Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LARUTAN DAN KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

Pendahuluan
Keberhasilan suatu operasi distilasi, sangat tergantung pada pemahaman
serta tersedianya data-data kesetimbangan antara phasa uap dan phasa cair dari
suatu campuran yang akan di destilasi. Pada sistem campuran biner tekanan dan
temperatur sistem sangat menentukan komposisi kesetimbangan dari campuran
tersebut untuk masing-masing phasanya. Bab ini membahas prinsip-prinsip dasar
dari campuran biner dan multikomponen. Pemahaman tentang karakteristik
campuran yang berada dalam kesetimbangan fasa uap-cair adalah hal pokok yang
harus dimegerti sebelum mempelajari lebih lanjut pemisahan secara destilasi yang
akan dibahas pada bab 2 dan bab 3 dalam bahan ajar ini.
Setelah selesai mempelajari materi ini anda akan mampu memprediksi titik
didih campuran (bubble point), dan titik embun (dew point) untuk larutan biner
dan multi komponen dari data tekanan uap zat murni dan dari data grafik
kesetimbangan (K). Materi ini diperlukan karena merupakan dasar untuk
memahami materi pada berikutnya khususnya pembahasan tentang distilasi, baik
distilasi tahap tunggal (single stage) maupun tahap banyak (multi stage).

1.1. Diagram Temperatur versus Komposisi


Titik didih (bubble point) suatu campuran sangat tergantung pada tekanan
dan komposisinya. Demikian pula sebaliknya yaitu titik embun (dew point). Hal
ini ditunjukkan pada gambar 1.1. yaitu hubungan komposisi dengan titik didih dan
titik embun pada tekanan tertentu.
Pada gambar 1.1 diatas, campuran biner yang terdiri dari zat A dengan titik
didih komponenn murni TA dan zat B dengan titik didih komponen murninya T B.
Zat A lebih mudah menguap dari pada zat B, dengan kata lain titik didih zat A
lebih rendah dari zat B. Kurva bagian atas menggambarkan hubungan titik embun
dengan komposisi campuran

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 1


Gambar 1.1 Diagram temperatur vs komposisi sistem biner pada tekanan tetap.

Setiap titik pada kurva (misal titik e), absisnya menunjukkan komposisi
campuran uap (y) dan ordinatnya adalah suhu dimana campuran tersebut mulai
mengembun (T1). Kurva bagian bawah menggambarkan hubungan komposisi
phase cair dengan titik didihnya (bubble point). Misal titik “d” absisnya absisnya
menunjukkan komposisi campuran cairan (x) dan ordinatnya menunjukkan suhu
dimana cairan tersebut mulai mendidih (T 1). Setiap dua titik pada garis horizontal
yang sama (seperti titik d dan e) menyatakan komposisi cairan dan uap yang
berada pada kesetimbangan. Untuk semua titik di atas kurva bagian atas, seperti
pada titik “a” campuran adalah seluruhnya uap. Untuk semua titik di bawah kurva,
seperti titik “b” campuran adalah seluruhnya cair, dan untuk setiap titik yang
berada di antara kedua kurva tersebut (titik ‘c”) maka campuran adalah sebagian
cairan dan sebagian uap, dimana cairan dengan kompoisis x 1 dan uap dengan
komposisi y1.
Diagram titik didih komposisi ini harus ditentukan dengan percobaan-
percobaan. Bentuknya akan sedikit berubah dengan perubahan tekanan. Gambar
1.2 memperlihatkan beberapa diagram temperatur vs komposisi pada perubahan
tekanan. Semakin besar tekanan sistem, maka kurva titik didih akan semakin naik
dan makin pipih. Hal ini menunjukkan bahwa makin besar tekanan yang diberikan
maka titik didih suatu komponen dalam larutan makin besar.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 2


Gambar 1.2 Pengaruh tekanan pada diagram titik didih untuk campuran
biner n-butana dan n-pentana.

1.2. Hukum Dalton, Henry, dan Hukum Roult


Diagram titik didih komposisi seperti yang dibuat di atas berdasarkan data
kesetimbangan uap-cair yang diperoleh dari percobaan. Untuk sistem atau
keadaan tertentu data kesetimbangan dapat dihitung dari data tekanan uap zat
murni. Perhitungan ini berdasarkan pada hukum Dalton dan Henry atau hukum
Raoult.
1.2.1 Hukum Dalton
Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah dari tekanan-tekanan parsial dari semua komponen-
komponennya.
P  PA  PB  ....  PN (1-1)
Tekanan parsial suatu komponen sebanding dengan banyaknya mol mol
komponen tersebut. Fraksi mol untuk masing-masing komponen adalah :

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 3


Pi PA
Yi  atau YA 
P PA  PB  ....  PN

(1-2)
di mana :
P = Tekanan total (mmHg)
Pi = Tekanan parsial komponen i ( i = A, B, ..., N)
1.2.2 Hukum Henry
Hukum Henry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu komponen (A) di
atas larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut dalam larutan.
Penyataan ini dapat dituliskan :
PA  H . X A (1-3)
dimana :
PA = Tekanan parsial komponen A di atas larutan
XA = Fraksi mol komponen A
H = Konstanta hukum Henry
Harga konstanta hukum Henry berubah terhadap perubahan temperatur.
Berdasarkan kurva hubungan tekanan parsial terhadap temperatur,
ditunjukkan bahwa kurva tekanan parsial dari tiap-tiap komponen menjadi lurus
pada ujung kurva, dimana komponen dalam larutan tersebut sedikit. Melalui
penggunaan hukum Henry pada perubahan temperatur yang kecil, sehingga
konstanta hukum Henry masih dianggap konstan, maka perubahan tekanan parsial
terhadap fraksi mol pada ujung kurva tersebut dapat dianggap megikuti hukum
Henry secara tepat.
1.2.3 Hukum Raoult
Hukum Raoult juga memberikan hubungan antar tekanan parsial suatu zat
di atas larutan dengan fraksi molnya. Hukum Raoult dapat didefinisikan untuk
phase uap-cair dalam kesetimbangan, sebagai berikut :
PA  PAo . X A (1-4)

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 4


dimana, PA adalah tekanan parsial komponen A di atas larutan dengan fraksi mol

A adalah XA dan PAo adalah tekanan uap komponen A dalam keadaan murni pada
temperatur larutan tersebut.
Untuk komponen kedua dari campuran binair (komponen B), dapat dituliskan :
PB  PBo . (1  X A ) (1-5)

Disini PB menunjukkan tekanan parsial komponen B di atas larutan, dan PBo


merupakan tekanan uap murni komponen B pada temperatur larutan.
Jika P adalah tekanan total, maka :
P  PA  PB  PAo . X A  PBo . (1  X A ) (1-6)
Karena YA merupakan fraksi komponen A dalam uap, adalah sama dengan
perbandingan tekanan parsial A terhadap tekanan total, maka :
PA PAo . X A PAo . X A
YA   
PA  PB PAo . X A  PBo . (1  X A ) P
(1-7)

Hukum Raoult berlaku untuk larutan ideal, seperti larutan benzena-


toluena, n-heksana-heptana, dan metil alkohol-etil alkohol, yang biasanya zat-zat
tersebut mempunyai sifat kimia yang sama atau secara kimia mirip satu sama lain.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 5


Gambar 1.3 Kurva hasil perhitungan tekanan uap dan komposisi uap dari
campuran benzena-toluena pada 100 oC menurut hukum Raoult.
1.3. Larutan Ideal
Jika phasa cair dari suatu sistem kesetimbangan merupakan larutan ideal,
kita dapat menghitung tekanan parsial kesetimbangan dari larutan tersebut tanpa
harus ditentukan secara percobaan. Ada 4 (empat) sifat-sifat khusus larutan ideal
yang harus dipenuhi :
1. Gaya tarik dan gaya tolak rata-rata antar molekul dalam larutan tidak
berubah pada pencampuran konstituen tersebut.
2. Volume larutan berubah secara linier terhadap komposisi.
3. Tidak adanya penyerapan atau penambahan panas pada pencampuran
konstituen tersebut.
4. Tekanan total dari larutan berubah secara linier dengan komposisi, yang
diindentikan sebagai fraksi mol.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 6


Pada kenyataan tidak ada larutan yang benar-benar ideal dan campuran yang
sebenar-benarnya mendekati ideal. Sebagai pendekatan, campuran senyawa-
senyawa organik yang struktur molekulnya merupakan deret seri homolog atau
mendekatinya, sebagaian merupakan larutan ideal, misalnya larutan benzena dan
toluena, larutan etil alkohol dan propil alkohol, dan capuran gas-gas hidrokarbon
parafin dalam minyak parafin.

Contoh Soal 1.1


Hitunglah kesetimbangan uap-cair pada tekanan konstan 1 standar atmosfir
untuk campuran n-heptana dan n-oktana, yang dianggap sebagai larutan ideal.
Penyelesaian :
Titik didih komponen murni pada tekanan 1 atm untuk n-heptana (A) adalah
98,4 oC dan n-oktana (B) 125,6 oC.
Sebagai contoh diambil kesetimbangan pada suhu 100 oC, Tekanan uap n-heptana,

PAo = 1050 mmHg dan Tekanan uap n-oktana, PBo = 484 mmHg, dan tekanan
total sistem, P = 760 mmHg.
Dari hubungan persamaan 1.6 diperoleh :
P  PBo 760  484
XA  o   0,487 mol fraksi n-heptana dalam
PA  PB 1050  484
o

cairan
Dari persamaan 1.7, diperoleh :
PAo . X A 1050 . (0,487)
YA    0,674 mol fraksi n-heptana dalam
P 760
phasauap
Relatif volatilitas (  AB ),

PAo 1050
 AB  o   2,17
PB 484
Dengan metoda yang sama, dihitung dengan untuk beberapa temperatur lainnya
sebagai berikut :

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 7


T, oC PAo ,mmH PBo ,mmH XA YA  AB

g g
98,4 760 333 1,0 1,0 2,27
105 940 417 0,655 0,810 2,25
110 1050 484 0,487 0,674 2,17
115 1200 561 0,312 0,492 2,14
120 1350 650 0,1571 0,279 2,08
125,6 1540 760 0 0 2,02
 AB rata-rata 2,16
1.4. Peyimpangan Positif dari Larutan Ideal (Minimum-boiling Azeotrop)
Tekanan total dari suatu campuran lebih besar dari pada tekanan yang
dihitung secara ideal dikatakan sebagai penyimpangan positif dari hukum Raoults.
Demikian juga dengan tekanan parsial dari tiap-tiap komponen lebih besar dari
tekanan parsial idealnya. Jika penyimpangan positif dari larutan ideal terlalu besar
dan tekanan uap dari kedua komponen tersebut tidak terlalu jauh berbeda, maka
kurva tekanan uap pada temperatur konstan naik hingga maksimum pada suatu
konsentrasi tertentu (seperti gambar 1.4a). Campuran demikian dikatakan
membentuk Azeotrop atau campuran titik didih konstan.
Larutan azeotrop pada tekanan konstan membentuk kurva titik didih yang
turun hingga temperatur minimum pada konsentrasi tertentu (seperti pada gambar
1.4.b dan 1.4.c).
Larutan yang membentuk azeotrop tidak dapat dipisahkan secara sempurna
dengan metoda destilasi biasa, karena pada kondisi azeotrop tersebut komposisi Y
= X dan sama dengan 1,0. Campuran azeotrop jenis ini adalah sangat biasa terjadi.
Salah satu contohnya adalah campuran etanol-air, yang mebentuk azeotrop pada
suhu 78,2 oC. Komposisi azeotrop dapat dihilangkan dari sistim ini pada tekanan
dibawah 70 mmHg.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 8


Gambar 1.4 Kurva azeotrop minimum pada sistem campuran CS2-Aseton
(a) pada temperatur konstan ; (b) dan (c) pada tekanan konstan

1.5. Penyimpangan Positif dari Larutan Ideal


Jika tekanan total dari suatu campuran pada kesetimbangan lebih kecil dari
yang dihitung secara ideal, dikatakan sebagai penyimpangan negatif dari hukum
Raoult. Jika perbedaan tekanan uap parsial terlalu besar dan penyimpangan
negatif dari larutan ideal terlalu besar, kurva tekanan total terhadap komposisi
akan melalui suatu tekanan minimum pada temperatur konstan (seperti gambar
1.5-a), dan kurva titik didih pada tekanan konstan yang naik hingga harga
maksimum pada komposisi tertentu, seperti pada gambar 1.5-b dan 1.5-c.
Kurva azeotrop maksimum jarang terjadi dibandingkan kurva azeotrop
minimum. Salah satu sistim yang membentuk azeotrop maksimum adalah sistim
asam klorida-air (11,1 %mol HCl, pada 110 oC, 1 atm), yang mana dapat dibuat
secara mudah dengan pendidihan larutan asam klorida kuat dalam tangki terbuka.
Cara ini adalah salah satu metoda untuk standarisasi larutan asam klorida.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 9


Gambar 1.5 Kurva azeotrop maksimum pada sistim aseton-kloroform
(a) pada temperatur konstan ; (b) dan (c) pada tekanan konstan

1.6. Relatif Volatilitas (α )


Diagram kesetimbangan campuran biner A dan B seperti pada gambar 1.3.
Semakin besar jarak antara kurva kesetimbangan dengan garis diagonal (garis
45o), maka semakin besar pula perbedaan komposisi uap, YA dan komposisi cair,
XA. Semakin mudah pula campuran dipisahkan. Secara numerik faktor ini disebut
dengan “Relatif Volatility (  AB ). Parameter ini didefinisikan sebagai
perbandingan konsentrasi A dalam uap dengan konsentrasi A dalam cairan dibagi
dengan perbandingan konsentrasi B dalam uap dengan konsentrasi B dalam
cairan. Untuk larutan biner, relatif volatilitas komponen A (lebih volatil) terhadap
komponen B (kurang volatil) dan dapat dinyatakan sebagai :

YA / X A
 AB  (1-8)
YB / X A

Untuk campuran biner ;


YB  1  Y A
XB 1 XA

Maka persamaan (1-8) dapat dituliskan :

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 10


YA / X A
 AB 
(1  YA ) (1  X A )

Dimana  AB adalah Relatif volatilitas A yang berkenaan dengan B dalam sistem


biner.

1.7. Penentuan Komposisi Uap-cair dengan Grafik Koefisien Distibusi (K)


Pameter yang biasa digunakan untuk menyatakan hubungan komposisi
phase uap dan phase cair adalah koefisien distribusi (K) komponen dalam
kesetimbangan. Koefisien distribusi didefinisikan sebagai berikut :
K i  Yi / X i (1-9)
Faktor K dapat digunakan untuk larutan ideal maupun larutan non-ideal.
Nilai faktor ini tergantung pada suhu dan tekanan. Seringkali faktor K diberikan
dalam grafik nomograf. Gambar 1.6.a dan 1.6.b menunjukkan nilai faktor K untuk
berbagai hidrokarbon ringan. Gambar tersebut dibagi menjadi daerah suhu tinggi
pada gambar 1.6.a dan daerah suhu rendah pada Gambar1.6.b.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 11


Gambar 1.6.a Nilai faktor K untuk sistem Hidrokarbon Ringan pada kisaran
suhu tinggi (Tekanan 1 atm =101,3 kPa = 760 mmHg).

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 12


Gambar 1.6.b Nilai faktor K untuk sistem Hidrokarbon Ringan pada kisaran
suhu rendah (Tekanan 1 atm =101,3 kPa = 760 mmHg).

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 13


Contoh Soal 1.2
Kesetimbangan Uap-Cair dari Grafik faktor K
Dengan menggunakan grafik nilai K pada Gambar 1.6.a untuk menentukan
nilai data kesetimbangan phase uap (X) dan phase cair (X) untuk sistem biner
campuran Propona (A) dan n-heksane (B) pada tekanan 792 kPa.
Penyelesaian :
P  PBo PAo . X A
Menggunakan hubungan XA  , dan Y A  dihubungkan
PAo  PBo P
dengan definisi faktor K untuk campuran biner ideal diperoleh hubungan :

(1  K B )
XA  , dan juga, X B 1  X A dan YA  K A X A , dan
(K A  K B

YB 1  Y A

1) Titik didih komponen murni pada tekanan 792 kPa dapat dibaca pada
Gambar 1.6. Temukan titik Pt = 792 kPa dengan titik KA = 1 untuk propane,
kemudian tarik garis hingga memotong skala suhu. Perpotongan titik ini
memberikan TA = 14,4 oC. Cara yang sama dilakukan untuk n-heksana dan
diperoleh titik didih n-heksana pada tekanan 792 kPa adalah 156 oC.
Diagram T-x-y pada Pt = 792 kPa akan berada pada remntang suhu, 14,4 oC
≤ T ≤ 156 oC.
2) Grafik faktor K dibaca pada rentang suhu 14,4 oC < T < 156 oC untuk
mendapatkan nilai K yang akan digunakan dalam persamaan di atas. Nilai-
nilai yang diperoleh kemudian ditabulasikan.
ToC KA KB 1 - KB KA -KB XA YA αAB = KA/KB
14,4 1,00 0,028 0,972 0,972 1,000 1,000 35,7
25,6 1,30 0,043 0,957 1,257 0,761 0,990 30,0
48 2,00 0,093 0,901 1,901 0,474 0,948 20,0
75 3,00 0,20 0,80 2,800 0,256 0,857 25,0
99 4,00 0,35 0,65 3,700 0,189 0,757 13,3
120 5,00 0,59 0,41 4,460 0,103 0,517 9,3
138 5,80 0,77 0,23 5,230 0,044 0,264 7,8
156 6,50 1,00 0,00 5,900 0,000 0,000 6,9

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 14


3) Dengan data-data dari tabel di atas, diagram T-x-y dan kurva kesetimbangan
(diagram x-y) dapat dibuat. Relatif volatilitas untuk sistem biner propana
dan n-heksana mengalami perubahan yang cukup besar seiring dengan
perubahan suhu. Hal ini karena propana dan n-heksana bukan komponen-
komponen yang berurutan dalam seri homolog paraffin.

1.8. Penentuan Komposisi, Bubble Point dan Dew Point untuk Campuran
Biner dan Multi Komponen

Suhu Dew point dapat dihitung dengan cara menggunakan hubungan yang
sama dengan komposisi. Dengan mengasumsikan suatu larutan ideal terbentuk

P  PBo
saat mulai terjadi pengembunan, dengan komposisi; X A  o , atau dalam
PA  PBo

(1  K B )
bentuk hubungan nilai koefisien ditribusi (K), X A  (1-
(K A  K B

10)
Komposisi uap, YA dan tekanan total, Pt, digunakan dalam penentuan Dew
point. Prosedur trial dan error diperlukan untuk menentukan Dew point, TDP.
Pemilihan suhu dalam prosedur trial dan error memanfaatkan kriteria dew point,
yaitu, X B  X A  1
Metode penyelesaian perhitungan dew point adalah dengan mencoba berbagai
nilai T hingga persamaan (1-10) terpenuhi. Perhitungan dew point untuk
campuran biner cukup mudah.

Contoh Soal 1.3


Penentuan Dew Point Menggunakan Data Tekanan Uap
Data tekanan uap komponen murni dapat digunakan untuk menentukan titik
embun (dew point) campuran. Suatu campuran uap mengandung 80% n-heksana
dan 20% oktana pada 500 kPa. Perkirakan titik embunnya?
Penyelesaian :

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 15


Langkah pertama adalah titik didih normal, TDP dari n-heksana (A) dan oktana
(B), diperoleh : 56 oC < T < 101 oC.
Trial 1 :
Ambil T = 80 oC, dari data tekanan uap, PAo = 1100 kPa dan PBo = 180 kPa,
dengan asumsi larutan ideal.
X A  Y A ( Pt / PAo )  0,8 (500 / 1100)  0,364

X B  YB ( Pt / PAB
o
)  0,2 (500 / 180)  0,364

X A  X B  0,364  0,556  0,92 ≠ 1,00,


Nilai T yang diambil terlalu besar, trial salah.
Trial 2 :
Ambil T = 79 oC, dari data tekanan uap, PAo = 1050 kPa dan PBo = 175 kPa,
dengan asumsi larutan ideal.
X A  Y A ( Pt / PAo )  0,8 (500 / 1050)  0,381

X B  YB ( Pt / PAB
o
)  0,2 (500 / 175)  0,571

X A  X B  0,364  0,556  0,952 ≠ 1,00,


Nilai T yang diambil masih terlalu besar, trial salah.
Trial 3 :
Ambil T = 77 oC, dari data tekanan uap, PAo = 1000 kPa dan PBo = 165 kPa,
dengan asumsi larutan ideal.
X A  Y A ( Pt / PAo )  0,8 (500 / 1000)  0,4

X B  YB ( Pt / PAB
o
)  0,2 (500 / 165)  0,606

X A  X B  0,364  0,556  1,006 ≈ 1,00,


Nilai T yang diambil sudah benar, trial dapat diterima.
Jadi suhu dew point campuran biner tersebut adalah, TDP = 77 oC.
Algoritma perhitungan dapat dilihat pada Gambar 1.7 berikut :

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 16


Gambar 1.7 Algoritma penentuan suhu dan komposisi dew point

Prosedur trial and error menjadi semakin menjadi sulit untuk campuran
multikomponen. Penentuan bubble point adalah dengan cara mencari suhu yang
memenuhi kriteria bubble point, yaitu jumlah tekanan parsial komponen-
komponen dalam campuran sama dengan tekanan total.
N*
p *A  p B*  pC*  ...  p   pi*  Pt (1-11)
i A

atau jumlah fraksi mol komponen-komponen dalam fase uap sama dengan satu.
N*
y  y  y  ...  y   yi*  1
*
A
*
B
*
C (1-12)
i A

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 17


Bedasarkan cara dalam mendapatkan data keseimbangan dan kondisi yang
ditentukan, prosedur perhitungan berulang dapat digunakan untuk menyelesaikan
soal-soal perhitungan bubble point maupun dew point. Prosedur-prosedurnya
diberikan pada gambar 1.8 dan 1.9.

Aloritma iterasi untuk penentuan bubble point jika Pt tertentu:

Algoritma iterasi untuk penentuan bubble point menggunakan data K (Pt dan xi
tertentu):

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 18


Gambar 1.8 Algoritma Penentuan Suhu Bubble Point (Pi dan xi tertentu).
Perhitungan komposisi uap bubble point: tanpa melalui penentuan suhu
bubble point, menggunakan data relatif volatilitas.

Algoritma penentuan bubble point secara short-cut menggunakan data relatif


volatilitas.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 19


Gambar 1.9 Algoritma untuk Penentuan Suhu dan Komposisi Bubble Point
(Pi dan xi tertentu).
Penggunaan volatilitas relatif dalam perhitungan akan memperoleh sepat
konverhensi. Dalam prosedur tersebut, perkiraan T pertama berasal dari TL < T <
TH, di mana TL dan TH, masing-masing merupakan titik didih dari komponen yang
paling volatil dan yang paling tidak volatil.
Dalam suatu campuran ideal, didefinisikan
 iR  Pi v / PRv dan,

 
y i  xi Pi v /  xi Pi v  xi ( Pi v / PRv ) /  xi ( Pi v / PRv  (1-13)

Dengan menggunakan definisi dari  iR


y i   iR xi /   iR xi (1-14)
Syarat yang umum untuk bubble point yang telah disebutkan sebelumnya

adalah y *
i  K i x i  1 . Dari kriteria ini, dengan membagi tiap bagiannya

dengan nilai KR, akan diperoleh:


 (K i / K R ) xi  1 / K R (1-15)
Dengan memasukkan hubungan persamaan tekakan total, akan diperoleh:

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 20


 iR xi  1 / K R (1-16)
Hubungan ini dipakai pada algoritma 4, penentuan suhu dan komposisi Bubble
Point pada Gambar 1.9.
Seperti halnya pada perhitungan bubble point, perhitungan dew point
untuk campuran multi komponen juga telah tertentu. Tetes pertama cairan
mengembun harus memenuhi kondisi berikut:
x *
i  P y t i / Pi  y i / Ki  1 (1-17)
Dengan menggunakan volatilitas relatif, pada dew point
y i*  ( iR y i ) /  ( iR yi ) (1-18)
Suhu dew point didapatkan berdasarkan kriteria dew point, yaitu :
y i / K  1 , atau dengan memasukkan nilai α yaitu :

y *
i / iR  K R (1-19)

1.9 Rangkuman
1. Data kesetimbangan uap-cair didasarkan pada data tekanan uap atau
grafik koefisien ditribusi (K). Tekanan uap komponen murni dapat
dibaca pada tabel dibuku teks atau diprediksi dengan Persamaan
Antoine.
2. Data kesetimbangan uap-cair untuk sistem biner dapat dinyatakan
dalam plot T-x-y maupun plot x-y. Grafik-grafik ini dapat disusun dari
data tekanan uap atau grafik faktor K. Grafik ini biasanya dinyatakan
dalam tekanan tetap, tetapi kadang-kadang juga plot isothermal juga
digunakan. Pada grafik isothermal Grafik P-x-y akan menggantikan T-
x-y.
3. Larutan dapat bersifat ideal dan non-ideal . Pada larutan ideal, berlaku

Hukum Roults, Pi  Pi o . X i

PAo K A
4. Relatif volatilitas, didefinisikan sebagai,  AB  o  , merupakan
PB KB
variabel yang berguna. Relatif volatilitas digunakan dalam perhitungan
bubble point dan dew point.

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 21


5. Suhu bubble point adalah suhu dimana uap pertama kali terbentuk, atau
dengan kata lain suhu dimana penguapan dimulai.
6. Suhu dew point adalah suhu dimana phase cair pertama kali terbentuk,
atau dengan kata lain suhu dimana pengembunan dimulai. Istilah
tekanan dew point dikenal juga dalam kesetimbangan uap-cair.
7. Kurva bubble point dan kurva dew point membatasi daerah dua phase
pada diagram T-x-y dan P-x-y. Phase-phase yang berada dalam
kesetimbangan terhubung oleh suatu garis horizontal yang disebut tie
line.
8. Perhitungan suhu bubble point dilakukan secara trial dan error. Suhu
bubble point dipenuhi pada kriteria, ∑ Yi = 1. Sedangkan suhu dew
point dipenuhi pada kriteria ∑ Xi = 1.
9. Faktor K adalah konstanta kesetimbangan atau konstanta distribusi
antara komposisi phase cair dan phase uap pada temperatur tertentu.
TUGAS 1
1. CARI DATA KONSTANTA PERSAMAAN TEKANAN UAP
2. HITUNG TEKANAN UAP Propana, n-Butana, dan iso butanol masing-
masing pada suhu 20oC, 40oC, dan 60oC

Bab I. Kesetimbangan Sistem Uap-Cair 22

Anda mungkin juga menyukai