo 760 484
XA o 0,487 mol fraksi n-heptana dalam
PA PB 1050 484
o
cairan
Dari persamaan 1.7, diperoleh :
PAo . X A 1050 . (0,487)
YA 0,674 mol fraksi n-heptana dalam
P 760
phasauap
Relatif volatilitas ( AB ),
PAo 1050
AB o 2,17
PB 484
Dengan metoda yang sama, dihitung dengan untuk beberapa temperatur lainnya
sebagai berikut :
g g
98,4 760 333 1,0 1,0 2,27
105 940 417 0,655 0,810 2,25
110 1050 484 0,487 0,674 2,17
115 1200 561 0,312 0,492 2,14
120 1350 650 0,1571 0,279 2,08
125,6 1540 760 0 0 2,02
AB rata-rata 2,16
1.4. Peyimpangan Positif dari Larutan Ideal (Minimum-boiling Azeotrop)
Tekanan total dari suatu campuran lebih besar dari pada tekanan yang
dihitung secara ideal dikatakan sebagai penyimpangan positif dari hukum Raoults.
Demikian juga dengan tekanan parsial dari tiap-tiap komponen lebih besar dari
tekanan parsial idealnya. Jika penyimpangan positif dari larutan ideal terlalu besar
dan tekanan uap dari kedua komponen tersebut tidak terlalu jauh berbeda, maka
kurva tekanan uap pada temperatur konstan naik hingga maksimum pada suatu
konsentrasi tertentu (seperti gambar 1.4a). Campuran demikian dikatakan
membentuk Azeotrop atau campuran titik didih konstan.
Larutan azeotrop pada tekanan konstan membentuk kurva titik didih yang
turun hingga temperatur minimum pada konsentrasi tertentu (seperti pada gambar
1.4.b dan 1.4.c).
Larutan yang membentuk azeotrop tidak dapat dipisahkan secara sempurna
dengan metoda destilasi biasa, karena pada kondisi azeotrop tersebut komposisi Y
= X dan sama dengan 1,0. Campuran azeotrop jenis ini adalah sangat biasa terjadi.
Salah satu contohnya adalah campuran etanol-air, yang mebentuk azeotrop pada
suhu 78,2 oC. Komposisi azeotrop dapat dihilangkan dari sistim ini pada tekanan
dibawah 70 mmHg.
YA / X A
AB (1-8)
YB / X A
(1 K B )
XA , dan juga, X B 1 X A dan YA K A X A , dan
(K A K B
YB 1 Y A
1) Titik didih komponen murni pada tekanan 792 kPa dapat dibaca pada
Gambar 1.6. Temukan titik Pt = 792 kPa dengan titik KA = 1 untuk propane,
kemudian tarik garis hingga memotong skala suhu. Perpotongan titik ini
memberikan TA = 14,4 oC. Cara yang sama dilakukan untuk n-heksana dan
diperoleh titik didih n-heksana pada tekanan 792 kPa adalah 156 oC.
Diagram T-x-y pada Pt = 792 kPa akan berada pada remntang suhu, 14,4 oC
≤ T ≤ 156 oC.
2) Grafik faktor K dibaca pada rentang suhu 14,4 oC < T < 156 oC untuk
mendapatkan nilai K yang akan digunakan dalam persamaan di atas. Nilai-
nilai yang diperoleh kemudian ditabulasikan.
ToC KA KB 1 - KB KA -KB XA YA αAB = KA/KB
14,4 1,00 0,028 0,972 0,972 1,000 1,000 35,7
25,6 1,30 0,043 0,957 1,257 0,761 0,990 30,0
48 2,00 0,093 0,901 1,901 0,474 0,948 20,0
75 3,00 0,20 0,80 2,800 0,256 0,857 25,0
99 4,00 0,35 0,65 3,700 0,189 0,757 13,3
120 5,00 0,59 0,41 4,460 0,103 0,517 9,3
138 5,80 0,77 0,23 5,230 0,044 0,264 7,8
156 6,50 1,00 0,00 5,900 0,000 0,000 6,9
1.8. Penentuan Komposisi, Bubble Point dan Dew Point untuk Campuran
Biner dan Multi Komponen
Suhu Dew point dapat dihitung dengan cara menggunakan hubungan yang
sama dengan komposisi. Dengan mengasumsikan suatu larutan ideal terbentuk
P PBo
saat mulai terjadi pengembunan, dengan komposisi; X A o , atau dalam
PA PBo
(1 K B )
bentuk hubungan nilai koefisien ditribusi (K), X A (1-
(K A K B
10)
Komposisi uap, YA dan tekanan total, Pt, digunakan dalam penentuan Dew
point. Prosedur trial dan error diperlukan untuk menentukan Dew point, TDP.
Pemilihan suhu dalam prosedur trial dan error memanfaatkan kriteria dew point,
yaitu, X B X A 1
Metode penyelesaian perhitungan dew point adalah dengan mencoba berbagai
nilai T hingga persamaan (1-10) terpenuhi. Perhitungan dew point untuk
campuran biner cukup mudah.
X B YB ( Pt / PAB
o
) 0,2 (500 / 180) 0,364
X B YB ( Pt / PAB
o
) 0,2 (500 / 175) 0,571
X B YB ( Pt / PAB
o
) 0,2 (500 / 165) 0,606
Prosedur trial and error menjadi semakin menjadi sulit untuk campuran
multikomponen. Penentuan bubble point adalah dengan cara mencari suhu yang
memenuhi kriteria bubble point, yaitu jumlah tekanan parsial komponen-
komponen dalam campuran sama dengan tekanan total.
N*
p *A p B* pC* ... p pi* Pt (1-11)
i A
atau jumlah fraksi mol komponen-komponen dalam fase uap sama dengan satu.
N*
y y y ... y yi* 1
*
A
*
B
*
C (1-12)
i A
Algoritma iterasi untuk penentuan bubble point menggunakan data K (Pt dan xi
tertentu):
y i xi Pi v / xi Pi v xi ( Pi v / PRv ) / xi ( Pi v / PRv (1-13)
adalah y *
i K i x i 1 . Dari kriteria ini, dengan membagi tiap bagiannya
y *
i / iR K R (1-19)
1.9 Rangkuman
1. Data kesetimbangan uap-cair didasarkan pada data tekanan uap atau
grafik koefisien ditribusi (K). Tekanan uap komponen murni dapat
dibaca pada tabel dibuku teks atau diprediksi dengan Persamaan
Antoine.
2. Data kesetimbangan uap-cair untuk sistem biner dapat dinyatakan
dalam plot T-x-y maupun plot x-y. Grafik-grafik ini dapat disusun dari
data tekanan uap atau grafik faktor K. Grafik ini biasanya dinyatakan
dalam tekanan tetap, tetapi kadang-kadang juga plot isothermal juga
digunakan. Pada grafik isothermal Grafik P-x-y akan menggantikan T-
x-y.
3. Larutan dapat bersifat ideal dan non-ideal . Pada larutan ideal, berlaku
Hukum Roults, Pi Pi o . X i
PAo K A
4. Relatif volatilitas, didefinisikan sebagai, AB o , merupakan
PB KB
variabel yang berguna. Relatif volatilitas digunakan dalam perhitungan
bubble point dan dew point.