Anda di halaman 1dari 57

SOAL NO 1

Gambar dibawah ini merupakan diagram P-x-y asetonitril (1) dan nitrometana (2) pada
75oC, garis putus-putus menunjukkan hasil perhitungan diagram fasa yang didasarkan
pada asumsi bahwa sistem bersifat ideal sehingga hukum Raoult dapat digunakan.
Dapatkah anda menyatakan karakteristik sistem ideal/hukum Raoult dari gambar
tersebut? Hubungkanlah dengan hukum Raoult dan perhatikanlah adakah hubungan
yang linier antara besaran-besaran hukum tersebut? Gambar ulang plot diagram P-x-y
tersebut.

Apa yang dapat anda jelaskan mengenai konsep potensial kimia dan fungsinya sebagai
dasar perhitungan kesetimbangan fasa cair-uap? Mengapa diperlukan model
termodinamika yang abstrak yaitu persamaan-persamaan matematika yang diturunkan
dari hukum pertama dan hukum kedua termodinamika dalam mendefnisikan nilai μi?
Bagaimanakah kelompok anda menjelaskan persamaan dibawah ini :

Dapatkah anda menjelaskan tentang aturan fasa Gibbs untuk kesetimbangan fasa cair-
uap fluida campuran? Bagaimana pula anda menentukan nilai titik gelembung dan titik
embun dalam kesetimbangan fasa tersebut? Apa guna perhitungan flash dalam
kesetimbangan uap-cair?

Ketika termodinamika diterapkan untuk kesetimbangan uap-cair, tujuannya adalah


menemukan temperatur, tekanan, dan komposisi fasa dalam kesetimbangan dengan
perhitungan. Sesungguhnya, termodinamika menyediakan ruang lingkup kerja matematis
untuk hubungan sistematis, ekstensi, generalisasi, evaluasi, dan interpretasi data. Lebih dari
itu, ini berarti dengan prediksi berbagai teori fisika molekular dan mekanik statistik dapat
diterapkan untuk tujuan praktis. Karena tidak satupun dari hal ini dapat diselesaikan tanpa
model untuk perilaku sistem dalam kesetimbangan uap-cair, terdapat dua model yang paling
sederhana yaitu Hukum Raoult dan Hukum Henry. Hukum Raoult berbunyi :
The partial vapor pressure of a component in a mixture is equal to the vapour
pressure of the pure component at that temperature multiplied by its mole fraction
in the mixture
Pada penggunaannya, terdapat dua asumsi utama untuk mereduksi perhitungan
kesetimbangan fasa uap-cair pada hukum Raoult, yaitu :
 Fasa uapnya merupakan gas ideal
 Fasa cairnya merupakan larutan ideal
Asumsi pertama memberi arti bahwa hukum Raoult dapat diterapkan untuk tekanan rendah
sampai menengah dan asumsi kedua menjelaskan bahwa hukum ini memiliki nilai perkiraan
yang bisa dibilang valid apabila komponen penyusun sistemnya sama secara kimia.
Penjelasan asumsi kedua didapatkan dengan pengertian terhadap definisi dari larutan ideal.

Larutan ideal dapat didefinisikan sebagai larutan dengan sifat-sifat yang analog dengan gas
ideal. Namun, terdapat perbedaan diantaranya yang terletak interaksi antar molekularnya
dimana interaksi pada larutan ideal yang berfasa cair akan lebih kuat daripada pada gas ideal
sehingga membuatnya tidak dapat begitu saja diabaikan. Walaupun begitu, pada asumsi
larutan ideal mean strength interaksi antar molekulnya dapat dianggap sama.

Selain melihat dari mean strength antar molekulnya, suatu larutan dapat dikategorikan sebagai
ideal dilihat dari kepolarannya. Larutan ideal memiliki momen dipol bernilai kecil sampai nol
sehingga larutan tersebut dapat dikategorikan sebagai larutan yang non-polar. Polaritas ini
akan tercapai apabila kita melihat rumus bangun dan nilai elektronegatifitas dari molekul-
molekul penyusun larutan tersebut.

Persamaan hukum Raoult untuk campuran dari larutan A dan B, akan menjadi demikian:

Padapersamaanini PA dan PB adalahtekananuapparsialdarikomponenAdan B.


Dalamsuatucampuran gas, tiap gas mempunyaitekananuapnyasendiri,
daninidisebuttekananparsial yangindependent. Bahkanapabilaandamemisahkansemuajenis
gas-gas lain yang ada, satu-satunyajenis gas yang
tersisaakanmasihmempunyaitekananparsialnya.
Tekananuap total
darisebuahcampuranadalahsamadenganjumlahdaritekananparsialindividutiap gas.

Po adalahtekananuapdariAdan B apabilakeduanyaberadadalamkeadaanterpisah
(dalamlarutanmurni).xA dan xB adalahfraksimol A dan B. Keduanyaadalahfraksi
(bagian/proporsi) darijumlah total mol (A maupun B) yang
ada. Andadapatmenghitungfraksimoldenganrumusini

Gambar diatas merupakan proyeksi dua dimensi dari diagram kesetimbangan fasa uap cair
tiga dimensi yang digunakan apabila diambil titik temperatur konstan. Garis di bagian tengah
merupakan garis campuran ideal yang dibuat berdasarkan hukum Raoult. Kurva di bagian atas
dan bawah dari garis ini merupakan deviasi positif dan deviasi negatif dari hukum Raoult.
Kurva di bagian atas merepresentasikan bubble curve dan kurva di bagian bawah
merepresentasikan dew curve dari campuran asetonitril dan nitrometana. Daerah yang berada
di atas bubble curve merupakan daerah berfase liquid dan daerah yang berada dibawah dew
curve merupakan daerah berfasa vapor. Kurva ini merupakan kurva tekanan terhadap fraksi
mol nitrometana maupun fraksi mol asetonitril di dalam campuran. Sumbu y merupakan nilai
besaran tekanan, sedangkan sumbu x merupakan besaran fraksi mol. Apabila kita membaca
fraksi mol dari kiri ke kanan maka kita membaca fraksi mol untuk larutan (1) sedangkan
apabila kita membacanya dari kanan ke kiri maka kita membaca fraksi mol larutan (2).

Terdapat beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa campuran asetonitril dan


nitrometana merupakan campuran yang ideal. Pertama, penelitian menunjukkan bahwa
nitrometana (MeNO2) dan asetonitril (MeCN) memiliki interaksi yang lemah antar unlike
neighbor-nya sehingga dapat diabaikan (Aprano, 1994). Kedua, berdasarkan gambar pada
soal, tidak terdapat azeotrop yang terbentuk pada grafik. Azeotrop adalah campuran dari dua
atau lebih cairan dalam sedemikian rupa sehingga komponen yang tidak dapat diubah dengan
distilasi sederhana sehingga tidak bisa dibedakan antara fase uap dan fase cairnya lagi. Ketiga,
pada grafik jelas terlihat bahwa keduanya membentuk 2 fase yang berbeda, tidak terlihat
kurva yang keduanya berdeviasi negatif maupun keduanya berdeviasi positif.

Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa peningkatan tekanan berbanding lurus dengan
peningkatan fraksi mol cair dari komponen (1) dan penurunan fraksi mol cair dari komponen
(2) serta penurunan fraksi mol uap dari komponen (1) dan peningkatan fraksi mol uap dari
komponen (2). Terdapat beberapa tahap dalam penggambaran kembali gambar diatas.
Pertama, adalah mengidentifikasi soal yang diberikan. Berdasarkan penjelasan halaman pada
buku Van Ness Chemical Engineering Thermodynamics, terdapat 4 metode penyelesaian soal
kesetimbangan cair-uap berdasarkan data-data yang diketahui, yaitu BUBL P, BUBL T, DEW
P, dan DEW T. Berdasarkan contoh 10.1 pada halaman 343 di buku yang sama, data yang
diketahui adalah data temperatur. Karena kita mengetahui data temperatur, maka kita dapat
menghitung dengan cara BUBL P ataupun DEW P. Untuk penghitungan BUBL P maka kita
harus mencari terlebih dahulu nilai y1 (bubble point) dengan memilih nilai x1 (dew point)
secara random sedangkan untuk DEW P kita melaksanakan hal secara sebaliknya. Sesuai
dengan penyelesaian soal pada buku, maka dipilihlah metode BUBL P. Kemudian pada suhu
75oC, diketahui persamaan antoine-nya adalah sebagai berikut :

( )

( )
dihasilkan nilai kPa dan kPa. Kemudian dicari nilai tekanan total
sistem dengan persamaan kalkulasi titik gelembung sistem biner yang berupa :

Dengan mengambil nilai x1 yang berbeda akan didapatkan nilai P yang berbeda pula. Setelah
nilai P diperoleh maka dengam persamaan

Akan diperoleh nilai y1 yang kemudian hasilnya ditabulasi dan dibuat menjadi suatu grafik
yang baru. Untuk beberapa nilai x1 (dew point) yang berbeda maka akan dihasilkan nilai y1
(bubble point) yang berbeda pula sehingga dari beberapa titik yang diketahui tersebut kita
dapat menarik garis dan membentuk kurva.

Potensial kimia (µ) merupakan analog untuk potensial listrik dan potensial gravitasi,
menggunakan ide yang sama dari medan gaya sebagai penyebab hal-hal yang bergerak, baik
itu massa, atau, dalam hal ini, bahan kimia. Potensial kimia merupakan ukuran stabilitas kimia
yang digunakan untuk memprediksi dan menafsirkan perubahan fasa dan reaksi kimia.
Potensial kimia merupakan suatu besaran intensif karena sama perannya dengan temperatur
dan tekanan, perbedaan nilai potensial kimia akan menyebabkan suatu zat kimia dengan
potensial yang lebih tinggi tinggi berubah fase ke potensial yang lebih rendah untuk
menurunkan keseluruhan energi bebas Gibbs dari sistem. Potensial kimia juga disebut sebagai
energi Gibbs molar parsial diukur dalam satuan energi/partikel atau energi/mol.

Penyebutan potensial kimia sebagai energi Gibbs molar parsial memberikan arti bahwa
potensial kimia merupakan perubahan energi bebas Gibbs ketika satu mol zat ditambahkan ke
jumlah sampel yang sangat besar. Karena potensial kimia merupakan suatu besaran intensif
yang perbedaannya akan membentuk suatu potensial perubahan fase, potensial kimia
memiliki peran penting dalam kesetimbangan fasa cair-uap karena dapat memprediksi
kemana arah perubahan fasenya. Banyak persamaan potensial kimia diturunkan dari hukum I
dan hukum II termodinamika untuk mendefinisikan potensial kimia karena hukum pertama
termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari kekekalan energi dan
mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi dan terkait
idealitas dari suatu komponen sedangkan hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa
aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah
reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sehingga dari kesemua hukum ini dapat dikaitkan
bahwa terjadi suatu perpindahan energi yang memiliki arah dan sifat perpindahannya bisa
reversibel dan irreversibel yang arah geraknya dipengaruhi oleh suatu potensial, yaitu
potensial kimia.

Persamaan diatas menunjukkan kesamaan nilai antara fugasitas ( ) dan koefisien fugasitas
( fasa cair dan uap. Fugasitas merupakan nilai kecenderungan suatu komponen fasa cair
pada campuran liquid untuk berevaporasi. Fugasitas suatu komponen secara inti merupakan
tekanan yang diberikan pada fase uap saat berada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya.
Fugasitas dibagi berdasarkan fasanya menjadi fugasitas di fasa uap dan fugasitas di fasa cair.
Pada fugasitas di fasa uap, terdapat suatu koefisien yang bernama koefisien fugasitas.
Koefisien ini mendefinisikan deviasi fugasitas campuran terhadap keadaan idealnya, yaitu gas
ideal. Persamaan diatas merupakan persamaan fugasitas dan koefisien fugasitas untuk suatu
zat murni i dimana pada kondisi tersebut
GiV  GiL  0
Sehingga
f iV
GiV  GiL  RT ln 0
fiL
Karena nilai R dan T selalu terdefinisi, maka dapat diketahui nilai

f iV
ln 0
fiL
“Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada bersama-sama jika keduanya memiliki
temperatur, tekanan dan fugasitas yang sama”

Sedangkan korelasinya untuk koefisien fugasitas adalah persamaan koefisien fugasitas dapat
didefinisikan sebagai berikut
f
 
P
Sehingga persamaan diatas yang menunjukkan kesamaan antara fugasitas cair dan uap pada
suatu zat murni akan memberikan perbandingan yang sama pada koefisien fugasitasnya

iV  iL
“Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada bersama-sama jika keduanya memiliki
temperatur, tekanan dan koefisien fugasitas yang sama”

Aturan fasa Gibbs untuk zat ideal didefinisikan sebagai

Dengan F merupakan derajat kebebasan, merupakan jumlah spesi kimia dan merupakan
jumlah fase. Karena aturan fasa Gibbs ini hanya dapat diaplikasikan pada suatu zat ideal
dengan mengasumsikan tidak ada perbedaan potensial, maka untuk suatu campuran yang
diketahui terdapat beda potensial variabel yang mempengaruhi bukan hanya tekanan dan
temperatur, tetapi campuran tersebut dapat dipengaruhi oleh sejumlah variabel intensif
lainnya seperti jumlah fraksi dari masing-masing komponen. Untuk itu, nilai +2 pada
persamaan diatas tidak dianggap valid lagi dan diformulasikan suatu persamaan baru
berdasarkan teori Duhem berupa

Dengan N merupakan jumlah spesi kimia dan merupakan jumlah fase.

Seperti yang telah dijelaskan diatas pada jawaban soal berdasarkan contoh 10.1 pada buku
Van Ness, terlihat bahwa terdapat 4 cara dalam menentukan dew point dan bubble point. Dew
point atau titik embun merupakan titik dimana suatu komponen uap mengembun dan pertama
kali membentuk titik cairan sedangkan bubble point atau titik gelembung merupakan titik
dimana pertama kali komponen cair terevaporasi dan membentuk gelembung uap. Berikut
klasifikasi metode penyelesaian soal berdasarkan objek jawaban dan informasi yang diberikan
di soal :

BUBL P : Kalkulasi {y} dan P dengan data {x} dan T


DEW P : Kalkulasi {x} dan P dengan data {y} dan T
BUBL T : Kalkulasi {y} dan T dengan data {x} dan P
DEW T : Kalkulasi {x} dan T dengan data {y} dan P

Kondisi dimana cairan dengan tekanan yang sama atau lebih besar dari tekanan bubble point-
nya akan berevaporasi sebagian (flash) saat tekanannya diturunkan dan menghasilkan sistem
dua fase uap cair di kesetimbangan. P-T-flash merupakan suatu kalkulasi dari kuantitas dan
komposisi uap dan cair yang membuat sistem dua fasa tersebut pada kesetimbangan apabila
diketahui T, P, dan komposisi keseluruhan (komposisi dari spesi-spesi pencampur).
Perhitungan ini digunakan untuk menentukan fraksi cair dan uap dari masing-masing spesi
tersebut.

SOAL NOMOR 5
Activity coefficient approach is capable of modeling and correlating VLE of highly non-
ideal mixtures at low pressures.
a. Give definition for activity coefficient of component I using your own words
b. Comment of the shape of the phase envelope of the following mixture:
tetrahydrofuran/carbon tetrachloride, ethanol/toluene, chloroform/tetrahydrofuran,
furan/carbon tetrachloride. Based on your explanation on the molecular structure
and molecular interaction between the molecules
c. List the advantages and disadvantages of using the activity coefficient approach

Jawab:
a. Koefisien aktivitas adalah sebuah faktor yang digunakan dalam termodinamika untuk
menghitung penyimpangan dari kondisi ideal dalam larutan. Dalam hal ini kondisi ideal
berdasarkan Hukum Roult. Koefisien aktivitas digunakan pada larutan dengan tekanan
sistem rendah-moderat sedang.
b. Komentar pada grafik
1. Tetrahydrofuran/carbon tetrachloride

Terlihat bahwa P-x1 atau kurva bubble point berada dibawah garis linear hukum
Raoult. Hal ini dinyatakan negatif dari kelinearan. Kurva THF berada diatas kurva carbon
tetrachlorida. Dan daerah dua fasa yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa THF
lebih mudah menguap dibandingkan carbon tetrachloride. Seperti yang diketahui bahwa
titik didih THF adalah 66oC sedangkan titik didih carbon tetrachloride adalah 76,72oC.
Diketahui campuran polar dan polar. Sehingga dapat larut. Jadi pada kondisi ini tidak
akan terbentuk azeotrope.
2. Chloroform/tetrahydrofuran
Terlihat bahwa titik minimum kurva P-x1 (bubble point) dan P-y1 (dew point)
berada pada titik yang sama. Kondisi pada titik ini disebut azeotrope. Kurva chloroform
berada diatas kurva tetra hydrofuran. Daerah dua fasa relatif kecil. Hal ini terjadi karena
perbedaan titik didih yang sangat kecil. Dimana titik didih chloroform = 61,2 oC dan THF
= 66oC. Azeotrope pada titik minimum kurva menunjukkan bahwa komposisi kedua
larutan adalah sama. Hal ini terjadi karena chloroform merupakan senyawa nonpolar
sedangkan THF merupakan senyawa polar. Diketahui bahwa senyawa polar sulit larut
dalam senyawa nonpolar. Sehinga tidak tidak terjadi reaksi pada titik ini, sehingga
komposisi kedua larutan sama.
3. furan/carbon tetrachloride
Terlihat bahwa kurva P-x1 berada diatas garis linear hukum Raoult. Sedangkan
kurva P-y1 berada dibawah kurva ideal. Terlihat daerah dua fasa yang relatif besar. Hal
ini menunjukkan perbedaan titik didih yang tinggi antara kedua larutan. Seperti diketahui
bahwa titik didih furan = 31,4oC dan carbon tetrachloride = 76,72oC. Diketahui campuran
sama-sama polar sehingga dapat larut satu sama lain. Sehingga tidak akan terbentuk
azeotrope pada kondisi ini.
4. Ethanol /toluene
Terlihat bahwa titik maksimum kurva P-x1 dan P-y1 berada pada titik yang sama.
Titik ini desebut titik maksimum azeotrope. Kurva ethanol berada diatas kurva toluene .
Daerah dua fasa yang terbentuk relatif besar. Hal ini karena perbedaan titik didih dari
kedua larutan yang besar. Diketahui titik didih ethanol = 78,37oC dan toluene = 111oC.
Azeotrope pada titik maksimum kurva menunjukkan bahwa komposisi kedua larutan
adalah sama. Hal ini terjadi karena ethanol merupakan senyawa polar sedangkan toluene
merupakan senyawa nonpolar. Diketahui bahwa senyawa polar sulit larut dalam senyawa
nonpolar. Sehinga tidak tidak terjadi reaksi pada titik ini, sehingga komposisi kedua
larutan sama.

c. Keuntungan dan kerugian dalam penggunaan pendekatan koefisien aktivitas


 Keuntungan
Pendekatan koefisien aktifitas merupakan cara terbaik dalam menunjukkan
ketidak idealan larutan pada tekanan rendah.
 Kerugian
o Anda harus memperkirakan atau memperoleh parameter dari data eksperimen,
contoh: data kesetimbangan fasa
o Parameter akan valid hanya pada range temperatur dan tekanan dari data
o Pendekanan koefisien aktifitas hanya dapat digunakan pada tekanan rendah

SOAL NO 4

Sistem benzene(1)/toluene(2)/etilbenzena(3) adalah fluida aromatic yang bersifat nonpolar


sehingga dapat diasumsikan mengikuti hukum Raoult. Tekanan uap masing-masing fluida
murni dapat dihitung dengan persamaan Antoine berikut (tekanan uap jenuh Psat dalam kPa
dan suhu t dalam oC)

Komposisi keseluruhan adalah z1= 0,41; z2 = 0,34; dan z3 = 0,25. Jelaskanlah cara anda
menentukan harga jumlah mol cairan L, jumlah mol uap V, komposisi cairan {xi} dan
komposisi uap yi jika suhu system 100oC dan tekanan system sama dengan separuh dari
jumlah Ptitik didih dan Ptitik embun.

Jawab:

Menentukan tekanan benzene(1) murni


Menentukan tekanan uap toluene(2) murni

Menentukan tekanan uap etilbenzena(3) murni

Menentukan Pbulb

Menentukan Pdew

Nilai tekanan total P yang diberikan merupakan setengah dari jumlah Pbubble dan Pdew, artinya
tekanan total berada diantara Pbubl dan Pdew sehingga system merupakan dua fasa dan
perhitungan flash dapat dibuat.

Menentukan P total
Menentukan K-value masing-masing komponen

Menentukan nilai V

Untuk penyelesaian perhitungan nilai V maka dapat menggunakan kalkulator dengan solve
calculation. Didapat V dengan nilai 4,665. Namun cara ini kurang akurat sehingga dapat
digunakan metode yang lebih akurat yaitu metode trial and error sebagai berikut :6

Metode trial and error untuk menentukan nilai V:

V Hasil Error

0.465 1.000325 3.2527E-04

0.466 1.000116 1.1575E-04

0.467 0.999907 9.3031E-05

0.468 0.999699 3.0107E-04

0.469 0.999492 5.0836E-04

Dikarenakan galat terkecil didapatkan pada V = 0,467 mol maka diperoleh nilai V =0,467 mol

Menentukan nilai L
Menentukan nilai fraksi mol uap masing-masing komponen

Menentukan fraksi mol cair masing-masing komponen

SOAL NO 6 (From SVA book (6th edition , problem 12.9))

Following are VLE data for the system acetonitrile (l)/ benzene(2) at 318,15 K (45°C) (extracted
from I. Brown and F. Smith, Austral.J.Chem., vol.8,p.62,1955) are as follow:
P/kPa x1 y1 P/kPa x1 y1

29.819 0.0000 0.0000 36.978 0.5458 0.5098

31.957 0.0455 0.1056 36.778 0.5946 0.5375

33.553 0.0940 0.1818 35.792 0.7206 0.6157

35.285 0.1829 0.2783 34.372 0.8145 0.6913

36.457 0.2909 0.3607 32.331 0.8972 0.7869

36.996 0.3980 0.4274 30.038 0.9573 0.8916


37.068 0.5069 0.4885 27.778 1.0000 1.0000

That data are well correlated by the three-parameter Margules equation (see Pb.12.6).
a) Basing calculation on Eq. (12.1), Find the values of parameter A12, A21, and C that provide the
best fit of GE/RT to the data.
b) Prepare a plot of ln( , ln( , and GE/(x1.x2.RT) vs x1 showing both the correlation and
experimental values.
c) Prepare a P-x-y diagram [see fig.12.7(a)] that compares the experimental data with the
correlation determined in (a). The data are well correlated by the three-parameter Margules
equation (see Pb.12.6)

Jawaban Soal Keenam: T: 318.15 K

( ) ( ) ( )

⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗

( ) ( )
Dimana nilai Psat1 = 27.778kPa dan Psat2 = 29.819kPa.
Untuk menghitung nilai dari koefisien aktivitas dan energi Gibbs berlebih dari data percobaan
maka dapat dihitung dengan; dimana P merupakan nilai tekanan pada saat nilai y yang ke-i
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗

Sehingga setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan bantuan Microsoft excel maka
akan didapatkan data pada tabel berikut:
̂ ̂

0 29.819 0 1 0

3.374659 28.58234 2.670039 1.00422 0.982093 0.004211

6.099935 27.45306 2.336127 1.016177 0.848494 0.016048

9.819816 25.46518 1.932808 1.04515 0.658974 0.04416

13.15004 23.30696 1.627355 1.102263 0.486956 0.097365

15.81209 21.18391 1.430228 1.180094 0.357834 0.165594

18.10772 18.96028 1.285998 1.289486 0.251535 0.254244

18.85138 18.12662 1.243394 1.338371 0.217845 0.291453

19.76818 17.00983 1.196853 1.407094 0.179695 0.341526

22.03713 13.75487 1.10093 1.650961 0.096156 0.501358

23.76136 10.61064 1.050218 1.918247 0.048997 0.651412

25.44126 6.889736 1.020818 2.247586 0.020605 0.809857

26.78188 3.256119 1.007145 2.557286 0.00712 0.938947

27.778 0 1 0 0
Untuk mendapatkan nilai GE/RT dan nilai dari GE/x1x2RT dapat digunakan rumus berikut, dan
untuk menghitungnya dapat menggunakan bantuan Microsoft excel

⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗

⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗

0 0

0.048705 1.121456

0.094298 1.107251

0.15661 1.047923

0.210697 1.021427

0.242105 1.010474

0.252871 1.011677

0.251278 1.013616

0.245302 1.017635

0.209369 1.039901

0.160745 1.063906

0.10174 1.103083

0.046909 1.147565

0 0
a) Berdasarkan nilai GE/RT yang didapat dari data percobaan, kita dapat menyesuaikannya
dengan persamaan Margules untuk mencari nilai dari parameter A12, A21, dan C dengan
menggunakan Sum of the Squared Error (SSE) dimana untuk mencari nilai Sum of the
Squared Error tersebut dapat menggunakan Microsoft excel dan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

SSE(A12,A21,C) = ∑

(predicted) = ∑

Dimana data-data yang telah didapatkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

x1 x2 (measured) (predicted) Error = The SSE (A12, A21,C)


Predicted- Squared
Measured Error
0 1 0 0 0 0 A12 = 1.128265

0.0455 0.9545 0.048705 0.048053 0.000652 4.25E-07 A21 = 1.154616

0.094 0.906 0.094298 0.092456 0.001842 3.39E-06 C = 0.529822

0.1829 0.8171 0.15661 0.157503 -0.00089 7.99E-07

0.2909 0.7091 0.210697 0.211772 -0.00108 1.16E-06

0.398 0.602 0.242105 0.242425 -0.00032 1.02E-07

0.5069 0.4931 0.252871 0.25225 0.000621 3.86E-07

0.5458 0.4542 0.251278 0.250704 0.000573 3.29E-07

0.5946 0.4054 0.245302 0.24496 0.000341 1.16E-07

0.7206 0.2794 0.209369 0.209506 -0.00014 1.88E-08

0.8145 0.1855 0.160745 0.161617 -0.00087 7.6E-07

0.8972 0.1028 0.10174 0.101736 3.88E-06 1.51E-11


0.9573 0.0427 0.046909 0.046266 0.000643 4.14E-07

1 0 0 0.048053 0.000652 4.25E-07

Sum of The Squared Error 7.9E-06

Dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai SSE atau menuju nilai nol, maka konstanta A12, A21, dan
C akan semakin mendekati nilai sebenarnya dimana pada perhitungan ini diperoleh nilai A12, A21,
dan C berturut-turut sebesar = ( 1,128265; 1,152616; 0,529822).

b) Untuk memplotting dan menunjukan nilai dari ln , ln , dan baik yang

didapatkan dari korelasi persamaan Margules maupun yang didapatkan dari eksperimen

akan dimasukan kedalam tabel berikut. Untuk mencari nilai dari ln , ln , dan

yang menggunakan korelasi persamaan Margules maka dapat menggunakan rumus


sebagai berikut:

= (A21.x1 + A12.x2 – C.x1x2)

ln
ln
dimana nilai A12, A21, dan C berturut-turut sebesar = ( 1,128265; 1,152616; 0,529822) dan

untuk mendapatkan nilai ln , ln , dan yang menggunakan korelasi persamaan

Margules dapat kembali menggunakan bantuan Microsoft excel untuk perhitungannya,

sedangkan nilai ln , ln , dan yang menggunakan data eksperimen langsung

dapat menggunakan hasil dari perhitungan pada point sebelum A di nomor 6 ini.

Maka akan didapatkan tabel dengan nilai sebagai berikut:


Eksperimen Korelasi Persamaan Margules

ln ln ln ln
Undefined 0 0 Undefined Undefined 1.128265

0.982093 0.004211 1.121456 1.030926281 0.003085468 1.106454

0.848494 0.016048 1.107251 0.900041183 0.012348945 1.08562

0.658974 0.04416 1.047923 0.725593704 0.040411866 1.053904

0.486956 0.097365 1.021427 0.542344777 0.088425511 1.02664

0.357834 0.165594 1.010474 0.393977821 0.149197497 1.011809

0.251535 0.254244 1.011677 0.276194199 0.223919045 1.009192

0.217845 0.291453 1.013616 0.225141782 0.2782426 1.011303

0.179695 0.341526 1.017635 0.187461689 0.321947324 1.016219

0.096156 0.501358 1.039901 0.105768674 0.429821696 1.040581

0.048997 0.651412 1.063906 0.050140247 0.596087533 1.069677

0.020605 0.809857 1.103083 0.016777296 0.776852688 1.103041

0.00712 0.938947 1.147565 0.003065791 0.955980625 1.131834

0 Undefined 0 0 1.107118942 1.154616

Selanjutnya, kita dapat melihat perbedaan dari plotting grafik yang telah didapat dengan
menggunakan persamaan Margules dan dengan menggunakan nilai dari eksperimen.
Grafik Eksperimen x1 vs (lnG1 - lnG2 -
GE/x1x2RT)
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

lnG1 lnG2 GE/x1x2RT

Grafik Margules x1 vs (lnG1 - lnG2 -


GE/x1x2RT)
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

lnG1 lnG2 GE/x1x2RT

Dapat kita lihat dimana terdapat perbedaan grafik yang dibentuk dari nilai dengan menggunakan
persamaan Margules dan nilai yang didapatkan dengan menggunakan data dari eksperimem
dimana nilai yang didapatkan dari persamaan Margules lebih rendah dibandingkan nilai yang
didapatkan dari eksperimen. Hal ini disebabkan karena adanya konstanta atau parameter yang
digunakan pada saat perhitungan .

c) Untuk membuat diagram P-x-y dengan menggunakan data yang didapat dari eksperimen
dan memplotnya dengan masing-masing data dimana sumbu-x merupakan nilai dari
fraksi cair 1 dan sumbu y merupakan nilai dari tekanan dalam satuan bar. Untuk memplot
diagram P-x-y maka dibutuhkan data-data seperti pada tabel berikut ini:
x1 y1 P (bar)

0 0 0.29819

0.0455 0.1056 0.31957

0.094 0.1818 0.33553

0.1829 0.2783 0.35285

0.2909 0.3607 0.36457

0.398 0.4274 0.36996

0.5069 0.4885 0.37068

0.5458 0.5098 0.36978

0.5946 0.5375 0.36778

0.7206 0.6157 0.35792

0.8145 0.6913 0.34372

0.8972 0.7869 0.32331

0.9573 0.8916 0.30038

1 1 0.27778

Maka akan didapatkan diagram P-x-y seperti diagram dibawah ini.


0.38
Diagram P-x-y
0.37

0.36

0.35
P-x
0.34
P-y
0.33

0.32

0.31

0.3
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Soal Ketujuh
Untuk tugas ini, gunakan persamaan keadaaan Soave-Redlich-Kwong untuk menentukan tekanan
uap, volum uap dan cairan jenuh dari propane dalam rentang suhu 260 sampai 360 K.
tabulasikanlah hasil perhitungan dalam increment/interval 5 K. selain itu, hitunglah volum
propane dengan tekanan 0,5 sampai 10 Mpa, ditabulasikan dalam increment 0,5 Mpa.

Anda bebas memilih bahasa komputer seperti turbo-pascal, C, fortran atau yang lainnya. Untuk
menentukan akar volum dari persamaan pangkat tiga, gunakanlah prosedur/subroutine untuk
menghitung akar persamaan kubik secara analitik. Besaran-besaran kritik utuk program dapat
dilihat pada buku Smith dan Van Ness Appedix B.

Data berikut ini adalah hasil perhitungan dengan mempergunakan persamaan keadaan khusus
untuk propane dan data ini dapat dipakai data untuk perbandigan dengan hasil perhitungan anda.

T/K P/MPa V1 (m3/kg) Vv (m3/kg)

260 0,3081 0,001857 0,14520


280 0,5779 0,001941 0,07924

300 0,9935 0,002044 0,04612

320 1,5960 0,002183 0,02790

340 2,4350 0,002403 0,01695

360 3,5660 0,002956 0,009517

SOAL NOMOR 2

The Stream from a gas well is a mixture containing 50-mol-% methane, 10-mol-%ethane,
20mol-%n-propane, 20-mol-%n-butane. This stream is fed into partial condenser maintained at a
pressure of 17.24 bar, where its temperature is brought to 300.15 K (270C). Prepare an algorithm
that could be used to solve this problem and then use that algorithm to determine:
 The molar fraction of the gas that condenses
 The compositions of the liquid and vapor phases leaving the condensor
Assume that a mixture is an ideal mixture
Jawaban:
Pada intinya pemicu ini mengharuskan kita menghitung Flash Calculation dari sebuah
campuran 4 komponen yang masuk kedalam sebuah kondenser. Langkah pertama kita harus
menentukan keadaan akhir dari campuran yang keluar dari campuran dengan menghitung nilai
dew point dan buble point dari campuran.
∑ dan ∑

Untuk menentukan nilai P saturasi dari masing masing komponen yang ada dalam campuran
tersebut dengan menggunakan persamaan antoine sebagai berikut:

dimana nilai parameter A, B dan C adalah spesifik untuk masing masing komponen. Nilai
parameter tersebut untuk komponen dalam campuran adalah (dimana P dalam mmHg dan T
dalam Celcius)
Senyawa A B C T min T max
Metana 6.69561 405.420 267.777 -181 -152
Etana 6.83452 663.7 256.470 -143 -75
Propana 6.80398 803.81 246.990 -108 -25
Butana 6.80896 935.86 238.730 -78 19

Selanjutnya setelah itu dengan persamaan antoine maka didapatkan nilai tekanan saturasi
dari masing masing komponen dalam campuran pada suhu 270C. Setelah itu maka kita bisa
mendapatkan nilai tekanan pada keadaan dew dan buble dengan menggunakan persamaan yang
telah disebutkan diatas. Jika nilai tekanan pada sistem kondenser yang diberikan yaitu 17.24 bar
berada diantara tekanan dew dan buble, maka keadaan akhir campuran adalah dua fasa yaitu
cair-uap, selanjutnya jika lebih kecil dibanding dew point maka campuran akhir berwujud cair
dan bila lebih besar dibanding buble point maka campuran berada di fase uap. Sehingga kita
tidak akan perlu menghitung lagi jika memang keadaan campuran sudah dalam satu fasa.
Namun, permasalahannya disini adalah suhu pada pemicu yang diberikan berada diluar
jangkauan suhu dari parameter antoine sehingga kita tidak bisa menggunakan persamaan antoine
untuk menentukan suhu saturasi dari komponen dalam campuran. Untuk itu pula lah kita tidak
bisa menentukan keadaan akhir dari campuran karena kita tidak dapat menetukan dew point dan
buble point nya. Sehingga harus diasumsikan bahwa campuran akhir berada
kesetimbangan dua fasa cair-uap.
Selanjutnya dalam Flash Calculation terdapat fraksi mol uap ataupun cair dari suatu zat
(zi) dan jumlah mol yang dirumuskan sebagai:

Dimana L adalah fraksi mol cair suatu sistem, V adalah fraksi mol gas suatu sistem, x adalah
fraksi mol cair suatu zat serta fraksi mol gas suatu zat. Dengan mengombinasikan kedua
persamaan diatas maka akan didapatkan persamaan:

∑ ∑

Selanjutnya nilai K pada persamaan diatas dapat diperoleh dengan menggunakan grafik
yang ada di buku Introduction of Chemical Engineering Thermodynamics 6th Edition halaman
341-342. Nilai K tersebut kemudian diplot kedalam grafik yang kedua (untuk temperatur yang
tinggi) dengan tekanan sebesar 250.405 psia dan suhu sebesar 80.60F, sehingga didapatkan nilai
K yaitu:
NO Senyawa Z K
1 Metana 0.5 10
2 Etana 0.1 2.1
3 Propana 0.2 0.68
4 n-Butana 0.2 0.21

Selanjutnya persamaan terakhir diatas kita substitusikan dengan angka yang sudah kita cari dan
ketahui, sehingga didapatkan:
Untuk mencari nilai V digunakan Program Secant, fungsi yang dimasukkan adalah sebagai
berikut:

Menggunakan metode trial and error untuk menentukan nilai V


Nilai V Pendekatan
0,853 1,00042
0,854 1,00016
0,855 0,99990
0,856 0,99964
0,857 0,99938

Maka didapatkan nilai dari atau V sebesar 0.855 Nilai dari komposisi mol cair dan uap adalah
sebagai berikut:

a. Mencari nilai Fraksi Uap pada masing-masing komponen:


Methane

Ethane

Propane

n-Butane
Setelah mendapatkan nilai dari y yang merupakan fraksi dari uap, maka dari rumus
dapat dicari nilai x yang merupakan fraksi dari cairan yaitu:

Methane

Ethane

Propane

n-Butane

Maka hasil diatas dapat dibentuk menjadi sebuah tabel


NO Komponen K Z y x
1 Metana 10 0.5 0.575 0.058
2 Etana 2.1 0.1 0.108 0.052
3 Propana 0.68 0.2 0.187 0.275
4 n-Butana 0.21 0.2 0.129 0.616
Jumlah Total 1.000 0.999 1.001

b. Komposisi Fase Cair dan Fase Gas yang meninggalkan Kondensor


Komposisi Gas
 Metana : 0.575 x V = 0.575 x 0.855 = 0.492 = 49.2 %
 Etana : 0.108 x V = 0.108 x 0.855 = 0.092 = 9.2 %
 Propana : 0.187 x V = 0.187 x 0.855 = 0.16 = 16 %
 N-Butana : 0.129 x V = 0.129 x 0.855 = 0.113 = 11.3 %
Komposisi Liquid
 Metana : 0.575 x L = 0.575 x 0.145 = 0.00841 = 0.84 %
 Etana : 0.108 x L = 0.108 x 0.145 = 0.00754 = 7.54 %
 Propana : 0.187 x L = 0.187 x 0.145 = 0.0398 = 3.98 %
 N-Butana : 0.129 x L = 0.129 x 0.145 = 0.0893 = 8.9 %

SOAL NOMOR 3 ANTOINE (Tanpa Program Peng-Robinson)

ELPIJI adalah nama dagang yang digunakan oleh PERTAMINA untuk Liqufied Petroleum Gases
(LPG). Diketahui komposisi cairan yang berada pada kesetimbangan dengan uap cair ELPIJI
adalah 30% mol C3H8 dan 70% mol n-C4H10 pada suhu 25oC. Pada kondisi ini tentukanlah
tekanan gas elpiji di dalam tabung (satuan kPa).

JAWAB:

Persamaan Antoine untuk P dalam mmhg and T dalam Celcius adalah sebagai berikut

Dan diberikan koefisien Antoine A,B, dan C untuk propana dan butana adalah sebagai berikut :

Formula A B C

C3H8 6,80398 803,810 246,990

n-C4H10 6,80896 935,860 238,730

Menentukan tekanan uap jenuh murni komponen propana

= 7058,3 mmHg = 9,287 atm = 941,005 kPa

Menentukan tekanan uap jenuh murni komponen butane

= 1819.7 mmHg = 2,394 atm = 242,572 kPa


Menentukan tekanan total

SOAL NOMOR 3

ELPIJI adalah nama dagang yang digunakan oleh PERTAMINA untuk Liqufied Petroleum Gases
(LPG). Diketahui komposisi cairan yang berada pada kesetimbangan dengan uap cair ELPIJI
adalah 30% mol C3H8 dan 70% mol n-C4H10 pada suhu 25oC. Pada kondisi ini tentukanlah
tekanan gas elpiji di dalam tabung (satuan kPa). Dengan mengkombinasikan persamaan
Peng-Robinson, lakukanlah perhitungan tekanan uap jenuh masing-masing komponen
dengan algoritma berikut.

Input Tc, Pc, ω, T

tidak
T<Tc
Stop

ya

Hitung Pinitial = f(T) dan tentukan P = Pinitial

Hitung koefisien PK c0, c1, c2, dan c3

Cari solusi polinomial dalam volume v1<v2<v3

Hitung f(P) = f(cairan jenuh) – f(uap jenuh)

tidak
| | Perbaiki P dengan
metode Newton-
Raphson atau cara
ya lain, P = Pnew

Psat = Pnew Perbaiki P dengan


metode Newton-
Jawab :

a. Tentukan gas elpiji di dalam tabung (satuan kPa)

Menggunakan program Peng-Robinson sebagai berikut :


Dengan menggunakan alat bantu program Fortran maka diharuskan memasukkan data-data
yaitu Tc, Pc, , xi, tebakan Psat dan tebakan yi

Diketahui dari soal :

 x1 (C3H8) = 0,3
 x2 (n-C4H10) = 0,7
 Suhu sistem = 298˚K

Data Tc dan Pc (Sumber : Himmelblau, David M. Basic Principles and Calculations in Chemical
Engineering 6th edition, Jilid 1)

Formula Tc (˚K) Pc (atm)

C3H8 369,9 42,0

n-C4H10 425,17 37,47

Data (Sumber : appendix B buku Van Ness)

 C3H8 = 0,152
 n-C4H10 = 0,2

Setelah menggunakan program didapat hasil sebagai berikut :


Hasil yang didapat dari program diatas adalah :

 Psat sebesar 4,32 bar


 Vl sebesar 94,00 cm3/mol
 Vv sebesar 5176,5 cm3/mol
 y1 sebesar 0.588

Sesuai hasil yang didapat pada program maka Psat gas elpiji dalam tabung adalah sebesar 4,32
bar atau 432 kPa

Sehingga tekanan gas elpiji didalam tabung adalah sebesar 432 kPa.

b. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen

Dengan menggunakan alat bantu program Fortran dapat ditentukan tekanan uap jenuh masing-
masing komponen dengan input nilai Tc, Pc, , Psat, Vl, dan Vv

 Nilai Psat telah didapat pada program sebelumnya sebesar 4,32 bar
 Nilai Vl telah didapat pada program sebelumnya sebesar 94,00 cm3/mol
 Nilai Vv telah didapat pada program sebelumnya sebesar 5176,5 cm3/mol
Setelah menggunakan program akan didapat hasil sebagai berikut :

Pada C3H8 :

Hasil yang didapat dari program diatas adalah :

 Psat sebesar 9.366 bar


 Vl sebesar 87,02 cm3/mol
 Vv sebesar 2174.74 cm3/mol

Sehingga didapat Psat propane sebesar 9,366 bar

Untuk n-C4H10 :
Hasil yang didapat dari program diatas adalah :

 Psat sebesar 2,384 bar


 Vl sebesar 97,81 cm3/mol
 Vv sebesar 9670,11 cm3/mol

Didapat Psat n-butana sebesar 2,384 bar

Menghitung tekanan uap jenuh masing-masing komponen secara manual menggunakan hukum
Raoult

yi pi = xi Psati

 untuk C3H8

nilai y1 didapat dari program pertama sebesar 0,588


kPa

 untuk n-C4H10

nilai y2 adalah 1 – y1 yaitu 0,412

kPa

SOAL NO 7

Untuk tugas ini, Gunakan Persamaan Keadaan Soave-Redlich-Kwong untuk menentukan


tekanan uap, volume uap, dan cairan jenuh dari propana dalam rentang suhu 260 sampai 360 K.
Tabulasikan hasil perhitungan anda dalam increment/interval 5 K. Selain itu, hitunglah volume
propana pada 380 K dengan tekanan 0,5 sampai 10 MPa, ditabulasikan dalam incremen 0,5 MPa.

Anda bebas memilih bahasa komputer seperti turbo-pascal, C, Fortran, atau yang lainnya. Untuk
menentukan akar volume dari persamaan pangkat tiga, gunakanlah prosedur/subroutine untuk
menghitung akar persamaan kubik secara analitik. Basaran-besaran kritik untuk program dapat
dilihat pada Buku Smith dan Van Ness Appendix B.

Data berikut ini, adalah hasil perhitungan dengan mempergunakan persamaan keadaan khusus
untuk propana dan data ini dapat dipakai data untuk perbandingan dengan hasil perhitungan
anda.

T/K P/MPa Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

260 0,3081 0,001857 0,14520

280 0,5779 0,001941 0,07924

300 0,9935 0,002044 0,04612

320 1,5960 0,002183 0,02790

340 2,4350 0,002403 0,01695

360 3,5660 0,002956 0,009517


Jawab :
Untuk menyelesaikan soal diatas, kelompok kami menggunakan program FORTRAN.
Berikut akan ditampilkan program yang kelompok kami buat untuk menjawab atau
mencari nilai dari tekanan, volume uap dan cairan jenuh dari suhu 260 sampai dengan
360 K :
Nilai tekanan dalam program yang kami buat memiliki satuan bar, sehingga nilai tekanan
dalam soal harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam satuan bar agar program dapat
berjalan. Kemudian dalam soal diminta bahwa kita harus mencari nilai tekanan, volume
cairan jenuh, dan uap pada increment suhu 5 K. Data yang dimasukkan kedalam program
merupakan data dari tabel yang telah disediakan diatas. Untuk data yang tidak ada dalam
tabel, kelompok kami menggunakan cara interpolasi. Berikut akan ditampilkan hasil
“run” program yang telah kami buat :

a. Pada Suhu T = 260 K


Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

260 3,081 0,001857 0,14520


Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 3,112401
Vl = 0,001950 Vv = 0,145771
b. Pada Suhu T = 265 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

265 3,7555 0,001878 0,12871

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 3,681332
Vl = 0,001977 Vv = 0,124277
c. Pada Suhu T = 270 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

270 4,43 0,001899 0,11222

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 4,325174
Vl = 0,002006 Vv = 0,106521
d. Pada Suhu T = 275 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

275 5,1045 0,00192 0,09573

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 5,049825
Vl = 0,002038 Vv = 0,091749
e. Pada Suhu T = 280 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

280 5,779 0,001941 0,07924

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 5,861292
Vl = 0,002071 Vv = 0,07924
f. Pada Suhu T = 285 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

285 6,818 0,00196675 0,07096

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :


P = 6,765680
Vl = 0,002107 Vv = 0,068949
g. Pada Suhu T = 290 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

290 7,857 0,0019925 0,06268

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 7,769191
Vl = 0,002146 Vv = 0,060107
h. Pada Suhu T = 295 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

295 8,896 0,00201825 0,0544

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :


P = 8,878104
Vl = 0,002187 Vv = 0,052567
i. Pada Suhu T = 300 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

300 9,935 0,002044 0,04612

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 10,098775
Vl = 0,002233 Vv = 0,046101
j. Pada Suhu T = 305 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

305 11,44125 0,00207875 0,041565


Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 11,437621
Vl = 0,002282 Vv = 0,040528
k. Pada Suhu T = 310 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

310 12,9475 0,0021135 0,03701

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 12,901133
Vl = 0,002336 Vv = 0,035700
l. Pada Suhu T = 315 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

315 14,45375 0,00214825 0,032455


Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 14,495874
Vl = 0,002396 Vv = 0,031496
m. Pada Suhu T = 320 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

320 15,960 0,002183 0,02790

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 16,228407
Vl = 0,002462 Vv = 0,027817
n. Pada Suhu T = 325 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
325 18,0575 0,002238 0,0251625

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 18,105404
Vl = 0,002536 Vv = 0,024582
o. Pada Suhu T = 330 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

330 20,155 0,002293 0,022425

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 20,133571
Vl = 0,002620 Vv = 0,021723
p. Pada Suhu T = 335 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

335 22,2525 0,002348 0,0196875

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 22,319664
Vl = 0,002716 Vv = 0,019180
q. Pada Suhu T = 340 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

340 24,350 0,002403 0,01695

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 24,670494
Vl = 0,002827 Vv = 0,01695
r. Pada Suhu T = 345 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

345 27,1775 0,00254125 0,01509175

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 27,192924
Vl = 0,002960 Vv = 0,014855
s. Pada Suhu T = 350 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

350 30,005 0,0026795 0,0132335

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 29,893870
Vl = 0,003120 Vv = 0,012987
t. Pada Suhu T = 355 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

355 32,8325 0,00281775 0,01137525

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :

P = 32,780306
Vl = 0,003325 Vv = 0,011260
u. Pada Suhu T = 360 K
Data yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

360 35,660 0,002956 0,009517

Dari hasil diatas, diperoleh nilai :


P = 35,660
Vl = 0,003601 Vv = 0,009620
Dibawah ini merupakan tabel nilai tekanan, volume uap, dan volume cair jenuh hasil perhitungan
dengan menggunakan program FORTRAN setiap kenaikan suhu 5 K :

Tabel Daftar Hasil Nilai Tekanan, Volume Uap, dan Volume Cairan Jenuh

T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)

260 3,112401 0,001950 0,145771

265 3,681332 0,001977 0,124277

270 4,325174 0,002006 0,106521

275 5,049825 0,002038 0,091749

280 5,861292 0,002071 0,07924

285 6,765680 0,002107 0,068949

290 7,769191 0,002146 0,060107

295 8,878104 0,002187 0,052567

300 10,098775 0,002233 0,046101

305 11,437621 0,002282 0,040528

310 12,901133 0,002336 0,035700

315 14,495874 0,002396 0,031496

320 16,228407 0,002462 0,027817

325 18,105404 0,002536 0,024582

330 20,133571 0,002620 0,021723

335 22,319664 0,002716 0,019180

340 24,670494 0,002827 0,01695

345 27,192924 0,002960 0,014855

350 29,893870 0,003120 0,012987

355 32,780306 0,003325 0,011260


360 35,660 0,003601 0,009620

Untuk menyelesaikan soal kedua diatas, kelompok kami juga menggunakan program
FORTRAN. Berikut akan ditampilkan program yang kelompok kami buat untuk menjawab atau
mencari nilai dari volume propana pada suhu 380 K untuk berbagai tekanan :
Dalam soal diminta bahwa kita harus mencari nilai dari volume propana pada suhu 380 K
dengan tekanan 0,5 sampai 10 MPa serta dengan increment 0,5 MPa. Berikut akan ditampilkan
hasil “run” program yang telah kami buat secara keseluruhan setiap kenaikan tekanan 0,5 MPa :

Dibawah ini merupakan tabel nilai volume propana hasil perhitungan dengan menggunakan
program FORTRAN setiap kenaikan tekanan 0.5 MPa :

Tabel Volume Propana pada Suhu 380 K dan Tekanan 0.5-10 MPa
P/ MPa V Propana/m3
0.5 0.00608119

1 0.00291577

1.5 0.00185587

2 0.00132151

2.5 0.00099638

3 0.00077459

3.5 0.00060996

4 0.00047773

4.5 0.00035952

5 0.00023612

5.5 0.00018404

6 0.00016648

6.5 0.00015645

7 0.00014952

7.5 0.00014428

8 0.00014007

8.5 0.00013659

9 0.00013362

9.5 0.00013103

10 0.00012876

Anda mungkin juga menyukai