Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 1

Ainun Khafidlotul Rizqiyyah (12212183077)

Dzurotul Nasikhah(122121830)

Kristralia (122121830)

Lutfi (1221218330)

Bab KIMIA FISIKA 2

A. Pengertian Dasar Tentang Fasa


B. Kriteria kesetimbangan Fasa
C. Aturan Fasa Gibbs
D. Persamaan Clapeyron
E. Sistem Satu Komponen
F. Persamaan Clausius-Clapeyron
G. Sistem Satu Komponen
H. Sistem dua Komponen
I. Sistem Tiga Komponen
A. Pengertian Dasar Tentang Fasa
Dalam membicarakan aturan fasa, terlebih dahulu harus dipahami pengertian-
pengertian dari istilah-istilah yang digunakan berhubungan dengan hal tersebut.
Istilah-istilah tersebut adalah fasa, komponen, dan derajat kebebasan.
Resume:

1. Fasa
Fasa adalah bagian yang serba sama dalam suatu sistem, yang dapat dipisahkan
secara mekanik, serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Jadi
suatu sistem yang mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai bagian
daerah yang serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua bagian
pada cairan tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda dengan difasa uap. Contoh
lainnya adalah air yang berisi pecahan-pecahan es merupakan suatu sistem yang
terdiri atas dua fasa, yaitu fasa yang berwujud padat (es) dan fasa yang berwujud
cair (air). Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud cairan-cairan pada
kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih, tergantung pada kelarutannya.
2. Komponen
Cara praktis untuk menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan
jumlah total spesi kimia dalam siste dikurangi dengan jumlah reaksi-reaksi
kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam
sistem tersebut. Sebagai contoh kita tinjau sistem yang terdiri atas tiga spesi yakni
PCl5, PCl3 dan Cl2. Sistem memang terdiri atas tiga spesi, tetapi hanya ada dua
komponen karena adanya kesetimbangan yang terjadi pada sistem tersebut:
PCl5 ↔ PCl3 + Cl2
Dua dari spesi di atas dapat dipilih dan ditentukan jumlah molnya masing-
masiing, sedangkan jumlah mol spesi ketiga dapat ditentukan melalui keadaan
kesetimbangan,
X PCl 3 X Cl2
2 KX =
X PCl 5
Sebagai akibatnya, hanya dua spesi yangsecara kimia independen, spesi ketiga
tidak independen. Jadi hanya ada dua komponen untuk sistem diatas.
3. Derajat Kebebasan
Untuk menguraikan keadaan kesetimbangan dari suatu sistem yag terdiri atas
beberapa fasa dengan beberapa spesi kimia, kita dapat menentukan mol masing-
masing spesi dalam setiap fasa serta suhu (T) dan tekanan (P). Akan tetapi
penentuan mol tidak akan kita lakukan karena massa stiap fasa dalam sistem tidak
menjadi perhatian kita. Massa atau ukuran dari setiap fasa tidak mempengaruhi
posisi kesetimbangan fasa, karena kesetimbangan fasa ditentukan oleh kesamaan
dalam potensial kimia, yang merupakan variable intensif. Jumlah variable intensif
independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem disebut
derajat kebebasan dari sistem tersebut.
B. Kriteria Kesetimbangan Fasa
Perubahan energi Gibbs yang disebabkan oleh perubahan suhu , tekanan, dan mol zat
dinyatakan melalui persamaan :

dG = -SdT + VdP + ∑ µidni


i

Kita tinjau suatu sistem di dua bagian α dan β dengan potensial kimia zat i masing-
masing µαi dan µβi . Andaikan terjadi perpindahan dni mol zat I dari fasa α ke fasa β
pada suhu, tekanan, dan jumlah mol zat lainnya tetap, perubahan energi Gibbs di
kedua fase tersebut dinyatakan dengan dGα = µαi dniα dan dGβ = µβi dn βi . perubahan
energi Gibbs total dari sistem adalah
dG = dGα + dGβ
Jika perpindahan zat tersebut berlangsung spontan harus disertai dengan penurunan
energi Gibbs
dG = (µαI −µβI )dniα< 0
3
Karena aliran atau pemindahan I terjadi dari fasa α ke fasa β maka dniα bernilai
negative.
dengan demikian diperoleh :
µαi −µβi > 0 atau µαi > µiβ
Resume:

Dengan kata lain, perpindahan I yang spontan akan terjadi dari fasa α ke β, atau dari
fasa dengan potensial kimia besar ke fasa lain yang potensial kimianya lebih redah.
Alira atau perpindahan ini akan terus berlangsung sampai potensial kimia zat I di
semua fasa dalam sistem menjadi sama. Jika sistem menjadi kesetimbanagn maka
persamaanya menjadi :
dG = (µαI −µβI )dniα= 0
karena dniα ≠ 0, maka :
µαI =µβI
Persamaan ini merupakan syarat kesetimbangan antara dua fasa untuk zat murni pada
suhu dan tekanan tertentu. Jadi pada keadaan kesetimbangan potensial kimia zat I di
fasa α sama dengan potensial kima zatt I di fasa β atau secara umum dapat dinyatakan
bahwa pada keadaan kesetimbanga, potensial kimia setiap zat I harus sama di semua
fasa.
Pada dasarnya, suatu sistem disebut setimbang secara termodinamika jika dipenuhi
criteria kesetimbangan termal, kesetimbangan mekanik, dan kesetimbangan material.
Fungsi keadaan T menentukan ada tidaknya kesetimbangan trmal antar fasa. Fungsi
keadaan P menentukan ada tidaknya kesetimbangan mekanik antar fasa. Fungsi
keadaan µ menentukan ada tidaknya kesetimbangan material antar fasa.
C. Aturan Fasa Gibbs
Jika suatu sistem mengandung satu atau lebih komponen dalam satu atau lebih fasa
pada keadaan kesetimbanagn, ada suatu hubungan umum yang penting yang harus
4
dipenuhi antara jumlah fasa (p), komponen(c), dan derajat kebebasan(f). Kita tinjau
sistem dengan c komponen dan p fasa. Pada setiap fasa, fraksi mol setiap komponen
harus ditentukan. Jadi untuk satu fasa diperlukan c fraksi mol dan untuk menguraikan
p fasa diperlukan pc fraksi mol. Variabel pc ini tak semuanya independen, karena ada
hubungan tertentu di antara variable tersebut. Yang pertama adalah jumlah fraksi mol
dalam setiap fasa harus sama dengan satu.
X 1α + X α2 + …+ X αC =1
Untuk setiap fasa, ada persamaan seperti pada persamaan diatas. Jadi untuk p fasa ada
sejumlah p persamaan seperti itu. Yang kedua adalah karena sistem ada dalam
kesetimbangan maka :
µα1 =µβ1 =µ1y =…=µ 1p

Karena persamaan diatas, maka untuk sistem dengan p fasa hanya mengandung p-1
persamaan, ada (p-1) tanda sama dengan (=) untuk setiap komponen pada p fasa. Jadi
untuk c komponen ada c(p-1) persamaan. Oleh karena itu jumlah total variable
konsentrasi diikurangi jumlah syarat-syarat persamaan diatas menghasilkan :

pc – p – c(p – 1) = c – p

Denga menambahkan 2 untuk T dan P, kita peroleh derajat kebebasan sistem :

f=c–p+2

Persamaan diatas biasa dikenal dengan aturan fasa, dikemukakan oleh J. Willard
Gibbs. Untuk memudahkan mengingatnya , harus disadari, semakn banyak jumlah
komponen, semakin banyak variable, oleh karena itu c bertanda positif. Semakin
banyak jumlah fasa, semakin banyak pula syarat kesetimbangan dan jumlah
persamaannya, sehingga mengurangi beberapa variable, jadi p bertanda negative.

5
D. SISTEM SATU KOMPONEN
Resume:

Pada bagian ini akan dibahas kesetimbangan fasa pada sistem dengan satu komponen
independen. Kita akan tinjau zat murni. Untuk sistem satu komponen aturan fasanya adalah
f =3−p
Kita dapat menggambarkan setiap keadaan dari sistem satu komponen dengan satu titik pada
diagram dua dimensi P terhadap T. Diagram seperti ini merupakan salah satu diagram fasa.
Pada diagram fasa tergambar sifat-sifat zat seperti titik didih, titik leleh titik tripel. Garis-
garis pada diagram fasa membagi fasa-fasa tersebut kedalam daerah padat, cair, dan gas. Jika
suatu titik yang menggambarkan keadaan sistem ada didaerah padat, zat tersebut dalam
keadaan cair. Jika titik tersebut terletak pada garis misal s-l, maka zat tersebut ada dalam
kesetimbangan antara keadaan cair dan padatanya. Garis l-g mempunyai batas atas tertentu
pada suhu dan tekanan kritis, karena diatas suhu dan tekanan tersebut tidak mungkin untuk
membedakan antara cair dan gas.

E. PERSAMAAN CLAPERYON & CLAUSIUS-CLAPERYON


Dari persamaan μαi =μiβ dapat dilihat bahwa syarat kesetimbangan antara dua fasa
untuk zat murni pada T&P tertentu adalah (subskrip i dihilangkan karena sistem hanya terdiri
dari satu komponen, zat murni). Jika tekanan di ubah menjadi T+dT dan nilai masing-masing
μ akan berubah menjadi μ+dμ. Jadi pada T+dT dan P+dP syarat kesetimbangannya adalah
μα +dμ α =μβ +d μ β
Dengan mengurangkan persamaan diatas akan memperoleh
d μα =dμ β

6 Berdasarkan persamaan fundamental kita peroleh dμ secara eksplisit dalam bentuk dP dan
dT
d μα =− Ś α dT + V́ α dP dan d μ β=− Ś β dT + V́ β dP
( Ś β −Ś α ) dT= ( V́ β −V́ α ) dP ………………(1)
Jika terjadi perubahan dari α → β, makaseperti persamaan (1)
Dengan demikian persamaan diperoleh dari (1) menjadi
dP ∆ Ś
=
dT ∆ V́
Sebenarnya tak jadi masalah α dan manaβ, untuk perubahan fasa pada kesetimbangan ( suatu

∆ H́
perubahan fasa yang reversibel) ∆ Ś= sehingga persamaan menjadi
T
dP ∆ H́
= …………( persamaan Clapeyron)
dT T ∆ V́
Untuk kesetimbangan fasa terkondensasi, baik padat ataupun cair dengan upaya kita
mempunyai

dP ∆ Ś ∆ H́
= = ………2
dT ∆ V́ T ( V́ g −V́ c )
Dengan ∆ H́ merupakan kalorpenguapan molar cairan atau kalor sublimasi molar dari
padatan dan V́ c adalah volum molar padatan atau cairan. Pada umumnya V́ g−V́ c ≈ V́ g dan

RT
dengan mengansumsikan gas sebagai gas ideal V́ g= , maka persamaan (2) menjadi
P
dP ∆ H́ P dP ∆ H́
2 atau
= =
dT RT dT T ∆ T 2
Persamaan yang terakhir dikenal sebagai persamaan Clausius- Clapeyeron, dengan
anggapan ∆ H́ tak bergantung pada suhu , maka integrasi persamaan tersebut menghasilkan
∆ H́ ∆ H́
ln P= −
RT o RT
1. DIAGRAM FASA AIR 7
Untuk menggambarkan garis kesetimbangan pada diagram fasa digunakan persamaan
clapeyron dan clausius-clapeyron. Garis kesetimbangan padat–cair dapat digambarkan
dengan menggunakan persamaan
dP ∆ H́
=
Resume:

dT T ∆ V́
Dalam hal ini perubahan dari padat ke cair selalu disertai dengan penyerapan kalor.

Diagram Fasa CO2

Yang diperliahatkan pada gambar dibawah,

Gambar Diagram Fasa CO2

Berbeda dengan H2O, untuk CO2 untuk titik lelehnya naik dengan naiknya tekanan. Yang
dapat dilihat dari kemiringan garis kesetimbangan padat-cair yang berharga positif. Karena
Vcair ¿ Vpadat .

Titik tripel CO2 yang ada pada tekanan 5,11 atm. Oleh karena itu pada 1 atm padatan CO2
disebut sebagai “es kering”, karena dengan pemanasan, padatannya tidak berubah cair
8 melainkan langsung menjadi uapannya. Sama hal nya seperti air, garis cair-uap pada diagram
P – T berhenti di titik kritis pada T – P tertentu. Dan diatas titik kritis, cairan dan uapnya
tidak dapat dibedakan.

SISTEM DUA KOMPONEN

Sistem 2 komponen dapat berupa campuran dari fasa cair- gas, cair- cair, fasa padat-
cair, ataupun padat- padat. Karakteristik setiap campuran sangat khas, misalnya ada sistem
cair- cair yang membentuk campuran yang homogen atau 1 fasa pada segala P,T dan
komposisi, tetapi ada pula yang hanya membentuk 1 fasa pada P,T atau komposisi tertentu.
Diagram fasa untuk sistem dua komponen digambarkan sebagai fungsi komposisi terhadap
tekanan atau komposisi terhadap suhu. Oleh sebab itu aturan fasa berubah menjadi F = C –
P+1 karena salah satu variabel (P atau T) dalam keadaan konstan. Derajad kebebasan (F)
menjadi = 2-P.

Sistem dua komponen cair- uap ideal

Larutan ideal adalah yang memenuhi Hukum Raoult pada semua rentang konsentrasi.
Menurut Hukum Raoult, tekanan uap jenuh berbading lurus dengan fraksi molnya.

Pi=Xi Pi °

Dengan Pi : tekanan uap(jenuh), i : larutan pada suhu T, Xi : fraksi mol i dalam larutan ideal,
dan Pi ° : tekanan uap (jenuh pelarut murni pada suhu T). Karena dalam kesetimbangan cair-
uap nilai ∆ Gmix cair sama dengan ∆ Gmix gas, maka:

PA PB
XA= XB= ...............................a
PA° PB °

Dengan PA = tekanan parsial uap A, PA ° = tekanan uap A murni dan XA = fraksi mol A
dalam larutan.demikian juga dengan yang B. Dalam persamaan diatas termasuk dalam
Hukum Raoult. Tekanan uap komponen larutan ideal berbanding lurus dengan fraksi
9
mol komponen tersebut.
Hukum Raoult dapat dipakai untuk menentukan tekanan uap larutan ideal dalarn berbagai
komposisi. Tekanan uap carnpuran kedua komponen (P) adalah:

P = PA + PB = xA PA° + xB PB°
Resume:

P = (1 - xB) PA° + xB PB°

P = (PB° + PA°) = xB + PA° ........................................b

Karena nilai P bergantung pada xB, sedangkan (PA° – PB°) dan PB° adalah konstanta.
Demikian juga dalam persamaan diatas tampak bahwa PA bergantung pada xA dan PB
bergantung pada xB sedangkan PA° dan PA° adalah konstanta. Akhirnya, secara teoritis dapat
dibuktikan bahwa grafik tekanan uap larutan biner adalah merupakan garis lurus. Ada
perbedaan antara hukum Raoult dan hukum tekanan parsial Dalton Hukurn Raoult
menyatakan hubungan antara fraksi mol cairan dengan tekanan parsial uapnya

PA = xA PA° PB = xB PB° .........................................c

Hukum Dalton menyatakan hubungan fraksi rnol gas dengan parsialnya

PA = yAP PA = yAP ........................................d

Jadi untuk menentukan komposisi uap komponen dari cairannya harus menggunakan hukum
I Raoult. sedangkan untuk menentukan komposisi uap saja digunakan hukum Dalton. dengan
yA dan yB = fraksi mol A dan B dalam uap, kemudian disubtitusikan kepersamaan (b)

Pb Xb Pb °
kedalam persamaan (d) menghasilkan: yB = = , Persamaan (d)
P ( Pb °−Pa ° ) Xb+ Pa°
dapat dipakai untuk menghitung fraksi mol uap (yB) dalam berbagai nilai fraksi mnol cair
(xB).

Sistem dua komponen cair uap tak-ideal


10
Diagram fasa cair-uap untuk sistem tak-ideal diperoleh melalui pengukuran tekanan dan
komposisi uapnya dalam kesetimbangan dengan cairan yang diketahui komposisinya. Untuk
larutan campuran nonideal yang mengalami devisiasi (penyimpangan) dari Hukum Raoult
terdapat 2 macam penyimpangan hukum raoult , yaitu

a. Penyimpangan Positif
Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masing-masing zat
lebih kuat daripada interaksi dalam campuran zat (A – A, B – B ¿ A – A, B – B ).
Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (∆ Hmix) positif (endotermik) dan
mengakibatkan terjadinya penambahan volume campuran (∆ Vmix >0) . contoh
penyimpangan positif pada campuran etanol dan n-heksana.
b. Penyimpangan Negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam campuran zat lebiih
kuat daripada interaksi dalam masing-masing zat (A – B ¿ A – A, B – B).
Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (∆ Hmix) negatif (eksotermik) dan
mengakibatkan terjadinya pengurangan volume campuran (∆ Vmix <0). Contoh
penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.

11
Resume:

DAFTAR PUSTAKA

Rohman Ijang, Mulyani Sri,2004, Kimia Fisika, Jica,Universitas Indonesia


12

Anda mungkin juga menyukai