TERMODINAMIKA 2
Oleh :
MUH FARHAN BASRI
09220220025
Contoh, suatu cairan dengan komposisi X1 akan mendidih pada temperatur T1, dan komposisi
uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tersebut adalah y1 (ditunjukkan oleh titik
D). Berdasarkan kurva-kurva dalam Gambar 1a, b dan c dapat disimpulkan bahwa untuk
sembarang cairan dengan komposisi X1 akan menghasilkan uap dengan komposisi tertinggi
dimiliki oleh komponen (zat) yang lebih mudah menguap (volatile). Di sini simbol-simbol x
dan y menunjukkan fraksi mol komponen yang lebih volatile di dalam cairan dan di dalam uap.
Pada Gambar 1b dan c terdapat suatu komposisi kritis (critical composition) xg. Pada titik ini
uap memiliki komposisi yang sama dengan cairan, dengan demikian tidak ada perubahan yang
terjadi pada proses pendidihan. Campuran kritis itu disebut azeotrope.
Campuran benzen dan toluen ditempatkan dan dipanaskan dalam suatu bejana yang tertutup
sedemikian rupa sehingga tekanan di dalam bejana tetap konstan pada tekanan atmosfir, dan
tidak ada komponen yang lepas (hilang) dari bejana. Pada eksperimen ini, fraksi mol komponen
yang lebih volatile (benzen) dalam campuran (fasa cair) divariasikan, dan harga-harganya di
plotkan pada sumbu absis. Untuk setiap harga fraksi mol benzen yang berbeda dalam campuran
akan menghasilkan temperatur didih yang berbeda pula, dan harga-harganya diplotkan pada
sumbu Tekanan Parsil, dan hukum-hukum Dalton, Raoult dan Henry Tekanan parsil PA
komponen A di dalam suatu campuran uap adalah sama dengan tekanan yang akan ditimbulkan
oleh komponen A tersebut jika ditempatkan sendiri di dalam volume dan temperatur yang sama
dengan campuran.
Menurut hukum Dalton, P = PA , yaitu tekanan total adalah sama dengan perjumlahan
tekanan parsil. Untuk suatu gas (uap) ideal, tekanan parsil berbanding lurus dengan fraksi mol
konstituen, maka:
PA = yAP (1)
Untuk suatu campuran ideal, tekanan parsil konstituen dikaitkan dengan konsentrasi konstituen
di dalam fasa cair, Raoult merumuskan hubungan tersebut sebagai berikut:
PA = PoAXA (2)
Disini PAo adalah tekanan uap murni konstituen A pada temperatur yang sama. Biasanya
hubungan ini mendekati benar bila XA bernilai tinggi, atau xB bernilai rendah. Beberapa
campuran isomer organik dan beberapa senyawa hidrocarbon hampir secara penuh mengikuti
hukum ini.
Untuk xA dengan harga-harga yang rendah, hubungan linear antara PA dan XA dirumuskan
dengan menggunakan faktor perbandingan yaitu suatu konstanta Henry H dan bukan tekan
uap murni zat.
Untuk zat cair A yang terlarut dalam pelarut zat B, hukum Henry ditulis debagai berikut:
PA = HXA (3)
Jika campuran mengikuti hukum Raoult, maka tekanan uap campuran dapat diperoleh secara
grafik dengan memanfaatkan data tekanan uap masing-masing komponen.
Bila suatu campuran mengikuti hukum Raoult, maka harga-harga yA untuk berbagai komposisi
xA dapat dihitung berdasarkan tekanan uap masing-masing kedua komponen pada berbagai
temperatur. Berdasarkan Hukum Raoult:
PA = PoAXA (3)
PA = PyA (1)
Dari kedua persamaan ini (3 & 1) diperoleh:
𝑃𝐴𝑂 𝑋𝐴 𝑃𝐵𝑂 𝑋𝐵
𝑦𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑦𝐵 (4)
𝑃 𝑃
Besaran ini biasa disebut K-value yang berguna untuk memindahkan perhitungan.
Bila Ki > 1 → spesies i lebih banyak dalam fase uap, light constituent
Bila Ki < 1 → spesies i lebih banyak dalam fase cair, heavy constituent
7. System solute / solvent
Tinjau system biner dimana spesies 1 menyatakan solute, yang tidak stabil pada suhu system
atau pada suhu superkritis (T>T Kritis). Oleh sebab itu tekanan uapnya tidak bisa diukur dan
fugasitasnya fi sebagai cairan murni pada suhu system tidak dapat dihitung dengan persamaan
(1.41).
Konstanta henry sangat tergantung pada suhu, tetapi sedikit tergantung pada tekanan.
Meskipun demikian Ki adalah untuk suhu T pada tekanan kesetimbangan untuk xi → 0, yaitu
tekanan uap solvent murni P2s.
Koefisien aktivitas solute pada pengenceran tak berhingga (xi → 0):
𝑓𝑖 1 𝑓1
lim 𝑦1 = lim = lim
𝑥𝑖→0 𝑥𝑖→0 𝑥1𝑓𝑖 𝑓1 𝑥1→0 𝑥1
MATERI: Termodinamika larutan
1. Hubungan property-property fundamental
Hubungan dasar energi gibbs dengan temperature dan tekanan untuk system tertutup
dinyatakan oleh
dG = VdP – SdT
dimana: G = energi gibbs total (=nG); G = energi gibbs molar
V = volume total (=nV); V = volume molar
S = entropi total (=nS); S = entropi molar
P = Tekanan
T = temperature absolut
n = jumlah mol
2. Potensial kimia sebagai kriteria kesetimbangan fase
Tinjau suatu system tertutup yang terdiri dari dua fase yang setimbang. Dalam system tertutup
ini, masing masing fase merupakan system terbuka yaitu bebas mentransfer massa ke fase lain.
dGa = VadP – SadT + ∑𝑖 𝑢𝑖𝑎 𝑑𝑛𝑖𝑎
∆𝑀 = 𝑀 − ∑ 𝑥𝑖 𝑀𝑖
𝑖