Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat
dipisahkan secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat
fisika. Jadi suatu sistemyang mengandung cairan dan uap masing-masing
mempunyai bagian daerah yang serba sama. Dalam fasa uap kerapatannya serba
sama di semua bagian pada uap tersebut.Dalam fasa cair kerapatannya serba
sama di semua bagian pada cairan tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda
dengan di fasa uap. Sistem yang terdiri atas campuran wujud gas saja hanya ada
satu fasa pada kesetimbangan sebab gas selalu bercampur secara
homogen.Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud cairan-cairan pada
kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih, tergantung pada
kelarutannya.Dalam satu fase dapat dicontohkan logam murni, padatan dan
cairan.Sedangkan kesetimbangan yaitu jika sebuah sistem mempunyai energi
bebas minimum pada temperatur, tekanan dan komposisi tertentu tidak terjadi
perubahan kondisi.Semakin tinggi energi bebas gerak atom pada bahan makin
acak dan tidak teratur.Secara makro, sifat-sifat sistem tidak berubah terhadap
waktu stabil.Kesetimbangan fase adalah kesetimbangan pada sistem yang
terdiri lebih dari 1 fase.Masing-masing fase tidak mengalami perubahan.
Padatan - padatan biasanya mempunyai kelarutan yang lebih terbatas dan
pada suatu sistem padat yang setimbang bisa
terdapat beberapafasa padatyang berbeda.Jumlahkomponendalamsuatusystemme
rupakan
jumlahminimumdarispesi yang secara kimiaindependen yang diperlukanuntukme
nyatakan komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk
menentukan jumlah komponen adalahdengan menentukanjumlah totalspesi kimia
dalam sistemdikurangi dengan jumlah reaksi-reaksi kesetimbangan yang berbeda
yang dapat terjadiantara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut.
2

Pada setiap kasus, kesetimbangan reaksi kimia akan terganggu dan


berubah dengan adanya pengaruh beberapa faktor dari luar system reaksi.
Gangguan-gangguan dari luar yang dimaksud disini adalah berubahnya tekanan,
berubahnya suhu, berubahnya kuantitas komponen-komponen reaksi
(konsentrasi). Dengan sederhana akan dapat dijelaskan bahwa naiknya tekanan
(khusus pada reaksi berfasa gas) akan menggerser kesetimbangan kearah jumlah
mol yang lebih kecil (reaktan ataupun produk). Sedangkan dinaikkannya suhu
reaksi akan menggeser kesetimbangan ke arah reaksi endotermis. Yang ketiga
adalah pengaruh perubahan konsentrasi. Penambahan konsentrasi (zat) dalam
ruas kiri (reagen) akan menggeser kesetimbangan kea rah ruas kanan (produk),
dan sebaliknya penambahan kuantitas produk akan memperlambat reaksi
pembentukannya, atau bahkan akan menggeser arah reaksi menuju reaktan.
Pemahaman inilah yang akan dibahas dalam makalah ini.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Tiga Komponen

Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat zat lain dalam
suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati pengaruh
perubahan temperature, tekanan serta konsentrasi zat tersebut. Sedangkan
komponen adalah yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam
senyawa biner (Gina, 2010).
Dalam sistem tiga komponen, varian adalah F = 3 P + 2 = 5 P. Jika
sistem hanya mengandung satu fase, dibutuhkan empat variabel untuk
menyatakan keadaansistem; ini mungkin lebih menguntungkan jika diambil
variabel T,p,x1,x2. Adalah tidak mungkin memberikan suatu representasi grafis
lengkap mengenai sistem ini dalam tiga dimensi,apalagi dalam dua dimensi.
Konsekuensinya, cara untuk merepresentasikan sistem ini adalah pada tekanan
dan suhu konstan. Maka varian menjadi F = 3 P, sehingga sistem memiliki,
paling tidak, 2 varian, dan dapat direpresentasikan pada bidang datar. Setelah
menetapkan suhu dan tekanan, variabel yang tinggal adalah variabel
komposisi,x1,x2,x3, yang dihubungkan oleh x1 + x2 + x3 = 1. Sehingga dengan
mengetahui dua nilai maka yang ketiga dapat dihitung. Metoda Gibbs dan
Roozeboom menggunakan suatu segitiga sama sisi untuk representasi grafis.
Gambar 6.15 menunjukkan prinsip metoda ini. Titik A, B, C pada titik sudut
segitiga menyatakan 100% A, 100% B, 100% C. Garis yang paralel dengan AB
merupakan berbagai prosentasi dari C. Titik P pada gambar 6.13 menyatakan
sistem mengandung 30% C. Panjang PM menyatakan persen C, panjang PN
menyatakan persen A, panjang PL menyatakan persen B. Jumlah ketiga panjang
ini selalu sama dengan panjang sisi segitiga yaitu menyatakan 100%. Dengan
metoda ini setiap komposisi dari sistem tiga komponen dapat dinyatakan oleh
titik dalam segitiga (Tim Dosen Kimia Fisik UNS, 2003).
4

Bila berat masing-masing komponen sudah dihitung, hitung persen berat


masing-masing komponen (fraksi dari masing-masing komponen). Alas segitiga
menggambarkan komposisi campuran air-kloroform. Oleh karena itu, sistem tiga
komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat
kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan
dalam fasa bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram
Terner (Oktaviana, 2012).
Oleh karena itu, sistem tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap
mempunyai jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa
sistem ini dapat digambarkan dalam fasa bidang datar berupa suatu segitiga sama
sisi yang disebut diagram Terner (Oktaviana, 2012).
Dengan ini dapat digambarkan diagram fasa yang menyatakan susunan
dua komponen. Diagram ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi. Air dan
asam asetat dapat bercampur seluruhnya, demikian juga dengan kloroform dan
asam asetat.Air dan kloroform hanya dapat campur sebagian. (Atkins, 2006: 218)

Gambar 6.15
Segitiga Terner
Pada titik H2O = 100% air, 0% CH3COOH, 0% butanol
5

Pada titik CH3COOH = 100% CH3COOH, 0% air, 0% butanol


Pada titik butanol = 100% butanol, 0% CH3COOH, 0% air

Dua sifat yang lain dari diagram ini juga penting. Yang pertama
diilustrasikan dalam gambar 6.14(a). Jika dua sistem dengan komposisi seperti
dinyatakan oleh P dan Q dicampur bersama sama, komposisi campuran yang
diperoleh akan dinyatakan oleh titik x di suatu tempat pada garis yang
menghubungkan titik P dan Q.

Hal ini dapat diikuti dengan mudah yaitu jika tiga sistem yang dinyatakan
oleh titik P,Q,R dicampur, komposisi campuran akan terletak di dalam segitiga
PQR. Sifat penting kedua yaitu bahwa semua sistem dinyatakan oleh titik titik
pada garis yang melalui puncak yang mengandung dua komponen lain dalam
perbandingan yang sama. Contoh, semua sistem yang dinyatakan oleh titik pada
CM mengandung A dan B dalam jumlah yang sama. Pada ganbar 6.14 (c),
dengan menegakkan garis tegak lurus dari dua titik P dan P dan menggunakan
sifat sifat segitiga, kita peroleh :

Sehingga
6

Sifat ini penting dalam mendiskusikan penambahan atau pengambilan suatu


komponen pada sistem tanpa mengubah jumlah dua komponen lain yang ada
(Tim Dosen Kimia Fisik UNS,2003).

2.2 Kesetimbangan CairCair

Diantara beberapa contoh sederhana dari perilaku sistem tiga komponen


adalah sistem chloroform-air- asam acetat. Pasangan chloroform-asam asetat dan
air- asam asetat adalah saling bercampur sempurna.Pasangan chloroform-air
tidak.Gambar 6.17menunjukkan skema kesetimbangan cair-cair untuk sistem
ini.Titik a dan b menyatakan lapisan cairan konjugasi tanpa asam asetat. Anggap
bahwa semua komposisi sistem adalah c sehingga dengan aturan lever terdapat
lebih banyak lapisan b daripada lapisan a. Jika sedikit asam asetat ditambahkan
ke dalam sistem, komposisi berubah sepanjang garis yang menghubungkan c
dengan puncak asam asetat ke titik c. Penambahan asam asetat mengubah
komposisi dari kedua lapisan menjadi a dan b. Ingat bahwa asam asetat lebih
cenderung memasuki lapisan kaya air b, sehingga garis dasi yang
menghubungkan larutan konjugat a dan b tidak paralel ke ab. Jumlah relatif dari
a dan b diberikan oleh aturan lever; yaitu, dengan perbandingan segmen dari
garis dasi ab. Penambahan selanjutnya dari asam asetat mengubah komposisi
lebih lanjut sepanjang garis putus putus cC; lapisan kaya air bertambah
sedangkan lapisan kaya chloroform berkurang. Pada c hanya sedikit lapisan
kaya chloroform yang tinggal, sedangkan di atas c sistemnya homogen.
7

Karena garis dasi tidak paralel, titik yang disitu dua larutan konjugat memiliki
komposisi yang sama tidak terletak pada puncak dari kurva binodal tetapi keluar
ke satu sisi pada titik k, yaitu titik sambung. Jika sistem berkomposisi d dan
ditambahkan asam asetat ke dalamnya, komposisi akan berubah sepanjang dk;
hanya di bawah k dua lapisan akan ada dalam jumlah yang komparabel; pada k,
batas antara dua larutan lenyap sehingga sistem menjadi homogen. Bandingkan
perilaku ini dengan yang ada di titik c yang disitu hanya ada sedikit dari satu
lapisan konjugat yang tinggal(Tim Dosen Kimia Fisik UNS,2003).

2.3 Kelarutan Garam; Efek Ion Sejenis


Sistem yang mengandung dua garam dengan ion sejenis dan air memiliki
kecenderungan yang besar menurut pandangan praktis ini. Masing masing garam
saling mempengaruhi kelarutannya satu sama lain. Skema diagram untuk NH4Cl.
(NH4)2SO4.H2O pada 30oC tampak pada gambar 6.18.Titik a menyatakan larutan
jenuh NH4Cl dalam air tanpa (NH4)2SO4. Titik antara A dan a menyatakan
berbagai jumlah padatan NH4Cl dalam kesetimbangan dengan larutan jenuh a.
Titik antara a dan C menyatakan larutan tidak jenuh NH 4Cl. Serupa dengan itu, b
menyatakan kelarutan (NH4)2SO4 tanpa NH4Cl. Titik pada Cb menyatakan
larutan tidak jenuh, sedang pada bB menyatakan padatan (NH4) 2SO4 dalam
kesetimbangan dengan larutan jenuh. Adanya (NH4)2SO4mengubah kelarutan
8

NH4Cl sepanjang garis ac, sedangkan adanya NH4Cl mengubah kelarutan


(NH4)2SO4 sepanjang garis bc. Titik c menyatakan larutan yang dijenuhkan
terhadap kedua NH4Cl dan (NH4)2SO4.Garis dasi menghubungkan larutan jenuh
dan padatan dalam kesetimbangan dengannya.Daerah stabilitas tampak pada
Tabel 6.2.

Anggap suatu larutan takjenuh dinyatakan oleh P dievaporasikan secara


isotermal; titik keadaan seharusnya bergerak sepanjang garis Pdef, yang
digambarkan melalui puncak C dan titik P. Pada d, NH 4Cl mengkristal,
komposisi larutan bergerak sepanjang garis dc. Pada titik e, komposisi larutan
adalah c, dan (NH4)2SO4 mulai mengkristal. Evaporasi lebih lanjut akan
mengendapkan kedua NH4Cl dan (NH4)2SO4 hingga titik f dicapai, di situ larutan
menghilang secara sempurna (Tim Dosen Kimia Fisik UNS,2003).
9

2.4 Pembentukan Garam Rangkap


Jika terjadi dua garam dapat membentuk suatu senyawa, garam
rangkap,kemudian kelarutan senyawa tersebut dapat pula muncul sebagai garis
kesetimbangan dalam diagram. Gambar 6.19 menunjukkan dua tipe kasus
pembentukan senyawa. Pada dua gambar tersebut, ab adalah kelarutan A; bc
adalah senyawa AB; cd adalah B. Daerah dan menyatakan apa saja mereka itu
ditabulasikan di Tabel 6.3.
Perbedaan perilaku dari dua sistem dapat ditunjukkan dengan dua cara.
Pertama mulai dengan senyawa padat kering dan tambahkan air; titik keadaan
bergerak sepanjang garis DC. Pada gambar 6.19.(a), ini menggerakkan titik ke
daerah senyawa plus larutan jenuh senyawa tersebut. Sehingga, senyawa ini
disebut jenuh secara kongruen (congruently saturating). Penambahan air ke
dalam senyawa AB di gambar 6.19(b) mengubah titik keadaan sepanjang DC ke
daerah stabilitas A+AB+larutan jenuh b. Penambahan air, oleh karenanya,
mendekomposisi senyawa padatan A larutan a. Senyawa ini disebut jenuh
inkongruen (incongruently saturating). Serupa dengan itu senyawa pada 6.19(b)
tak dapat dibuat dengan cara mengevaporasikan larutan yang mengandung A dan
B dalam perbandingan molar yang sama. Evaporasi mengkristalkan padatan A
pada titik e; pada titik f padatan A bereaksi dengan larutan b untuk
mengendapkan AB. Saat D dicapai, semua A telah lenyap dan hanya tinggal
senyawa. Jika padatan disaring pada titik keadaan antara f dan D, kristal senyawa
akan tercampur dengan kristal A. Hal ini dapat dipahami bagaimana sulitnya
mengerjakan ini di laboratorium.
10

(Tim Dosen Kimia Fisik UNS,2003).

2.5 Salting Out

Dalam praktikum kimia organik, ada prosedur umum untuk memisahkan


campuran suatu cairan organik dalam air dengan menambahkan garam. Contoh,
jika cairan organik dan air bercampur sempurna, penambahan garam ke dalam
sistem dapat menghasilkan pemisahan menjadi dua lapisan cairan salah satu
kaya dengan cairan organik, yang lain kaya dengan air. Relasi fasenya dapat
diilustrasikan seperti dalam tabel 6.4 dan oleh diagram K 2CO3-H2O-CH3OH,
yaitu gambar 6.20, yang merupakan tipikal sistem garam-air-alkohol
11

Sistem tersebut dibedakan oleh penampakan dua daerah cairan bcd.


Misalnya dianggap bahwa padatan K2CO3 ditambahkan ke dalam campuran air
dan alkohol pada komposisi x. Titik keadaan akan bergerak sepanjang garis
xyzA. Di y terbentuk dua lapisan; di z K 2CO3 berhenti melarut sehingga padatan
K2CO3 dan cairan b dan d ada bersama sama. Cairan d adalah lapisan kaya
alkohol dan bisa dipisahkan dari b, lapisan kaya air.Ingat bahwa penambahan
garam setelah padatan berhenti melarut tidak menghasilkan perubahan pada
komposisi di lapisan b dan d, tentu saja terjadi seperti ini sebab sistemnya adalah
isotermal dan invarian di segitiga Abd.
Diagram ini dapat juga dipakai untuk menunjukkan bagaimana garam
yang ditambahkan dapat diendapkan oleh penambahan alkohol ke dalam larutan
jenuh; titik keadaan bergerak dari a, misalnya dikatakan, sepanjang garis yang
menghubungkan a dan B. Karena dalam kasus khusus ini,hanya lebih sedikit
garam yang diendapkan sebelum dualapisan cairan terbentuk, cara ini tidak
terlalu bermanfaat. Sistem ini mengherankan dalam pengaruh penambahan air ke
dalam larutan takjenuh K2CO3 dalam alkohol pada komposisi x.Garis xyz
yang menghubungkan x dan c menunjukkan bahwa K2CO3 akan mengendap di
y jika air ditambahkan ke dalam larutan alkohol. Penambahan air lebih lanjut
akan menyebabkan larutnya kembali K2CO3 di z.
12

2.6 Contoh Soal dan Pembahasan

1. Hitunglah berapa persentase komponen yang terkandung dalam titik pada


segitiga terner berikut!

2. Hitunglah berapa persentase komponen yang terkandung dalam titik yang


bertanda bintang biru pada segitiga terner berikut!
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam sistem tiga komponen, varian adalah F = 3 P + 2 = 5 P. Jika sistem
hanya mengandung satu fase, dibutuhkan empat variabel untuk menyatakan
keadaan system. Cara untuk merepresentasikan sistem ini adalah pada tekanan
dan suhu konstan. Maka varian menjadi F = 3 P.
Gambar segitiga terner :

Pada titik H2O = 100% air, 0% CH3COOH, 0% butanol


Pada titik CH3COOH = 100% CH3COOH, 0% air, 0% butanol
Pada titik butanol = 100% butanol, 0% CH3COOH, 0% air
14

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Gina. 2010. Diagram Terner (Sistem Tiga Komponen.


https://ginaangraeni10.wordpress.com/2010/05/23/diagram-terner-sistem-
tiga-komponen/ (diakses pada tanggal 1 April 2016)
Atkins, P. W. 2006. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Castellan. 1979. Phisycal Chemistry Third Edition. California: Wesley Publishing
Company

Oktaviana, Dian. 2012. Campuran Tiga Komponen (Diagram


Biner). http://www.scrib.com (diakses 1 April 2016)

Tim Dosen Kimia Fisik. 2003. Kimia Fisik II. Semarang : Universitas Negeri
Semarang

Anda mungkin juga menyukai