Anda di halaman 1dari 28

PEMICU I KIMIA FISIKA GAS DAN LARUTAN

Disusun Oleh: KELOMPOK 9

Dena Prestia Hallatu Juan M.Hafiz Al-Rasyid Risa Hashimoto Tiara Yuniawati

0906493363 0906629385 0906564132 1206224615 0906511100

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2013

DAFTAR ISI

BAB I: LANDASAN TEORI ................. A. Gas Ideal dan nyata .......... Perubahan fisik kimia pada gas ......................................................................................... Kinetika gas dan Maxwell.................................................................................................. B. Larutan Ideal dan non-Ideal.............................................................................................. C. Konduktansi dan konduktivitas......................................................................................... BAB II: JAWABAN PEMICU................. BAB III: KESIMPULAN.................................. REFERENSI.......................................................................................................................................... PETA KONSEP.....................................................................................................................................

2 2 3 4 5 6 7 2 5 2 7 2 8

BAB I LANDASAN TEORI

A
Gas Ideal dan Gas Nyata Gas merupakan kumpulan molekul-molekul yang bergerak ke segala arah, acak namun tetap berkesinambungan dengan kecepatan yang terus bertambah jika temperatur dinaikkan. Tekanan pada gas disebabkan akibat adanya tumbukan terhadap dinding bejana antar molekul-molekul gas tersebut. Gas ideal adalah gas yang mematuhi persamaan umum PV = nRT serta hukum gas lainnya disemua suhu dan tekanan. Pada gas ideal dianggap bahwa molekulnya tidak tarik menarik sehingga volume molekulnya dapat diabaikan terhadap volume ruang yang ditempati gas itu. Sedangkan gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi persamaan gas umum dan hukum gas lainnya di semua kondisi suhu dan tekanan, dengan kata lain gas nyata ini hanya mengikuti hukum-hukum gas pada tekanan rendah. Hukum-hukum gas:

1. Hukum Boyle, mengatakan bahwa Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperatur tetap, berbanding terbalik dengan tekanannya 2. Hukum Gay Lussac, mengatakan bahwa Volume sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap berbanding lurus dengan temperatur absolutnya 3. Hukum Dalton, mengatakan bahwa Pada temperatur tetap, tekanan total suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan parsialnya 4. Hukum Amagat, mengatakan bahwa Didalam tiap-tiap campuran gas, volume total gas sama dengan jumlah volume parsialnya 5. Hukum Graham, mengatakan bahwa Pada temperatur dan tekanan tetap, kecepatan difusi berbagai gas berbanding terbalik dengan akar rapatnya atau berat molekulnya

Akibat gas nyata selalu menyimpang dari sifat-sifat ideal, banyak usaha-usaha untuk mendapatkan persamaan keadaan yang menyatakan hubungan antara P, V, dan T. Van der Waals juga mendasar pada rumus PV = nRT tetapi memperhitungkan volume yang ditempati oleh molekul-molekul gas dan gaya tarik antara molekul-molekul ini. Secara singkat, rumus Van der Waals dapat ditulis sebagai berikut: [ P + (an / V) ] [ V-nb ] = n R T

Keterangan: P = tekanan absolut gas (atm) V =volume spesifik gas (liter) R = konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol) T =suhu /temperatur absolut gas (K) Perubahan fisik - kimia pada gas Dengan menganggap bahwa rumus gas ideal diikuti oleh gas nyata pada tekanan rendah, berat molekul (B.M.) gas dapat dicari dengan mempergunakan rumus gas ideal :

Dengan menimbang sevolume tertentu gas pada P dan T tertentu dengan memakai rumus di atas dapat ditentukan berat molekul. A. Cara Reganault Cara Reganault ini dipakai untuk menentukan B.M. zat pada suhu kamar berbentuk gas. Untuk itu suatu bola gelas (300-500 cc) dikosongkan dan ditimbang. Kemudian gelas tersebut diisi dengan gas yang bersangkutan dan ditimbang kembali. Dari tekanan dan temperature gas dengan menggunkana rumus PV = nRT dapat ditentukan M. Berat gas adalah selisih berat kedua penimbangan. B. Cara Victor Meyer Cara Victor Meyer ini digunakan untuk menetukan berat molekul gas zat cair yang mudah menguap. Apabila berat zat cair = W, maka dapat dihitung B.M. zatnya. Tekanan uap harus direduksi dengan tekanan uap air pada temperature percobaan:
4

C. Cara Limiting Density Salah satu cara yang tepat untuk menentukan B.M. ialah cara limiting density. Cara ini berdasarkan rumus gas ideal:

Untuk gas nyata, harga

berubah linear terhadap P dan dapat diekstrapolasikan pada tekanan

0 (P = 0). Pada tekanan ini, rumus gas ideal berlaku: ( ) ( )

Kinetika gas dan distribusi maxwell Distribusi Maxwell-Boltzmann menggambarkan kecepatan partikel dalam gas, di mana partikel tidak terus-menerus berinteraksi satu sama lain, tetapi bergerak bebas antara tabrakan pendek. Ini menggambarkan kemungkinan kecepatan partikel (besar vektor kecepatannya) yang dekat dengan nilai yang diberikan sebagai fungsi dari suhu di sistem, massa partikel, dan nilai kecepatan. Distribusi Maxwell-Boltzmann biasanya dianggap sebagai distribusi kecepatan molekul tetapi juga dapat merujuk kepada distribusi untuk kecepatan, momentum, dan besarnya momentum molekul, yang masing-masing akan memiliki fungsi probabilitas distribusi yang berbeda. Pada tahun 1860, Maxwell menunjukkan bahwa distribusi kecepatan diantara molekulmolekul mengikuti suatu pola tertentu. Persamaan ini dikenal sebagai Hukum Distribusi Kecepatan Molekul Maxwell:

dN m 3 / 2 mc 2 / 2 kT 2 4 ( ) e c dc N 2kT
Dengan dN adalah jumlah molekul dari jumlah total N, dengan kecepatan antara c dan c+dc. M adalah massa molekul dan k ialah tetapan Boltzmann (R/N0 = 1,3805 x 10-16 erg molekul-1 der-1
5

). dN/N menyatakan fraksi dari jumlah total molekul dengan kecepatan antara c dan c+dc. Dengan menurunkan persamaan umum diatas, maka akan didapatkan kecepatan paling boleh jadi, jumlah tumbukan yang terjadi, dan jarak bebas rata-rata.

B
Larutan Ideal dan Larutan Non-Ideal Sifat Molar Parsial Sifat molar parsial merupakan sifat dari sebuah campuran yang dependen terhadap komposisi dari campuran tersebut. Dalam meninjau sifat dalam campuran, kita tidak dapat melihatnya sebagai satu larutan yang independent, melainkan kita harus melihat bahwa terdapat 2 buah sistem yang mempengaruhi sifat campuran tersebut. Persamaan umum molar parsial dimana Z merupakan nilai molar parsial, Z1 dan Z2 merupakan nilai molar parsial dari zat 1 dan 2 ketika dalam keadaan murni, n1 dan n2 merupakan jumlah mol zat 1 dan 2 dalam campuran tersebut. Hukum Raoult dan Henry Ketika membicarakan mengenai hukum Raoult dan hukum Henry, maka kita akan membahas mengenai tekanan uap dari sebuah campuran. Tekanan uap didefinisikan sebagai besarnya tekanan di atas permukaan sebuah campuran yang disebabkan jumlah molekul dari campuran yang menguap menjadi gas dalam keadaan equilibrium pada tekanan dan suhu tertentu. Campuran ideal akan memenuhi persamaan hukum Raoult dimana persamaan tersebut adalah, PA = xA PA* PB = xB PB* P = xA PA* + xB PB* dimana, PA dan PB adalah tekanan parsial dari zat A dan B, xA dan xB adalah fraksi mol zat A dan B dalam fase liquid, PA* dan PB* adalah tekanan uap zat A dan B dalam larutan murni. Untuk campuran non ideal, akan memenuhi hukum Henry, dimana hukum Henry merupakan pendekatan yang digunakan untuk mendekati hukum Raoult (ketika fraksi mol suatu zat

mendekati 1, mengikuti trend hukum Raoult, sedangkan ketika mendekati 0, mengikuti trend linear dari hukum Henry). PA = xA KA (konstanta Henry untuk zat A) Dalam hukum Henry, terdapat 2 jenis campuran dimana dapat berupa deviasi positif dan negatif. Deviasi positif menandakan U > 0 dimana interaksi molekul bersifat tolak menolak membuat molekul cenderung menguap (tekanan uap meningkat). Deviasi negatif menandakan U < 0 dimana interaksi molekul bersifat tarik menarik membuat molekul cenderung dalam fase liquid (tekanan uap menurun).

C
Konduktansi dan Konduktivitas Daya hantar listrik (G) atau konduktansi merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l). G = l/R = k (A / l) dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1 Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Hal-hal Yang Mempengaruhi Konduktivitas a. Jenis Bahan (Larutan) b. Suhu c. Luas permukaan dan panjang untuk logam.

BAB II JAWABAN PEMICU

A 1.
Udara merupakan gas nyata yang tidak sama dengan gas ideal. Manusia dan makhluk hidup lainnya membutuhkan udara untuk bernafas. Untuk mendukung kehidupan manusia, komposisi udara normal biasanya adalah sekitar 80% massa Nitrogen dan 20% massa Oksigen. Suatu daerah, dengan ketinggian berbeda di atas permukaan laut, diketahui bahwa komposisi udaranya tidak sama dengan komposisi udara normal, yaitu 90% massa Nitrogen dan 10% massa Oksigen. PERTANYAAN: 1. Terangkan sifat-sifat yang membedakan antara gas nyata dan gas ideal 2. Jelaskan hukum apa saja yang menerangkan tentang gas ideal dan gas nyata 3. Berapakah ketinggian daerah yang mempunyai komposisi udara yang berbeda dengan komposisi udara normal? 4. Jika diasumsikan suhu tetap, yaitu 25C. Berapakah tekanan udara pada daerah tersebut? JAWABAN 1. Gas ideal adalah gas yang mempunyai sifat-sifat berikut: a) Molekul-molekul gas merupakan materi bermassa yang dianggap tidak mempunyai volume b) Gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antar molekul dianggap nol c) Tumbukan antar molekul dan antar molekul dengan dinding bejana adalah lenting sempurna d) Memenuhi hukum gas PV = nRT Pada kenyataannya gas yang kita jumpai hanya mengikuti persamaan gas ideal hanya berlaku pada keadaan standard Sedangkan sifat-sifat gas nyata, antara lain: a) Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan
8

b) Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil c) Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat, menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal d) Memenuhi persamaan: [ P + (an / V) ] [ V-nb ] = n R T 2. Hukum yang menerangkan tentang gas ideal: a. Hukum Boyle, mengatakan bahwa Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperatur tetap, berbanding terbalik dengan tekanannya b. Hukum Gay Lussac, mengatakan bahwa Volume sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap berbanding lurus dengan temperatur absolutnya c. Hukum Dalton, mengatakan bahwa Pada temperatur tetap, tekanan total suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan parsialnya d. Hukum Amagat, mengatakan bahwa Didalam tiap-tiap campuran gas, volume total gas sama dengan jumlah volume parsialnya e. Hukum Graham, mengatakan bahwa Pada temperatur dan tekanan tetap, kecepatan difusi berbagai gas berbanding terbalik dengan akar rapatnya atau berat molekulnya Sedangkan hukum yang menerangkan tentang gas nyata yaitu persamaan Van der Waals [ P + (an / V) ] [ V-nb ] = n R T 3. Ketinggian daerah yang mempunyai komposisi udara yang berbeda dengan komposisi udara normal adalah
Altitude (ft) 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Altitude (m) 0 305 610 914 1219 1524 1829 2134 Oxygen Percent 20.9 20.1 19.4 18.6 17.9 17.2 16.6 16.0 Altitude Category Low Low Low Medium Medium Medium Medium Medium Boulder, CO Mt. Washington, NH Example Boston, MA

8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000 15000 16000 17000 18000 19000 20000 21000 22000 23000 24000 25000 26000 27000 28000 29000

2438 2743 3048 3353 3658 3962 4267 4572 4877 5182 5486 5791 6096 6401 6706 7010 7315 7620 7925 8230 8534 8839

15.4 14.8 14.2 13.7 13.2 12.7 12.2 11.7 11.3 10.9 10.5 10.1 9.7 9.3 9.0 8.6 8.3 8.0 7.7 7.4 7.1 6.8

High High High High High Very High Very High Very High Very High Very High Extreme Extreme Extreme Extreme Extreme Extreme Extreme Extreme Ultra Ultra Ultra Ultra

Aspen, CO

Pikes Peak

Montblanc

Kilimanjaro Denali (McKinley) LIMIT OF THE MAG-10

Aconcagua

K2 Everest

Berdasarkan tabel diatas, komposisi 10% massa oksigen mempunyai ketinggian 5791 m dan termasuk kategori ekstrim. Ini terbukti bahwa semakin besar komposisi udara (oksigen dan nitrogen) dan tekanannya, maka ketinggian daerahnya akan semakin menurun atau berbanding terbalik. 4. Untuk menghitung tekanan udara pada daerah tersebut dapat digunakan persamaan: PV=nRT Diketahui: P1 = 1 atm Basis = 100 gram udara Keadaan mula-mula (keadaan 1) % massa N2 = 80% % massa O2 = 20% Keadaan dengan ketinggian berbeda (keadaan 2)
10

% massa N2 = 90% % massa N2 = 10% Ditanya : P2 ? Jawab : Keadaan 1 Mol N2(1) Mol O2(1) = = = 2,857 mol = 0,625 mol

Mol Total (1) = 3,482 mol Keadaan 2

Mol N2(2) Mol O2(2)

= =

= 3,214 mol = 0,3125 mol

Mol Total (2) = 3,5265 mol Fraksi mol (X) Keadaan 1

X N2(1) = X O2(1) =

x 100% = 82,05% x 100% = 17,95%

Fraksi mol (X) Keadaan 2 X N2(2) = X O2(2) = x 100% = 91,14% x 100% = 8,86%

X O2(1) . P1 X O2(2) . P2

n O2(1) n O2(2)

11

P2 P2 X N2(1) . P1 X N2(2) . P2

= = 1,013 atm

n N2(1) n N2(2)

P2 P2

= = 1,013 atm

Jadi, tekanan udara pada daerah tersebut sebesar 1,013 atm

2
PERTANYAAN: 1. Anggaplah bahwa anda adalah seorang peneliti yang sedang berusaha mencari bahan bakar alternatif. Berikanlah satu contoh bahan bakar yang menurut anda memenuhi persyaratan bahan bakar alternatif seperti yang dicantumkan dalam bacaan diatas, terangkan tahapan pekerjaan yang harus anda lakukan mulai dari pencarian bahan baku sampai mendapatkan produknya 2. Suatu penelitian dilakukan untuk mensintesis bahan bakar tersebut. Salah satu analisa yang dilakukan adalah, setelah pemisahan produk dengan reaktan, penentuan massa molar. Data yang diberikan adalah sebagi berikut

P, kPa , gcm-3 x 10-3

12,223 0,225

25,2 0,456

36,97 0,664

60,37 1,062

85,23 1,468

101,3 1,734

12

Tentukan tekanan pada saat gas dikatakan ideal dan tentukan massa molar X. Jelaskan cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan massa molar dari suatu gas dengan pendekatan gas ideal atau gas nyata JAWABAN: 1. Dari ketiga bahan alternatif yang di terdapat pada bacaan yakni gas hidrokarbon (HC), biosalar dan DiMethylEther(DME), yang merupakan bahan bakar alternatif yang paling memenuhi persyaratan adalah DiMethylEther(DME), dikarenakan DME dapat

mengurangi komposisi gas pencemar yang terdapat di udara sehingga mengurangi bahaya dari pencemeran itu sendiri. DiMethylEther(DME) merupakan senyawa eter yang paling sederhana. Senyawa eter adalah senyawa karbon dengan rumus molekul CnH2n+2O, dan rumus molekul DME adalah (CH3)2O dengan berat molekul 46,069. DiMethylEther (DME) merupakan bahan bakar yang multi-source yaitu dapat diperoleh dari banyak sumber. Sumbernya diantara lain adalah gas alam, fuel oil, batu bara, limbah plastik, limbah kertas, limbah pabrik gula dan biomassa. Karena banyaknya sumber yang dapat digunakan maka dalam pencarian bahan baku guna pembuatan DME tidaklah susah.DME dibuat dari derivatif gas alam,metana (CH4), yaitu metanol dapat juga dibuat dari derivative batu bara atau biomasa. DME merupakan senyawa yang tidak beracun, sehingga saat ini digunakan sebagai aerosol propellant oleh industri kosmetik dan kesehatan,sebagai pengganti CFC propellant. Kegunaan lainnya adalah sebagai tenaga pembangkit untuk gas turbin, keperluan rumah tangga ( memasak, menghangatkan ), bahan bakar mesin diesel dan bahkan sebagai sumber hydrogen untuk bahan bakar kendaraan Terdapat 2 metode umum yang dapat digunakan untuk memproduksi dimetil eter, yaitu : 1) Metode Sintesis langsung

Reaksi yang terjadi adalah : 2CO(g) + 4H2(g)


------>

(CH3)2O(g) + H2O(l)

Reaksi tersebut berlangsung pada suhu operasi 2500C 3670C. Mekanisme reaksi pembentukan DME melalui pembentukan metanol dan proses dehidrasi. Kelemahan dari
13

proses ini adalah prosesnya lebih panjang sehingga menjadi lebih mahal karena harus ada unit-unit proses lain untuk menyediakan bahan baku gas sintesis CO dan H. H, O yang terbentuk akan bereaksi dengan bahan baku CO membentuk CO2, reaksi samping ini menimbulkan limbah yang memerlukan penanganan khusus.

2)

Metode Dehidrasi Metanol

Reaksi yang terjadi adalah : 2CH3 OH(g) ---------> (CH3)2O(g) + H2O(l) Dengan kondisi operasi : Suhu Tekanan Katalis Fase : 250C 370C : 12 atm : Al2O3.SiO2 : Gas

Bahan baku yang digunakan adalah metanol cair yang diuapkan dengan vaporizer, kemudian diumpankan kedalam heat exchanger, setelah itu dimasukkan kedalam reaktor yang berisi katalis Al2O3.SiO2. Reaksi berlangsung dalam fase gas, menggunakan reactor fixedbed adiabatis karena panas reaksinya tidak terlalu besar, hanya 11,770 kJ/kmol pada 2600C. Dari reaktor, dimetil eter, metanol dan air didistilasi dengan menara distilasi 01. Hasil atas MD-01 merupakan produk yang diharapkan langsung disimpan ke alat penyimpan, sedang hasil bawahnya metanol dan air didistilasi kembali dalam menara distilasi kedua. Hasil atas MD-02 metanol di recycle ke vaporizer dan hasil bawah adalah air buangan. Proses dehidrasi metanol, merupakan proses yang dipakai secara luas sebab sederhana dan kemurnian produknya tinggi.

2. Persamaan Gas Ideal

14

a. P = 12,223 kPa = 0,225 gcm-3 x 10-3

b.

P = 25,2 kPa = 0,456 gcm-3 x 10-3

c.

P = 36,97 kPa = 0,664 gcm-3 x 10-3

d.

P = 60,37 kPa = 1,062 gcm-3 x 10-3

15

e.

P = 85,23 kPa = 1,468 gcm-3 x 10-3

f.

P = 101,3 kPa = 1,734 gcm-3 x 10-3

Gas dikatakan ideal apabila tekanannya 1 atm. 1 atm = 1,013 Pa, maka tekanan yang memenuhi gas ideal adalah tekanan pada kondisi f, oleh karena itu makan massa molar dari zat X adalah 38,85 kg mol-1. Cara lain dalam menentukan massa molar yaitu adalah a) Cara Reganault Cara Reganault ini dipakai untuk menentukan massa molar zat pada suhu kamar berbentuk gas. Untuk itu suatu bola gelas (300-500 cc) dikosongkan dan ditimbang. Kemudian gelas tersebut diisi dengan gas yang bersangkutan dan ditimbang kembali. Dari tekanan dan temperature gas dengan menggunkana rumus PV = nRT dapat ditentukan M. Berat gas adalah selisih berat kedua penimbangan. b) Cara Victor Meyer Cara Victor Meyer ini digunakan untuk menetukan berat molekul gas zat cair yang mudah menguap. Tekanan uap harus direduksi dengan tekanan uap air pada temperature percobaan:

16

c) Cara Limiting Density B.M. yang ditentukan berdasarkan hukum-hukum gas ideal hanya kira-kira, namun hasilnya telah cukup untuk penentuan rumus-rumus molekul. Hal ini disebabkan karena hukum gas ideal sudah menyimpang, walaupun pada tekanan atmosfer. Salah satu cara yang tepat untuk menentukan B.M. ialah cara limiting density. Cara ini berdasarkan rumus gas ideal:

Untuk gas nyata, harga

berubah linear terhadap P dan dapat diekstrapolasikan pada

tekanan 0 (P = 0). Pada tekanan ini, rumus gas ideal berlaku: ( ) ( )

3
PERTANYAAN: Suatu pengamatan dilakukan untuk menghitung volume dan kecepatan kendaraan yang lewat di jalan tol Jagorawi ke arah Jakarta (J) dan ke arah Bogor (B). Data yang didapatkan adalah sebagai berikut: Kecepatan (km/jam) J Volume kendaraan Kecepatan (km/jam) B Volume kendaraan 80 40 80 38 85 62 85 59 90 53 90 50 95 12 95 10 100 2 100 2

1. Jika diasumsikan bahwa mobil tersebut adalah suatu molekul gas, jelaskan bagaimana cara menentukan kecepatan seperti yang dijelaskan oleh distribusi Maxwell.
17

2. Bayangkan mobil yang melaju di jalan tersebut adalah molekul-molekul gas yang berada dalam suatu ruangan dengan volume V, diameter d, tentukan jumlah tumbukan yang terjadi antar mobil tersebut, per volume per jam. Dan hitunglah besarnya jalan bebas rataratanya, kemudian tentukan viskositasnya. JAWABAN 1. Persamaan untuk menentukan kecepatan menurut distribusi Maxwell adalah sebagai berikut: ( )

Persamaan lain yang dapat digunakan yaitu :

Dimana C = kecepatan tiap-tiap molekul dan

= jumlah molekul

Dengan begitu, untuk menyelesaikan soal tersebut kita menggunakan cara : Kecepatan mobil ke arah Jakarta :

v cp = 0,816 x 86,4 = 70,5 m/s

Kecepatan mobil ke arah Bogor :

18

v cp = 0,816 x 86,32 = 70,44 m/s 2. Perhatikan dua jenis gas, A dan B dengan diameter masing-masing dA dan dB. Tumbukan antara molekul A dan B akan terjadi apabila jarak antara titik pusat kedua molekul ini adalah dAB = (dA + dB). Molekul A dan B bergerak dengan kecepatan rata-rata C A dan
C B di dalam suatu ruangan dengan volume V. Dalam waktu satu detik molekul A dan B

C akan melalui volum sebesar d 2 CAB ABC A . Dimana AB adalah C A - C B . Bila jumlah molekul
A dan B per satuan volum adalah NA/V dan NB/V, maka jumlah tumbukan per satuan volum per satuan waktu adalah

Z AB

d 2 AB C AB N A N B
V2

Jarak yang ditempuh dalam waktu ini adalah . Jadi jarak bebas rata-rata adalah

= /zAB

B
JAWABAN 1. Campuran etanol dan air merupakan campuran yang tidak mengikuti hukum Raoult. Hal ini disebabkan karena campuran antara etanol dan air merupakan campuran yang bersifat azeotrop. Campuran azeotrop pada umumnya memilikki deviasi dalam grafik P vs X (dalam hukum Raoult berbentuk linear tanpa ada deviasi). Dalam segi interaksi molekul, dapat dilihat bahwa terdapat ikatan hidrogen antara molekul air dan ethanol yang tidak dapat diabaikan. Dengan adanya ikatan hidrogen menyebabkan adanya interaksi tarik19

menarik antara molekul air dan ethanol sehingga menyebabkan penurunan tekanan uap dari campuran (deviasi negatif). Bila suatu campuran terdiri dari zat A dan B mengikuti hukum Raoult, maka persamaannya akan menjadi: P = xA PA* + xB PB* PA + PB = xA PA* + xB PB* (yA + yB)P = xA PA* + xB PB* yA (PA-PB) + PB = xA(PA*-PB*) + PB* yA = yA = yA = 2. Dengan menggunakan persamaan sifat molar parsial, didapatkan bahwa V = VA nA + VB nB (1) Mengambil basis bahwa larutan bervolume: 100 cm3. Massa larutan= (0.914)(100) = 91.4 gram Massa H2O = Massa C2H5OH = 45.7 gram n H2O = = 2.54 mol n C2H5OH= = 0.993 mol +

Memasukkan data pada persamaan (1) 100 = (17.4)(2.54) + VC2H5OH (0.993) VC2H5OH = 56.19 cm3mol-1 3. Untuk menentukan berapa persen kemurnian dari sistem etanol-air, kira perlu melihat kurva kesetimbangan dari diagram fase air dan ethanol.

20

Pada grafik Txy di atas, dapat dilihat bahwa campuran antara ethanol dan air membentuk sebuah campuran bersifat azeotrop. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa, batas persentase kemurnian dapat ditinjau dari titik azeotrop. Hal ini disebabkan karena pada titik azeotrop, tidak dapat lagi dilakukan pemisahan karena komposisi (fraksi mol) dari fase yang berupa cairan maupun gas adalah sama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemurnian tertinggi berupa pada titik azeotrop di mana nilai tersebut menunjukkan 95.6% ethanol terhadap massa campuran. 4. Cara lain yang dapat digunakan untuk dapat memurnikan ethanol dan air adalah dengan mengandalkan kenaikan dan penurunan tekanan pada sistem campuran. Dengan menaikkan dan menurunkan tekanan, prinsip kerja yang dilakukan sama dengan proses distilasi. Ketika kita menurunkan tekanan sistem, maka ada sebagian ruang yang dapat diisi oleh gas yang menguap. Gas yang menguap akan memiliki komposisi ethanol yang lebih murni dikarenakan ethanol akan bersifat lebih volatile dibandingkan dengan air. Proses tersebut dilakukan secara terus menerus hingga mencapai batas titik azeotrop antara air dan ethanol. Perlu diketahui bahwa menaikkan dan menurunkan tekanan dari sebuah sistem tidak bersifat praktikal seperti dengan menaikkan dan menurunkan temperatur dari sebuah sistem.

21

C JAWABAN
1. Bagian-bagian yang dibutuhkan dari alat konduktometri secara umum ialah arus AC) Sel yang terdiri dari sepasang elektroda yang terbuat dari bahan yang sama (platina)

Konduktometer Magnetic Stirrer Beaker glass Buret Statif dan Klem Sumber Listrik (menggunakan

2. Analisis konduktometri ialah metode untuk menganalisa larutan berdasarkan kemampuan ion dalam menghantarkan muatan listrik diantara dua elektroda. Konduktivitas ialah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Misalnya, nilai konduktivitas logam tembaga lebih besar daripada nilai konduktivitas logam aluminium. Sehingga logam tembaga digunakan di dalam jaringan kabel telepon karena kemampuan untuk menghantarkan arus listriknya yang baik (konduktor). Konduktivitas memiliki satuan yaitu ohm meter. Konduktansi (G) ialah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktansi merupakan kebalikan dari hambatan listrik atau tahanan (R), dimana semakin rendah tahanan larutan, maka semakin besar konduktansinya. Konduktansi mempunyai satuan mho atau ohm-1 Konduktansi ekivalen ialah daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut diantara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda yaitu 1cm. Jadi nilai konduktansi ekivalen ini akan sama dengan nilai konduktansi (G) apabila 1gram ekivalen larutan terdapat diantara dua elektroda dengan jarak 1cm.

3. Analisis tentang sifat dari suatu larutan berdasarkan hasil pengukuran yang terdapat pada Tabel 1:
22

Pada tabel 1, dapat kita lihat semua larutan dikondisikan dengan besar konsentrasi yang sama namun menghasilkan arus listrik yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena suatu larutan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan daya hantar arus litriknya, yaitu larutan elektrolit dan non-elektrolit. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena mengalami reaksi ionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik dan selalu bergerak bebas. Larutan elektrolit dapat diklasifikasikan lagi menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah seperti pada tabel 3 dibawah ini:

Dapat kita lihat berdasarkan tabel diatas bahwa C2H5OH merupakan larutan non elektrolit, oleh sebab itu C2H5OH tidak menghasilkan arus listrik (I=0 mA). NaCl dan HCl merupakan sama-sama elektrolit kuat. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat ionisasi = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Arus yang dihasilkan oleh HCl lebih besar dari pada arus yang dihasilkan NaCl karena HCl merupakan asam kuat, sedangkan NaCl merupakan larutan garam. HCl(aq) -> H+(aq) + Cl(aq) NaCl(aq) -> Na+(aq) + Cl(aq) Larutan CH3COOH merupakan elektrolit lemah dan larutan ini menghantarkan arus listrik dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian (derajat nisasi << 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion. 4. Pengaruh konsentrasi terhadap nilai konduktansi dari larutan pada Gambar 1:

23

Semakin besar nilai konsentrasi dari sebuah larutan, maka nilai konduktansi dari larutan tersebut juga akan semakin besar. Dari grafik dapat terlihat bahwa konduktansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Penjelasan mengenai pengaruh jenis larutan terhadap kurva konduktansi adalah jenis larutan larutan yang lain akan memiliki grafik yang hampir sama tetapi dengan gradien yang berbeda yang tergantung terhadap nilai (kemampuan suatu zat untuk mengionisasi)

5. Cara menentukan nilai konduktansi ekivalen pada pengenceran tak terhingga (infinite dilution) dengan memanfaatkan data yang ada pada Tabel 2 adalah Dengan menggunakan rumus Kohlrausch yaitu : dengan : molar conductivity (Sm2 mol-1) : limiting molar conductivity : konstanta c : konsentrasi

Berhubung pada soal tersebut disebutkan bahwa dilakukan pengenceran tak terhingga, maka nilai c kita anggap 0 (karena konsentrasi larutan semakin mengecil setelah dilakukan pengenceran tak terhingga). Jadi persamaan yang didapatkan adalah Lalu persamaan diatas dapat didekatkan dengan persamaan linear y = bx + a, dengan b a : gradien pada rumus (-b) : konstanta (nilai konduktansi ekivalen/limiting molar conductivity pada pengenceran tak terhingga, 0) x : sebagai .

Jadi, persamaan linear tersebut tinggal y = a X Y : : .

Metode regresi linier:

24

X 0,1539 0,3472 0,6303 1,622 2,829 4,762 total 10,34

Y 87,89 87,44 86,91 85,80 84,87 83,78 516,69

X2

Y2 0,0236 7724,65 0,1205 7645,75 0,3973 7553,35

XY 13,5263 30,3592 54,7794

2,6308 7361,64 139,1676 8,0032 7202,92 240,0972 22,6766 7019,09 398,9603 11,1754 44507,4 876,89

6. Jelaskan bagaimana anda memanfaatkan data pada Gambar 2 untuk dapat menentukan konsentrasi dari titran? Diketahui: Titik ekivalen yang diraih pada kurva V1 = 6Ml ( V NaOH) M1 NaOH = 0,5 M M2 = ? V2 HCl = ? (tidak diketahui di soal) Dengan menggunakan rumus : V1M1 = V2M2 6Ml x 0,5 M = ? x M2 M2 = ... (soal ini tidak dapat diselesaikan karena V HCl tidak diketahui pada soal)

7. Menurut anda, apakah alat tersebut cukup efektif digunakan sebagai alat analisis konduktometri? Berikan 25ompute anda? Alat analisis yang digunakan cukup efektif akan tetapi ada alat yang lebih akurat karena dipadukan dengan perangkat 25omputer yang mampu mengukur konduktansi per detik.

25

BAB III KESIMPULAN

Campuran baik gas-gas maupun cair-cair secara umum dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu ideal dan non-ideal (nyata). Secara garus besar, campuran yang dikatakan ideal apabila tidak ada interaksi antar molekul (gaya intermolekuler) dalam sistem campuran tersebut, sedangkan campuran non-ideal (nyata) terdapat gaya intermolekuler yang tidak dapat diabaikan. Pada umumnya, setiap campuran akan memilikki sifat molar parsial seperti tekanan parsial, molar volume parsial, serta energi parsial dari sistem campuran tersebut, yang dimana nilainya dapat dituliskan sebagai fungsi dari komposisi campuran. Dalam campuran gas-gas, campuran yang dapat dikatakan ideal apabila campuran

tersebut memenuhi hukum dari gas ideal (hukum Dalton, Avogadro, Graham dan lainnya). Sedangkan dalam camupran gas nyata tidak memenuhi hukum tersebut. Komposisi dari campuran gas dapat berubah-ubah bergantung dari letak ketinggian. Semakin rendah ketinggian, maka tekanan total dari sistem campuran tersebut akan menjadi lebih tinggi (komposisi gas berubah sedemikian rupa membuat tekanan sistem meningkat). Sifat dari sebuah campuran gasgas dapat ditinjau dari nilai Molar Mass dari campuran tersebut dengan menggunakan metode Regnoult, Victor Meyer dan limiting density. Campuran gas-gas mempunyai berbagai fungsi salah satunya dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Campuran yang cocok untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif adalah dimethyl ether karena mudah diperoleh dan proses perolehannya tidak sulit. Walapun persamaan teori kinetik memungkinkan perhitungan kecepatan akar kuadrat rata-rata dari molekul, akan tetapi persamaan ini tidak memberikan keterangan apa-apa tentang kecepatan dari masing-masing molekul. Molekul-molekul dalam suatu gas bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lagi pula kecepatan dari sebuah molekul selalu berubah dan dapat bervariasi antara harga yang rendah sekali dan harga yang sangat tinggi, akibat daripada tumbukan dengan molekul-molekul yang lain. Distribusi Maxwell menjelaskan tentang kecepatan partikel dalam gas, di mana partikel bergerak bebas antara tumbukan kecil. Biasanya distribusi Maxwell mengacu pada kecepatan molekul, tetapi juga berlaku untuk distribusi momentum dan energi dari molekul. Distribusi ini adalah produk dari tiga variabel independen
26

yang terdistribusi normal. Selain itu, dapat dilihat bahwa besarnya momentum akan didistribusikan sebagai distribusi Maxwell. Dalam campuran cair-cair, juga dapat dibedakan menjadi campuran ideal dan non-ideal. Hukum yang diikuti oleh campuran yang bersifat ideal adalah hukum Raoult, sedangkan nonideal adalah hukum Henry. Dalam diagram P vs. X, dapat dilihat bahwa campuran yang ideal akan menghasilkan trend grafik yang linear, sedangkan yang negatif akan menghasilkan sebuah deviasi (positif bila U > 0, negatif bila (U < 0). Campuran antara air dan ethanol bersifat non ideal karena akan menghasilkan deviasi negatif dan akan menghasilkan titik azeotrop. Titik azeotrop menandakan bahwa pemisahan antara campuran tidak dapat dilakukan melebihi persentase kemurnian dari titik tersebut. Larutan dapat dibagi menjadi larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan daya hantar terhadapa listrik. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena mengalami reaksi ionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik dan selalu bergerak bebas, dan memiliki derajat pengionisasian yaitu 1 (sempurna). Sedangkan larutan non-eletrolit merupakan kebalikan dari larutan non-elektrolit. Hal-hal yang mempengaruhi konduktivitas suatu bahan material adalah jenis bahan (larutan elektrolit atau non-elektrolit), suhu, luas penampang dan panjang untuk logam.

27

REFERENSI

Prof. Dr. Sukardjo, 1997. Kimia Fisika. Jakarta : PT Rineka Cipta P.W. Atkins. 1993. Kimia Fisika, Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. http://www.ilmukimia.org/2012/12/penjelasan-hukum-boyle.html http://www.ilmukimia.org/2012/11/gas-ideal-dan-gas-nyata.html http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia.dasar/gas1/gas-ideal-dan-gas-nyata/ Maron,Samuel dan Jerome Londo. 1974. Fundamentals of Physical Chemistry. USA : Macmillan Publishing Co,Inc. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital20289290-S887-Efek%20penambahan.pdf http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/news/mbl_detail.php?news_id=1181 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1371/1/kimia-nursasamawaty2.pdf http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/elektrolit-kuat-dan-elektrolit-lemah-2/ http://www.scribd.com/doc/47169343/Konduktifias http://www.ilmukimia.org/2013/02/elektrolit-kuat.html http://masykuri.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/01/konduktometri.pdf Nelson, Keith, and Moungi Bawendi. 5.60 Thermodynamics & Kinetics, Spring 2008. (MIT OpenCourseWare: Massachusetts Institute of

Technology),http://ocw.mit.edu/courses/chemistry/5-60-thermodynamics-kinetics-spring2008(Accessed 25 Sep, 2013). License: Creative Commons BY-NC-SA Atkins, Peter. Paula, Julio. 2006. Atkins' Physical Chemistry Eidhth Edition. Published: Oxford University Press, Great Britain. Library of Congress Control Number: 2005936591, ISBN: 07167-8759-8, EAN: 9780716787594

28

Anda mungkin juga menyukai